Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
ANALISIS
FAKTOR PENGARUH PENDAPATAN UMKM KOTA SURABAYA DENGAN METODE STRUCTURAL
EQUATION MODEL
Amalia
Nur Alifah, Almira Ivah
Edina
Institut Teknologi Telkom Surabaya, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
UMKM memiliki peran yang sangat penting, terutama bagi pertumbuhan perekonomian Kota Surabaya. Pandemi
yang mulai terjadi di
Indonesia khususnya Kota Surabaya membuat
banyak UMKM ikut terdampak. Bahkan dampak tersebut sampai membuat banyak UMKM yang tidak dapat mempertahankan usaha miliknya serta tidak mampu
bersaing dengan UMKM yang
lain. Namun di sisi lain dengan adanya pandemi
membuat beberapa UMKM justru malah omset
penjuanlannya mengalami peningkatan secara signifikan. Pendapatan UMKM adalah salah satu aspek yang memiliki keterkaitan terhadap kebertahanan suatu UMKM. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian mengenai faktor apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan UMKM di
Kota Surabaya. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan penelitian kuantitatif dengan data primer. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini diketahui bahwa
factor kualitas, factor e-business, serta factor value chain merupakan
factor-faktor yang memengaruhi
tingkat pendapatan UMKM
Kota Surabaya. Dengan demikian,
agar setiap UMKM yang ada
di Surabaya dapat bertahan,
mampu bersaing, dan selalu berkembang, maka perlu untuk
meningkatkan kualitas produk, memanfaatkan e-business
dalam pemasaran produknya, serta memerhatikan value chain dari produknya.
Kata
Kunci: E-business, Kualitas, Pendapatan, SEM, UMKM, Value Chain
Abstract
MSMEs have a very important role, especially for the economic growth of the
city of Surabaya. The pandemic that began to occur in Indonesia, especially the
city of Surabaya, has affected many MSMEs. In fact, this impact has made many
MSMEs unable to maintain their businesses and unable to compete with other
MSMEs. However, on the other hand, with the pandemic, some MSMEs actually
increased their turnover significantly. MSME income is one aspect that has a
relationship with the resilience of an MSME. For this reason, it is necessary
to conduct research on what factors affect the income of MSMEs in the city of
Surabaya. This research was conducted with a quantitative research approach
with primary data. The method used in this study is Structural Equation Modeling
(SEM). Based on the results of data analysis in this study, it is known that
quality factors, e-business factors, and value chain factors �are factors that affect the income
level of MSMEs in the city of Surabaya. Thus, in order for every MSME in Surabaya
to survive, be able to compete, and always develop, it is necessary to improve
product quality, utilize e-business in marketing their products, and pay
attention to the value chain of their products.
Keywords: E-business, Quality, Revenue, SEM, MSMEs, Value Chain
Pendahuluan
Usaha mikro,
kecil, dan menengah, atau sering disebut
dengan UMKM merupakan suatu unit usaha atau bisnis yang berskala kecil. UMKM dapat dijalankan secara individu, rumah tangga, maupun
badan usaha ukuran kecil. Tempat yang digunakan oleh UMKM dalam menjalankan bisnisnya juga sangat
beragam, di rumah, sewa tempat, ataupun
online. Jenis-jenis UMKM terdiri
dari usaha mikro, usaha kecil,
dan usaha menengah. Perbedaan dari masing-masing jenis tersebut telah diatur oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2008. Perbedaan tersebut terletak pada besar asset serta omset yang dimiliki oleh setiap usaha. Secara detail, berikut adalah perbedaan antara usaha mikro, usaha
kecil, dan juga usaha menengah.
Tabel 1
Pada setiap
negara, UMKM memiliki peran
yang sangat penting, terutama
bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Adanya UMKM juga membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran. Semakin banyaknya UMKM, maka semakin banyak pula penyedia lapangan kerja, sehingga hal ini dapat
menurunkan tingkat pengangguran di suatu wilayah, khususnya Kota Surabaya. Kota Suarabaya
merupakan salah satu kota yang pemerintahnya focus kepada UMKM.
UMKM di Kota Surabaya sangatlah banyak. Pada tahun 2021, lebih dari 60 ribu UMKM berjalan di Kota Surabaya dan jumlah
ini diprediksi akan selalu meningkat
di setiap tahunnya. Pentingnya eksistensi UMKM di
Kota Surabaya membuat pemerintah
Surabaya melakukan upaya-upaya
tertentu agar UMKM di Kota Surabaya dapat tetap bertahan
serta mampu bersaing. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan pendampingan UMKM pada Organisasi
Perangkat Daerah terkait.
Pandemi yang mulai
terjadi di Indonesia khususnya
Kota Surabaya membuat banyak
UMKM yang terdampak. Bahkan
dampak tersebut sampai membuat banyak UMKM yang gulung tikar karena tidak
dapat mempertahankan usaha miliknya serta tidak mampu
bersaing dengan UMKM yang
lain. Namun di sisi lain dengan adanya pandemi
membuat beberapa UMKM justru malah omset
penjuanlannya mengalami peningkatan secara signifikan. Jenis
UMKM yang mengalami peningkatan
omset Sebagian besar adalah UMKM di bidang kuliner yang menjajakan dagangannya pada media e-commerce. Hal ini terjadi karena
masyarakat merasa lebih aman jika
membeli makanan atau minuman melalui
e-commerce.
Pada saat
yang bersamaan, akan ada UMKM yang dapat bertahan dan berkembang, maupun UMKM yang tidak dapat bertahan. Agar setiap UMKM dapat bertahan, mampu bersaing, serta selalu berkembang, maka perlu dilakukan
berbagai upaya serta strategi. Untuk mempertahankan suatu UMKM tentu tidak mudah.
Pendapatan UMKM adalah
salah satu aspek yang terkait dengan kebertahanan suatu UMKM. Untuk itu perlu
dicari tahu faktor apa sajakah
yang mempengaruhi pendapatan
UMKM di Kota Surabaya. Hal ini sangat penting untuk diketahui
agar UMKM di kota Surabaya dapat
memperhatikan factor-faktor
tersebut sehingga pendapatannya terus meningkat dan UMKM tersebut dapat bertahan dan terus berkembang.
Pada penelitian
ini akan dicari tahu factor apa sajakah yang mempengaruhi jumlah pendapatan UMKM di Kota Surabaya. Berbagai
indikator yang akan dibahas pada penelitian ini adalah �indicator kualitas, e-business, value chain, serta
fasilitas. Berikutnya dengan menggunakan statistika, akan diuji dari indicator-indikator tersebut, indicator
mana saja yang mempengaruhi
pendapatan UMKM Kota Surabaya. Dengan
hasil ini diharapkan dapat membantu UMKM-UMKM di Kota Surabaya untuk
meningkatkan pendapatan dengan berfokus pada factor-faktor yang mempengaruhi. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalan SEM (Structural� Equation
Model).
Metode
Penilitian
Jenis
penelitian yang digunakan
pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Data yang
akan dianalisis pada penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner secara langsung kepada pemilik UMKM yang ada di Kota
Surabaya. Data-data ini selanjutnya
akan dianalisis menggunakan alat statistika untuk mendapatkan suatu insight
yang bermanfaat. Jenis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah data cross section. Artinya
data dikumpulkan dalam satu waktu terhadap
banyak objek. Sedangkan berdasarkan sumbernya, data pada penelitian ini merupakan data primer, yaitu data diperoleh langsung dengan melakukan wawancara terhadap pemilik-pemilik UMKM
Kota Surabaya yang menjadi sampel
pada penelitian ini.
Jumlah
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 216 UMKM di Kota
Surabaya. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, dan juga studi kepustakaan. Metode pengumpulan data yang pertama dilakukan adalah dengan kuesioner.
Kuesioner yang diisi oleh
215 sampel ini terdiri dari 37 pertanyaan yang tergolong pada 4 indikator, yaitu indicator kualitas, indikato e-business,
indicator vaue chain, dan indicator fasilitas. Selain itu, kuesioner ini juga dilengkapi dengan data nama pedagang, jenis kelamin, domisili, pendidikan terakhir, penghasilan per bulan, serta modal. Selanjutnya lokasi yang menjadi subjek penilitian akan diobservasi. Hasil observasi ini akan
digunakan untuk perbandingan dengan hasil analisis statistic, apakah hasil analisis
satatistik yang diperoleh sesuai dengan hasil
observasi atau tidak. Selain itu,
studi kepustakaan juga menjadi metode dalam pengumpulan data pada peneltian ini.
Setelah
data terkumpul melalui pengisian kuesioner oleh responden, untuk mengetahui indicator yang berpengaruh
terhadap penghasilan UMKM, dilakukan suatu analisis yang dinamakan Analisis Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan salah satu metode pemodelan yang memiliki fungsi yang sama dengan analisis
regresi linear. Namun, SEM digunakan jika terdapat lebih dari dua variabel
yang berhubungan, yaitu variabel laten dan manifest. Namun
sebelum melakukan analisis SEM, terlebih dahulu dilakukan visualisasi terhadap data yang telah terkumpul. Hasil visualisasi data serta hasil analisis SEM akan dibahas pada bab berikutnya.
Hasil
Dan Pembahasan
Visualisasi
Data
Visualisasi
data yang dihasilkan dari
data yang telah diperoleh adalah visualisasi data dalam bentuk pie chart dari jenis kelamin,
pendidikan terakhir, serta penghasilan per bulan. Selain itu
juga akan disajikan 10
rata-rata nilai tertinggi
pada setiap indicator (kualitas,
e-business, value chain, dan fasilitas), serta rata-rata nilai setiap indikator yang ada.
Gambar 1. Jenis
Kelamin Responden
Data yang diperoleh
menyatakan bahwa 35% responden, yaitu sejumlah 75 responden adalah laki-laki, sedangkan sisanya, 65%, yaitu sejumlah 140 responden. Untuk tingkat pendidikan responden, paling banyak adalah SMA, yaitu sebesar 54%, sejumlah 117 responden. Sisanya adalah sebesar 19% (41 responden) SMP dan SD, 7% (14 responden)
S1, serta 1% (2 responden)
D3. Berdasakan penghasilan
per bulan, sebesar 30% (65 responden) berpenghasilan Rp
500.000 � Rp 1.000.000, sebesar 21% (45 responden) berpenghasilan < Rp
500.000, 19% (40 responden) berpenghasilan
Rp 1.500.000 � Rp 2.000.000, 17% (37 responden) berpenghasilan > Rp 2.000.000, dan 13% (29 responden) berpenghasilan Rp
1.000.000 � Rp 1.500.000.
Gambar 2. Pendidikan Terakhir Responden
Gambar 3. Penghasilan
per Bulan Responden
Selanjutnya,
rata-rata nilai dari setiap indicator ditampilkan pada
diagram batang pada gambar 4.
Indikator dengan rata-rata nilai tertinggi adalah indicator kualitas, yaitu 3,48. Berikutnya disusul dengan indicator fasilitas dengan nilai 3,38, indicator e-business dengan
nilai 2,65, dan terakhir
yang paling rendah adalah indikato value chain, yaitu mempunyai rata-rata nilai 2,21.
Hasil ini menyatakan bahwa rata-rata UMKM di Kota Surabaya telah
memperhatikan kualitas dari dagangan mereka.
Selain itu, ternyata UMKM Kota Surabaya juga telah
memperhatikan fasilitas pada
UMKM tersebut. Namun, hal yang masih kurang diperhatikan pada setiap UMKM di Kota Surabaya adalah
indicator e-business serta indicator value chain.
Keterangan : 1 : Sangat Tidak Setuju 2 : Tidak
Setuju 3 : Netral 4 : Setuju 5 : Sangat Setuju
Gambar 4. Rata-Rata Nilai Indikator
Analisis
Structural Equation Modeling (SEM)
Terdapat
dua tipe pada pemodelan ini SEM, yaitu Covariance Based SEM (CBSEM) dan Variance Based SEM atau biasa disebut
SEM Partial Least Squares (SEMPLS). Umumnya CBSEM menggunakan software AMOS sedangkan
PLS software seperti smartPLS.
Perbedaan antara CBSEM dengan PLS adalah CBSEM lebih berorientasi pada teori ataupun dapat
disebut dengan uji landasan teori terhadap suatu model. Sedangkan PLS bertujuan memprediksi hubungan antar variabel dependen dan independen yang belum pasti hubungan
eratnya. Pada penelitian ini akan menggunakan
metode PLS, dikarenakan hasil data observasi tidak harus berdistribusi
normal.
Pada Analisis
Structural Equation Modeling terdapat dua jenis variabel,
yaitu variabel laten dan
manifest. Variabel laten merupakan
variabel yang tidak diukur secara langsung
dan terbagi menjadi dua, yaitu variabel
eksogen dan endogen. Variabel
laten eksogen merupakan variabel bebas atau mempengaruhi variabel endogen. Sedangkan, variabel endogen merupakan variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi variabel eksogen. Sedangkan variabel manifest merupakan variabel penjelas yang terdapat di dalam setiap variabel laten yang bertujuan untuk mengukur atau menjelaskan
variabel later tersebut.
Evaluasi
Model Pengukuran (Outer Model)
Model pengukuran
adalah hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, bisa bersifat reflektif
dan formatif. Reflektif berarti variabel laten merupakan pencerminan atau manifestasi, sedangkan formatif menjelaskan bahwa indikator dari variabel laten memberikan pengaruh terhadap variabel latennya. Pengujian yang dilakukan dalam evaluasi model pengukuran adalah uji validitas dan reliabilitas.
a. ��Uji Validitas
Uji
validitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan sudah cocok digunakan atau dapat dikatakan
data valid. Berikut ini adalah hasil pengujian
validitas untuk
masing-masing variabel eksogen
(Indikator Kualitas,
E-Business, Value Chain, dan Fasilitas).
1. Indikator
Kualitas
Indikator Kualitas memiliki 11 item. Suatu item dikatakan valid apabilia memiliki nilai loading factor lebih dari 0,5. Berikut ini adalah tabel
nilai loading factor pada indikator
Kualitas untuk
masing-masing itemnya.
Tabel 2.
Nilai Loading Faktor Indikator
Kualitas
Item |
Indikator Kualitas |
Item 1 |
0.756 |
Item 2 |
0.093* |
Item 3 |
0.341* |
Item 4 |
0.804 |
Item 5 |
0.804 |
Item 6 |
0.852 |
Item 7 |
0.804 |
Item 8 |
-0.062* |
Item 9 |
0.518 |
Item 10 |
0.721 |
Item 11 |
0.617 |
*tidak valid
Tabel
2 menunjukkan hasil nilai loading factor dari indikator Kualitas. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa item 2, item 3, dan item 4 memiliki
nilai loading factor yang kurang
dari 0.5. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa ketiga item ini tidak valid. Sehingga, ketiga item ini harus dihilangkan
atau dihapuskan dalam analisis SEM dan didapatkan nilai loading factor
yang baru sebagai berikut.
Tabel 3.
Nilai Loading Factor Indikator Kualitas
(Baru)
Item |
Indikator Kualitas |
Item 1 |
0.814 |
Item 4 |
0.857 |
Item 5 |
0.855 |
Item 6 |
0.899 |
Item 7 |
0.851 |
Item 9 |
0.552 |
Item 10 |
0.742 |
Item 11 |
0.629 |
Tabel
di atas merupakan nilai loading factor dari indikator kualitas setelah menghilangkan yang tidak valid (item 2, item 3, dan item 4). Diketahui bahwa item 1, item 4,
item 5, item 6, item 7, item 9, item 10, dan item 11 memiliki
nilai loading factor lebih dari 0.5. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa ke-8 item ini sudah valid dan bisa dilanjut ke tahap
selanjutnya. Berikut ini akan ditampilkan
path diagram untuk indikator
Kualitas dan Pendapatan.
Gambar 5. Path Diagram Indikator
Kualitas dengan Pendapatan
2. Indikator
E-Business
Pada penelitian
ini indikator E-Business memiliki 9 item yang dijelaskan
pada item 12, 13, 14, 15, 16, 17,18, 19, dan 20. Berikut
ini adalah tabel nilai loading factor pada indikator E-Business untuk
masing-masing itemnya.
Tabel 4.
Nilai Loading Factor Indikator E-Business
Item |
Indikator E-Business |
Item 12 |
0.806 |
Item 13 |
0.782 |
Item 14 |
0.595 |
Item 15 |
0.681 |
Item 16 |
0.616 |
Item 17 |
0.615 |
Item 18 |
0.867 |
Item 19 |
0.769 |
Item 20 |
0.526 |
Tabel
4 menunjukkan hasil nilai loading factor dari indikator E-Business. Berdasarkan
tabel di atas diketahui bahwa tidak ada item yang memiliki nilai loading factor
yang kurang dari 0.5. Suatu item dikatakan valid apabila memiliki nilai loading factor lebih dari 0.5. Oleh karena itu, semua item pada indikator E-Business dikatakan
valid karena memiliki nilai loading factor yang lebih besar dari 0,5. Maka tidak ada
item yang dihilangkan atau dihapuskan pada indikator
E-Business ini. Berikut ini akan ditampilkan
path diagram untuk indikator
E-Business dan Pendapatan.
Gambar 6. Path Diagram Indikator
E-Business dengan Pendapatan
3. Indikator
Value Chain
Indikator
Value Chain memiliki sepuluh
item yang terdiri dari item
21, item 22, sampai item 30. Terdapat
enam item yang memiliki nilai loading factor yang kurang dari 0.5. Nilai loading factor pada indikator
value chain dijelaskan pada Tabel
5 sebagai berikut.
Tabel 5.
Nilai Loading Factor Indikator Value Chain
Item |
Indikator Value Chain |
Item 21 |
0.861 |
Item 22 |
0.451≈0.5 |
Item 23 |
0.414* |
Item 24 |
0.619 |
Item 25 |
0.308* |
Item 26 |
0.87 |
Item 27 |
-0.195* |
Item 28 |
0.409* |
Item 29 |
0.414* |
Item 30 |
0.285* |
*tidak valid
Diketahui bahwa enam dari
sepuluh item pada indikator
value chain memiliki nilai
loading factor kurang dari
0.5. Sehingga, ke-6 item tersebut
harus dihapus atau dihilangkan pada indikator value chain ini dan didapatkan nilai loading factor baru sebagai berikut.
Tabel 7.
Nilai Loading Factor Indikator Value Chain Baru
Item |
Indikator Value
Chain |
Item 21 |
0.924 |
Item 22 |
0.516 |
Item 24 |
0.655 |
Item 26 |
0.924 |
Item
21, 22, 24, dan 26 merupakan item pada indikator value chain yang memiliki
nilai loading factor lebih dari 0.5. Ole karena itu, ke-4 item ini dinyatakan valid karena definisi valid adalah ketika nilai loading factornya lebih dari 0.5. Berikut ini akan ditampilkan
path diagram untuk indikator
Value Chain dan Pendapatan.
Gambar 7. Path
Diagram Indikator Value Chain dengan
Pendapatan
4. Indikator
Fasilitas
Pada
penelitian ini indikator Fasilitas memiliki 7 item yang dijelaskan
pada item 31 hingga 37. Berikut
ini adalah tabel nilai loading factor pada indikator Fasilitas untuk masing-masing itemnya.
Tabel 8.
Nilai Loading Factor Indikator Fasilitas
Item |
Indikator Fasilitas |
Item 31 |
0.684 |
Item 32 |
0.887 |
Item 33 |
0.448≈0.5 |
Item 34 |
0.059* |
Item 35 |
0.132* |
Item 36 |
-0.179* |
Item 37 |
0.165* |
*tidak valid
Tabel
8 menunjukkan hasil nilai loading factor dari indikator Fasilitas. Diketahui bahwa terdapat empat item pada indikator Fasilitas yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0.5. Sehingga, ke-4 item tersebut harus dihapus atau
dihilangkan pada indikator Fasilitas ini dan didapatkan nilai loading factor baru sebagai berikut.
Tabel 9.� Nilai Loading Factor Indikator
Fasilitas Baru
Item |
Indikator Fasilitas |
Item 31 |
0.765 |
Item 32 |
0.935 |
Item 33 |
0.588 |
Item
31, item 32, dan item 33 memiliki nilai
loading factor lebih dari
0.5. Sehingga, item-item ini
dapat dinyatakan sebagai item yang valid. Berikut ini akan ditampilkan
path diagram untuk indikator
Fasilitas dan Pendapatan.
Gambar 8. Path Diagram Indikator Fasilitas SWK dengan Pendapatan
b.� Uji Realibilitas
Pada
model pengukuran (Outer Model) selain
diukur dengan menilai validitasnya juga dilakukan dengan melihat reliabilitas dari variabel laten yang diukur dengan melihat
nilai Cronbach�s Alpha-nya.
Suatu variabel laten atau indikator dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach�s Alpha-nya lebih dari
0.60. Berikut ini adalah nilai Cronbach�s Alpha dari indikator Kualitas, E-Business, Value Chain, dan Fasilitas.
Tabel 10.
Nilai Cronbach�s Alpha
Indikator |
Cronbach's
Alpha |
Indikator Kualitas |
0.907 |
Indikator
E-Business |
0.885 |
Indikator Value
Chain |
0.79 |
Indikator Fasilitas SWK |
0.708 |
Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas yang ada, diketahui bahwa semua indikator memiliki nilai Cronbach�s Alpha lebih dari 0.6. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa semua indikator telah reliabel.
Evaluasi
Model (Inner Model)
Hubungan
antara beberapa variabel laten biasa disebut dengan model struktural dimana bersifat rekursif dan non rekursif. Rekursif merupakan pengertian bahwa setiap variabel
laten berhubungan searah dengan variabel lain, namun untuk
non rekursif merupakan sebaliknya atau adanya timbal balik dari variabel yang berdekatan.
Setelah
melakukan evaluasi model pengukuran, maka selanjutnya akan dilakukan evaluasi model strukturalnya. Pada evaluasi akan dilihat nilai
R2 (koefisien determinasi) terhadap variabel laten endogen.
Nilai R2 menyatakan seberapa
besar variabel eksogen menjelaskan atau mempengaruhi variabel endogennya. Berikut ini adalah
nilai R2 dari masing-masing
indikator terhadap variabel laten endogennya (Pendapatan).
Tabel 11.
Nilai R2
Indikator |
R2 |
Indikator Kualitas |
0.015 |
Indikator
E-Business |
0.060 |
Indikator Value
Chain |
0.037 |
Indikator Fasilitas |
0.006 |
Berdasarkan
tabel di atas diketahui bahwa nilai R2 tertinggi adalah pada indikator E-Business.
Indikator ini memiliki nilai R2 sebesar 0.06 yang artinya bahwa indikator E-Business dapat mejelaskan variabel pendapatan sebesar 0.6%. Sedangkan indikator Fasilitas merupakan indikator yang paling rendah dalam menjelaskan
variabel pendepatan dengan nilai sebesar
0.006 atau 0.6%. Setelah melihat nilai R2, maka langkah selanjutnya
adalah pengujian hipotesis. Uji hipotesis dan signifikansi pada model SEM dengan
PLS bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Pengujian hipotesis dengan metode SEM PLS dilakukan dengan cara melakukan proses
bootstrapping. Berikut adalah
hipotesis dalam penelitian ini.
Hipotesis:
H0a : indikator
Kualitas tidak mempengaruhi variabel pendapatan
H1a : indikator
Kualitas mempengaruhi variabel pendapatan
H0b : indikator
E-Business tidak mempengaruhi
variabel pendapatan
H1b : indikator
E-Business mempengaruhi variabel
pendapatan
H0c : indikator
Value Chain tidak mempengaruhi
variabel pendapatan
H1c : indikator
Value Chain mempengaruhi variabel
pendapatan
H0d : indikator
Fasilitas tidak mempengaruhi variabel pendapatan
H1d : indikator
Fasilitas mempengaruhi variabel pendapatan
Tabel 12.
Uji Hipotesis
Koefisen |
P-Value |
|
Indikator Kualitas -> Pendapat |
1.726 |
0.085 |
Indikator
E-Business -> Pendapatan |
2.613 |
0.009 |
Indikator Value
Chain -> Pendapatan |
3.002 |
0.003 |
Indikator Fasilitas -> Pendapatan |
0.733 |
0.464* |
Berdasarkan
tabel 12 dapat diketahui bahwa diperoleh nilai koefisien pada indikator Kualitas sebesar 1.726. Nilai koefisien ini menunjukkan
bahwa indikator Kualitas dan pendapatan memiliki hubungan yang positif, yang artinya semakin bagus Kualitas
yang digunakan, maka pendapatan akan semakin meningkat. Selain itu, diketahui
pula bahwa p-value sebesar
0.085. Nilai tersebut kurang
dari nilai taraf signifikansi (0.1 atau 10%). Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa indikator Kualitas mempengaruhi pendapatan. Hal ini juga berlaku pada indikator E-Business
dan value chain. Kedua indikator
ini mempengaruhi pendapatan karena p-value kurang dari 0.1. Hubungan natara indikator E-Business dan value chain dengan
pendapatan juga positif.
Akan tetapi, dari tabel di atas diketahui
jika indikator fasilitas tidak mempengaruhi pendapatan. Hal ini dapat dilihat
dari p-value dari indikator fasilitas lebih besar dari
taraf signifikansi (0.1)
yang artinya bahwa indikator fasilitas tidak signifikan atau tidak mempengaruhi
pendapatan.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa factor kualitas, factor
e-business, serta factor value chain merupakan factor-faktor yang memengaruhi tingkat pendapatan UMKM Kota Surabaya. Dengan
demikian, agar setiap UMKM
yang ada di Surabaya dapat bertahan, mampu bersaing, dan selalu berkembang, maka perlu untuk meningkatkan
kualitas produk, memanfaatkan e-business dalam pemasaran produknya, serta memerhatikan value chain dari produknya.
Hasil analisis
di atas juga menunjukkan bahwa aspek yang perlu diperhatikan serta ditingkatkan UMKM Kota
Surabaya pada factor kualitas adalah
terkait aspek kualitas bahan makanan, rasa makanan, kebersihan, kualitas hasil masakan, kesegaran bahan makanan, alat masak
yang bagus, kebersihan alat masak, serta
kemasan yang bagus. Sedangkan pada factor e-business, aspek
yang perlu diperhatikan adalah pemanfaatan platform
go-biz, grabfood, dan shopeefood
untuk pemasaran serta pemanfaatan Instagram, facebook, WA bisnis,dan
�grup WA untuk promosi produk.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan pada factor e-business vukup
banyak. UMKM Kota Surabaya juga perlu
membuat website tak berbayar seperti blogspot, wordpress, dll, aktif mempromosikan
produk ke banyak kantor-kantor di Surabaya,
memanfaatkan QRIS untuk pembayaran, menggunakan rekening khusus untuk UMKM, serta penting juga untuk mendaftarkan UMKM ke Dinas Koperasi
Terakhir,
pada factor value chain, aspek-aspek yang perlu diperhatikan oleh UMKM Kota
Surabaya adalah aspek pemasaran yang efektif dan efisien, membeli bahan pokok dari
tempat terdekat, pengelolaan outlet yang baik, serta pemasaran produk yang baik. Dengan telah diketahuinya
factor-faktor yang memengaruhi
tingkat pendapatan UMKM
Kota Surabaya beserta aspek-aspek
yang terkait, diharapkan dapat membantu UMKM Kota Surabaya
untuk berfokus pada factor-faktor serta aspek-aspek
tersebut.
BIBLIOGRAFI
Alvi Syahri Ramadhan
Nasution, et al. Analisa Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan (Studi pada Kementerian Kesehatan). (2019). Jurnal Statistika, Vol.
12, No. 02, 2019.
Kadeni, Ninik Srijani, Peran UMKM (Usaha Mikro
Kecil Menengah) dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat. (2020). Equilibrium, Vol. 8, No. 2, Juli
2020.
Khusniawati, Faulina. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Program Diploma Pelayaran
Universitas Hang Tuah. (2019). Jurnal
Statistika, Vol. 12, No. 2, 2019.
Kristanto, T. (2017). Strategi Peningkatan
Omset UKM Percetakan dengan Pendekatan Analisis SWOT. Seminar Nasional SIstem
Informasi Indonesia (SESINDO) 2017.
Nadia,
Nada, Erric Wijaya. Analisis
Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Financial Behavior (Studi Kasus
Pengguna E-Wallet). (2021). Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2, 2021.
Permana, Sony Hendra. (2017). Strategi Peningkatan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Aspirasi,
Vol. 8, No. 1, Juni 2017.
Prisca
Maria, Artanti Indrasetianingsih.
Analisis Faktor dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Adonara Timur, Provinsi. (2018). Jurnal Statistika. �Vol. 11, No. 2, 2018.
Putri, Rizfanni Cahya, Uranio Bimo. Analisa Faktor Pelayanan Bandara Juanda dengan Menggunakan
Metode Structural Equation Modelling. (2020). Jurnal Statistika, Vol.
13, No. 1, 2020.
Riza Akhsani Setyo Prayoga,
Nicko Nur Rakhmaddian. Perkembangan Faktor yang Mempengaruhi Pengunaan E-Money (Studi Kasus Mahasiswa
di Kabupaten Ponorogo).
(2022). Jurnal Akuntansi
dan Ekonomi, Vol. 7, No. 1, Tahun 2022.
Santosa, Teguh, Yeniasari Rizkia Budi.Analisa Perkembangan UMKM di
Indonesia pada Tahun 2017-2019. (2020). Jurnal Ekonomi Pembangaunan,
Vol. 1, No. 2, 2020.
Suci, Yuli Rahmini. (2017). Perkembangan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Cano Ekonomos, Vol. 6, No. 1, Januari
2017.
Amalia
Nur Alifah, Almira Ivah
Edina (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |