Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
EVALUASI
HASIL PRE/POST-TEST PENYULUHAN PENGENALAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TUBERCULOSIS PARU PADA MASYARAKAT UMUM DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2022
Jordy Oktobianobel1, Neno Fitriyani Hasbie2, Aang
Buldani3, Agnes Novena Kurniawan3, Amalina Nur
Puspitaningdiyah3, Fadhilah Aini3, Riski Puspita Sari3
1Departemen Farmakologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia
2Departemen Ilmu Kesehatan Komunitas,
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia
3Program Studi Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tuberkulosis
paru atau sering disebut TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis dan merupakan penyakit menular. Penyakit tuberkulosis bahkan sampai saat
ini masih menjadi masalah kesehatan di global. Indonesia adalah negara dengan
urutan ketiga jumlah pasien TB terbanyak di dunia setelah India dan China dengan
jumlah kasus mencapai 824 ribu dan angka kematian mencapai 93 ribu kasus
pertahun atau sebanding dengan 11 kasus kematian per jam. Berdasarkan hasil pretest dan
posttest tersebut, maka diperlukan penelitian yang bertujuan untuk evaluasi
hasil pretest dan posttest sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi tambahan kepada terkait pengambilan keputusan dalam merekomendasikan
pilihan evaluasi untuk pasien tuberculosis. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode Quasi-Eksperimental, yaitu, penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat umum di kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung tentang Tuberkulosis Paru, dilihat dari hasil
pre-test dan post-test pada saat webinar. Dari hasil penelitian ini yang diikuti
peserta yang hadir webinar sebanyak 41 orang, di dalam ruang��������� virtual��������� melalui��������� aplikasi�������� zoom meeting premium https://us06web.zoom.us/j/88321525770?pwd=Wm16TnJoZlVBMWoyRWpaaW9aODd0QT09.
Hasil dari pemahaman peserta webinar lebih banyak mengetahui tentang penyakit
tuberkulosis paru dengan persentase yang tinggi 99,8 % dan pencegahan
tuberkulosis paru 98,7 %. Untuk yang terendah yaitu pengobatan pada
tuberkulosis paru serta tingkat kesembuhan pasien penderita tuberkulosis paru
yaitu 40, 7 %.
Kata Kunci: Tuberculosis Paru, Tingkat
Pemahaman, Masyarakat.
Abstract
Pulmonary tuberculosis or often called TB is an infectious
disease caused by a bacterium called Mycobacterium tuberculosis and is an
infectious disease. Tuberculosis is still a global health problem today.
Indonesia is the country with the third highest number of TB patients in the
world after India and China with the number of cases reaching 824,000 and the
death rate reaching 93,000 cases per year or equivalent to 11 deaths per hour.
Based on the results of the pretest and posttest, it is necessary to conduct
research aimed at evaluating the results of the pretest and posttest so that it
is hoped that this study can provide additional information regarding decision
making in recommending evaluation options for tuberculosis patients. The method
used in this study is the Quasi-Experimental method, that is, the research was
conducted to determine the level of understanding of the general public in
Kemiling sub-district, Bandar Lampung City about Pulmonary Tuberculosis, seen
from the results of the pre-test and post-test during the webinar. From the
results of this study, 41 participants attended the webinar, in a virtual room
through the premium zoom meeting application https://us06web.zoom.us/j/88321525770?pwd=Wm16TnJoZlVBMWoyRWpaaW9aODd0QT09.
The results of the understanding of webinar participants know more about
pulmonary tuberculosis with a high percentage of 99.8% and prevention of
pulmonary tuberculosis 98.7%. The lowest is treatment for pulmonary
tuberculosis and the cure rate for patients with pulmonary tuberculosis is 40,
7%.
Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Level of Understanding, Society.
Pendahuluan
Tuberkulosis paru atau sering disebut TBC adalah suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis dan merupakan
penyakit menular (Kemenkes RI, 2011). Penyakit tuberkulosis bahkan sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
di global. Indonesia adalah negara dengan urutan ketiga jumlah pasien TB
terbanyak di dunia setelah India dan China dengan jumlah kasus mencapai 824
ribu dan angka kematian mencapai 93 ribu kasus pertahun atau sebanding dengan
11 kasus kematian per jam (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tersebut tidak terlepas dari proses penyebaran infeksi
tuberculosis,
baik penyebaran secara primer atau sekunder. Penularan TB paru primer
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara sekitar kita. Partikel ini dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam tergantung pada ada-tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh
orang yang sehat, maka ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru.
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer
secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Sedangkan penyebabaran infeksi
TB secara sekunder (pasca primer),
berasal dari kuman yang bersifat dormant (tidur) pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
endogen menjadi TB dewasa (TB sekunder = TB pasca primer). Mayoritas reinfeksi
mencapai 90%. TB sekunder terjadi karena imunitas tubuh menurun seperti padaa
penyakit malnutrisi, DM, HIV/AIDS, kanker, gagal ginjal, alkoholism dll. Gejala
yang muncul pada beberapa pasien tuberkulosis diantaranya ialah batuk aktif
lebih dari 2- 3 minggu yang disertai dahak, berkeringat dingin di malam hari,
penurunan nafsu makan dengan turunnya berat badan (Kemenkes RI, 2013). beberapa gejala lainnya pada penderita tuberkulosis yaitu berupa sesak
nafas, malaise, demam meriang lebih dari 1 bulan (Fortuna
et al., 2022). Waktu
yang dibutuhkan untuk pengobatan pasien tuberkulosis biasanya cukup lama yaitu
sekitar 6 sampai 9 bulan.
Berdasarkan hasil pretest dan posttest tersebut, maka diperlukan
penelitian yang bertujuan untuk evaluasi hasil pretest dan posttest sehingga
diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan kepada terkait
pengambilan keputusan dalam merekomendasikan pilihan evaluasi untuk pasien
tuberkulosis mengingat apabila pasien tuberkulosis ini tidak ditangani dan
diatasi dengan baik dan tepat dapat menyebabkan terjadinya kegagalan sampai
kekambuhan pada pasien Tuberkulosis paru sehingga evaluasi pada pasien dapat
menjadi sebuah acuan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
penatalaksanaan pada pasien Tuberkulosis paru.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode Quasi- Eksperimental, yaitu, penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat umum di kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung tentang Tuberkulosis Paru, dilihat dari hasil
pre-test dan post-test pada saat webinar.
Kegiatan webinar ini
ditunjukkan kepada masyarakat umum yang dilakukan secara daring dalam bentuk
data kuesioner dan studi literatur. kuesioner yang diberikan merupakan cara
survei pemahaman melalui pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana webinar.
pemberian materi dengan menggunakan penjelasan dari pemateri secara daring
(online atau melalui zoom meeting), sehingga membantu masyarakat memahami
tentang tuberkulosis paru khususnya di lingkungan masyarakat Kemiling.
Kegiatan webinar ini
diadakan oleh mahasiswa fakultas kedokteran universitas malahayati bandar
lampung. pelaksanaan kegiatan ini menggunakan peralatan yang tentunya sangat
metode penelitian webinar dengan peneliti sebagai pemberi materi, presentasi,
dan pelaksana tugas penelitian webinar ini antara lain : laptop, aplikasi zoom
premium, google form, powerpoint, headset, dan koneksi internet. acara kegiatan
webinar ini dilaksanakan pada tanggal 1 September 2022 dan pukul 19.30 - 20.30
WIB menggunakan ruangan virtual zoom meeting, yang berlokasi di Universitas
Malahayati Kemiling Bandar Lampung.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil yang
mengikuti webinar sebanyak 41 orang dan bagi peserta webinar yang mengikuti
dari awal sampai akhir terlaksananya webinar ini akan bebas (free) atau tidak
dipungut biaya.
Tabel 1. Kriteria interpretasi skor pre test
No. |
Rentang
Skor �(%) |
Kategori |
1. |
21,42 |
Sangat Baik |
2. |
26,19 |
Baik |
3. |
23,80 |
Kurang Baik |
4. |
21,42 |
Sangat Buruk |
Tabel 2. Kriteria interpretasi skor post test
No. |
Rentang
Skor �(%) |
Kategori |
1. |
64,28 |
Sangat Baik |
2. |
30,95 |
Baik |
3. |
4,76 |
Kurang Baik |
4. |
0 |
Sangat Buruk |
Hasil yang diperoleh
pada instrumen penelitian (kuesioner) ini dipindahkan ke dalam tabel
interpretasi yang ditunjukan pada tabel 1 & 2. data tersebut dianalisis
untuk mengetahui tanggapan dari para peserta webinar dalam menjawab kuis pre
test dan post test webinar dalam menjawab pertanyaan yang disediakan di google
form dan adapun hasilnya telah dicantumkan pada tabel 1 & 2 yang
disesuaikan dengan hasil presentasi diperoleh. Hasil dapat dikategorikan dengan
kategori sangat baik, baik, kurang baik, dan sangat buruk. Persentase dari
jawaban peserta webinar tentang pemahaman tuberkulosis paru di lingkungan masyarakat
kemiling bandar lampung.
Tabel 3. Menunjukan Persentase Peserta Webinar
Tentang Pemahaman Tuberkulosis Paru Termasuk Gejala, Penyebab,
Penyebaran/Penularan, Serta Pengobatan. Adapun
Tabel Persentase Tersebut Diambil Dari Hasil Rincian Pada Tabel 2 Tentang
Kriteria Interpretasi Post Test.
No |
Pertanyaan |
Persentase |
kategori |
1. |
Apakah peserta
mengetahui tentang penyakit TBC PARU ? |
99,8 % |
Sangat Baik |
2. |
Apakah peserta
mengetahui tentang gejala TBC PARU? |
97, 7% |
Sangat �Baik |
3. |
Apa saja gejala
dari TBC PARU ? |
88, 5 % |
Sangat baik |
4. |
Apakah peserta
mengetahui tentang cara penularan TBC PARU ? |
76, 9 % |
Baik |
5. |
Cara cara penularan TBC
PARU |
83, 1 % |
Sangat Baik |
6. |
Apakah menurut
anda anak - anak
bisa terkena TBC PARU? |
90,3 % |
Sangat Baik |
7. |
Apakah
menurut anda TBC PARU berbahaya? |
91,8 % |
Sangat Baik |
8. |
Apa yang anda lakukan bila seseorang terkena TBC PARU? |
65,2 % |
Baik |
9. |
Apakah menurut anda TBC PARU bisa disembuhk an? |
40,7 % |
Kurang Baik |
10. |
Apakah menurut anda menggunak an masker dapat mencegah penularan TBC PARU? |
98,7 % |
Sangat Baik |
11. |
Apakah webinar ini bermanfaat bagi anda? |
100 % |
Sangat Baik |
Hasil analisis data
menunjukkan bahwa pada hasil kuesioner pada kategori sangat baik yaitu pada
no.1, 2, 3, 5, 6, 7, 10, dan 11. Pada pertanyaan no. 9 peserta webinar�� ragu��
terhadap�� bisa/tidaknya tuberkulosis paru
disembuhkan, melihat dari pengobatan tuberkulosis paru yang begitu lama. Pada
kategori baik pada no. 4 dan no.8 yang menyatakan bahwa pemahaman penularan
tuberculosis paru dan tindakan pada seseorang yang terkena tuberkulosis paru
adalah baik.
Pembahasan
Pada prevalensi
penderita penyakit tuberkulosis paru di indonesia menurut WHO berada di posisi
keempat negara dengan kasus tuberkulosis paru tertinggi didunia setelah negara
India, Cina, dan Afrika Selatan. Dari semua kasus TB pada tahun 2010, 13%
diantaranya disertai dengan infeksi HIV (WHO, 2011). Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan sekitar 61.000 kematian per tahunnya (Dinkes Lampung, 2016).
Adapun pencapaian
indikator yang menggambarkan keberhasilan program pengendalian TB yaitu Case
Notification Rate (CNR) dan Treatment Success Rate (TSR). Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung menyatakan bahwa di Provinsi Lampung angka penemuan
kasus sudah mencapai strategi nasional yaitu CNR 99/100.000 penduduk, sedangkan
angka keberhasilan pengobatan TB (TSR) yang telah mencapai target diatas angka
90% adalah Kota Bandar Lampung.
Oleh sebab itu
diperlukan kesadaran bila dirinya atau orang lain di sekitarnya dicurigai
terkena TB maka segera lakukan tindakan berupa pencegahan penularan serta
segera rujuk ke Fasilitas Kesehatan terdekat.
Metode pemeriksaan
pemahaman masyarakat tentang TB Paru ini dikategorikan� �dari� �tingkat��
sangat�� baik sampai sangat buruk,
dimana kategori tersebut dilihat dari hasil kuesioner peserta webinar yang ikut
hadir dalam pelaksanaan webinar tersebut.
Pada penelitian
dalam kegiatan webinar yang diadakan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung adalah kendala di awal
mulainya acara webinar telat pada waktu yang telah ditentukan, dikarenakan
beberapa kondisi seperti jaringan yang tidak stabil. Tetapi peserta yang
lainnya tetap ikut serta dalam pelaksanaan webinar tetap aktif dalam interaksi
dalam acara kegiatan karena selain ilmu dari dua narasumber materi juga
terdapat Doorprize berhadiah pada peserta webinar.
�
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini yang diikuti peserta yang hadir webinar
sebanyak 41 orang, di dalam ruang virtual melalui aplikasi zoom meeting premium
https://us06web.zoom.us/j/88321525770?p wd=Wm16TnJoZlVBMWoyRWpaaW9aOD d0QT09.
Hasil dari pemahaman peserta webinar lebih banyak mengetahui tentang penyakit
tuberkulosis paru dengan persentase yang tinggi 99,8 % dan pencegahan
tuberkulosis paru 98,7 %. Untuk yang terendah yaitu pengobatan pada
tuberkulosis paru serta tingkat kesembuhan pasien penderita tuberkulosis paru
yaitu 40, 7 %. Hal ini menjadi perhatian khusus dalam mengetahui lebih banyak tentang
penanganan dan pengobatan tuberkulosis paru, bahwa kasus tuberkulosis paru
dapat disembuhkan dengan pengobatan yang efektif, sesuai, dan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan tuberkulosis paru dilihat dari lamanya pengobatan tuberkulosis
paru.
Fortuna, T. A.,
Rachmawati, H., Hasmono, D., & Karuniawati, H. (2022). Studi Penggunaan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) Tahap Lanjutan pada Pasien Baru BTA Positif. Pharmacon:
Jurnal Farmasi Indonesia, 19(1), 62�71.
https://doi.org/10.23917/pharmacon.v19i1.17907.
Kemenkes RI.
(2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis-Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 364. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 110. Jurnal
ICT.
Kemenkes RI.
(2013). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI.
(2018). Infodatin Tuberkulosis (TB). Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.
Dinkes Lampung.
(2016). Toss- TB. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Kemenkes.
Copyright holder: Jordy Oktobianobel1, Neno Fitriyani Hasbie2, Aang
Buldani3, Agnes Novena Kurniawan3, Amalina Nur
Puspitaningdiyah3, Fadhilah Aini3, Riski Puspita Sari3 (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |