Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9,
September 2022�
STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN OPTIMALISASI IDLE ASSET JEMAAT MAULU
PASCA NEW NORMAL
Mince Batara, Marchelin
Universitas Kristen Indonesia Toraja, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menggali langkah strategi yang
akan diambil oleh manajemen Jemaat Maulu, dalam mengoptimalisasi aset menganggur yang dimiliki oleh Jemaat agar dapat mengalihkan ketergantungan sumber penerimaan organiasi yang pada awalnya bersumber dari para donatur dan anggota jemaat melalui pundi persembahan. Hal ini sangat perlu untuk segera dilakukan
mengingat dampak pandemic
yang mengakibatkan kegiatan
beribadah di batasi sehingga menyebabkan penerimaan jemaat berkurang bahkan berhenti secara total sedangkankan biaya operasional jemaat setiap bulannya tetap berjalan meskipun peribadatan dihentikan� dilaksanakan
pada semua gereja. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode pendekatan deskriptif kuantitatif Analisis data: jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis
aset, analisis efesiensi rencana dan realiasasi program, analisis studi kelayakan bisnis.� Hasil dan diskusi: optimalisi aset menganggur meliputi asset tetap (sewa tempat dan gedung). Pengembangan SDM, pelayanan sosial-pengembangan SPS
(PAUD). Dan penerimaan jemaat
dengan metode rata-rata estimasi penerimaaan optimalisasi idle asset sebesar
Rp.150.000.000 /tahun, Kesimpulan: Pengembangan Idle Asset Jemaat Maulu berpotensi menjadi sumber penerimaan potensial; pengembangan SDM dan dan pengelolaan manajemen masih belum maksimal
dilaksanakan.
Kata Kunci: aset menganggur; strategi; pengambilan keputusan
Abstract
Purpose: This study aims to explore the strategic steps
that will be taken by the management of the Maulu Jama'at, in optimizing the
idle assets owned by the Jama'at in order to divert the dependence of the
organization's revenue sources which initially came from donors and
congregation members through offerings. This is very necessary to be done
immediately considering the impact of the pandemic which has resulted in
limited worship activities, causing the reception of the congregation to
decrease and even stop completely while the monthly operational costs of the
congregation continue even though worship is stopped in all churches. Methods:
This research is a field research that uses a quantitative descriptive
approach. Data analysis: the types of data analysis used in this study include
asset analysis, efficiency analysis of plans and program realization, analysis
of business feasibility studies. Results and discussion: optimization of idle
assets includes fixed assets (rent and buildings). Human resource development,
social services-SPS development (PAUD. And congregational acceptance with the
average estimation method for optimizing idle assets of Rp.150,000,000 / year,
Conclusion: Idle Asset Development of the Maulu Jama'at has the potential to be
a potential source of revenue; HR development and and management management is
still not maximally implemented.
Keywords: idle
asset; ecision
making; bussines strategy
Pendahuluan
Virus covid-19 mempengaruhi semua
aspek kehidupan manusia, termasuk
kegiatan
keagamaan. Gereja adalah salah satu organisasi non-profit yang mengalami imbas pada segi penerimaan.
Penerimaan utama
sebuah gereja bersumber dari persembahan warga jemaat setiap kali ibadah di
laksanakan. Adanya pembatasan pada kegiatan-kegiatan yang berpotensi menghimpun banyak orang
menyebabkan penerimaan gereja berhenti secara total, padahal gereja tetap membutuhkan
biaya untuk operasional dan pelayanan lainnya. Situasi ini
menuntut pihak gereja bersama jemaatnya untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mencari sumber-sumber penerimaan yang dapat mendukung kegiatan pelayanan gereja, selain dari kontribusi
langsung jemaat melalui persembahan saat ibadah.
Pedoman Pengelolaan Keuangan
Gereja Toraja menjelaskan bahwa sumber-sumber penerimaan anggaran program dan pembangunan diperoleh dari usaha-usaha yang sah dan tidak bertentangan dengan Tata Gereja Toraja dan Peraturan-Peraturan Gereja Toraja [1]. Hal ini berarti
bahwa untuk mendukung peningkatan penerimaan gereja, suatu jemaat bisa
melaksanakan kegiatan-kegiatan
lain di luar penerimaan rutin, termasuk memaksimalkan idle asset yang dimiliki
oleh jemaat. Idle asset adalah
aset yang dimiliki tetapi tidak/belum
dimanfaatkan oleh organisasi
secara rutin atau bahkan tidak
sama sekali. Idle asset biasa juga disebut sebagai aset yang menganggur.
Salah satu gereja� yang mengalami dampak Covid-19 adalah Gereja Toraja Maulu. Gereja ini memiliki beberapa aset yang sebetulnya belum dimanfaatkan secara optimal. Ditinjau dari aset-aset dan modal yang dimiliki, aset tersebut seharusnya dapat menjadi sumber penerimaan lain dan berpotensi memberi kontribusi pada penerimaan gereja untuk peningkatan pelayanan. Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan jemaat, membuat aset-aset yang dimiliki menganggur cukup lama. Penelitian ini penting untuk dilakukan,
dalam rangka membantu jemaat dan gereja mengoptimalkan pemanfaatan aset tersebut. Penelitian ini akan dimulai
dengan proses identifikasi aset menganggur dan kemudian dilanjutkan dengan perancangan langkah strategis untuk optimalisasi pemanfaatan aset khususnya di masa pandemi
Covid-19.
1. Pengertian Manajemen
Secara umum, manajemen
adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap semua anggota yang ada dalam suatu
organisasi dan pemanfaatan sumber daya organisasi
agar tercapai tujuan yang sudah di tetapkan.
Manajemen keuangan suatu organisasi nirlaba mempunyai fungsi sebagai pelaporan dan mengelompokkan sumber dana yang dimiliki oleh suatu organisasi sehingga pengelola dapat memastikan program dari suatu lembaga
dapat terlaksana.
Bagian
dalam manajemen keuangan organisasi nirlaba antara lain [2]:
a)
Perencanaan anggaran yang dipertal pada penyusunan anggaran
b) Pencatatan dan pelaporan arus kas masuk dan keluar
c)
Evaluasi kinerja keuangan yang meliputi audit dan evaluasi anggaran
2. Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba atau non-profit merupakan organisasi yang tidak menjadikan keuntungan sebagai motif utamanya dalam beroperasi, melainkan untuk pelayanan kepada publik atau
masyarakat. Sumber daya sebuah organisasi
nirlaba berasal dari anggota dan para penyumbang (donator), dimana mereka tidak mengharapkan
imbalan apapun dari organisasi. Beberapa contoh organisasi nirlaba antara lain: sekolah, gereja yayasan, rumah sakit, klinik
umum, museum dan lembaga public
sosial lainnya.
Adapun ciri-ciri organisasi nirlaba yakni :
a)
Sumber daya organisasi berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat
ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
b)
Menghasilkan barang atau jasa
tanpa bertujuan mengambil laba.
c)
Tidak ada kepemilikan seperti pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat
dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
3. Aset dalam Organisasi Nirlaba
PSAK Nomor 45 tentang Standar Akuntansi Organisasi Nirlaba menjabarkan hal-hal terkait organisasi nirlaba antara lain [3]:
a)
klasifikasi aset bersih yakni
nilai yang menjelaskan
total aset bersih organisasi setiap harinya.
b)
Kontribusi yakni aset lain yang merupakan pembayaran atau pembatalan utang-utang tidak secara timbal balik oleh suatu organisasi lain. Kontribusi ini beruba hibah atau
wakaf.
Aset
bersih diklasifikasikan dalam 3 bagian yang di antaranya tergantung ada atau
tidaknya pembatasan, yang terdiri dari aset bersih permanen, aset bersih
terikat / terikat temporer dan aset bersih tidak terikat. Organisasi nirlaba biasanya melaporkan setiap unsur aset
menjadi kelompok homogen, yakni:
a) Kas dan setara kas;
b) Piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain;
c) Persediaan;
d) Sewa, asuransi,
dan jasa lain yang dibayar
di muka;
e) Instrumen keuangan dan investasi jangka panjang; Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap
lain yang diguna untuk menghasilkan barang dan jas.
4. Perubahan Manajemen Organisasi
Organisasi, baik yang berorientasi pada skala bisnis atau
laba maupun nirlaba, memerlukan strategi yang
mumpuni yang dapat membantu organisasi untuk bisa bertahan.
Salah satu hal yang perlu dilakukan secara khusus oleh manajemen adalah terkait kemampuan untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang ada dalam organisasi dan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada dalam pengelolahannya.
Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam pengoptimalisasian sumber daya yang dimiliki yakni dengan mengevaluasi kondisi organisasi tersebut. Jika evaluasi yang dilakukan dalam periode tertentu menemukan bahwa organisasi tersebut belum berjalan dengan semestinya sesuai dengan tujuan
akhir yang ingin dicapai, maka manajemen
organisasi perlu melaksananakn perubahan di bidang-bidang yang dianggap belum mencapai target yang diharapkan.
Ada tiga jenis perubahan organisasi [4] yakni:
1.
Development Change
Dalam development
change terdapat dua asumsi:
a)
Orang mampu memperbaiki
b)
Mereka akan akan menjadi
lebih baik apabila diberi alasan, sumber daya, motivasi, motivasi dan pelatihan yang tepat.
2.
Transition Change
3.
Transformation Change
5. Pengelolaan Keuangan Gereja Toraja
Pedoman Pengelolaan Keuangan Gereja Toraja menjelaskan
bahwa apabila terdapat hal-hal yang diperkirakan/perhitungkan.
mempengaruhi penetapan target baik penerimaan maupun pengeluaran dalam APB, maka dapat dilakukan
revisi anggaran paling lambat akhir bulan
September tahun berjalan [1]. Hal ini memungkinkan suatu jemaat untuk
bisa melaksanakan revisi APB. Namun demikian apabila jemaat ingin melaksanakan
revisi anggaran maka terlebih dahulu
meminta izin kepada badan verifikasi jemaat.
6. Study Kelayakan Bisnis
Aspek-aspek studi kelayakan bisnis [5]:
a)
Bermafaat bagi masyarakat atau orang banyak
b)
Memiliki kemampuan dalam bidang yang akan di kembangkan
c)
Usaha yang mampu bertahan
dari semua ancaman
d)
Mampu bertahan dalam situasi krisis
kepercayaan
e)
Mampu membuka lapangan kerja
f)
Ratio pengambalian
modal bernilai positif
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder yakni:
a) Data primer (studi
lapangan) diperoleh secara langsung dari Jemaat Maulu
dalam hal ini adalah Adminsitrasi
Gereja, Pendeta Jemaat Maulu, anggota
jemaat maulu yang sekaligus akan menjadi sebagai responden dengan bantuan alat daftar pertanyaan kuisioner, daftar pertanyaan dalam sebuah wawancara dan sebagai obyek dalam
pengamatan penelitian.
b) Data sekunder diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, dari berbagai sumber
dan dari internet maupun penelitan-penelitian terdahulu
yang terkait dengan penelitian ini. Pendalaman materi penunjang penelitian meliputi, peran manajemen dalam organisasi, organisasi nirlaba, manajemen aset, perubahan organisasi manajemen, analisis studi kelayakan usaha, pengambilan keputusan manajemen.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting. Berbagai
sumber, dan berbagai cara. Pengumpulan data berdasarkan tekniknya:
a) Observasi
Observasi akan dilakukan dengan mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti yakni meliputi semua aktivitas rutin maun non rutin yang melibatkan penggunakan asset Jemaat Maulu selama
1 tahun. Kegiatan ini meliputi kegiatan
pelaksanaan program Jemaat Maulu maupun kegiatan-kegiatan
oleh pihak-pihak lain yang menggunakan
asset Jemaat Maulu.
b) Wawancara
Wawancara akan dilakukan menggunakan wawancara mendalam (In-depth
Interview). Wawancara
mendalam adalah
proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide)
wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Langkah
� langkah� wawancara dalam penelitian meliputi wawancara langsung kepada :
1. Wawancara kepada beberapa Majelis Gereja Toraja Jemaat
Maulu termasuk di dalamnya adalah pendeta jemaat.
2. Wawancara kepada pengurus Organisasi-organisasi
Intra Gerejawi (OIG) jemaat.
3. Wawancara kepada pelaku usaha di sekitar lokasi gereja
4. Wawancara kepada beberapa responden dari anggota jemaat
yang dipilih sebagai perwakilan menurut (usia, pendidikan dan pekerjaan).
Data yang akan dikumpulkan, yakni:
1. Data total asset
2. Data program dan anggaran
serta realisasi Jemaat Maulu Periode
2019-2020
3. Data Anggota Jemaat
4. Daftar Pelaku usaha di sekitar lokasi Jemaat maulu
(+/-) maks 7 km dari lokasi jemaat Maulu.
Teknik analisis data merupakan
pengelolaan data dari data yang sudah terkumpul. Diharapkan dari pengelolaan
data tersebut dapat diperoleh gambaran yang akurat dan konkrit dari subyek
penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi:
a) Analisis data total asset
b) Analisis data program dan anggaran
serta realisasi Jemaat Maulu Periode
2019-2020
c) Analisis data anggota jemaat
d) Analisis pelaku usaha di sekitar lokasi Jemaat maulu
(+/-) maksimal 7 km dari lokasi jemaat Maulu
dalam tarif sewa
e) Analisis studi kelayakan bisnis
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini sudah
berjalan dan mencapai tahap penyusunan strategi optimalisasi Idle Asset Jemaat Maulu Pasca New Normal dan sosialisasi temuan dengan Panitia bidang Pembangunan Jemaat Maulu. Beberapa hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi Aset Tetap
Langkah
awal dalam mengoptimalkan asset adalah melakukan inventarisasi agar dapat memberikan value (nilai) yang baik bagi organisasi. Adapun langkah-langkah dalam inventarisasi menurut manajemen aset, adalah:
a) Proses pengadaan
b) Proses penerimaan
barang tidak habis pakai (checking)
c) Pencatatan daftar inventaris
(Nomor aset, nomor pesanan, merk produsen, nomor seri, spesifikasi, daerah, kota, lokasi,
manajer, property kantor, pengguna, status, kondisi, nilai, sumber pendanaan)
d) Pembaharuan data inventaris
e) Penghapusan
Inventarisasi yang dilakukan dalam penelitian ini masih mengalami
kelemahan di langkah 3 sampai langkah ke 5. Dimana secara administrasi kelengkapan data inventaris belum diketahui secara detail.
Inventrisasi aset penting dilaksanakan untuk mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu organisasi yang bukan cash. Aset-aset yang diinventarisasi akan menjadi tolak
ukur bagaimana sebuah aset memberikan
value bagi sebuah organisasi, ditinjau dari cost yang dibebankan atas perolehan atas aset tersebut
maupun cost atas pemeliharaan atas asset tersebut. Selain itu tujuan inventrisasi
aset adalah untuk memudahkan dalam proses pencatatan aset tetap, mengontrol
penggunaan, status dan kondisi
inventaris, untuk pelaporan. Dalam kajian ini jenis
inventaris yang akan menjadi kajian adalah inventaris tersimpan (tidak habis pakai). Yang dimaksud dengan inventris barang tidak habis pakai
adalah inventaris yang memiliki usia pakai
(use full life) dan usia teknis
(technical life) atau umur
ekonomis > dari 1 tahun atau lebih
dari 1 periode akuntansi. Nilai inventaris atas barang tidak
habis pakai atau asset tetap organisasi adalah� seluruh
nilai perolehan historis (semua biaya yang digunakan untuk memperoleh asset tersebut) Sehingga dari inventarisasi maka sebuah organiasi
dapat mengukur bagaimana tingkat optimalisasi oleh pihak
management atas semua asset
yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam penelitian ini diperoleh data-data inventarisasi melalui metode wawancara dan observasi objek penelitian sebagai berikut:
2. Menggali Potensi Aset-aset yang Menganggur
Dari
data inventaris tersebut, terdapat banyak potensi aset mengganggur
yang sesungguhnya berpotensi
besar menjadi sumber pendapatan baru bagi bagi
Jemaat Maulu. Jika pengelolaan aset mengganggur tersebut dapat dioptimalkan, maka dampak Covid 19 berupa penurunan penerimaan dana operasi gereja di Jemaat Maulu dapat ditekan.
Adapun asset mengganggur yang dimiliki
oleh Jemaat Maulu yang dapat dioptimalkan yaitu:
a) Aset Tanah seluas
4.885 m2
Aset ini berlokasi
sangat startegis yakni berada di pusat publik antara lain Sekolah Dasar, 2 Paud, Kantor Kecamatan Rembon dan berada di jalan utama (provinsi) Sulawesi Selatan
� Sulawesi Barat. Dengan memperhatikan
lokasi dan background sosial-budaya
masyarakat sekitar, diprediksi bahwa aset ini dapat
memberikan manfaat ekonomi bagi organisasi
jika dikelola dengan baik. Aset
ini sangat potensial untuk dikelola menjadi daerah kawasan bisnis tanpa mengurangi nilai fungsi sebagai
tempat ibadah.
Optimalisasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari aset
tersebut, yakni:
(1). Penyewaan lokasi/tempat
Optimalisasi aset menganggur melalui sewa lokasi dapat
dilakukan sebagai berikut:
� Pembanguan ruko/kios bagi pelaku
usaha; pada kegiatan ini pihak Jemaat
Maulu, dalam hal ini Majelis
Gereja, perlu membuat manajemen tata Kelola
yang baik agar penyewaan ini bisa terlaksana
dengan baik. Berikut Gambaran potensi pendapatan yang dapat diperoleh jika strategi ini dijalankan:
� Biaya sewa rata-rata
(minimum) pada kawasan ini tahun 2019 - 2021 dengan ukuran bangunan 3x7 m adalah sebesar Rp 7.500.000/tahun. Jika pada tanah kosong tersebut dibangun ruko/kios
sebanyak 12 Ruko, maka penerimaan gereja dari kegiatan ini
dapat mencapai Rp 90.000.000,- per tahun.
� Sewa gedung (aula)
dan alang sebesar Rp
6.000.000/1 hari. Jika diperkirakan
akan ada 10 kegiatan penyewaan dalam setahun, maka akan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 60.000.000,- setahun.
� SPS (Paud)-gratis
untuk pelayan sosial.
Dengan demikian, perkiraan potensi penerimaan jemaat untuk optimalisasi aset tanah Jemaat
Maulu sebesar Rp
150.000.000 per tahun.
(2). Penyewaan Peralatan
Optimalisasi asset menganggur
melalui sewa peralatan dapat dilakukan dengan cara:
� Penyewaan rangka tenda besi terowongan
� Penyewaan rangka tenda besi jengki/kotak
� Penyewaan kursi plastic
Harga Sewa
Perlengkapan Pesta: |
||
a. Piring
|
15.000 |
Lusin |
b. Sendok |
5.000 |
Lusin |
c. Tempat
lauk single food |
30.000 |
Pcs |
d. Tempat
lauk 2 food pan |
40.000 |
Pcs |
e. Tempat
sup + sendok sup |
30.000 |
Pcs |
f. Termos
nasi + sendok nasi 20 liter |
30.000 |
Pcs |
g. Kursi
plastik (tidak pakai sarung) |
3.000 |
Pcs |
h. Kursi
plastik (pakai sarung) |
5.000 |
Pcs |
i. Es buah
plastik |
10.000 |
Pcs |
J. Tenda Jenki |
80.000 |
Pcs |
j. Tenda Terowongan |
100.000 |
Pcs |
k. Meja
Makan + taplak + plastik |
50.000 |
Pcs |
� Penyewaan meja panjang untuk pesta
������������������ Sumber:
Usaha Mengga dan Toraja
Party
Berikut ini adalah hasil observasi
daftar harga sewa terhadap para pelaku usaha penyewaan peralatan pesta:
Data tersebut menunjukkan adanya potensi pendapatan jika optimalisasi untuk aset peralatan yang menganggur dapat dilakukan. Jika dalam jangka 1 tahun peralatan � peralatan
tersebut dapat disewakan setidaknya sebanyak 10x, maka dapat diestimasi
bahwa organisasi
akan menerima penerimaan sebagai berikut:
� Penyewaan rangka tenda besi terowongan
(10 x Rp 80.000 x 6 buah) = Rp 4.800.000,-
� Penyewaan rangka tenda besi jengki/kotak (10 x Rp 60.000 x 4 buah) =
Rp 2.400.000,-
� Penyewaan kursi plastik (10 x Rp 3.000 x 100) = Rp.3.000.000,-
� Penyewaan meja panjang untuk pesta
(10 x Rp 50.000 x 10 buah) = Rp 5.000.000,-
Dengan demikian, potensi penerimaan dari optimalisasi peralatan menganggur dengan memberikan jasa penyewaan peralatan, dapat mencapai Rp 15.200.000,-/tahun.
Selain optimalisasi asset tetap, penelitian ini juga menemukan bahwa Jemaat Maulu
memiliki potensi sumber daya manusia
yang dapat dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan anggota jemaat yang secara berkesinambungan dapat mempengaruhi peningkatan penghasilan jemaat.
Kesimpulan
Organisasi nirlaba pada umunya
cenderung tergantung dengan penerimaan yang bersumber dari donatur atau pembiayaan
oleh pihak lain dalam hal ini anggota
organisasi nirlaba. Sehingga masih sangat sedikit kegiatan-kegiatan pengembangan modal atau aset yang dimiliki oleh setiap organisasi. Namun dengan adanya
pandemic covid 19 secara tidak
langsung mendorong perubahan di segala bidang tidak terkecuali
organisasi nirlaba yakni gereja. dari
hasil� penelitian
yang dilaksanakan terhadap gereja Jemaat Maulu
maka diperoleh kesimpulan yakni : 1) Optimalisasi aset tetap akan mendatangkan
pendapatan (�) Rp.150.000.000 / tahun
sehingga jika� optimalisasi ini dapat dilaksankan
oleh gereja Jemaat maulu maka sumber
utama penerimaan jemaat akan beralih
dari donatur dan persembahan anggota jemaat akan beralih
pada hasil pengoptimalan aset-aset menganggur (idle asset)
2) Optimalisasi pengembangan
SDM (skill bisnis) belum dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah anggota jemaat yang kategori angkatan kerja namun masih menganggur.
Oleh karena itu Jemaat Maulu perlu
melaksanakan pengembangan
SDM dalam hal pelayanan sosial melalui pelatihan kewirausahaan berbagai sektor. 3) Pengembangan SPS (Paud) membutuhkan SDM dan pengelolaan manajemen yang baik.
G. Toraja, �Pedoman Pengelolaan Keuangan Gereja
Toraja,� 2012. Google
Scholar
F. Randa, �Rekonstruksi Konsep Akuntabilitas
Organisasi Gereja:(Studi Etnografi Kritis Inkulturatif pada Gereja Katolik di
Tana Toraja),� Simp. Nas. Akunt., vol. 14, 2011. Google
Scholar
Wibowo, �Manajemen Kinerja.� PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 2016. Google
Scholar
A. Krisindarto, �Pengelolaan Aset Tanah Milik
Pemerintah Kota Semarang,� J. Pembang. Wil. dan Kota. Univ. Diponegoro,
vol. 8, no. 4, pp. 403�411, 2012. Google
Scholar
S. Adhi, �Optimalisasi Pemanfaatan Aset Daerah Sebagai
Sumber Pad Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Semarang Tahun
2013�2015,� JIIP J. Ilm. Ilmu Pemerintah., vol. 2, no. 1, pp. 38�43,
2017. Google
Scholar
P. Dewi, K. A. K. Saputra, and M. Prayudi, �Hubungan
Kualitas Pengelolaan Aset Desa dan Pendapatan Asli Desa (Studi pada Desa-desa
di Kabupaten Buleleng-Bali),� Proceeding SENARI, vol. 5, pp. 253�260,
2017. Google
Scholar
E. Nahartyo, ��Inventarisasi Aset Tetap (Tanah dan
Bangunan dalam Rangka Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah Kabupaten Pontianak
tahun 2013,�� PhD Thesis, [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada, 2014. Google
Scholar
P. E. D. M. Dewi, K. A. K. Saputra, and M. A. Prayudi,
�Optimalisasi Pemanfaatan dan Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Desa,� JIA (Jurnal Ilm. Akuntansi), vol. 2,
no. 2, 2017. Google
Scholar
S. Maulidiah, �Optimalisasi Pengelolaan Aset sebagai
wujud reformasi birokrasi di daerah,� WEDANA J. Kaji. Pemerintahan, Polit.
Dan Birokrasi, vol. 3, no. 1, pp. 233�242, 2017. Google
Scholar
A. A. Frihatni and N. Triani, �Determinan Optimalisasi
Pemanfaatan Aset Kementerian Keuangan Pada Satuan Kerja Wilayah Sulawesi
Selatan,� Balanc. J. Ekon. dan Bisnis Islam, vol. 2, no. 1, pp. 24�34,
2020. Google
Scholar
S. M. Anartany and D. A. Suseno, �Strategi
Optimalisasi Aset Idle Daerah Provinsi Jawa Tengah,� Econ. Dev. Anal. J.,
vol. 7, no. 1, pp. 32�38, 2018. Google
Scholar
R. Ricardo, R. N. Sari, and V. Ratnawati, �Optimalisasi
Pengelolaan Aset Tetap Dengan Pendekatan Soft System Methodology (Studi Kasus
Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Pekanbaru),� J. Ekon.,
vol. 25, no. 3, p. 15. Google
Scholar
A. Azbihardiyanti And M. F. Maruf, �Optimalisasi
Pengelolaan Aset Desa Studi Di Desa Simorejo Kecamatan Kepohbaru Kabupaten
Bojonegoro,� Publika, vol. 8, no. 1, 2020. Google
Scholar
S. H. R. M. H. Winarko, �Manajemen Aset Bagi
Optimalisasi Pengelolaan Aset Tetap (Kajian pada Pemerintah Kota Palembang),� J.
Ris. Terap. Akunt., vol. 3, no. 1, pp. 40�51, 2019. Google
Scholar
E. B. Hariyanto and I. M. Narsa, �Strategic Assets
Management: Fokus Pemanfaatan Aset Negara Dengan Pendekatan Resource Based View
(RBV),� AKTSAR J. Akunt. Syariah, vol. 1, no. 1, pp. 113�129, 2018. Google
Scholar
M. Sundari and S. Ma�rif, �Optimalisasi pemanfaatan
tanah aset pemerintah kota semarang di kecamatan banyumanik,� J. Pengemangan
Wil. Kota, vol. 9, no. 2, pp. 163�173, 2013. Google
Scholar
F. A. Djafar, �Kewenangan Pemerintah Daerah Nusa
Tenggara Timur dalam Rangka Optimalisasi Pengelolaan Aset Tanah,� Masal.
Huk., vol. 44, no. 1, pp. 98�103, 2015. Google
Scholar
R. A. Fahmi, �Manajemen Keuangan masjid di kota
Yogyakarta,� Al-Tijary, pp. 69�86, 2017. Google
Scholar
Copyright holder: Mince Batara, Marchelin (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |