Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 2, Februari 2023

 

EVALUASI KONDISI KERJA PADA UMKM PEMPEK MENGGUNAKAN WORK IMPROVEMENT IN SMALL ENTERPRISES (WISE)

 

Muhammad Egy Saputra, Christofora Desi Kusmindari

Fakultas Teknik, Universitas Bina Darma Palembang, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pempek Ita adalah UMKM yang memproduksi beberapa jenis produk olahan pempek, berdasarkan hasil observasi awal terdapat beberapa permasalahan pada kondisi kerjanya serta belum adanya penerapan K3 di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbaikan sistem kerja dengan mengevaluasi kondisi Pempek Ita dengan menggunakan daftar periksa WISE, kemudian digunakan metode Borda untuk pengambilan keputusan. Hasil evaluasi dari daftar periksa WISE terdapat 19 elemen yang memerlukan adanya tindakan perbaikan. Dengan menggunakan metode Borda didapatkan pengambilan keputusan untuk prioritas perbaikan sistem kerja yaitu organisasi pekerjaan dikarenakan memiliki bobot tertinggi yaitu sebesar 23%. Kemudian dilakukan usulan perbaikan sistem kerja berdasarkan kriteria organisasi pekerjaan yaitu Menerapkan jadwal istirahat berkala sesuai dengan Pasal 79 ayat (2) huruf a UU No. 13/2003 menegaskan bahwa perusahaan harus memberikan waktu istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah pekerja melakukan pekerjaan terus menerus selama 4 jam dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Dan mengadakan program pelatihan bagi karyawan mengenai K3. Training ahli K3 umum (Sertifikasi Kemnaker RI) adalah program Kementerian Ketenagakerjaan (KEMNAKER) untuk mempersiapkan ahli K3 di perusahaan yang dapat membantu mengembangkan K3 di perusahaan.

 

Kata kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, WISE, Borda

 

Abstract

Pempek�Ita is an MSME that produces several types of pempek processed products, based on the results of preliminary observations there are several problems in its working conditions and the absence of K3 application in the workplace. This study aims to improve the work system by evaluating the condition of Pempek Ita using the WISE checklist, then the Borda method is used for decision making. The evaluation results from the WISE checklist have 19 elements that require corrective action. By using the Borda method, decision-making is obtained for the priority of improving the work system, namely the organization of work because it has the highest weight, which is 23%. Then a proposal to improve the work system based on the criteria of work organization is carried out, namely Implementing a periodic rest schedule in accordance with Article 79 paragraph (2) letter a of Law No. 13/2003 affirming that the company must provide rest time between working hours, at least half an hour after the worker has done continuous work for 4 hours and the rest time does not include working hours. And conduct training programs for employees regarding K3. General K3 expert training (Kemnaker RI Certification) is a program of the Ministry of Manpower (KEMNAKER) to prepare K3 experts in companies who can help develop K3 in companies. Keywords: Occupational Safety and Health, WISE, Borda

 

Keywords: Occupational Safety and Health, WISE, Borda

 

Pendahuluan

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 mengamanatkan bahwa setiap pengusaha wajib untuk melaksanakan syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada lingkungan kerjanya. Adanya penerapan K3 pada suatu usaha dapat membawa berbagai manfaat, diantaranya dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah adanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Work Improvement in Small Enterprises (WISE) merupakan program praktis yang dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia yang membahas mengenai program K3 yang khususnya terjadi pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) atau Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Takeyama et al., 2006), diketahui bahwa penerapan standar WISE dapat memberi pengaruh yang positif pada kapasitas kerja dan produktivitas kerja serta dapat menghasilkan kepuasan manajer terhadap proyek perusahaan. Menurut (International Labour Organization, 2015), Program WISE juga memiliki beberapa kelebihan yaitu praktik mudah serta berbiaya rendah namun memiliki manfaat yang jelas, meningkatkan kemampuan juga kepercayaan diri pemilik usaha sekaligus pekerja dalam mengimplementasikan perbaikan yang efektif serta efisien, dan menekankan keterlibatan pengusaha serta pekerja dalam menghasilkan ide, memprioritaskan perbaikan, dan membuat perubahan aktual di tempat kerja.

Objek pada penelitian ini bertempat di salah satu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yaitu Pempek Ita yang memproduksi beberapa jenis produk olahan pempek. Berdasarkan hasil observasi awal terdapat beberapa permasalahan pada kondisi kerjanya serta belum adanya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja, seperti masih banyaknya karyawan yang belum mengenakan peralatan safety yang sesuai dengan standar akibatnya pada saat proses produksi memasak sering kali terjadi kecelakaan waktu menggoreng atau merebus pempek mengenai anggota badan dan kurangnya ventilasi udara mengakibatkan suhu ruangan produksi menjadi panas dan bau. Hal tersebut tentunya berdampak pada meningkatnya kecelakaan kerja dan menurunnya produktivitas karyawan menunjukkan bahwa penerapan program K3 pada perancangan sistem kerja UMKM Pempek Ita berada dalam kondisi yang kurang baik. Adanya evaluasi penerapan standar WISE dapat membantu UMKM Pempek Ita dalam memperbaiki perancangan sistem kerjanya sehingga dapat mencegah atau menanggulangi kecelakaan kerja yang terjadi pada aktivitas produksinya.

Berikut adalah contoh penelitian terdahulu yang relevan dan menjadi acuan pada penelitian ini. Serlita Vidinia Wardani (2018) jurnal dengan judul �Evaluasi Penerapan Work Improvement for Small Enterprises (WISE) pada IKM XYZ�. Dari penelitian ini terdapat suatu pendekatan yang dapat dijadikan pedoman untuk mengukur penerapan ergonomi sistem kerja dan K3, yaitu Work Improvement in Small Enterprises (WISE). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan kriteria yang terdapat pada standar WISE terhadap proses produksi salah satu IKM kue dan roti yang sedang berkembang pesat di Sukoharjo, yaitu IKM XYZ. Penelitian diawali dengan studi lapangan dan studi literatur yang digunakan untuk merumuskan permasalahan yang terjadi. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan proses pemeriksaan kesesuaian setiap elemen yang menjadi syarat pada standar WISE dengan kondisi sistem kerja IKM serta identifikasi elemen yang tergolong proritas perbaikan dengan cara melakukan diskusi bersama pihak IKM XYZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 elemen yang diusulkan untuk dilakukan tindakan perbaikan, diantaranya terdapat 4 elemen yang tergolong prioritas. Adanya penelitian ini dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan kerja pada IKM. (Wardani et al., 2018)

Novi Devita Sari (2021) dalam penelitiannya tentang �Evaluasi Kondisi Kerja Pada UMKM Percetakan Menggunakan Work Improvement in Small Enterprises (WISE)�. Dari penelitian ini terdapat Program Work Improvement in Small Enterprises (WISE) dengan pendekatan Participatory Action Oriented Training (PAOT) dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif dari pemilik usaha serta pekerja dalam melakukan evaluasi kondisi kerja, pembuatan rencana aksi perbaikan serta implementasi usulan perbaikan. Hasil evaluasi kondisi kerja menggunakan daftar periksa WISE, menunjukkan terdapat 13 elemen periksa yang membutuhkan suatu usulan perbaikan. Melalui metode focus group discussion (FGD) didapatkan hasil bahwa perbaikan yang akan diprioritaskan untuk diimplementasikan dalam waktu dekat adalah 4 elemen periksa karena mempertimbangkan faktor biaya, waktu, dan sumber daya manusia di lapangan. Perbaikan pertama adalah pembuatan jadwal rutin untuk pemeriksaan mesin serta jaringan kabel listrik dengan penerapan 5R. Perbaikan kedua adalah pembuatan tanda bahaya pencegahan kebakaran. Perbaikan ketiga adalah pembuatan tanda himbauan pemakaian pelindung diri masker dan sarung tangan. Perbaikan keempat adalah pembuatan label untuk menuliskan identitas produk sehingga memudahkan pekerja mengenali produk yang berada di area penyimpanan. Evaluasi serta usulan perbaikan kondisi kerja tersebut dapat membantu UMKM dalam meningkatkan kesadaran akan K3 dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. (Sari et al., 2021)

Ratih Andhika Akbar Rahma (2020) dalam penelitiannya tentang �Metode WISE untuk Menganalisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Kecil dan Menengah�. Dari penelitian ini untuk menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan program WISE pada kerajian gamelan X di Paju, Ponorogo. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari beberapa tahap yaitu studi literatur dan studi lapangan, serta evaluasi kondisi lingkungan kerja dengan menggunakan WISE checklist, dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan penerapan K3 di kerajinan gamelan X sebesar 27%. Ada 6 kriteria yang memerlukan tindakan, terdiri dari 17 poin dimana 8 poin memerlukan usulan tindakan mendesak (prioritas). Beberapa tindakan prioritas yang diusulkan yaitu: menghindari penempatan material di lantai dan meletakkan pada tempat penyimpanan khusus, menempatkan wadah limbah yang terpisah di tempat kerja untuk berbagai jenis limbah, dan menempatkan bahan yang mudah terbakar dengan aman. Penelitian ini menunjukkan masih rendahnya penerapan K3 di tempat kerja khususnya di IKM. (Rahma, 2020)

Meta Prilelia Miasur (2021) dalam penelitiannya tentang �Pengukuran Standar GMP dan WISE pada Pabrik Tahu Bandungan�. Dari penelitian ini bertujuan untuk mengukur pemenuhan st�ndar GMP dan WISE pada Pabrik Tahu Karya Mukti serta memberikan usulan perbaikan pada elemen yang tidak sesuai sehingga diharapkan dapat membantu IRTP untuk mendapatkan SPP-IRT, menghasilkan produk yang aman dikonsumsi masyarakat serta mewujudkan kondisi kerja yang lebih aman, sehat, dan nyaman. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah ditemukan 12 kriteria yang tidak memenuhi standar GMP dan 3 kriteria yang mendapat usulan tindakan prioritas pada WISE. Usulan perbaikan diberikan kepada 12 kriteria GMP yang mendapat ketidaksesuaian kritis dan serius serta 3 kriteria WISE yang mendapat kategori usulan tindakan prioritas. (Miasur et al., 2021)

Puty Mairawati (2021) dalam penelitiannya tentang �Evaluasi Sistem Kerja Sesuai Dengan Standar CPPB-IRT-IRT, Halal LPOM MUI dan WISE Pada Tsabita Halal Boga Sukoharjo�. Dari penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbaikan sistem kerja dengan mengevaluasi kesesuaian kondisi Tsabita Halal Boga dengan standar CPPB-IRT-IRT, Sistem Jaminan Halal dan WISE. Evaluasi sistem kerja menggunakan daftar periksa CPPB-IRT-IRT, SJH dan WISE. Kemudian digunakan metode Borda untuk pengambilan keputusan. Hasil evaluasi CPPB-IRT-IRT menunjukkan terdapat 6 ketidaksesuaian, menurut SJH 7 ketidaksesuaian dan WISE 8 ketidaksesuaian. Dengan menggunakan metode Borda didapatkan pengambilan keputusan untuk perbaikan sistem kerja yaitu kriteria organisasi pekerja.� Kemudian dilakukan� usulan� perbaikan� sistem� kerja� berdasarkan� kriteria� organisasi pekerja dan manajemen. (Puty Mairawati et al., 2021)

Metode Penelitian

Tempat dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pempek Ita di Jl. KH. Moh. Asyik Lorong Kelurahan No.091, 3-4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30255. Penelitian ini dimulai dari 21 Maret 2022 sampai selesai. Adapun jadwal kegiatan penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Aktivitas

Penelitian

Bulan

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

1

Pengajuan Judul Penelitian Jurnal

 

 

 

 

 

�

2

Mengurus Surat Perizinan

 

 

 

 

 

 

3

Pembuatan Proposal

 

 

 

 

 

 

4

Ujian Proposal

 

 

 

 

 

 

5

Pengumpulan Data

 

 

 

 

 

 

6

Pengolahan Data

 

 

 

 

 

 

7

Analisis Hasil dan Saran

 

 

 

 

 

 

8

Penyelesaian Jurnal

 

 

 

 

 

 

9

Sidang Jurnal

 

 

 

 

 

 

 

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu cara yang digunakan pada pelaksanaan penelitian. Rancangan penelitian diartikan sebagai suatu struktur penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dengan menganalisis berbagai variabel yang berpengaruh pada penelitian. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mencari bahan-bahan pustaka berupa teori yang menunjang penelitian. Bahan-bahan pustaka tersebut dapat berupa buku, jurnal, laporan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan metode Work Improvement in Small Enterprises (WISE) sebagai acuan dalam penelitian ini.

Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui kondisi kerja pada UMKM Pempek Ita.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan memperoleh data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah pengumpulan data primer dengan cara melakukan studi lapangan yaitu:

1.     Identifikasi kondisi eksisting UMKM Pempek Ita agar dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kerja pada area UMKM Pempek Ita tersebut sehingga dapat diperoleh evaluasi untuk pemeriksaan elemen daftar periksa standar WISE (Work Improvement in Small Enterprises).

2.     Menyebarkan kuesioner ini disebarkan kepada karyawan UMKM Pempek Ita dan agar data lebih valid disebarkan juga ke UMKM Pempek sejenisnya.

3.     Dokumentasi dilakukan untuk hasil gambar melihat bagaimana kondisi kerja pada UMKM Pempek Ita sehingga diperoleh hasil untuk gambar rekapitulasi elemen yang membutuhkan perbaikan.

4.     Wawancara dilakukan untuk mempertimbangkan perihal elemen yang tergolong dalam prioritas perbaikan sehingga diperlukan proses diskusi (brainstorming). Proses pemilihan prioritas tindakan perbaikan dilakukan melalui diskusi untuk kembali meninjau satu persatu elemen tindakan yang butuh perbaikan sehingga proses perbaikan nantinya akan dilakukan dengan lebih maksimal.

Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data diperoleh dan sesuai dengan bahan-bahan yang akan diteliti, maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisa data yang sudah didapatkan dengan cara berikut:

1.     Pengolahan data WISE menggunakan metode borda tahap ini merupakan proses pengolahan kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode borda hasil dari pengolahan data ini dapat dilihat dari tingginya bobot yang didapat dari ke 8 kriteria yang ada pada standar WISE sehingga akan menjadi prioritas tindakan perbaikan UMKM tersebut.

2.     Pemeriksaan elemen daftar periksa WISE (Work Improvement in Small Enterprises) tahap ini merupakan tahap evaluasi yang dilakukan pada ruang produksi UMKM Pempek Ita untuk mengetahui tingkat kesesuaian kondisi saat ini dengan 8 kriteria yang ada pada standar WISE. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan kondisi UMKM Pempek Ita dengan berbagai elemen yang ada pada daftar periksa WISE (Work Improvement in Small Enterprises) melalui wawancara dan survey lapangan.

3.     Proses identifikasi elemen prioritas perbaikan diskusi bersama pihak UMKM Pempek Ita tahap ini merupakan proses pemilihan prioritas tindakan perbaikan dilakukan melalui diskusi untuk kembali meninjau satu persatu elemen tindakan yang butuh perbaikan sehingga proses perbaikan nantinya akan dilakukan dengan lebih maksimal.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis yang dilakukan terhadap data primer, maka dapat diperoleh kesimpulan dan saran yang dapat menjadi masukan-masukan yang dirasa penting untuk UMKM Pempek Ita berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

 

 

Diagram Alir Penelitian

Berikut menampilkan diagram alir penelitian.

Gambar 1

Diagram Alir Penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Analisis Hasil

1.               Usulan perbaikan yang sekiranya mampu menyelesaikan permasalahan pada berbagai elemen prioritas tersebut.

2.               Membandingkan kondisi fisik pekerja dan lingkungan di Pempek Ita terhadap UMKM sejenis lainnya.

 

 
�����������������������������������������������

 

����������������������� �����

 

 

 

 

 

 

 


Hasil dan Pembahasan

Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 14 orang karyawan UMKM Pempek Ita yang diambil sebagai sampel.

Responden Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data-data yang dapat dari penyebaran kuesioner data responden karyawan, dapat dilihat dari tabel 4.1 mengenai jenis kelamin dari responden karyawan UMKM Pempek Ita sebagai berikut:

Tabel 2

�Data Responden Menurut Jenis Kelamin

No.

Kriteria

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

1

Jenis Kelamin

1

13

14

2

Persentase (%)

7%

93%

100%

 

Dari hasil olahan data mengenal karakteristik responden yang beradasrkan jenis kelamin pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa responden perempuan merupakan responden mayoritas yaitu sebesar 93%, sedangkan responden laki-laki hanya 7% dari total 14 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden karyawan UMKM Pempek Ita didominasi oleh karyawan perempuan.

Responden Menurut Jenis Usia

Dari penelitian terhadap 14 responden yang diteliti, usia responden dapat ditunjukkan dalam tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3

�Data Responden Menurut Usia

No.

Jenis Kelamin

Usia

Total

<20

20-40

40>

1

Laki-laki

0

1

0

1

2

Perempuan

0

11

2

13

3

Jumlah

0

12

2

14

4

Persentase (%)

0%

86%

14%

100%

Dari hasil olahan data mengenai karakteristik responden yang berdasarkan usia pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa responden berusia <20 adalah sebesar 0%, responden berusia 20-40 tahun sebesar 86% dan responden berusia 40> tahun sebesar 14% dari total 14 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Data tersebut menunjukkan bahwa karyawan UMKM Pempek Ita didominasi yang berumur 20-40 tahun.

 

Butir Pertanyaan

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner untuk mengetahui kriteria penilaian sistem kerja berdasarkan standar WISE dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4

Kriteria Penilaian Sistem Kerja

No

Kriteria

Sub Kriteria

Gambar

1

Penyimpanan dan Penanganan Material

Memiliki rute transportasi yang jelas dan diberi tanda

2

Desain Tempat Kerja

Menyesuaikan ketinggian bekerja untuk setiap pekerja di level siku atau sedikit di bawah siku

-

Menyediakan kursi dengan sandaran yang dapat disesuaikan untuk pekerja yang bekerja dalam posisi duduk

Memungkinkan pekerja untuk berdiri dan duduk secara bergantian di tempat kerja sesering mungkin

Menyediakan tanda, warna atau melampirkan label dengan kata sederhana dalam bahasa lokal untuk membantu para pekerja memahami apa yang harus dilakukan

-

3

Keamanan Mesin Produktif

Memeriksa, membersihkan dan memelihara mesin-mesin termasuk kabel listrik secara teratur

4

Lingkungan Fisik

Melindungi tempat kerja dari panas luar yang berlebihan

Menggunakan sistem ventilasi pembuangan lokal untuk panas, debu, dan bahan kimia

5

Proteksi Bahaya Listrik

Memastikan penggunaan alat pelindung diri pada pekerjaan listrik telah sesuai

-

Memastikan terdapat tanda peringatan pada tempat kerja yang memiliki bahaya listrik

-

6

Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Memastikan adanya alat yang dapat digunakan untuk menginformasikan adanya kondisi darurat

-

Menyediakan sejumlah alat pemadam kebakaran di dekat area kerja

-

Memastikan pekerja mendapatkan pelatihan memadamkan kebakaran

-

Memastikan adanya tanda bahaya pencegahan kebakaran

-

Memastikan adanya gladi penanggulangan kebakaran atau simulasi dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran bagi seluruh pekerja

-

7

Fasilitas Kesejahteraan

Menyediakan peralatan pertolongan pertama (P3K) dan melatih petugas P3K yang memenuhi syarat

-

Menetapkan promosi program kesehatan untuk mencegah penyakit dan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik

-

8

Organisasi Pekerjaan

Menyediakan kesempatan untuk dapat sering mengambil istirahat pendek bagi pekerjaan berat yang membutuhkan perhatian terus menerus

-

Menetapkan kebijakan K3 dan menyediakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai bagi semua pekerja

-

 

Data Penilaian Responden Terhadap Sistem Kerja

Dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden dengan jumlah responden sebanyak 14 orang. Pertanyaan dalam bentuk angket dengan cara memperingkatkan 1-8. Selanjutnya dilakukan rekapitulasi hasil dari kuesioner penilaian responden terhadap sistem kerja dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 5

�Rekapitulasi Hasil Peringkat Kriteria Penilaian Sistem Kerja

Responden

Kriteria

1

2

3

4

5

6

7

8

1

8

3

6

4

5

2

7

1

2

8

4

7

3

5

2

6

1

3

7

5

4

3

6

1

8

2

4

8

2

5

6

7

3

4

1

5

8

4

6

1

5

3

7

2

6

8

1

6

2

5

4

7

3

7

8

3

4

5

6

1

7

2

8

7

3

6

4

5

2

8

1

9

7

2

5

4

6

3

8

1

10

8

3

6

5

4

2

7

1

11

8

4

5

3

6

2

7

1

12

8

3

6

4

5

1

7

2

13

7

5

6

3

4

1

8

2

14

7

3

6

4

5

2

8

1

 

Keterangan :

Kriteria 1�������� = Penyimpanan dan Penanganan Material

Kriteria 2�������� = Desain Tempat Kerja

Kriteria 3�������� = Keamanan Mesin Produktif

Kriteria 4�������� = Lingkungan Fisik

Kriteria 5�������� = Proteksi Bahaya Listrik

Kriteria 6�������� = Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Kriteria 7�������� = Fasilitas Kesejahteraan

Kriteria 8�������� = Organisasi Pekerjaan

 

Pengolahan Data

Pada pengolahan data dilakukan perhitungan bobot kriteria untuk mengetahui hasil nilai tertinggi sebagai usulan prioritas perbaikan pada sistem kerja Pempek Ita.

Perhitungan Bobot Kriteria Penilaian Sistem Kerja

Setelah mendapatkan data responden, maka kuesioner yang telah dibagikan dan diisi oleh responden akan dilakukan perhitungan bobot kriteria dari data responden. Hasil perhitungan bobot kriteria penilaian sistem kerja dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 6

�Perhitungan Bobot Kriteria Penilaian Sistem Kerja

Kriteria

Peringkat

Ranking

Bobot

1

2

3

4

5

6

7

8

Penyimpanan dan Penanganan Material

0

0

0

0

0

0

5

9

5

0,01

Desain Tempat Kerja

1

2

6

3

2

0

0

0

67

0,17

Keamanan Mesin Produktif

0

0

0

2

3

8

1

0

34

0,09

Lingkungan Fisik

1

1

4

5

2

1

0

0

61

0,16

Proteksi Bahaya Listrik

0

0

0

2

7

4

1

0

38

0,10

Penanggulangan Bahaya Kebakaran

4

6

3

1

0

0

0

0

83

0,21

Fasilitas Kesejahteraan

0

0

0

1

0

1

7

5

13

0,03

Organisasi Pekerjaan

8

5

1

0

0

0

0

0

91

0,23

Bobot

7

6

5

4

3

2

1

0

392

1,000

 

Keterangan :

1.              Ranking =

(0x7) + (0x6) + (0x5) + (0x4) + (0x3) + (0x2) + (5x1) + (9x0) = 5

2.              Bobot� = Ranking / Jumlah Keseluruhan Ranking

�= 5 / 392 = 0,001

 


Rekapitulasi Bobot Kriteria Penilaian Sistem Kerja

Setelah dilakukan perhitungan ranking masing-masing kriteria, maka dapat diketahui bobot dari setiap kriteria pada daftar periksa WISE. Berdasarkan nilai dari bobot tersebut akan diketahui kriteria yang menjadi dasar perbaikan pada sistem kerja Pempek Ita. Hasil pembobotan kriteria dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 7

�Rekapitulasi Bobot Kriteria Penilaian Sistem Kerja

No

Kriteria

Bobot

Persentase

1

Penyimpanan dan Penanganan Material

0,01

1%

2

Desain Tempat Kerja

0,17

17%

3

Keamanan Mesin Produktif

0,09

9%

4

Lingkungan Fisik

0,16

16%

5

Proteksi Bahaya Listrik

0,10

10%

6

Penanggulangan Bahaya Kebakaran

0,21

21%

7

Fasilitas Kesejahteraan

0,03

3%

8

Organisasi Pekerjaan

0,23

23%

 

Analisis Data

Analisis Perhitungan Bobot Kriteria Penilaian Sistem Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan bobot kriteria penilaian sistem kerja Pempek Ita, maka dasar perbaikan dilakukan pada kriteria yang memiliki nilai persentase yang tinggi yaitu organisasi pekerjaan sebesar 23%. Sehingga diurutkan dari bobot persentase terbesar sampai terkecil, usulan perbaikan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 8

Usulan Perbaikan Sistem Kerja UMKM Pempek Ita

Ketidaksesuaian Organisasi Pekerjaan

Usulan Perbaikan

Menyediakan kesempatan untuk dapat sering mengambil istirahat pendek bagi pekerjaan berat yang membutuhkan perhatian terus menerus.

Menerapkan jadwal istirahat berkala sesuai dengan Pasal 79 ayat (2) huruf a UU No. 13/2003 menegaskan bahwa perusahaan harus memberikan waktu istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah pekerja melakukan pekerjaan terus menerus selama 4 jam dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.

Menetapkan kebijakan K3 dan menyediakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai bagi semua pekerja.

Mengadakan program pelatihan bagi karyawan mengenai K3. Training ahli K3 umum (Sertifikasi Kemnaker RI) adalah program Kementerian Ketenagakerjaan (KEMNAKER) untuk mempersiapkan ahli K3 di perusahaan yang dapat membantu mengembangkan K3 di perusahaan.

Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Usulan Perbaikan

Memastikan adanya alat yang dapat digunakan untuk menginformasikan adanya kondisi darurat.

Menyediakan alat yang dapat mendeteksi adanya asap atau api sehingga dapat memberikan peringatan kondisi darurat bahaya kebakaran dan alat pemberitahuan lainnya seperti lonceng, dan lain-lain.

Menyediakan sejumlah alat pemadam kebakaran di dekat area kerja.

Menyediakan alat pemadam api ringan yang harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari peti (box) yang tidak dikunci atau dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maksimum 2 mm, dengan tinggi tanda APAR 125 cm dan penempatan APAR 120 cm.

Memastikan pekerja mendapatkan pelatihan memadamkan kebakaran.

Mengadakan program pelatihan K3 penanggulangan kebakaran bagi karyawan sesuai dengan Surat Edaran MENAKER No. 13 tahun 2015.

Memastikan adanya tanda bahaya pencegahan kebakaran.

Membuat label tanda peringatan bahaya di daerah tertentu yang sekiranya bisa menimbulkan kebakaran seperti label dilarang merokok, dan lain-lain sebagai pencegahan kebakaran.

Memastikan adanya gladi penanggulangan kebakaran atau simulasi dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran bagi seluruh pekerja.

Mengadakan program pelatihan dan gladi K3 penanggulangan kebakaran bagi karyawan sesuai dengan Surat Edaran MENAKER No. 13 tahun 2015 secara berkala.

Desain Tempat Kerja

Usulan Perbaikan

Menyesuaikan ketinggian bekerja untuk setiap pekerja di level siku atau sedikit di bawah siku.

Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku. Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan diatas meja dan jika dataran tinggi siku disebut 0 maka hendaknya dataran kerja untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0+(5-10cm), untuk pekerjaan ringan 0-(5-10) cm, untuk pekerjaan berat atau perlu mengangkat barang berat yang memerlukan otot punggung 0-(10-20) cm

Menyediakan kursi dengan sandaran yang dapat disesuaikan untuk pekerja yang bekerja dalam posisi duduk.

Menyediakan kursi yang ergonomis dikarenakan mampu beradaptasi dengan aktivitas yang dilakukan, dengan tinggi kursi yang bisa diatur dengan 35-50cm, sandaran punggung bawah minimal 20 cm.

Memungkinkan pekerja untuk berdiri dan duduk secara bergantian di tempat kerja sesering mungkin.

Menerapkan peraturan untuk mengizinkan karyawan berdiri dan duduk secara bergantian ditempat kerja sesering mungkin, fungsi dari izin ini adalah menjaga postur tubuh agar lebih baik dalam jangka waktu lama. Postur tubuh yang baik dengan mengizinkan karyawan duduk dan berdiri bergantian akan mengurangi stress maupun kelelahan dan meningkatkan semangat kerja.

Menyediakan tanda, warna atau melampirkan label dengan kata sederhana dalam bahasa lokal untuk membantu para pekerja memahami apa yang harus dilakukan.

Membuat tanda, warna, atau melampirkan label dengan kata sederhana di tempat kerja agar karyawan memahami apa yang harus dilakukan.

Lingkungan Fisik

Usulan Perbaikan

Melindungi tempat kerja dari panas luar yang berlebihan.

Membuat sistem ventilasi exhaust agar sirkulasi udara panas mengalirkannya keluar dari tempat kerja serta membuat area penghijauan atau pepohonan di sekitar tempat kerja.

Menggunakan sistem ventilasi pembuangan lokal untuk panas, debu, dan bahan kimia.

Membuat sistem ventilasi pembuangan lokal terdapat 2 yaitu Dilution ventilation sistem ini mengurangi jumlah kontaminan di udara. Metode ini biasanya melibatkan pemasangan kipas angin besar di dinding atau atap bangunan. Sistem ini digunakan ketika polusi udara tidak terlalu tinggi, dan tingkat toksisitasnya rendah hingga sedang. Ini merupakan pilihan ventilasi terbaik untuk sumber kontaminan yang bergerak atau tersebar, lalu Local exhaust ventilation sistem ini menangkap kotoran dan kontaminan udara di atau dekat sumber dan membuangnya keluar. Ini membutuhkan penutup yang akan menangkap polutan dari sumbernya.

Proteksi Bahaya Listrik

Usulan Perbaikan

Memastikan penggunaan alat pelindung diri pada pekerjaan listrik telah sesuai.

Menyediakan alat pelindung diri agar dapat melindungi pekerja dari bahaya listrik seperti Sarung tangan isolasi karet dan pelindung kulit untuk melindungi tangan dan lengan, lengan isolasi karet untuk melindungi tangan dan bahu, pakaian tahan api (Fire Resistant) untuk melindungi tubuh dari arc flash, hood untuk melindungi kepala terhadap arc flash, topi keras untuk melindungi kepala dari celana pendek listrik, dan menabrak atau terkena benda, kacamata pengaman dan pelindung untuk melindungi wajah dari benda terbang dan busur kilat, safety shoes untuk melindungi kaki dan pekerja agar tidak langsung menyentuh tanah.

Memastikan terdapat tanda peringatan pada tempat kerja yang memiliki bahaya listrik.

Membuat tanda atau label peringatan di tempat kerja agar karyawan mengetahui bahaya listrik sebelum mereka terpapar.

Keamanan Mesin Produktif

Usulan Perbaikan

Memeriksa, membersihkan dan memelihara mesin-mesin termasuk kabel listrik secara teratur.

Menerapkan jadwal rutin untuk pembersihan serta pemeriksaan mesin dan jaringan kabel listrik. Karena sejauh ini hanya melakukan pemeriksaan dan perbaikan apabila terjadi kerusakan.

Fasilitas Kesejahteraan

Usulan Perbaikan

Menyediakan peralatan pertolongan pertama (P3K) dan melatih petugas P3K yang memenuhi syarat.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 di dalam pasal 3 diatur mengenai syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan P3K dan di dalam pasal 9 ayat (3) diatur mengenai kewajiban pengurus untuk membina tenaga kerja dalam pemberian P3K, Selain personel yang bertanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan, fasilitas P3K juga wajib tersedia di perusahaan, fasilitas mendasar yang harus ada, di antaranya yaitu Ruang P3K, Kotak P3K dan isi, Alat Evakuasi dan Alat Transportasi, Fasilitas Tambahan Berupa Alat Pelindung Diri atau Peralatan Khusus di Tempat Kerja yang Memiliki Potensi Bahaya yang Bersifat Khusus.

Menetapkan promosi program kesehatan untuk mencegah penyakit dan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik.

Menerapkan program atau gerakan kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Beberapa gerakan seperti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat menjadi sebuah sebuah gerakan yang sukses dengan dukungan promosi kesehatan. Contoh konsep promosi program kesehatan yaitu Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), cuci tangan pakai sabun (CTPS), mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur, tidak membuang sampah sembarangan, Melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat, Menggunakan pelayanan kesehatan, Menjalankan gaya hidup sehat bersama anggota keluarga, dan lain-lain.

Penyimpanan dan Penanganan Material

Usulan Perbaikan

Memiliki rute transportasi yang jelas dan diberi tanda.

Sering ditemukan kondisi dimana pekerja saling bertabrakan saat melakukan aktivitas produksi maka dari itu harus membuat tanda rute transportasi dan alur gerak pekerja yang jelas sehingga mobilitas dan aksesbilitas pekerja tidak terganggu.

 

Kesimpulan��

����������� Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Dari hasil perhitungan diketahui nilai bobot dari setiap kriteria pada daftar periksa WISE yaitu Penyimpanan dan Penanganan Material sebesar 1%, Desain Tempat Kerja sebesar 17%, Keamanan Mesin Produktif sebesar 9%, Lingkungan Fisik sebesar 16%, Proteksi Bahaya Listrik sebesar 10%, Penanggulangan Bahaya Kebakaran sebesar 21%, Fasilitas Kesejahteraan 3%, Organisasi Pekerjaan 23%. 2) Berdasarkan hasil evaluasi kondisi kerja pada UMKM Pempek X menggunakan daftar periksa WISE, diketahui bahwa terdapat 19 elemen yang memerlukan adanya tindakan perbaikan yaitu memiliki rute transportasi yang jelas dan diberi tanda, menyesuaikan ketinggian bekerja untuk setiap pekerja di level siku atau sedikit di bawah siku, menyediakan kursi dengan sandaran yang dapat disesuaikan untuk pekerja yang bekerja dalam posisi duduk, memungkinkan pekerja untuk berdiri dan duduk secara bergantian di tempat kerja sesering mungkin, menyediakan tanda, warna atau melampirkan label dengan kata sederhana dalam bahasa lokal untuk membantu para pekerja memahami apa yang harus dilakukan, memeriksa, membersihkan dan memelihara mesin-mesin termasuk kabel listrik secara teratur, melindungi tempat kerja dari panas luar yang berlebihan, menggunakan sistem ventilasi pembuangan lokal untuk panas, debu, dan bahan kimia, memastikan penggunaan alat pelindung diri pada pekerjaan listrik telah sesuai, memastikan terdapat tanda peringatan pada tempat kerja yang memiliki bahaya listrik, memastikan adanya alat yang dapat digunakan untuk menginformasikan adanya kondisi darurat, Menyediakan sejumlah alat pemadam kebakaran di dekat area kerja, memastikan pekerja mendapatkan pelatihan memadamkan kebakaran, memastikan adanya tanda bahaya pencegahan kebakaran, memastikan adanya gladi penanggulangan kebakaran atau simulasi dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran bagi seluruh pekerja, menyediakan peralatan pertolongan pertama (P3K) dan melatih petugas P3K yang memenuhi syarat, menetapkan promosi program kesehatan untuk mencegah penyakit dan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik, menyediakan kesempatan untuk dapat sering mengambil istirahat pendek bagi pekerjaan berat yang membutuhkan perhatian terus menerus, menetapkan kebijakan K3 dan menyediakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai bagi semua pekerja.


BIBLIOGRAFI

 

Britnell, K. Wendell, et al. �Comparison of Occupational Health and Safety Management Systems.� The Synergist, vol. 17, no. 7, 2006, p. 38, doi:10.3320/1.2759320.

 

Conferido, Reydeluz D. Low-Cost Solution to Improving Philippine Working Conditions : Is It Wise ? 1997, pp. 171�72.

 

Endroyo, Bambang. PERANAN MANAJEMEN K3 DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI. no. 1, 2006, pp. 8�15.

 

Ervianto, Wulfram I. MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI. 2002.

 

International Labour Organization. Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Usaha Kecil Dan Menegah Dengan Metode Pelatihan Partisipasi Aktif. 2015.

 

Kawakami, Tsuyoshi, and Kazutaka Kogi. �Action-Oriented Support for Occupational Safety and Health Programs in Some Developing Countries in Asia.� International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, vol. 7, no. 4, 2001, pp. 421�34, doi:10.1080/10803548.2001.11076499.

 

Kusuma, Ibrahim Jati. �Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang.� Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, vol. 7, no. 1, 2011, pp. 37�60.

 

Miasur, Meta Prilelia, et al. �Pengukuran Pemenuhan Standar GMP Dan WISE Pada Pabrik Tahu Karya Mukti Bandungan.� Performa: Media Ilmiah Teknik Industri, vol. 20, no. 2, 2021, p. 189, doi:10.20961/performa.20.2.53448.

 

Puty Mairawati, Bambang Suhardi, Rahmaniyah Dwi Astuti. Evaluasi Sistem Kerja Sesuai Dengan Standar Cppb-. no. 1, 2019, pp. 87�95.

 

Rahma, R. A. A. �Metode WISE Untuk Menganalisis Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri Kecil Dan Menengah.� Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol. 12, no. 1, 2020, pp. 40�47.

 

Russel, Nathan F. Complexity of Control of Borda Count Elections. no. November, 2007.

Sari, Novi Devita, et al. Evaluasi Kondisi Kerja Pada UMKM Percetakan Menggunakan Work Improvement in Small Enterprises. no. 1, 2021, pp. 45�55.

 

Takeyama, Hidemaro, et al. �A Case Study on Evaluations of Improvements Implemented by WISE Projects in the Philippines.� Industrial Health, vol. 44, no. 1, 2006, pp. 53�57, doi:10.2486/indhealth.44.53.

 

Wardani, SV, et al. �Evaluasi Penerapan Work Improvement for Small Enterprises WISE Pada IKM X.� Seminar Nasional Teknik Industri Universitas Gajah Mada 2018, 2018, https://www.researchgate.net/profile/Bambang_Suhardi/publication/331986359_Evaluasi_Penerapan_Work_Improvement_for_Small_Enterprises_WISE_pada_IKM_XYZ/links/5c99903f92851cf0ae981635/Evaluasi-Penerapan-Work-Improvement-for-Small-Enterprises-WISE-pada-IKM-X.

 

Wu, Wei-Wen. �Beyond Travel & Tourism Competitiveness Ranking Using DEA, GST, ANN and Borda Count.� Expert Syst. Appl., vol. 38, Sept. 2011, pp. 12974�82, doi:10.1016/j.eswa.2011.04.096.

 

Copyright holder:

Muhammad Egy Saputra, Christofora Desi Kusmindari (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: