Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
PENGARUH MODEL DISCOVERY
LEARNING DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MAN SIDRAP
Eka Sriwahyuni, Muhammad Sidin Ali,
Helmi
Pendidikan Fisika,
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) gambaran hasil belajar fisika yang diajar melalui model� Discovery
Learning dan diajar melalui
model konvensiona; (2) adanya
perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning dengan model pembelajaran
konvensional; (3) adanya perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi
dengan minat belajar rendah; (4) ada tidaknya pengaruh
interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap� hasil belajar fisika; (5) adanya perbedaan hasil belajar fisika
antara peserta didik yang diajar model Discovery Learning dengan
model pembelajaran konvensional
yang memiliki minat belajar tinggi;(6) adanya
perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang diajar model Discovery Learning dengan model
pembelajaran konvensional yang memiliki minat belajar rendah;(7) adanya
perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi dan peserta didik yang memiliki minat belajar rendah pada peserta didik
yang diajar model Discovery Learning;(8)adanya
perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi dan peserta didik pada minat belajar rendah yang diajar� model konvensional. Rancangan penelitian ini adalah faktorial 2 x 2. Populasi
pada penelitian ini berjumlah 86 orang dan
sampelnya dipilih berdasarkan simple random sampling dan random assignment. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa; (1) peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning frekuensi tertinggi berada pada kategori sedang dan hasil belajar peserta didik
yang diajar dengan� model konvensional
frekuensi tertinggi berada pada kategori rendah; (2) secara keseluruhan,
hasil belajar antara peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning lebih tinggi dari
pada yang diajar dengan model konvensional; (3) secara keseluruhan, hasil
belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih
tinggi dari pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah; (4) tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil
belajar fisika; (5)bagi peserta didik dengan tingkat minat belajar tinggi,
hasil belajar fisika peserta didik yang diajar�
model Discovery Learning lebih
tinggi dari pada diajar� model
pembelajaran konvensional;(6) bagi peserta didik dengan tingkat minat belajar
rendah, hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning lebih tinggi dari
pada diajar model pembelajaran konvensional; (7) bagi peserta didik yang diajar
model Discovery Learning, hasil belajar fisika bagi peserta
didik yang memiliki minat belajar tinggi
lebih tinggi dari pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah; (8) bagi
peserta didik yang diajar model pembelajaran
konvensional, hasil belajar
fisika bagi peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari
pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah.
Kata Kunci: Model Discovery Learning, Minat Belajar, Hasil
Belajar Fisika.
Abstract
The research aims to analyze (1) the
description of physics learning outcomes taught through the Discovery Learning
model and taught through the conventional model; (2) there are differences in
physics learning outcomes between students taught with the Discovery Learning
model and the conventional learning model; (3) there are differences in physics
learning outcomes between students who have high learning interest and low
learning interest; (4) whether there is an influence of interaction between the
learning model with interest in learning towards learning outcomes in physics;
(5) there are differences in physics learning outcomes between students taught
by Discovery Learning models and conventional learning models that have high
learning interest, (6) there are differences in physics learning outcomes
between students taught by Discovery Learning models and conventional learning
models that have learning interests low, (7) there are differences in physics
learning outcomes between students who have high learning interest and students
who have low learning interest in students who are taught the Discovery
Learning model, (8) there are differences in physics learning outcomes between
students who have interest in learning high and students on low learning
interest taught by conventional models. The design of this study is factorial 2
x 2. The population in this study amounted to 86 people and the sample was
selected based on simple random sampling and random assignment. The results of
this study indicate that; (1) students taught with the highest frequency
Discovery Learning model are in the medium category and student learning
outcomes taught with the conventional model the highest frequency are in the
low category; (2) overall, learning outcomes between students taught with the
Discovery Learning model are higher than those taught with conventional models;
(3) overall, physics learning outcomes among students who have high learning
interest are higher than students who have low learning interest; (4) There is
no interaction between the learning model and learning interest in physics
learning outcomes; (5) for students with a high level of interest in learning,
the physics learning outcomes of students taught by the Discovery Learning
model are higher than those taught by conventional learning models, (6) for
students with a low level of interest in learning, the learning outcomes of
students being taught physics with the Discovery Learning model higher than
conventional teaching models; (7) for students who are taught the Discovery
Learning model, physics learning outcomes for students who have high learning
interest are higher than those students who have low learning interest; (8) for
students who are taught the conventional learning model, physics learning
outcomes for students who have high learning interest are higher than those
students who have low learning interest.
Keywords:
Discovery Learning Model, Learning Interest, Physics Learning Outcomes.
Pendahuluan
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karenanya
pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan dari berbagai ilmu pengetahuan,
karena pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan kecerdasan suatu bangsa.
Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut
meningkatkankan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan juga merupakan
investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dimana peningkatan kecakapan
dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam mengarungi
kehidupan. Oleh karena itu pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada
perubahan yang lebih baik.
Kurikulum merupakan perangkat pendidikan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun
dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan
intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestika peserta didik.
Berdasarkan perkembangannya, pemerintah Indonesia dengan giat menyusun dan
mengembangkan program untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satu
diantaranya dengan penyempurnaan kurikulum. Perubahan kurikulum sangat erat
kaitannya dengan peranan kurikulum dalam penyelenggaraan sistem pengajaran
nasional. Kurikulum 2013 yaitu kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Implementasi Kurikulum 2013 juga dipastikan memiliki dampak
terhadap sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan satuan
pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki kebijakan yang harus dilaksanakan dan
diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh guru, sebagai bagian dari tanggung
jawab. Guru diharapkan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran yang diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran
kurikulum 2013 diantaranya pembelajaran Discovery,
pembelajaran Inqury, pembelajaran
berbasis pemecahan masalah (Problem Based
Learning) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Tuntutan
pembelajaran kurikulum 2013 menghendaki suatu proses pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi peserta didik agar dapat mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya. Potensi yang terkait dengan aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif),
dan keterampilan (psikomotor). Pebelajaran
kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang mengarah pada pemberdayaan semua
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang kompetensi dalam kehidupan. Oleh sebab itu, strategi
pembelajaran yang digunakan dapat memberikan pengalaman belajar yang dapat
mengmbangkan potensi peserta didik. Guru sebagai pembimbing memfasilitasi
kegiatan peserta didik tercapainya kompetensi yang telah dirancang dalam
dokumen kurikulum, yaitu peserta didik mampu menjadi pembelajar yang mandiri
sepanjang hayatnya. Peserta didik menjadi komponen penting dalam rangka
mewujudkan sebuah masyarakat belajar (komunitas belajar, learning
community).
Penguatan proses pembelajaran dilakukan
melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong peserta didik
lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba, mengumpulkan data, dan
mengomunikasikan. Sedangkan model pembelajaran diperlukan untuk berkembangnya
kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan berfikir kreatif peserta didik, serta
menghasilkan kemampuan untuk belajar Pembelajaran saintifik tidak hanya
memandang hasil belajar sebagai proses akhir, namun proses pembelajaran
dipandang lebih penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada
keterampilan proses.
Pembelajaran� Fisika sebagai bagian dari sains terdiri dari
produk dan proses. Produk Fisika terdiri atas sebuah teori dan prinsip dari
kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya dengan lingkungan. Dari segi
proses, maka Fisika sebagai bagian dari sains memiliki berbagai keterampilan
sains. Kenyataan yang terjadi di lapangan, dalam proses belajar mengajar,
produk lebih diutamakan dari pada proses. Peserta didik kurang berperan dalam
memperagakan keterampilan sains. Pembelajaran Fisika perlu ditempatkan kembali
sesuai hakikat aslinya yaitu produk dan proses. Mata pelajaran Fisika
seharusnya melibatkan peserta didik secara aktif dalam mengembangkan
keterampilan sains, membangun pengetahuan dan pengalaman peserta didik. Model
pembelajaran yang mampu mengatasi masalah tersebut adalah model penemuan (Discovery).
Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan peserta didik dalam belajar fisika, diantaranya faktor internal
yang meliputi kemampuan awal, tingkat kecerdasan, motivasi belajar, kebiasaan
belajar, kecemasan belajar, minat belajar, dan sebagainya. Sedangkan faktor
eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Minat belajar sangat
mempengaruhi diri seseorang untuk memutuskan mau belajar atau tidak, dengan adanya minat seseorang akan melakukan
sesuatu yang kiranya akan menghasilkan sesuatu bagi diri seseorang. Apabila
seorang peserta didik� memiliki minat
belajar yang tinggi, menyukai dan aktif dalam belajar fisika akan mudah untuk
menyelesaikan masalah fisika, sebaliknya apabila peserta didik� kurang atau bahkan tidak memiliki minat
belajar maka semaksimal bagaimanapun usaha guru membelajarkan peserta didik,
sangat memungkinkan tidak akan memberikan hasil pembelajaran yang optimal. Agar
peserta didik� dapat berhasil dalam
belajarnya maka diperlukan persyaratan tertentu, salah satunya adalah peserta
didik� harus menimbulkan minat yang
tinggi terhadap mata pelajaran (Interest
Inventory). Hal ini menunjukkan minat belajar merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi usaha belajar peserta didik. Minat yang tinggi akan
menimbulkan perasaan tertarik untuk belajar, usaha yang gigih, serius dan tidak
mudah putus asa dalam menghadapi tantangan.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar peserta didik�
dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya seorang peserta
didik� yang menaruh minat besar terhadap
mata pelajaran fisika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada
peserta didik� lainnya. Kemudian karena
memusatkan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan
peserta didik� tadi untuk belajar lebih
giat dan akhirnya mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu minat
mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila materi pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik� maka peserta didik� tersebut tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan
pelajaran itu menarik minat peserta didik, maka ia akan mudah mempelajarinya
karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar. Berdasarkan uraian di
atas, maka perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta
didik� dan memberikan kesempatan untuk aktif
dalam mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui penemuan dan pengembangan
sendiri, sehingga pengetahuan peserta didik�
diperoleh melalui penemuan sendiri dan bukan proses pemberitahuan dari
guru. Salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik�
untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui penemuan konsep adalah
model pembelajaran Discovery Learning.
Proses pembelajaran yang terjadi bila peserta didik� disajikan pelajaran dalam bentuk tidak final,
tetapi diharapkan peserta didik�
mengorganisasi sendiri melalui bimbingan guru.
Model Discovery
merupakan model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada kegiatan yang
dapat mengembangkan keterampilan sains di mana peserta didik dibimbing untuk
menemukan dan menyelidiki sendiri tentang suatu konsep sains sehingga
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik bukan hasil mengingat
seperangkat fakta melainkan hasil temuan mereka sendiri. Hasil Penelitian yang
dilakukan oleh Fitri (2015) diperoleh
kesimpulan bahwa� hasil belajar peserta
didik pada materi pokok suhu dan kalor yang diberi pembelajaran model� Discovery
Learning lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Indah Cahya Purnama Sari
(2017) menunjukkan bahwa:
1) terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan model Discovery Learning melalui pendekatan
saintifik terhadap hasil belajar siswa, pada konsep fluida statis. Berdasarkan
uji hipotesis, hipotesis alternatif (Ha) dapat di terima thitung>ttabel
(2,64 > 1,68). 2) terdapat peningkatan hasil belajar fisika pada siswa yang
memperoleh model pembelajaran Discovery
Learning melalui pendekatan saintifik dibandingkan dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional pada konsep fluida
statis. 3) terdapat pengaruh pembelajaran model Discovery Learning melalui pendekatan saintifik terhadap minat
belajar fisika pada siswa kelas XI IPA.2 SMAN 8 Rejang Lebong. Pembelajaran
sains yang terjadi di lapangan masih banyak menggunakan metode klasikal,
sehingga peserta didik cenderung kesulitan memahami konsep-konsep sains yang
sebagian besar bersifat abstrak. Mengajar bukanlah sekedar kegiatan memindahkan
pengetahuan yang dimiliki guru ke pikiran peserta didik. Mengajar adalah
kegiatan pemberdayaan peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya. Dalam proses pembelajaran,
peserta didik tidak hanya mendengar, mencatat, dan menghafal informasi yang
disampaikan guru, melainkan adanya kesempatan untuk memanipulasi dan memproses
informasi. Pembelajaran Fisika
seharusnya mampu mengembangkan keterampilan sains seperti percobaan atau eksperimen, di mana peserta didik
merumuskan hipotesis, melakukan percobaaan, pengambilan data, pengolahan data
dan mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis. Sebagian guru
menganggap bahwa kegiatan di atas harus dilakukan pada laboratorium yang
dilengkapi alat-alat yang mahal. Hal tersebut bukan menjadi syarat utama dalam
melakukan keterampilan sains. Kita dapat mengatasi masalah tersebut dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana untuk memperagakan keterampilan
sains. Sehinggah diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
Minat juga berpengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik di dalam kelas, dengan minat belajar fisika yang tinggi
peserta didik akan aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Aktifnya peserta didik
dalam pembelajaran fisika di kelas, tentunya akan berpengaruh terhadap prestasi
peserta didik dalam mata pelajaran fisika. Minat merupakan faktor yang penting
dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, tanpa adanya minat
dari peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran yang diajarkan guru,
pembelajaran menjadi kurang bermakna dan tidak memberikan efek positif kepada
peserta didik yang menerima pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang dilakukan
kurang maksimal untuk mencapai tujuan dari dilakukannya pembelajaran. Hasil Penelitian
yang dilakukan oleh Putrayasa (2014) menunjukkan
bahwa: 1) terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan model discovery learning dan kelompok peserta didik
yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. 2) terdapat interaksi antara
model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA peserta didik. 3) pada kelompok peserta
didik yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery
learning dengan kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan
pembelajaran konvensional. 4) pada
kelompok peserta didik yang memiliki minat rendah, tidak terdapat perbedaan
hasil belajar IPA antara kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran
dengan model discovery learning dan kelompok peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional
Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti pada Madrasah Aliyah Negeri Baranti pada hari Senin
19 November 2018. Karna adanya perubahan nama sekolah maka
seterusnya pada tesis ini akan mengunakan
Madrasah Aliyah Negeri Sidrap. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung,
teramati bahwa langkah�langkah pembelajaran selama ini digunakan antara lain:
1) guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan
peserta didik, 2) guru menjelaskan materi fisika dan mendemonstrasikan
pengetahuan,�� 3) guru membimbing
pelatihan, dalam hal ini memberikan contoh soal kemudian memberikan soal yang
berkaitan dengan materi, 4) guru mengecek pemahaman dan memberi umpan balik,
dalam hal ini guru bertanya terkait materi yang telah diajarkan, dan 5) guru
memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, dalam hal ini
dengan memberikan tugas rumah.� Model
pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut di atas, jika diamati dari
langkah-langkahnya mendekati atau sama dengan langkah-langkah dalam model
pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung dalam penelitian ini disebut
sebagai model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran yang digunakan pada
langkah-langkah pembelajaran yang disusun pada rencana kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut
adalah model pembelajaran yang bersifat saintifik sesuai K13. Namun apa yang
diterapkan pada langkah pembelajaran tersebut umumnya atau yang
mendominasi� bersifat satu arah yaitu
guru menjelaskan dan murid mendengarkan.Peneliti kemudian melakukan observasi yang kedua pada Madrasah Aliyah
Negeri� Sidrap �pada hari Kamis 1 Agustus 2019 yang� pada awalanya nama sekolah
ini MAN Baranti tapi telah berubah
menjadi MAN Sidrap. Hasil observasinya tidak jauh berbeda dengan
hasil observasi yang pertama, namun peneliti juga menemukan bahwa guru mapel melakukan praktikum secara bersamaan. Dimana praktikum pada materi pengukuran dilaksanakan 1 kali sekaligus.
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) gambaran hasil belajar fisika
yang diajar melalui
model� Discovery Learning dan diajar melalui model konvensiona; (2) adanya perbedaan hasil belajar fisika
antara peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning dengan model pembelajaran
konvensional; (3) adanya perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi
dengan minat belajar rendah; (4) ada tidaknya pengaruh
interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap� hasil belajar fisika; (5) adanya perbedaan hasil belajar fisika
antara peserta didik yang diajar model Discovery Learning dengan
model pembelajaran konvensional
yang memiliki minat belajar tinggi;(6)
adanya perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang diajar model Discovery Learning dengan model
pembelajaran konvensional yang memiliki minat belajar rendah;(7) adanya
perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi dan peserta didik yang memiliki minat belajar rendah pada peserta didik
yang diajar model Discovery Learning;(8)adanya
perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi dan peserta didik pada minat belajar rendah yang diajar� model konvensional.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian faktorial, yaitu dengan memilih
dua kelas secara langsung. Satu kelas sebagai kelas
eksperimen (treatment) dan satu
kelas yang lain sebagai kelas pembanding atau kontrol. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial 2x2. Variabel dalam
penelitian dibedakan atas tiga bagian, yaitu:
Variabel bebas, yaitu model pembelajaran yang diterapkan,
yang terdiri dari model
Discovery Learning �dan model
pembelajaran konvensional.
Variabel moderator, yaitu minat belajar dengan dua dimensi yaitu tinggi
dan rendah. Variabel terikat (tak bebas), yaitu hasil belajar fisika peserta didik.
Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MIA MAN Baranti yang terdiri dari
tiga kelas dimana masing�masing kelas terdiri dari 30, 28,
dan 28
orang. Sehingga
total populasi pada penelitian
ini berjumlah 86 orang. Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan merambang ketiga kelas pada tabel 3.2.
Dalam hal ini �satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu� kelas yang lainnya sebagai kelas kontrol, di mana setelah dirambang diperoleh kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan dilakukan perambangan kembali pada kedua kelas yang tersisa sehinggah diperolehlah kelas X MIA 3 sebagai kelas kontrol. �Kemudian dengan menggunakan random assignment, di mana setiap
peserta didik dalam satu kelas
mendapatkan kesempatan yang
sama untuk ditempatkan dalam satu dari empat
kelompok seperti pada desain faktorial 2x2, oleh karna itu� dari 28 sampel dari kelas
eksperimen yang terdiri dari 14 orang peserta didik dengan minat
belajar yang tinggi dan 14
orang siswa dengan minat belajar yang rendah dan 28 sampel dari kelas kontrol
yang terdiri dari 14 orang
peserta didik dengan minat belajar
yang tinggi dan 14 orang peserta
didik dengan minat belajar yang rendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso
(2010:125) menyatakan bahwa
setiap peserta didik dalam satu
kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk ditempatkan dalam satu dari
empat kelompok tersebut
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah �instrumen tes yang berupa lembar soal dalam
bentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur� hasil belajar peserta didik. instrumen non tes berupa kuesioner
untuk mengukur variabel minat belajar, dan lembar observasi yaitu lembar observasi guru dalam
hal ini merupakan
instrumen
penunjang
yang berisi penyataan tentang terlaksana atau
tidaknya kegiatan guru dalam
proses pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran pada kedua kelas sampel, pada dasarnya dibuat sama. Perbedaannya adalah pada model pembelajaran
yang diterapkan. Kelas eksperimen melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan sementara untuk �kelas
kontrol melakukan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran langsung. Sebelum melakukan proses belajar mengajar kedua kelas tersebut diberikan tes minat
belajar. Tes ini juga dijadikan sebagai dasar untuk
mengelompokkan kelompok sampel dalam kategori
tinggi dan rendah pada minat belajar. Setelah proses belajar mengajar diterapkan selama kurang lebih
dua bulan maka kedua kelas
kemudian kembali diberikan tes (post-test) untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah
perlakuan. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif dan inferensial. Selanjutnya mengunakan analisis Anava 2 jalur dan uji lanjut t-dunnet.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil
Penelitian
Pada penelitian ini, data skor hasil belajar fisika
diolah menggunakan statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif kemudian dibuat dalam
bentuk pelaporan skor hasil belajar
fisika peserta didik kelas X MAN Sidrap yang diajar dengan pembelajaran dengan
model Discovery Learning dan pembelajaran secara konvensional
(PK). Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat tabel rangkuman analisis deskriptif
dasar skor hasil belajar fisika peserta didik yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1
Statisitik
Deskriptif� Hasil belajar Fisika Kelas
Eksperimen dan Kelas�� Kontrol
Statistik Diskriptif |
Kelas Eksperimen |
Kelas Kontrol |
Skor maksimum yang mungkin |
27 |
27 |
Skor minimum yang mungkin |
0 |
0 |
Skor
tertinggi |
21 |
20 |
Skor
terendah |
7 |
6 |
Skor
rata-rata |
13,43 |
11 |
Rentang
skor |
6 |
6 |
Standar deviasi |
4,16 |
3,83 |
Varians |
17,31 |
14,70 |
���
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa pada
kelas yang diajar dengan menggunakan model�
Discovery Learning�� memiliki rata-rata skor lebih tinggi yaitu
13,43 dari pada kelas yang diajar dengan model konvensional dengan rata-rata
skor 11.� Skor maksimum yang mungkin pada
masing-masing kelas yaitu 27 dan skor minimum yang mungkin adalah nol. Pada
kelas yang diajar dengan model Discovery Learning�� memiliki skor tertinggi yaitu 21 dan skor
terendah yaitu 7, dengan standar deviasi yaitu 4,17 dan variansnya yaitu 17,31.
Sedangkan Pada kelas yang diajar dengan model konvensional�� memiliki skor tertinggi yaitu 20 dan skor
terendah yaitu 6, dengan standar deviasi yaitu 3,83 dan variansnya yaitu 14,70.
Adapun uraian skor hasil belajar fisika peserta didik yang diajar pembelajaran
berbasis dengan Discovery
Learning�
pada tingkat minat belajar� tinggi
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik yang diajar dengan Discovery Learning pada Tingkat Minat Belajar
Tinggi
Rentang Skor |
Titik
Tengah |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kategori |
0-4 |
1,5 |
0 |
0 |
Sangat Rendah |
5-10 |
���������� 7,5 |
4 |
28,57 |
Rendah |
11-16 |
13,5 |
9 |
64,29 |
Sedang |
�17-22 |
19,5 |
1 |
7,14 |
Tinggi |
23-28 |
25,5 |
0 |
0 |
Sangat Tinggi |
Jumlah
|
14 |
100 |
|
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas terlihat
bahwa tidak terdapat peserta didik yang berada pada kategori sangat rendah.
Terdapat 4 peserta didik dengan rentang skor�
5-10 atau menunjukkan persentase sebesar 28,57% berada pada ketegori
rendah. Terdapat 9 peserta didik dengan rentang skor� 11-16 atau menunjukkan persentase sebesar
64,29% berada pada ketegori sedang. Terdapat 2 peserta didik dengan rentang
skor� 17-22 atau menunjukkan persentase
sebesar 7,14% berada pada ketegori tinggi. Tidak terdapat peserta didik dengan
rentang skor� 23-28 pada ketegori sangat
tinggi. Berdasarkan
Tabel 2 di atas, dapat dibuat histogram yang memperlihatkan sebaran distribusi
pada skor minat belajar tinggi fisika tersebut seperti Gambar 1.
Gambar 1
Histogram
Hasil Belajar� Fisika Peserta Didik yang
diajar dengan Discovery
Learning pada Tingkat
Minat Belajar Tinggi
Gambar 1 memperlihatkan
histogram hasil belajar fisika pesrta didik yang diajar dengan model Discovery Learning pada tingkat minat
belajar tinggi� bahwa frekuensi tertinggi
yaitu� 8 dengan Titik Tengah 13,5 dengan
perolehan persentase sebesar 57,14% berada pada kategori sedang. Selanjutnya
frekuensi 6 pada kategori tinggi dengan Titik Tengah dengan perolehan
persentase sebesar 42,86%. Hal ini menunjukkan bahwa, peserta didik lebih
dominan memperoleh hasil belajar fisika yang optimal atau lebih baik yang
dimana berada pada kategori sedang dan tinggi. Sementara itu, skor hasil
belajar fisika peserta didik yang diajar dengan Discoverry Learning pada tingkat minat belajar rendah dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Skor Hasil
Belajar Fisika Peserta Didik yang diajar dengan Discovery Learning pada Tingkat Minat Belajar Rendah
Rentang Skor |
Titik
Tengah |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kategori |
0-4 |
1,5 |
0 |
0 |
Sangat Rendah |
5-10 |
7,5 |
7 |
50,00 |
Rendah |
11-16 |
13,5 |
7 |
50.00 |
Sedang |
�17-22 |
19,5 |
0 |
0 |
Tinggi |
23-28 |
25,5 |
0 |
0 |
Sangat Tinggi |
Jumlah
|
14 |
100 |
|
Berdasarkan
Tabel 3 di atas terlihat bahwa tidak terdapat peserta didik yang berada pada
kategori sangat rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Terdapat 7 peserta didik
dengan rentang skor 5-10 atau menunjukkan persentase sebesar 50,00% berada pada
ketegori rendah. Pada rentang skor 11�16 terdapat 7 peserta didik� atau menunjukkan persentase sebesar 50,00%
berada pada kategori rendah.
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dibuat
histogram yang memperlihatkan sebaran distribusi pada skor hasil belajar fisika
tersebut pada Gambar 4.2.
Gambar 2
Histogram
Skor Minat Belajar� Fisika Peserta Didik
yang diajar �������dengan Discovery Learning pada Tingkat Minat
Belajar Rendah
�
Gambar 2 memperlihtankan histogram skor
minat belajar� fisika peserta didik yang
diajar dengan model discovery learning
pada tingkat minat belajar rendah dan dapat diperhatikan bahwa tidak ada
peserta didik berada pada kategori sangat rendah, tinggi dan sangat
tinggi.� Keduanya berada pada
frekuensi� 7 dengan nilai titik tengah
yaitu 7,5 pada kategori rendah dengan persentase 50,00%� dan 13,5 pada kategori sedang dengan
persentase 50,00%. Hal ini menunjukkan bahwa, peserta didik berada pada
kategori� rendah dan sedang�� yang artinya hasil belajar fisika yang
diperoleh kurang baik.
Untuk tabel distribusi frekuensi skor
minat belajar fisika peserta didik yang diajar pembelajaran konvensional (PK)
pada tingkat minat belajar tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4
Distribusi
Frekuensi Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik yang diajar dengan
Pembelajaran Konvensional (PK) pada Tingkat minat Belajar Tinggi
Rentang Skor |
Titik
Tengah |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kategori |
0-4 |
1,5 |
0 |
0 |
Sangat Rendah |
5-10 |
7,5 |
4 |
28,57 |
Rendah |
11-16 |
13,5 |
9 |
64,29 |
Sedang |
� 17-22 |
19,5 |
1 |
7,14 |
Tinggi |
23-28 |
25,5 |
0 |
0 |
Sangat Tinggi |
Jumlah
|
14 |
100 |
|
Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat
bahwa� tidak terdapat peserta didik
pada� kategori sangat rendah dan sangat
tinggi. Terdapat 4 peserta didik dengan rentang skor 5-10 atau menunjukkan
persentase sebesar 28,57% berada pada ketegori�
rendah. Pada rentang skor 11-16 terdapat 9 peserta didik� atau menunjukkan persentase sebesar 64,29%
berada pada kategori sedang. Pada rentang skor 17-22 terdapat 1 peserta
didik� atau menunjukkan persentase
sebesar 7,14%
berada pada kategori tinggi. Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dibuat
histogram yang memperlihatkan sebaran distribusi data skor hasil belajar fisika
tersebut pada Gambar 3.
Gambar 3
Histogram
Skor Hasil Belajar� Fisika Peserta Didik
yang diajar Pembelajaran Konvensional (PK) Tingkat Minat Belajar Tinggi
Gambar 3 menunjukkan histogram skor minat
belajar� fisika peserta didik kelas x
yang diajar dengan pembelajaran kovensional (PK) pada pada tingkat minat
belajar rendah. Histogram tersebut, memperlihatkan bahwa peserta didik berada
pada kategori rendah, sedang, dan tinggi. Frekuensi tertinggi 9 dengan titik
tengah hasil belajar peserta didik yaitu 13,5 dengan perolehan persentase
sebesar 64,29% berada pada kategori sedang. Frekuensi selanjutnya 4 dengan
titik tengah hasil belajar peserta didik yaitu 7,5 dengan perolehan persentase
sebesar 28,57% berada pada kategori rendah. Frekuensi selanjutnya 1 dengan
titik tengah hasil belajar peserta didik yaitu 19,5� dengan perolehan persentase sebesar 7,14%
berada pada kategori sangat rendah. Sementara itu, untuk tabel distribusi
frekuensi skor hasil� belajar fisika
peserta didik yang diajar pembelajaran konvensional (PK) pada tingkat minat
belajar rendah dilihat pada Tabel 5.
Tabel
5
Distribusi
Frekuensi Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik yang diajar dengan
Pembelajaran Konvensional (PK) pada Tingkat Minat Belajar Rendah
Rentang Skor |
Titik
Tengah |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kategori |
0-4 |
1,5 |
0 |
0 |
Sangat Rendah |
5-10 |
7,5 |
11 |
78,57 |
Rendah |
11-16 |
13,5 |
2 |
14,29 |
Sedang |
� 17-22 |
19,5 |
1 |
17,14 |
Tinggi |
23-28 |
25,5 |
0 |
0 |
Sangat Tinggi |
Jumlah
|
14 |
100 |
|
Berdasarkan Tabel 5 di atas, terlihat
bahwa tidak terdapat peserta didik yang berada pada kategori sangat rendah, dan
sangat tinggi. Terdapat 11 peserta didik dengan rentang skor 5-10 atau
menunjukkan persentase 78,57% berada pada ketegori rendah. Terdapat 2 peserta
didik dengan rentang skor 11-16 atau menunjukkan persentase 14,29% berada pada
ketegori sedang. Terdapat 1 peserta didik dengan rentang skor 17-22 atau
menunjukkan persentase 17,14% berada pada ketegori sedang. �Berdasarkan
Tabel 5 di atas, dapat dibuat histogram yang memperlihatkan sebaran distribusi pada
skor hasil belajar fisika tersebut seperti Gambar 4.
Gambar 4
Histogram
Skor Hasil Belajar� Fisika Peserta Didik
yang diajar Pembelajaran Konvensional (PK) Tingkat Minat Belajar Rendah
Gambar 4 menunjukkan histogram skor minat
belajar� fisika peserta didik yang diajar
dengan pembelajaran konvensional (PK) pada pada tingkat minat belajar rendah.
Histogram tersebut, memperlihatkan bahwa
tidak ada peserta didik berada pada kategori sangat rendah, dan sangat tinggi.
Frekuensi tertinggi 11 dengan titik tengah pada hasil belajar peserta didik
yaitu 7,5 dengan perolehan persentase sebesar 78,57% berada pada kategori� rendah. Frekuensi selanjutnya 2 dengan titik
tengah hasil belajar peserta didik yaitu 13,5 dengan perolehan persentase
sebesar 14,29% berada pada kategori sedang. Frekuensi selanjutnya 1 dengan
titik tengah hasil belajar peserta didik yaitu 19,5 dengan perolehan persentase
sebesar 17,14% berada pada kategori sedang. Pengujian hipotesis
digunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur dengan taraf
signifikan α = 0,05. Setelah
dilakukan uji prasyarat dan data telah memenuhi syarat maka dilakukan uji anava dua
jalur.� Sebelum melakukan uji anava dua
jalur dilakukan terlebih dahulu pengelompokan secara deskritif
pada masing-masing kategori
seperti pada tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6
Rangkuman Analisis
Deskriptif Dasar Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Berdasarkan
Kategori� Minat Belajar Fisika
�������������������� Pembelajaran(A) ��������� Minat Belajat (B) |
DL(A1) |
PK(A2) |
Total |
|
Tinggi(B1) |
N |
14 |
14 |
|
∑ |
227 |
179 |
|
|
∑ |
3785 |
2437 |
|
|
∑ |
104,357 |
148,357 |
|
|
|
16,21 |
12,79 |
|
|
Rendah(B2) |
N |
14 |
14 |
|
∑ |
149 |
129 |
|
|
∑ |
1673 |
1352 |
|
|
∑ |
87,214 |
163,36 |
|
|
|
10,64 |
9,21 |
|
|
Total |
N |
|
|
56 |
∑ |
|
|
684 |
|
∑ |
|
|
9247 |
|
∑ |
|
|
503,288 |
|
|
|
|
12,21 |
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan, dapat kita lihat hasil belajar
fisika� antara peserta didik yang diajar
dengan model Discovery
Learning dan peserta didik yang diajar dengan pembelajaran
konvensional (PK). Hal ini dilakukan pada peserta didik kelas X IPA MAN Sidrap melalui rangkuman
analisis variansi 2 arah (ANAVA) seperti yang diperlihatkan pada Tabel 7.
Tabel 7
Rangkuman Hasil
Perhitungan Analisis Anava 2 jalur
Sumber Varians |
JK |
db |
RJK |
|
F tabel α=0,05 |
Antar A |
82,57 |
1 |
82,57 |
8,53 |
4,03 |
Antar B |
292,57 |
1 |
292,57 |
30,23 |
4,03 |
Interaksi AXB |
14 |
1 |
14 |
1,45 |
4,03 |
Dalam |
503,288 |
52 |
9,678 |
|
|
Total |
892,431 |
|
|
|
|
Berdasarkan
rangkuman hasil analisis tes ANAVA dua jalur pada tabel 7 di atas, sehingga
dapat diperoleh data sebagai berikut.
Berdasarkan tabel 7
diperoleh nilai FHitung sebesar
Gambar 5
Interaksi antara model pembelajaran dengan minat
belajar Peserta Didik Kelas
X MAN Sidrap
.
Berdasarkan
Gambar 5, diperoleh penjelasan
bahwa garis orange merupakan
rata-rata skor hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning. Sementara untuk garis merah, merupakan rata-rata skor hasil belajar fisika
peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Pada gambar tersebut, menujukkan kedua garis tidak
saling berpotongan, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara model Discovery
Learning dengan minat belajar tidak memiliki interaksi. Setelah uji perbandingan secara keseluruhan dilakukan, perbandingan diteruskan dengan uji lanjut yaitu dengna membandingkan
antar kelompok satu persatu. Tapi
Karna
tidak terdapat interaksi maka tidak dilakukan pengujian lebih lanjut. Namun demikian
peneliti tetap menghitung uji lanjut dengan uji t-dunnet. Karna itu untuk melihat
lebih lanjut atau lebih detail perkelompok pada simple
effect, maka akan dibahas yang mana saja kelompok yang memiliki pengaruh secara sederhana dibawah ini Jumlah sampel dalam penelitian antar kelompok sama
besar maka dilakukan uji lanjut dengan metode uji t-dunnet. Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara beda
mean. Adapun hasil perhitungan uji lanjut dengan uji t-dunnet dapat dipaparkan seperti pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8
Hasil Perhitungan Uji t-dunnet
Kelompok sampel |
|
|
|
2,91 |
2,01 |
|
1,22 |
2,01 |
|
4,74 |
2,01 |
|
3,04 |
2,01 |
Pembahasan
Secara keseluruhan,
hasil belajar fisika bagi peserta
didik yang diajar dengan model Discovery Learning lebih tinggi dari pada peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas
X� MAN Sidrap tahun ajaran
2019/2020
Dari Tabel 7
anava dua jalur secara keseluruhan, untuk pembelajaran pada kolom diperoleh
harga Fhitung = 8,53. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan
harga Ftabel, untuk taraf signifikansi α = 0.05 didapatkan
harga Ftabel = 4,03. Karena Fhitung > Ftabel
maka HO ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa secara
keseluruhan, hasil
belajar fisika bagi peserta didik yang diajar
dengan model� Discovery Learning lebih tinggi dari
pada peserta didik
yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas X� MAN Sidrap tahun ajaran 2019.
Peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning mendapatkan skor dan nilai minat belajar fisika yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Discovery Learning dan kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Hasil di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan variabel� minat belajar, hasil belajar Fisika kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar Fisika
kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran Discovery
Learning pada kelas eksperimen
mampu membantu peserta didik dalam
mengembangkan atau memperbanyak penguasaan keterampilan dan proses kognitif peserta didik karena
peserta didik dilibatkan dalam penemuan ilmu pengetahuannya.
Peserta didik memperoleh pengetahuan yang lebih bersifat kukuh dalam arti pendalaman.
Hal berbeda diperoleh pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional lebih cenderung menempatkan peserta didik sebagai objek
belajar yang hanya berperan sebagai penerima informasi pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Sehingga peserta didik kurang
memiliki kesempatan� untuk
mengembangkan kemampuannya
yang lebih bersifat nyata.
Hasil penelitian yang diperoleh tersebut sesuai dengan teori
model pembelajaran discovery learning. Discovery
learning menurut Rohani
(2004:37) adalah "model pembelajaran
yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan
prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya yang merupakan akibat dari pengalaman belajarnya yang telah diatur secara cermat
dan seksama oleh guru". Pembelajaran
Discovery Learning memiliki makna bahwa peserta
didik sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk memberikan
rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa
terlibat dalam proses pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan sendiri informasi dan pengetahuannya berdasarkan hasil yang diperolehnya melalui pengamatannya. Sehingga peserta didik mampu
menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya melalui pengalaman belajarnya yang telah diatur secara
cermat dan seksama oleh
guru. Selain teori-teori tersebut, hasil yang diperoleh pada penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
yang berkaitan dengan model
pembelajaran discovery learning yang telah dilakukan sebelumnya. �Sebagaimana
paparan hasil penelitian di atas, memperkuat anggapan bahwa pemberian perlakuan (pembelajaran) yang tepat dapat mempengaruhi
variabel yang diukur (hasil belajar fisika). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model� Discovery
Learning memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan model
konvensional.
Secara
Keseluruhan, Hasil Belajar Fisika Bagi Peserta Didik
Yang Memiliki Minat Belajar Tinggi, Lebih Tinggi Dari
Pada Peserta Didik Yang Memiliki Minat Belajar Rendah Pada Peserta Didik Kelas
X MAN Sidrap Tahun Ajaran 2019/2020
Dari Tabel 7 anava dua jalur
untuk minat belajar tinggi. Pada kolom diperoleh harga Fhitung = 30,23. Nilai ini kemudian dikonsultasikan
dengan harga Ftabel, untuk taraf signifikansi α =0,05 didapatkan harga Ftabel = 4,03.
Karena Fhitung > Ftabel
maka HO ditolak
dan H1 diterima. Ini
berarti bahwa secara keseluruhan, hasil belajar fisika
bagi peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi,
lebih tinggi dari pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah
pada peserta didik kelas X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020.
Peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning� memperoleh minat belajar fisika yang lebih tinggi dibandingkan
dengan peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
model Discovery Learning� sangat
baik digunakan untuk peserta didik
yang memiliki minat belajar tinggi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa, untuk
peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi yang mengikuti pebelajaran
fisika dengan model discovery learning lebih tinggi dari pada hasil
belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika dengan model
konvensional. Melalui model discovery learning merupakan model
pembelajaran yang sesuai bagi para peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi Hal ini disebabkan karena peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi merasa tertarik dengan model pembelajaran baru yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan membangun sendiri
pengetahuannya. Peserta didik merasa senang ketika usaha yang dilakukannya bisa
memberikan hasil berupa pengetahuan baru kepada peserta didik itu sendiri. Hal
ini dibuktikan dengan adanya tingginya keantusiasan peserta didik dalam
mengacungkan tangan untuk bertanya ketika menemui kesulitan dan menjawab
pertanyaan yang diberikan pada proses pembelajaran. Peserta didik juga
sangat bersemangat ketika menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk
menunjang proses pembelajaran.
Perbedaan minat belajar fisika antara
peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning� dan model pembelajaran
konvensional juga dapat ditinjau dari keadaan bahwa peserta
didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih bersemangat, disiplin, tanggung
jawab dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga sangat baik jika
diajar dengan model Discovery Learning.
Peserta didik dalam penerapan model Discovery
Learning� untuk 2 KD fisika ternyata mampu
membantu mereka untuk berpikir secara kreatif dan aktif sehingga dapat
menciptakan minat balajar peserta didik di kelas.
Tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap hasil belajar
fisika
Dari Tabel 7 anava dua jalur� pada kolom� interaksi diperoleh harga Fhitung =1,45.
Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel, untuk taraf signifikansi
α = 0,05 didapatkan harga
Ftabel = 4,03. Karena Fhitung
< Ftabel maka H1 ditolak dan HO diterima.
Hal ini berarti bahwa peserta didik
yang diajar dengan model Discovery Learning tidak
memiliki pengaruh interaksi terhadap peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi maupun rendah. Apabila ditinjau dari kelompok minat belajar tinggi
dimana hasil belajar pada kelas eksperimen memperoleh skor yang lebih tinggi dari pada peserta didik yang diajar dengan pembelajaran
konvensional. Hal serupa
juga terjadi pada kelompok minat belajar rendah,
dimana hasil belajar kelas eksperimen
yang diajar dengan model
Discovery Learning� memperoleh skor
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajar
dengan pembelajaran konvensional. Sehinggah dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning�� baik� kesemua
minat belajar tinggi maupun minat
belajar rendah lebih baik atau
bagus dari model pembelajaran konvensional. Tidak terjadi interaksi
atau tidal saling mempengaruhi dapat dilihat pada skor rata-rata pada kategori minat belajar rendah pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih
rendah dibandingkan kelas yang diajar dengan model pembelajaran langsung.
Apabila
tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan minat belajar
terhadap hasil belajar fisika
maka pengujian selanjutnya tidak dilakukan. Akan tetapi, pada penelitian ini pengajuan selanjutnya dapat dilaksanakan meskipun tidak terdapat interaksi karena kalau diperpanjang
garis interaksinya maka akan berpotongan garisnya meskipun terjadi diluar.
Penelitian
ini menunjukkan bahwa tidak tergambar
interaksi pembelajaran antara minat belajar
terhadap hasil belajar fisika peserta didik kelas
X MAN Sidrap,
dengan diperlihatkan adanya efek perlakuan
pada peserta didik kelas eksperimen atau kelas yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran model Discovery Learning yakni berupa penyampaian materi dengan peserta didik menyelidiki sendiri terhadap fenomena fisika
diharapkan dapat menumbuhkan efek ketertarikan, kesenangan, ketaatan, dan inisiatif pada tingkat kemandirian peserta didik tinggi maupun
rendah. Sebaliknya tidak terjadi pada kelas kontrol kurang
adanya efek perlakuan pada peserta didik kelas kontrol
atau kelas yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran konvensional melalui pengalaman percobaan fisika dan hanya menumbuhkan efek ketertarikan dan ketaataan yang diberikan peserta didik dan berakibat pada kurangnya aktifnya peserta didik dalam pembelajaran
fisika dalam kelas.
Gambaran aktif tidaknya peserta didik dalam belajar
fisika tentunya sangat penting dalam penelitian/pembelajaran, tentunya diawali dengan timbulnya rasa senang, ketertarikan, ketaataan, dan ujung akhirnya timbul rasa inisiatif untuk melakuan hal-hal baru atau
terus mencoba kompetitif. Olehnya itu minat peserta
didik itu sendiri dalam mengikuti
pembelajaran, ketercapaian tujuan dalam proses belajar mengajar adalah bukan dilihat
dari terpenuhinya target meteri fisika yang diberikan, melainkan pada seberapa besar peserta didik merasa
senang dan tertarik untuk mengetahui dan memahami materi fisika tersebut melalui pola pembelajaran
model Discovery Learning itu sendiri.
Bagi peserta didik dengan tingkat
minat belajar tinggi, hasil belajar
fisika� bagi peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning lebih
tinggi dari pada peserta didik� yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada peserta didik kalas X MAN Sidrap tahun ajaran
2019/2020
Dari Tabel 8 Hasil perhitungan uji t-dunnet pada baris
pertama yaitu
Hasil tersebut menunjukkan bahwa, untuk
peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi yang mengikuti pebelajaran
fisika dengan model Discovery Learning lebih tinggi dari pada hasil
belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran fisika dengan model konvensional.
Melalui model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang
sesuai bagi para peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi. Hal ini
disebabkan karena peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi merasa
tertarik dengan model pembelajaran baru yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya. Peserta
didik merasa senang ketika usaha yang dilakukannya bisa memberikan hasil berupa
pengetahuan baru kepada peserta didik itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan
adanya tingginya keantusiasan peserta didik dalam mengacungkan tangan untuk
bertanya ketika menemui kesulitan dan menjawab pertanyaan yang diberikan pada proses pembelajaran.
Peserta didik juga sangat bersemangat ketika menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan untuk menunjang proses pembelajaran.
Hal berbeda diperoleh pada kelas kontrol, dimana peserta
didik tidak memaksimalkan eksplorasi, sehingga sukar bagi peserta didik� membangun sendiri pengetahuannya. Mereka
masih menyimpan keyakinan bahwa mereka sukar memahami ataupun meminati materi fisika ini,
tidak bisa apa-apa akan membuat mereka tidak percaya pada kemampuan dirinya.
Namun ketika peserta didik diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda
seperti pembelajaran model Discovery Learning,
semua kepercayaan diri, minat belajr, inisiatif
atau bahkan rasa senang pada pelajaran fisika
dapat meningkat pada diri peserta didik.
Perbedaan minat belajar fisika antara
peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning� dan model pembelajaran
konvensional juga dapat ditinjau dari keadaan bahwa peserta
didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih bersemangat, disiplin, tanggung
jawab dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga sangat baik jika
diajar dengan model Discovery Learning.
Peserta didik dalam penerapan model Discovery
Learning� untuk 2 KD fisika ternyata mampu
membantu mereka untuk berpikir secara kreatif dan aktif sehingga dapat menciptakan
minat balajar peserta didik di kelas.
Bagi peserta
didik dengan tingkat minat belajar
rendah, hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning lebih tinggi dari pada peserta didik yang
diajar dengan model pembelajaran konvensional pada peserta didik kalas
X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020
Dari Tabel 8 hasil perhitungan uji t-dunnet pada baris
kedua� yaitu
Peserta didik yang memiliki minat belajar
rendah lebih menyukai keadaan yang biasa dan stabil dimana mereka merasa
nyaman. Peserta didik kurang siap untuk terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran sehingga mereka cenderung tidak aktif dan kurang memperhatikan
maupun mengikuti jalannya proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar� fisika peserta didik yang memiliki minat
belajar tinggi. Sesungguhnya untuk peserta didik yang memiliki minat belajar
rendah dalam penerapan model pembelajaran Discovery Learning juga dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Jadi yang penting dilakukan adalah meyakinkan
peserta didik yang memiliki minat belajar rendah untuk mau aktif dan terlibat
di dalam proses pembelajaran.
Hasil yang diperoleh tersebut sejalan dengan pendapat dari Susanto (2013) yang
mengatakan bahwa: �minat memegang peranan penting dalam menentukan arah, pola dan dimensi berpikir seseorang dalam segala aktivitasnya, termasuk dalam belajar�. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena jika bahan
pelajaran ataupun proses pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik tidak
sesuai dengan minat peserta didik,
maka peserta didik tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya
tarik baginya. Sesuai dengan teori
sebelumnya dimana rendahnya minat belajar fisika peserta didik ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satu diantaranya adalah karena kurangnya
variasi dalam pengajaran yang berakibat pada opini peserta didik.
Pernyataan tersebut di dukung oleh Sagala (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran terlebih khusus fisika sendiri,
perlu memperlihatkan minat dan kebutuhan peserta didik, sebab keduanya menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan peserta didik, tentu akan menarik
perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh.
Berdasarkan teori
dari aspek psikologi Sigmund Freud menyatakan
seseorang ataupun peserta didik harus
menggali potensi/bakat/minat pada dirinya dengan hal yang menyenangkan dan efektif misalnya dengan bermain, bercerita, atau melukis. Hal tersebut perlu dilakukan oleh guru dalam kelas melalui
segala cara guna lebih mengoptimalkan
kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
fisika sendiri. Hal lain mengisyaratkan bahwa pembelajaran akan berlangsung efektif ketika situasi atau kondisi pembelajaran
menarik/menyenangkan.
Menumbuhkan minat
dalam diri peserrta didik yang sedang dalam kondisi
relaks dengan konsep belajar dimana peserta didik akan penemuan
konsep fisika� akan
memberikan rasa senang memalui kemasan pembelajaran menarik itu sendiri adalah
hal jarang dilakukan. Bisa dibayangkan ketika belajar fisika peserta didik yang lebih aktif, pastilah peserta didik jadi
menyukai belajar fisika. Ini merupakan
kunci penting, yang menjadikan penelitian ini berbeda yakni
bangunan pembelajaran materi fisika efektif
yang bisa diberikan pada peserta didik kelas
X MAN Sidrap guna menumbuhkan kegembiraan/ketertarikan/meminati pelajaran fisika.
Bagi peserta
didik yang diajar dengan model Discovery Learning, hasil belajar
fisika bagi peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari
pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah pada peserta didik kalas
X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020
Dari Tabel 8 Hasil perhitungan uji t-dunnet pada baris
ketiga yaitu
Pembelajaran Discovery Learning yaitu menemukan konsep melalui serangkaian data
atau informasi yang diperoleh melalui percobaan atau pengamatan.� peserta didik dapat menemukan konsep dengan
cara melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dan sebagainya untuk menemukan
konsep atau prinsip tersebut. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning adalah model yang
dalam pelaksanaannya dirancang sedemikian rupa sehingga� peserta didik dapat menemukan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep,
peserta didik melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip
Minat merupakan dorongan atau keinginan
dalam diri seseorang pada suatu objek tertentu. Menurut Slameto (2010) �minat
adalah suatu rasa suka maupun ketertarikan pada sebuah hal atau kegiatan, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri.�� peserta didik yang memiliki minat pada sebuah
subjek tertentu lebih condong untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada
subjek tersebut. Apabila perhatian sudah terfokus pada sebuah hal yang disukai,
maka itu akan berpengaruh dengan pencapaiannya. Misalnya seseorang anak menaruh
minat terhadap bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih
banyak tentang kesenian. Dengan adanya minat pada diri� peserta didik, maka� peserta didik akan mendapatkan sebuah
kepuasan dari kegiatan pembelajaran. Pemilihan sebuah model pembelajaran
merupakan hal yang penting dalam perencanaan pembelajaran karena akan
mempengaruhi minat� peserta didik dalam
pembelajaran. Peneliti melihat model Discovery
Learning memberi efek yang sesuai untuk meningkatkan minat belajar� peserta didik. Dalam proses pembelajaran di
sekolah, minat memegang peranan penting dalam belajar. Dengan adanya minat
dalam pribadi� peserta didik, maka� peserta didik akan memusatkan perhatiannya
pada pembelajaran tersebut dan minat masih ada kaitannya dengan akitivitas
belajar� peserta didik. Ketika
pembelajaran, peserta didik didorong untuk aktif dengan cara menemukan dan
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan
dan tidak mudah untuk dilupakan. Karena mereka lah yang menemukan dan
menganalisis cara itu sendiri.
Bagi peserta
didik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional, hasil belajar
fisika bagi peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari
pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah pada peserta didik kalas
X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020
Dari Tabel 8 Hasil perhitungan uji t-dunnet pada baris
keempat yaitu
Model Direct
Instruction merupakan bentuk dari pendekatan berorientasi kepada guru
(teacher centered approach). Dikatakan demikian karena dalam model ini guru
memegang peran yang sangat dominan, melalui model ini guru menyampaikan materi
pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai peserta didikdengan baik. Fokus
utama model ini adalah kemampuan akademik�
siswa. Model ini cenderung menggunakan ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan peserta didikdalam bidang kemampuan sosialisasi, hubungan
interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. Keberhasilan model Direct Instruction sangat bergantung
kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya
diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan
bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengolah kelas. Tanpa itu dapat
dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin terlaksana dengan baik. Pada model
ini gaya komunikasi lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman
peserta didikakan materi pembelajaran sangat terbatas pula. Disamping itu,
komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki peserta
didikakan terbatas.
Direct
Instruction merupakan pembelajaran yang berorientasi pada
guru yang bersifat linier sehingga lebih cocok bagi peserta didik yang memiliki
minat belajar rendah, hal ini disebabkan peserta didik yang memilki minat
belajar rendah cenderung pasif menunggu informasi dari guru. Dengan demikian
guru memiliki banyak kesempatan untuk memberikan motivasi, semangat dan arahan
sehingga peserta didikl ebih termotivasi dan terdorong dalam mengetahui dan
memahami informasi penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari dan
meningkatkan hasil belajarnya. Akan tetapi jika pembelajaran� Direct
Instruction diberikan kepada peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Hal ini disebabkan proses
pembelajaran terkesan monoton dan kurang memiliki variasi dalam penyajiannya
serta pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
aktif dan kreatif.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan;
1) Hasil belajar
peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning berada
pada frekuensi yang paling tinggi
yaitu pada kategori sedang dan hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model konvensional berada pada frekuensi yang paling
tinggi yaitu pada kategori rendah pada peserta didik kelas
X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020.
2) Secara
keseluruhan, hasil belajar fisika antara peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning lebih tinggi dari pada peserta didik yang diajar dengan model konvensional pada peserta didik kelas
X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020.
3)Secara
keseluruhan, hasil belajar fisika antara peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari
pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah pada
peserta didik kelas X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020. 4)Tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap
hasil belajar fisika peserta didik kelas X MAN Sidrap tahun ajaran
2019/2020. 5)Bagi
peserta didik dengan tingkat minat belajar tinggi,
hasil belajar fisika bagi peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning lebih tinggi dari pada peserta didik yang
diajar dengan model pembelajaran konvensional pada peserta didik kalas X MAN Sidrap tahun ajaran
2019/2020. 6) Bagi
peserta didik dengan tingkat minat belajar rendah,
hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan model Discovery Learning lebih tinggi dari
pada peserta didik yang
diajar dengan model pembelajaran konvensional pada peserta didik kalas X MAN Sidrap tahun ajaran
2019/2020. 7) Bagi
peserta didik yang diajar dengan model Discovery
Learning, hasil belajar
fisika bagi peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari
pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah pada peserta didik kalas
X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020.8)
Bagi peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional, hasil belajar
fisika bagi peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi dari
pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah pada peserta didik kalas
X MAN Sidrap tahun ajaran 2019/2020.
Berdasarkan
hasil penelitian, maka implikasi dari kesimpulan tersebut ditemukan saran bahwa hasil belajar
fisika yang diajar dengan model Discovery
Learning�� belum
ada pada kategori sangat tinggi, sehinggah diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat lebih mengkaji lebih banyak mengenai
model Discovery Learning� dan
kaitannya dengan minat belajar sehinggah
hasil belajar fisika dapat lebih
baik lagi sehinggah ada pada kategori sangat tinggi.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. 2013. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
������������������� .2013. Dasar- Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Budiningsih,
As. 2005. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Bloom, B.
1956.� Taxonomy of educational objectives, the classification of educational
goals. America : The United State of America.
Balım,
A., G. 2009. The effects of� discovery
learning on students� success and inquiry learning skills. Egitim
arastirmalari- eurasian journal of educational research, 35, 1-20.
Ekawati, Y., &
Widha, S. 2017.
Pembelajaran Fisika Melalui Discovery Learning Dengan Metode Eksperimen
Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreativitas Peserta
didik Smk Kelas X Pada Materi Sifat Mekanik Bahan. Jurnal Inkuiri Issn: 2252-7893,
Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 17-28).
Fraenkel, J.,
& Norman, S.W. 2009. How to Design and Evaluate Research in Education.
New York : McGraw-Hill.
Fitri, Mariza, &
Derlina. 2015.� Pengaruh Model� Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar
Peserta didik Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor. Jurnal Inpafi Vol. 3, No. 2.
Hamiyah, N., & Jauhar, M.
2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hamalik, O.
2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hamidah ,L., Gunawan, & Taufik, M. 2018. Pengaruh
Model Discovery Learning Berbantuan Media Phet Terhadap Hasil Belajar
Fisika Peserta Didik Kelas XI� SMAN 1
Kediri Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi: Volume 4 No.1,
Juni 2018.
Hosnan. 2014. Pendekatan
Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia
Indonesia
Illahi, M.,
T. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Yogyakarta:
DIVA press.
Indah, C.P.,
Eko, S., & Hanisa P.D.
2017. Pengaruh Model Discovery Learning
melalui Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar dan Minat Belajar Fisika
Siswa pada Konsep Fluida Statis di Sman 8 Rejang Lebong. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 1. No. 1, Agustus 2017.
Ismail, F. 2018. Statistik untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Kencana.
Joolingan, W.,
V. 2007. Cognitive tools for Discovery Learning. International journal of
artificial intelegence in education (IJAIED). 2007 (10), pp.
385-397.
Kadir. 2010. Statistika untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna.
Majid, A. 2017. Penilaian Autentik Proses dan
Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marwiliansyah, A., Sidin Ali, M.,
& Arsyad, M. 2018 Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Monopoly Game Physics dan Kemandirian Belajar Terhadap Minat Belajar Fisika
Peserta Didik. Seminar Nasional Fisika
2018 Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
Mursid. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Medan: Unimed
Press.
Purwanto. 2011. Statistika untuk
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puspita, Agustania, & Widha,S.
2016. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Menggunakan
Metode Demonstrasi Diskusi Dan Eksperimen Ditinjau Dari Minat belajar Dan
Aktivitasbelajar Peserta didik. Jurnal Inkuiri� ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal
65-73).
Putrayasa, I.M., Syahruddin, H.,
& Margunayasa, I.G. 2014.�
Pengaruh Model� Discovery Learning
dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Peserta didik. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun
2014).
Rosdiani, D. 2012. Model
Pembelajaran Lanngsung dalam Penidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: CV.
Alfabeta.
Santoso, S.
2010. Kupas Tuntas Riset Eksperimen dengan Excel 2007 dan Minitab 15.
Jakarta:PT Alex Media Komputindo.
Sudjana, N.
2006. Metode Statistik. Bandung:
Tarsito.
Sudaryono. 2016. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Susanto,
A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Soesilowaty
H, Didimus T., B., Labulan,.
2019. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Number Head Together� terhadap Aktivitas, Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa. J. Pijar MIPA, Vol. 14
No.1, Maret 2019: 55-61, ISSN 2460-1500.
Trianto.
2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Yulisna Wati1, S. 2019.� Discovery
Learning: Pengaruhnya
Terhadap Hasil Belajar. ��Indonesian
journal of science and mathematics education 02 (1) (2019) 123-129, �E-Issn: 2615-8639.
Eka Sriwahyuni,
Muhammad Sidin Ali, Helmi (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |