Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN PHBS DI TATANAN RUMAH TANGGA DI
WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS KUTA PADANG LAYUNG KECAMATAN BUBON KABUPATEN ACEH
BARAT
Maryono, Tri Mulyono, Amiruddin, Bustami, M. Husaini
Dosen Poltekkes Kemenkes Aceh,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected].
Abstrak
Derajat kesehatan merupakan
salah satu unsur penting dalam upaya
peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu derajat kesehatan
tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru
adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Berdasarkan Profil Kesehaan Kabupaten Aceh Barat jumlah rumah yang ber-PHBS di Kecamatan Bubon hanya 34%, dan hanya 5 (29%) desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Hasil Survey menunjukkan Penerapan PHBS masih rendah, masih banyak
kaum lelaki yang merokok di rumah, ASI eksklusif tidak mencapai target, kurang konsumsi buah dan sayur, serta tidak
mencuci tangan pakai sabun. Penelitian
ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan PHBS di tatanan rumah tangga
di wilayah kerja UPT Puskesmas
Kuta Padang Layung Kecamatan
Bubon Kabupaten Aceh Barat. Jenis penelitian ini adalah analitik
dengan rancangan crossectional study. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 95 orang. Analisa
data menggunakan analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahaun dengan penerapan PHBS di tatanan
rumah tangga dengan nilai p sebesar 0,001. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan
penerapan PHBS di tatanan rumah tangga dengan
nilai p sebesar 0,000. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran petugas
kesehatan dengan penerapan PHBS di tatanan rumah tangga dengan nilai
p sebesar 0,004. Secara bersama-sama, variabel sikap memiliki pengaruh yang lebih besar bila dibandingkan
dengan variabel yang lain. Disarankan kepada pihak Puskesmas Kuta Padang Layung untuk menerapkan
strategi promkes secara menyeluruh dan kontinyu demi tujuan bersama yaitu tercapainya masyarakat yang menerapkan PHBS
pada tatanan rumah tangga
Kata Kunci: �Pengetahuan, Sikap, Peran Petugas, PHBS
Pendahuluan
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam
upaya peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu derajat
kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Perilaku merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan. Intervensi peningkatan kemampuan masyarakat agar mampu berperilaku sehat adalah melalui upaya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan salah satu pilar utama dalam mencapai
Indonesia sehat. Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan sesorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain atau
orang yang melakukannya. Menurut
Skiner (1938), seorang ahli Psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus
(ransangan dari luar) (Kemenkes RI, 2018).
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat ber-perilaku hidup bersih dan sehat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan (SK Menkes No.1193/Menkes/SK/X/2004). Upaya promosi kesehatan
pada prinsipnya adalah memberdayakan masyarakat agar mampu secara mandiri
meningkatkan kesehatannya serta mencegah terjadinya masalah keseahatan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS merupakan esensi dan hak asasi manusia
untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini selaras dengan yang tercakup dalam Konstitusi Organisasi Kesehatan
Dunia tahun 1948 disepakati
antara lain, bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
adalah hak yang fundamental
bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya (Maryunani, 2013).
Program
pembinaan PHBS ini sudah berjalan lebih 15 tahun, tapi keberhasilannya masih jauh dari
harapan. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018
mengungkap bahwa rumah tangga yang mempraktikan PHBS baru (39,1%).
Target kemenkes untuk tahun 2013 adalah (65 %) rumah tangga ber-PHBS
sementara realisasinya hanya (55,06%). Rencana strategi
(Renstra) Kementerian Kesehatan menetapkan
target pada tahun 2014 rumah
tangga yang mempraktikan
PHBS adalah (70%), realisasinya
hanya (56,6 %) (Maryunani,
2013).
Secara nasional bahwa proporsi individu yang ber-PHBS baik belum
mencapai setengah (41,3%). Berdasarkan provinsi, proporsi individu yang ber-PHBS dengan kategori baik paling tinggi di Bali (59,2%), disusul
oleh DKI Jakarta (55,2%), DI Yogyakarta (51,9%), Sulawesi Utara (48,1%) dan Kepulauan Riau (47,5%). Lima provinsi
dengan proporsi terendah adalah Papua (21,7%),
Nusa Tenggara Timur (24,4%), Sumatera Barat (26,1%), Kalimantan Barat (26,3%),
dan Aceh (26,9%). Capaian indikator
perilaku buang air besar merupakan yang tertinggi, yaitu 88,2% individu (Kemenkes RI, 2018).
Capaian desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat per Provinsi di Kemenkes RI tahun 2016, untuk Provinsi Aceh berada di urutan yang ke 25 dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia dengna persentase sebanyak 22,62. Data
PHBS di rumah tangga Provinsi Aceh tahun 2016 adalah sebanyak 34%, sedangkan untuk Kabupaten Aceh Barat tahun 2016 berada di urutan nomor enam, dengan
rumah tangga ber-PHBS adalah sebanyak 47% (Dinkes Aceh, 2017).
Puskesmas Kuta Padang Layung adalah Puskesmas yang terletak di Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat, di Puskesmas ini hanya
ada 1 (satu) petugas Promkes (pemegang program PHBS). Hasil wawancara
dengan petugas promkes diperoleh informasi bahwa pelaksanaan promkes dengan target meningkatnya rumah tangga yang ber PHBS masih terkendala. Kendala ini menurut petugas
bersumber dari tenaga yang masih kurang dan juga fasilitas yang kurang mendukung.� Berdasarkan Profil Kesehaan Kabupaten Aceh Barat jumlah rumah yang ber-PHBS di Kecamatan Bubon hanya 34%, dan hanya 5 desa (29%) yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) (Dinkes Aceh Barat, 2019).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga. Penelitian
yang dilakukan oleh Melisa Febri (2012), diketahui bahwa proporsi kejadian diare pada balita lebih tinggi pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang PHBS (41%) dibandingkan pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang PHBS (17,9%) (Notoatmodjo.S, 2014).
����������� Hasil survey pertama
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga di 10 rumah tangga di wilayah kerja UPT Puskesmas Kuta Padang Layung diperoleh data bahwa tidak ada
satu rumah tangga pun yang menerapkan PHBS dengan lengkap. Masih ditemukan kepala keluarga yang merokok di dalam rumah, ASI tidak eksklusif, jamban tidak ada
di rumah. Menurut hasil wawancara dengan keluarga didapatkan data bahwa hal itu sudah
menjadi kebiasaan semua warga, dan mereka tidak merasakan
bahwa itu merupakan suatu masalah.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan crossectional study, yang bertujuan
untuk mencari hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent (Hastono,
2016).
Penelitian
ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan PHBS di tatanan rumah tangga
di wilayah kerja Puskesmas Kuta
Padang Layung Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.
����������� Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah dalam
bentuk Modul dan Media Promkes
PHBS tatanan rumah tangga yang menjadi rujukan bagi petugas
kesehatan dan juga warga masyarakat untuk mencapai rumah tangga yang ber PHBS. Modul dan
media ini disusun sedemikian rupa dengan tujuan memudahkan
cara penyampaian dan juga memudahkan pemahaman dari warga masyarakat
dalam menerapkan PHBS.
Penelitian
ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Padang Layung Kecamatan Bubon
Kabupaten Aceh Barat pada bulan
Mei sampai Juli 2021.
Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Kuta Padang
Layung Kecamatan Bubon yang berjumlah 1.734 rumah tangga. Sampel
yang diambil sebanyak 95
orang sampel.
Alat atau
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang dirancang oleh peneliti.
Jumlah pertanyaan pada variabel pengetahuan sebanyak 12 pertanyaan, sikap 12 pertanyaan, peran petugas 12 pertanyaan, dan 10 indikator PHBS
tatanan rumah tangga.
Data pada penelitian dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada seluruh responden di Puskesmas Kuta Padang Layung. Analisa
data dilakukan dengan� menggunakan
analisis korelasi (bivariat) yaitu suatu teknik
untuk menentukan sampai sejauh mana terdapat hubungan antara dua variable (Narbuko, 2015). Metode uji
statistic yang digunakan untuk
bivarita adalah uji chi square yang berguna
untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Selanjutnya untuk analisis multivariate dengan melakukan uji regresi logistik ganda.
Hasil Penelitian
1.
Pengetahuan
Tentang PHBS
Pengetahuan tentang PHBS pada tatanan rumah tangga dikategorikan
menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang. Dikategorikan baik apabila skor yang diperoleh lebih dari skor rata-rata (6,75), dan kurang bila skor
yang diperoleh kurang dari atau sama
dengan nilai rata-rata
(6,75).� Hasil pengukuran
pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1 2 |
Baik Kurang |
53 42 |
55,8 44,2 |
|
Jumlah |
95 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan
responden tentang PHBS pada
tatanan rumah tangga kebanyakan berada pada kategori baik yaitu 53 orang (55,8%).
2.
Sikap Tentang
PHBS
Sikap tentang PHBS pada tatanan rumah tangga dikategorikan
menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Dikategorikan positif� apabila
skor yang diperoleh lebih dari skor
rata-rata (41,7), dan negatif bila
skor yang diperoleh kurang dari atau
sama dengan nilai rata-rata (41,7).��
Hasil pengukuran sikap
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1 2 |
Positif Negatif |
60 35 |
63,2 36,8 |
|
Jumlah |
95 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sikap
responden tentang PHBS pada
tatanan rumah tangga kebanyakan berada pada kategori positif yaitu 53 orang (55,8%).
3.
Peran Petugas
Kesehatan Tentang PHBS
Peran petugas kesehatan tentang PHBS pada tatanan rumah tangga
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu
baik dan kurang. Dikategorikan baik� apabila
skor yang diperoleh lebih dari skor
rata-rata (8,59), dan kurang bila
skor yang diperoleh kurang dari atau
sama dengan nilai rata-rata (8,59).��
Hasil pengukuran peran
petugas kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1 2 |
Baik Kurang |
62 33 |
65,3 34,7 |
|
Jumlah |
95 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa peran
petugas kesehatan n tentang PHBS pada tatanan rumah tangga kebanyakan
berada pada kategori baik yaitu 62 orang (65,3%).
4.
Penerapan
PHBS pada Tatanan Rumah Tangga
Penerapan
PHBS pada tatanan rumah tangga dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu baik dan kurang. Dikategorikan baik� apabila skor yang diperoleh lebih dari skor
rata-rata (6,73), dan kurang bila
skor yang diperoleh kurang dari atau
sama dengan nilai rata-rata (6,73).��
Hasil pengukuran penerapan
PHBS dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1 2 |
Baik Kurang |
63 32 |
66,3 33,7 |
|
Jumlah |
95 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penerapan
PHBS pada tatanan rumah tangga kebanyakan berada pada kategori baik yaitu 63 orang (66,3%).
5.
Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Pengetahuan |
Penerapan PHBS |
Jumlah |
p |
||||
Baik |
Kurang |
||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Baik |
43 |
81,1 |
10 |
18,9 |
53 |
100 |
|
Kurang |
20 |
47,6 |
22 |
52,4 |
42 |
100 |
|
Jumlah |
63 |
|
32 |
|
95 |
|
0,001 |
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 53 responden
yang memiliki pengetahuan baik, 81,1% menerapkan PHBS dengan baik. Sedangkan
dari 42 responden yang memiliki pengetahuan kurang, hanya 47,6% menerapkan PHBS dengan baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,001
(p<0,05) artinya ada hubungan antara pengetahaun dengan penerapan PHBS di tatanan rumah tangga.
6.
Hubungan Sikap dengan
Penerapan PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Sikap |
Penerapan PHBS |
Jumlah |
p |
||||
Baik |
Kurang |
||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Positif |
51 |
85 |
9 |
15 |
60 |
100 |
|
Negatif |
12 |
34,3 |
23 |
65,7 |
35 |
100 |
|
Jumlah |
63 |
|
32 |
|
95 |
|
0,000 |
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 60 responden
yang memiliki sikap positif, 85% menerapkan PHBS dengan baik. Sedangkan
dari 35 responden yang memiliki sikap negatif, hanya 34,3% menerapkan PHBS dengan baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,000
(p<0,05) artinya ada hubungan antara sikap dengan penerapan PHBS di tatanan rumah tangga.
7.
Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Penerapan PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Peran�� petugas |
Penerapan PHBS |
Jumlah |
p |
||||
Baik |
Kurang |
||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Baik |
48 |
77,4 |
14 |
22,6 |
62 |
100 |
|
Kurang |
15 |
45,4 |
18 |
54,6 |
33 |
100 |
|
Jumlah |
63 |
|
32 |
|
95 |
|
0,004 |
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 62 responden
yang menyatakan peran petugas baik, 77,4% menerapkan PHBS dengan baik. Sedangkan dari 33 responden yang menyatakan peran petugas kurang, hanya 45,4% menerapkan PHBS dengan baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,004 (p<0,05) artinya
ada hubungan antara peran petugas
dengan penerapan PHBS di tatanan rumah tangga.
8.
Analisis
Multivariat
Berdasarkan hasil ujia statistic menggunakan uji regresi logistic ganda, maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Variabel |
B |
Wald |
df |
Sig |
Exp (B) |
Pengetahuan Sikap Peran
Petugas |
1.335 2.268 1.606 |
5.612 15.820 7.640 |
1 1 1 |
.018 .000 .006 |
3.799 9.656 4.931 |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh variabel
(pengetahuan, sikap, dan peran petugas) memiliki pengaruh terhadap penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga,
dibuktikan dengan nilai sig <0,25. Dari seluruh variabel independen, yang paling kuat pengaruhnya adalah variabel sikap, ini dibuktikan
dengan nilai Exp (B) yaitu 9.656, dengan nilai (B) positif (2.268). Artinya sikap yang positif memiliki kekuatan untuk mempengaruhi penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga
sebesar 9,656 kali.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga secara
umum sudah dilaksanakan dengan baik (66,3%). Secara terpisah, variable pengetahuan memiliki pengaruh terhadap penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga
dengana nilai p sebesar 0,001 (p<0,05), sikap memiliki pengaruh terhadap penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga
dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05), peran petugas memiliki pengaruh terhadap penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga dengana
nilai p sebesar 0,002
(p<0,05). Sehingga seluruh
variable memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga. Namun
secara bersama-sama, dari ketiga variabel
ternyata yang paling kuat pengaruhnya terhadap penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga adalah
vasiabel sikap dengan nilai Exp (B) 9.656.
PHBS
adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
di masyarakat (Kemenkes, 2017).
Untuk
terwujudnya PHBS ini tentunya diperlukan faktor pendukungnya diantaranya pengetahun, sikap dan peran petugas kesehatan. Pengetahuan merupakan hasil dari sebuah
proses transfer informasi yang dilakukan
baik secara formal maupun nonformal. Untuk memudahkan mendapatkan pengetahuan tentunya juga harus didukung oleh latar belakang pendidikan yang memadai dan juga nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Kaitannya
dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang PHBS ini� mempengaruhi
penerapan PHBS, sehingga pengetahuan merupakan ujung tombak dari
sebuah� perubahan perilaku. Seorang individu akan mudah menerima
suatu perubahan apabila dilandasi dengan pengetahuan yang memadai. Sama halnya dengan penerapan PHBS ini, apabila pengetahuan
keluarga baik, maka keluarga akan
mudah untuk menerapkan PHBS.
Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Randy (2016) tentang
�Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tingkat Pendidikan dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di Jorong Kampung Alang Pasaman Barat� menunjukkan hasil bahwa pengetahuan
memiliki hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan PHBS (p=0,00). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa seluruh indikator PHBS pada tatanan rumah tangga
sudah dilaksanakan dengan baik, namun
belum terpenuhi pada indikator �melakukan aktifitas fisik setiap hari�.
Dengan demikian perlu adanya upaya untuk
lebih meningkatkan lagi pengetahuan keluarga tentang PHBS ini dengan memberikan
informasi secara tepat dan mudah di akses oleh pihak keluarga. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi langsung melalui penyuluhan kesehatan atau dengan memberikan informasi melalui pembagian buku saku penerapan PBHS, memasang poster dan sebagainya. Peningkatan pengetahuan diharapkan dapat membentuk sikap yang positif untuk mendukung
terbentuknya keinginan adana dorongan dari dalam diri
individu untuk mewujudkan apa yang telah diketahui tersebut.
�������� Sikap merupakan cara
menempatkan atau membawa diri, atau
cara merasakan, jalan pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu
(Wawan. 2012).
�������������� Struktur
sikap terdiri atas tiga komponen
yang saling menunjang : Komponen kognitif,
merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara tertentu.
�������� Terkait dengan
hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa sikap meupakan
faktor terbesar dalam penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga,
maka mewujudkan sikap yang positif bagi setiap anggota
keluarga menjadi hal yang sangat penting demi terwujudnya perilaku yang sehat di rumah tangga.
�������� Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Putra Karim (2018) tentang Determinan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga,
yang menunjukkan hasil bahwa sikap merupakan
salah satu factor yang membengaruhi
PHBS dengan nilai p sebesar 0,016.��
�������� Berdasarkan hal
ini maka perlu upaya meningkatkan
sikap yang positif bagi masyarakat. Sikap yang positif dapat diwujudkan dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya hidup sehat bagi setiap
anggota keluarga dengan cara memfasilitasia
untuk terlaksananya PHBS tersebut. Seperti adanya sumber air bersih, jamban, fasilitas kesehatan dan sebagainya.
�������� Berikutnya yang tidak kalah penting
adalah peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingya PHBS bagi keluarga. Peran petugas kesehatan dalam PHBS merupakan suatu bentuk perilaku dari petugas kesehatan
baik dokter, perawat, bidan dan yang lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan penerapan PHBS di wilayah kerja
masing-masing. Penelitian ini
menunjukkana bahwa peran petugas mempengaruhi
penerapan PHBS pada tatanan
rumah tangga, sehingga harus terus ditingkatkan dengan berbagai metode yang sesuai dengan keadaan di masyarakat.
�������� Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Putra Karim (2018) tentang Determinan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga,
yang menunjukkan hasil bahwa dukungan petugas kesehatan merupakan salah satu faktor yang membengaruhi PHBS dengan nilai p sebesar 0,021.��
����������� Dengan dukungan profesi kesehatan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melaksanakan kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat harus tetap dilakukan.
Dukungan mereka dapat mempengaruhi perilaku ibu dengan
cara memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, indikator terkait, dan bahaya jika tidak
mengamalkan kebiasaan berperilaku hidup besih dan sehat. Upaya yang harus dilakukan adalah promosi kesehatan program PHBS dengan tiga strategi pokok, yaitu pemberdayaan,
bina suasana dan advokasi.
Pemberdayaan yang dilakukan dengan memposisikan masyarakat agar memiliki peran yang besar dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya, melalui pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran serta proses membantu sasaran agar terjadi perubahan.
Maka dari itu pelaku kesehatan diharapkan mengadakan penyuluhan-penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat bukan hanya di kota tetapi terlebih
di desa-desa pedalaman. Diskusi partisipatif yaitu dengan penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah
tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti masyarakat
bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang
informasi yang diterimanya.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahaun (p value = 0,001), sikap
(p value =0,000) dan peran petugas kesehatan (p value = 0,004) dengan
penerapan PHBS di tatanan rumah tangga. Disarankan kepada pihak Puskesmas
Kuta Padang Layung untuk menerapkan strategi promkes secara menyeluruh dan kontinyu demi tujuan bersama yaitu tercapainya
masyarakat yang menerapkan
PHBS pada tatanan rumah tangga. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian secara lebih luas
untuk menemukan dan membuktikan adanya determinan yang lain yang dapat mendukung upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam peningkatan PHBS.
BIBLIOGRAFI
Dinas Kesehatan Aceh Barat. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Aceh
Barat 2018.
Dinas Kesehatan Aceh. (2017). Profil
Kesehatan Aceh 2016.
Hastono, S P. (2016). Analisa Data Pada Bidang
Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta.
Kemenkes RI. (2017). Rumah Tangga
Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta. Kemenkes.
.
Maryunani A. (2013). Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Jakarta:
Trans Info Media
Narbuko, Cholid. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo.S. (2014). Ilmu Perilaku Manusia dan Promosi Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta.
Putra Karim. (2018). Determinan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga.
Journal Penelitian. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol. 07, No. 01, Maret 2018
Randy
F. (2016). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Tingkat Pendidikan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di Jorong Kampung Alang Pasaman Barat. Skripsi. Fakultas Kedokteran.Unand.
�
Wawan. (2012).
Teori & pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Jakarta
Maryono, Tri Mulyono,
Amiruddin, Bustami, M. Husaini (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |