Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
KARAKTERISTIK
FAKTOR RISIKO STROKE HEMORAGIK DAN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUD KOTA BEKASI
�
Tranggono Yudo Utomo
Departemen Neurologi, Universitas Kristen
Indonesia, Jakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Stroke merupakan manifestasi klinis yang muncul secara tiba-tiba
yang berkembang pesat dari gangguan fungsi
otak fokal (atau global), dengan gejala yang berlangsung 24 jam atau lebih, atau
menyebabkan kematian, tanpa penyebab yang jelas selain dari
asal vaskular. Stroke secara luas diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dilakukan di RSUD
Dr. Chasbullah Abdulmajid
Kota Bekasi dengan pengumpulan
data sekunder yang diperoleh
dari rekam medik pasien rawat
inap periode tanggal 15 � 22 September 2021. Sampel
penelitian diambil dari seluruh populasi
pasien dengan diagnosis
stroke hemoragik dan non hemoragik
di Gedung E ruangan Sakura lantai
5 dan Cattleya lantai 4. Variabel
yang digunakan adalah pengukuran tensi, riwayat merokok, dan hasil lab darah (gula darah puasa dan profil lipid). Dari hasil penelitian yang dilakukan, jumlah pasien stroke non hemoragik terdapat 20 pasien sedangkan stroke hemoragik terdapat 5 pasien. Dapat disimpulkan
bahwa pada stroke hemoragik,
faktor risiko yang paling dominan adalah hipertensi, merokok dan hiperkolesterol. Sedangkan pada
stroke non hemoragik, faktor
risiko yang paling dominan adalah hipertensi dan merokok.
Kata Kunci:��� Stroke
Hemoragik, Stroke Non Hemoragik,
Hipertensi, Diabetes, Hiperkolesterolemia,
Merokok
Abstract
Stroke is a sudden
onset of clinical signs that develop rapidly from focal (or global) impairment
of brain function, with symptoms lasting 24 hours or more, or leading to death,
with no apparent cause other than a vascular origin. Stroke is classified into
hemorrhagic stroke and non-hemorrhagic stroke. This research was a descriptive research conducted at RSUD Dr. Chasbullah Abdulmajid Bekasi City
with secondary data obtained from medical records of inpatients in the period
of 15 � 22 September 2021. The sample in this study was taken from the entire
population of patients with a diagnosis of hemorrhagic and non-hemorrhagic
stroke in Tower E, Sakura room, 5th floor and Cattleya, 4th floor. The
variables were measurement of blood pressure, smoking history, and blood lab
results (fasting blood sugar and lipid profile). The results showed that 20 patients
were diagnosed with non-hemorrhagic and 5 patients were diagnosed with
hemorrhagic stroke. It can be concluded that the most dominant risk factors in
hemorrhagic stroke included hypertension, smoking and hypercholesterolemia. Meanwhile,
in non-hemorrhagic stroke, the most dominant risk factors were hypertension and
smoking.
Keywords:
Hemorrhagic Stroke, Non-Hemorrhagic Stroke, Hypertension, Diabetes,
Hypercholesterolemia, Smoking
Pendahuluan
Stroke merupakan tanda-tanda klinis yang muncul secara tiba-tiba yang berkembang pesat dari gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala yang berlangsung 24 jam atau lebih, atau menyebabkan kematian, tanpa penyebab yang jelas selain dari asal vaskular. Stroke secara luas diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dapat dibagi lagi menjadi perdarahan intraserebral (ICH) dan perdarahan subaraknoid (SAH). Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai infark otak, sumsum tulang belakang atau retina dan mewakili 71% dari semua stroke secara global. Stroke hemoragik adalah perdarahan pada otak akibat pecahnya pembuluh darah.1 Gejala umum yang terjadi pada stroke adalah kelemahan pada wajah,� tangan� atau� kaki yang terjadi secara tiba-tiba.2
Data
statistik stroke dunia menyebutkan
bahwa sekitar 15 juta orang di dunia mengalami
stroke tiap tahunnya dan diketahui 1 dari 6 orang diseluruh dunia akan mengalami stroke dalam hidup mereka. Angka kejadian stroke di dunia pada tahun
2010 yaitu sebanyak 33 juta, dengan 16,9 juta orang yang terkena serangan stroke pertama. Terdapat peningkatan kejadian stroke dari tahun ke tahun
terutama di negara Eropa yaitu terdapat 650.000 penderita dan setiap 4 detik terjadi kasus
kematian akibat stroke. Kejadian stroke di negara berkembang
berkisar antara 30 %-70%.
Di Indonesia sendiri, tingkat
kejadian stroke diperkirakan
adalah 800-1000 penderita setiap tahunnya dan merupakan Negara penyumbang insiden stroke terbesar di Negara
Asia. Angka kejadian��
stroke�� di�� Indonesia��
berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan sebesar 7,0 permil dan yang berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar
12,1 permil. Total sebanyak
57,9% kejadian stroke telah
terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan.2,3
Terdapat
banyak faktor risiko penyakit stroke, namun faktor resiko
yang sering ditemukan adalah hipertensi, diabetes
mellitus, merokok, dan hiperkolesterolemia.
Hipertensi merupakan penyebab utama perdarahan intraserebral, sekitar 67% dari 66 pasien dari penderita
stroke serebral menderita
hipertensi.4 Diabetes melitus
dapat menyebabkan stroke
non hemoragik yang disebabkan
oleh proses aterosklerosis.5�Diperkirakan
30% pasien dengan aterosklerosis otak terbukti adalah penderita diabetes melitus. Selain itu, dapat
terjadi hiperglikemia yang menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah besar maupun
pembuluh darah perifer dan meningkatkan agregat trombosit dan kedua proses tersebut dapat menyebabkan aterosklerosis.6 Perilaku
merokok merupakan salah satu faktor risiko
dari penyakit stroke dan kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dari faktor risiko
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
pada pasien rawat inap di RSUD Kota Bekasi.
Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan adalah penelitian analisis deskriptif yang dilakukan di RSUD
Dr. Chasbullah Abdulmajid
Kota Bekasi. Penelitian ini
telah mendapat izin untuk pengambilan
data rekam medis pasien dari pihak
RSUD Kota Bekasi. Data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien
rawat inap periode tanggal 15 � 22 September
2021. Sampel penelitian diambil dari seluruh
populasi pasien dengan diagnosis stroke hemoragik
dan non hemoragik di Gedung E ruangan
Sakura lantai 5 dan Cattleya lantai
4, pada periode tersebut didapatkan 25 pasien. Data yang digunakan adalah pengukuran tensi, riwayat merokok, dan hasil lab darah (gula darah puasa dan profil lipid). Hasil data penelitian
dicatat dan diolah dalam bentuk tabel
menggunakan Excel.
Hasil
dan Pembahasan
Dari hasil penelitian melalui pengumpulan data dan analisis deskriptif pada penderita strok hemoragik dan stroke non hemoragik
yang di rawat inap di Gedung
E ruangan Sakura lantai 5
dan Cattleya lantai 4 tahun
2021, didapatkan jumlah pasien dengan diagnosa
stroke non hemoragik adalah
20 pasien dan stroke hemoragik
berjumlah 5 pasien.
Hipertensi
Tabel 1
Faktor Risiko Hipertensi pada Kejadian Stroke
Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik
Tensi |
SNH |
% |
SH |
% |
Hipertensi |
13 |
65% |
5 |
100% |
Normal |
7 |
35% |
0 |
0% |
Total |
20 |
100% |
5 |
100% |
Berdasarkan tabel diatas,
dapat diketahui bahwa presentase pasien yang memiliki faktor risiko hipertensi
dengan diagnosa stroke hemoragik lebih besar bila dibandingkan
dengan stroke non hemoragik.
Pada sebuah penelitian didapatkan bahwa faktor hipertensi lebih banyak ditemukan
pada pasien dengan stroke hemoragik (100%). Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah
sistolik lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik
sama atau lebih besar dari
90 mmHg. Hipertensi dapat menyerang siapa saja dari berbagai
kelompok usia. Penelitian yang dilakukan oleh Cintya, dkk (2012) mendapatkan bahwa faktor risiko tertinggi
pada semua pasien stroke adalah hipertensi (82,30%). Pada pasien dengan stroke non hemoragik, faktor risiko meningkat sebesar (47,89%), sedangkan pada pasien stroke hemoragik, hipertensi merupakan faktor risiko utama
dengan persentase sebesar 100%.7 Penelitian
menunjukkan bahwa bahwa pasien yang menderita stroke memiliki risiko 6,18 kali dengan hipertensi dibandingkan dengan yang tidak menderita stroke. Efek jangka panjang dari peningkatan tekanan darah adalah
kerusakan dinding arteri yang akan memudahkan terjadinya penebalan atau penyempitan dinding arteri (atherosklerosis) atau pecahnya pembuluh
darah.6
Merokok
Tabel 2
Faktor Risiko Merokok pada Kejadian Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik
Rokok |
SNH |
% |
SH |
% |
Merokok |
17 |
85% |
4 |
80% |
Tidak merokok |
3 |
15% |
1 |
20% |
Total |
20 |
100% |
5 |
100% |
Pada
tabel diatas, didapat data sebagian besar pasien dengan
diagnosa stroke non hemoragik
maupun stroke hemoragik memiliki kebiasaan merokok. Persentase pasien yang memiliki kebiasaan konsumsi merokok pada stroke non hemoragik
adalah 85% dan pada stroke hemoragik
adalah 80%. Beberapa penelitian mengatakan bahwa hubungan kebiasaan merokok dengan peningkatan risiko stroke masih belum bisa dipastikan.
Walaupun belum terdapat hubungan jelas mengenai kebiasaan rokok dengan stroke, tetapi ditemukan bahwa berhenti merokok terbukti menurunkan insiden stroke. Selain itu, merokok bisa
mengurangi kadar HDL dan meningkatkan kadar LDL, sehingga pengaruh merokok terhadap stroke tidak terjadi secara
langsung, melainkan melalui peningkatan kadar kolesterol darah. Hal ini yang memungkinkan adanya keterkaitan secara tidak langsung antar merokok dengan
angka kejadi stroke hemoragik maupun stroke non
hemoragik.6
Diabetes
Melitus
Tabel 3
Faktor Risiko
Diabetes Melitus pada Kejadian
Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik
Gula Darah
Puasa |
SNH |
% |
SH |
% |
Hiperglikemia |
6 |
30% |
1 |
20% |
Normal |
14 |
70% |
4 |
80% |
Total |
20 |
100% |
5 |
100% |
Berdasarkan
pemeriksaan gula darah puasa, data yang didapatkan pasien SNH dengan hiperglikemia 6 orang yaitu 30%, sedangkan 1 orang SH yaitu 20%. Untuk kadar gula darah puasa yang normal pasien SNH sebanyak 14 yaitu 70% dan SH 4 yaitu 80%.
Kriteria
untuk dinyatakan penyakit diabetes mellitus (DM), ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan gula darah sewaktu (nilai normal <200 mg/dL), gula darah
puasa (nilai normal <130
mg/dL), gula darah 2 jam post prandial (nilai normal <180 mg/dL) dan HbA1c (nilai
normal 5,7% - 6,4%). Jika hasil pemeriksaan
laboratorium tersebut melebihi nilai normal, maka disebut hiperglikemia
dan terdiagnosis sebagai
diabetes mellitus.8
Sebanyak
10-30% penyandang DM dapat mengalami stroke. Suatu studi terhadap 472 pasien stroke selama 10 tahun menunjukkan adanya riwayat DM pada 10,6% laki-laki dan 7,9% perempuan. Penelitian menunjukan adanya peranan hiperglikemi dalam proses aterosklerosis, yaitu gangguan metabolisme berupa akumulasi sorbitol di dinding pembuluh darah arteri.9
Hiperkolesterol
Tabel 4
�Faktor Risiko Hiperkolesterol pada Kejadian Stroke Non Hemoragik dan
Stroke Hemoragik
Kolesterol |
SNH |
% |
SH |
% |
Hiperkolesterol |
4 |
20% |
3 |
60% |
Normal |
16 |
80% |
2 |
40% |
Total |
20 |
100% |
5 |
100% |
Dari hasil penelitian, pasien SNH dengan hiperkolesterolemia didapatkan sebanyak 4 orang yaitu 20%, sedangkan pasien SH dengan hiperkolesterolemia sebanyak 3 orang
yaitu 60%. Untuk kadar kolesterolemia yang normal pasien SNH sebanyak 16 orang yaitu 60% dan pasien SH sebanyak 2 orang yaitu 40%.
Kriteria
hiperkolesterolemia ditinjau
berdasarkan pemeriksaan darah. Sebelum melakukan pengambilan darah pasien diharuskan
puasa, tidak mengonsumsi makanan atau cairan kecuali
air putih selama 9-12 jam sebelum tes. Jika hasil pemeriksaan dari kolesterol total nilainya >200 mg/dL dan kadar
LDL >160 mg/dL, maka dapat
dinyatakan bahwa pasien mengalami
hiperkolesterolemia.10
Hiperkolesterol,
merupakan faktor risiko yang sangat penting untuk stroke karena aterosklerosis pembuluh darah ekstrakranial dan intrakranial, serta merupakan faktor risiko aterosklerosis koroner. Fibrilasi atrium (AF) merupakan faktor risiko stroke kardioembolik. Hubungan antara dislipidemia dan risiko stroke terjadi secara kompleks. Peningkatan risiko stroke iskemik berkaitan dengan peningkatan kolesterol total dan penurunan risiko stroke iskemik berkaitan dengan peningkatan HDL. Bukti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
pengaruh trigliserida pada risiko stroke.10 Meskipun
tidak seberat yang dilaporkan sebagai penyebab penyakit jantung, salah satu penelitian observasional menunjukkan hubungan peningkatan kadar lipid plasma
dan kejadian stroke iskemik.
Meta-analisis terhadap studi kohort juga menunjukkan kekuatan hubungan antara hiperlipidemia dan stroke. Komponen
dislipidemia yang diduga berperan, yakni kadar HDL yang rendah dan kadar low density lipoprotein (LDL) yang tinggi. Kedua hal
tersebut mempercepat aterosklerosis pembuluh darah koroner dan serebral.11
Kesimpulan
Pada hasil penelitian dari data pasien rawat inap
RSUD Kota Bekasi periode 15 September � 22 September
2021, disimpulkan bahwa pasien dengan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
memiliki faktor risiko yang sama diantaranya hipertensi dan merokok. Pada stroke hemoragik didapatkan faktor risiko yang paling dominan adalah hipertensi, merokok dan hiperkolesterol. Sedangkan pada stroke non hemoragik
didapatkan faktor risiko yang paling dominan adalah hipertensi dan merokok.
BIBLIOGRAFI
Campbell
BC, De Silva DA, Macleod MR, Coutts SB, Schwamm LH,
Davis SM, Donnan GA. Ischaemic stroke. Nature Reviews
Disease Primers. 2019 Oct 10;5(1):1-22.
Othadinar K, Alfarabi M, Maharani V. Faktor Risiko Pasien Stroke Iskemik dan Hemoragik. Majalah Kedokteran.
2019;35(3):115-20.
Suwaryo PA, Widodo
WT, Setianingsih E. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Stroke. Jurnal Keperawatan. 2019 Dec 28;11(4):251-60.
Saefuloh M, Wayunah.
Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke di RSUD Indramayu.J
Pendidik Keperawatan
Indonesia. 2016:2(2):65�76
Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, Arnett DK,
Blaha MJ, Cushman M, et al. heart disease and stroke statistics-2015 update: A
report from the American Heart Association. Circulation. 2015.
Khairatunnisa K. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Pada Pasien Di Rsu H. Sahudin
Kutacane Kabupaten Aceh
Tenggara. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah
Penelitian Kesehatan). 2017 Aug 27;2(1):60-70.
Puspitasari PN. Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 2020 Dec 31;9(2):922-6.
American Diabetes Association. 6.
Glycemic targets: standards of medical care in diabetes�2021. Dia Care. 2021;44(Supplement 1): S73-S84.
doi:10.2337/dc21-S006
Aninditha, Tiara. Buku ajar Neurologi. Departemen Neurologi FKUI-RSCM. Jakarta. 2017.
Grundy SM, Stone NJ, Bailey AL, Beam C, Birtcher KK, Blumenthal RS, Braun LT, De Ferranti S, Faiella-Tommasino J, Forman DE, Goldberg R. Guideline on
the management of blood cholesterol: a report of the American College of
Cardiology/American heart association Task force on clinical practice
guidelines. J Am Coll Cardiol. 2018 Nov 8;73(24): e285-350.
Boehme AK, Esenwa
C, Elkind MS. Stroke risk factors, genetics, and prevention. Circulation
research. 2017 Feb 3;120(3):472-95.
Tranggono Yudo Utomo (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article
is licensed under: |