Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
PENGELOLAAN
LINEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN 2022
Dessy Srikandi, Tin Gustina, Budi Hartono
Universitas Hang Tuah Pekanbaru, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengelolaan
linen di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada (RSUDPH)Tembilahan Tahun 2022, menggunakan disain kualitatif, dilakukan bulan April-Mei 2022 dengan Informan sebanyak 10 orang yang terdiri dari petugas
laundry, kepala
ruangan laundry,
perawat ruang rawat inap dan pasien. Pengumpulan data dilakuakn dengan observasi, wawancara dan telusur dokumen. Data dianalisis menggunakan metode triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara umum laundry siap pakai belum
memenuhi kecukupan kuantitas dan kualitas, durasi terpasang dan ganti seprai melebihi
waktu standar, terlihat ada noda
dan tidak wangi.� Personil pekerja laundry belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan, waktu kerja belum
sesuai ketentuan, penganggaran untuk laundry belum mencukupi, sarana prasarana mesin cuci dan mesin pengering masih kurang tidak ada
mesin setrika, limbah �laundry
belum dikelola dengan baik. Standar
Operasional Prosedur (SOP) beberapa kegiatan sudah ada namun
belum semua dapat terlihat, belum dipahami dan ditaati oleh petugas. Pemisahan laundry
infeksius dan non infeksius
belum tegas hanya berdasardasarkan organoleptik. Kepada manajemen RSUDPH Tembilahan agar menerbitkan dan menertibkan hak dan kewajiban petugas laundry, menyiapkan SOP, kalkulasi laundry elektronik,
melakukan monitoring dan evaluasi
kinerja pada bagian laundry, penegasan
sangsi dan penghargaan, memfasilitasi belajar serta menciptakan Team work yang berakhlak.
Petugas laundry
harus selalu belajar membekali diri dengan pengetahuan
dan kompetensi terkait
laundry, melaksanakan tugas
dan hak dengan disiplin.�
Kata Kunci:�� Pengelolaan laundry, SOP, kompetensi petugas, kualitas laundry, Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan.
Abstract
This study aims to determine the management of linen at the Puri Husada Tembilahan Regional General Hospital in 2022, with a qualitative design and carried out in April-May 2022. The informants in this study were laundry officers, head of the laundry room, nurses and patients. Collecting data using observation and interview methods and processed using the triangulation method. The results showed that there were 10 human resources in linen management, the budget was available, there was still a lack of infrastructure, namely the number of washing machines and dryers which were considered insufficient. In addition, damaged facilities such as drying machines, trolleys and scales. Standard Operating Procedures (SOPs) already exist, but not all of them are displayed and implemented. The implementation of linen management in hospitals has been going well, although there are still some obstacles in the implementation of linen.
Keywords:��� Infrastructure,
Standard Operating Procedures, Human Resources, Implementation of Linen
Management
Pendahuluan
Rumah
Sakit merupakan suatu intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat, sebagaimana tertulis dalam Undang Undang
Nomor 44 Tahun 2009. Diantara upaya preventif tersebut
adalah mencegah
terjadinya infeksi pada pasien yang dirawat di Rumah
Sakit
yaitu melalui
linen. Oleh karena itu linen di Rumah Sakit haruslah bersih, rapi, harum dan
layak untuk digunakan kembali oleh pasien (Sabarguna, 2014).
Upaya
pengelolaan linen telah tertuang dalam (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, 2019).
Linen adalah bahan/kain yang digunakan di rumah sakit untuk
kebutuhan pembungkus kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat instrument steril lainnya. Jenis kain yang banyak digunakan seperti katun jepang, drill, flanel, bahan anti air dan anti bakteri. Pengelolaan
linen membutuhkan tenaga kerja dengan
bermacam-macam klasifikasi (Ambarwati et al., 2021).
Klasifikasi tersebut terdiri dari teknisi,
perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli kesehatan
dan keselamatan kerja. Melalui proses pengelolaan linen mulai dari perencanaan,
proses pengadaan, pengadaan,
penerimaan, pendistribusian,
pemanfaatan, serta pencatatan dan pelaporan yang baik akan memberikan
manfaat bagi rumah sakit guna
menciptakan ketersediaan bahan linen dalam mendukung pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk mendapatkan
kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan kimia.
Dalam konteks ini tentu terkait dengan managemen penyediaan linen yang
berhubungan dengan proses laundry (Ginting, 2019).
Arti kata laundry dalam bahasa Indonesia adalah penatu, pakian kotor, cucian. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, penatu yaitu usaha atau orang yang bergerak di bidang pencucian juga penyetrikaan pakaian. Instalasi laundry merupakan
unit penunjang non medik
yang memberikan pelayanan kebutuhan linen yang
sesuai standar terutama kepada pasien di Rumah Sakit. Laundry rumah sakit adalah
tempat pencucian linen rumah sakit yang dilengkapi sarana penunjang berupa mesin cuci,
alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja serta mesin
setrika (Ardrianti et al., 2021). Untuk terlaksananya sistem laundry yang
baik perlu adanya managemen pengaturan/sistem agar proses laundry dapat berjalan baik. Dalam konteks ini tentu terkait dalam
managemen penyediaan linen yang sehat terutama terkait dengan proses laundry. Instalasi laundry merupakan unit penunjang non medik yang memberikan pelayanan kebutuhan linen yang sesuai
standar terutama kepada pasien rawat
inap. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi, membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang proses pengelolaan
linen RS mulai dari alat, bahan dan bangunan serta membutuhkan Standar
Prosedur Operasional (SPO) atau
kebijakan RS yang mengatur segala proses pengelolaan linen tersebut.
Penelitian
(Suparno, 2018) tentang Analisis Pengelolaan linen di Instalasi Laundry RSUD Kota Dumai
tahun 2017 menyatakan bahwa Pengelolaan linen di RSUD
Kota Dumai masih kurang baik, karena
masih ditemukan permasalahan antara lain: SDM
yang belum sesuai dengan tingkat pendidikan atau minimal telah mengikuti pelatihan khusus, dana yng masih belum
mencukupi untuk pengelolaan linen sesuai standar, sarana dan prasarana yang belum lengkap dimana tidak tersedia ruangan linen infeksius dan linen
non infeksius, peralatan
yang digunakan masih ada yang belum sesuai standar Rumah Sakit, belum
adanya kran air panas, dan
lain sebagainya, dan kebijakan
yang sudah ada tidak sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan.
Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husada
Tembilahan di Kabupaten
Indragiri Hilir terletak di
Jalan Veteran Nomor 52 Tembilahan
dengan Tipe C, sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada tahun
2012 berdasarkan SK Bupati Indragiri
Hilir Nomor 387/VIII/HK-2012 Tanggal 15 Agustus 2012, ��terakreditasi tingkat
Utama, tertanggal 11 Januari
2018 sedang dalam upaya berbenah untuk meningkatkan akreditasi sesuai dengan SNARS Edisi
1.1 menuju RSUD Kelas B. ���untuk itu perlu melakukan perbaikan dalam segala hal,
termasuk pengelolaan laundry yang merupakan
bahagian dari indikator penilaian akreditasi Rumah Sakit.
Indikator
tersebut tertuang didalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lebih tepatnya pada standar PPI 7.1 tentang Rumah Sakit menurunkan
risiko infeksi dengan menjamin pembersihan peralatan dan sterilisasi yang memadai serta pengelolaan laundry dan linen yang benar. Standar ini maksudnya adalah
resiko infeksi dapat diminimalkan dengan proses-proses pembersihan,
desinfeksi, dan strelisasi
yang benar. �Pengelolaan laundry
dan linen yang benar dan tepat
akan menurunkan kontaminasi bersuber linen. Hasil
penilaian Akreditasi edisi SNARS Edisi 1.1 oleh tim komisi akreditasi
rumah sakit menyatakan bahwa untuk standar PPI RSUD Puri Husada Tembilahan memperoleh nilai 71% yang berarti bahwa terpenuhi
sebagian. Kriteria penilaian (<20% tidak terpenuhi, 20-79% terpenuhi sebagian, ≥ 80% terpenuhi).
Hasil penilaian ini menunjukkan masih ada standar PPI RSUD yang belum terpenuhi termasuk pada unsur laundry.
Bed
Occupancy Ratio (BOR) RSUD Puri Husada
Tembilahan tahun tahun 2019 39,3% dan tahun 2020 sebesar 31,2% dan tahun 2021 sebesar 49%,
(RSUD Puri Husada, Tahun 2021). Indikator
BOR nasional
sebesar 60-85% (Kementrian Kesehatan, 2021). BOR berarti
menunjukkan persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu. Angka
tersebut menunjukkan bahwa BOR untuk RSUD Puri Husada Tembilahan masih rendah dari angka nasional.
Tabel 1
Pelayanan Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan
Pelayanan
Laundry |
Standar |
2019 |
2020 |
2021 |
Ketersediaan pelayanan
laundry |
Tersedia |
Tersedia |
Tersedia |
Tersedia |
Adanya penanggung
jawab pelayanan laundry |
Ada SK direktur |
Ada |
Ada |
Ada |
Ketersediaan fasilitas
dan peralatan laundry |
Tersedia |
Tersedia |
Tersedia |
Tidak cukup
Tersedia |
Ketersediaan linen steril untuk kamar operasi |
100% |
90% |
90% |
70% |
Tidak adanya
kejadian linen yang hilang |
100% |
80% |
80% |
55% |
Sumber : SPM RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2019,2020 dan 2021
Berdasarkan
data SPM diketahui bahwa
pada 2019-2021, pelayanan yang mengalami
perubahan yaitu ketersediaan fasilitas dan peralatan laundry
di tahun 2021 tidak cukup tersedia, Ketersediaan linen steril untuk kamar operasi
di tahun 2021 sebesar 70% serta tidak adanya
kejadian linen yang hilang mengalami penurunan dari 80% menjadi 55% yang artinya semakin banyak linen yang hilang.
Skema pengelolaan
linen di RSUD Puri Husada Tembilahan
dimulai
dari perencanaan. Pada proses perencanaan linen, bidang Non Medik atau
Kepala Instalasi Laundry mengusulkan semua
kebutuhan linen, termasuk bahan habis pakai, kepada Pejabat Pembuat Komitmen
yang mengelola linen, untuk selanjutnya diusulkan ke bagian penganggaran RSUD
Puri Husada Tembilahan. Di bagian penganggaran, selanjutnya usulan tersebut
ditetapkan di dalam Rencana Bisnis Anggaran BLUD RSUD Puri Husada Tembilahan
yang disingkat dengan RBA. RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan pengganggaran
tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan anggaran BLUD. Pada
RBA, Linen termasuk di dalam program Penunjang Urusan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan nomenkelatur kegiatannya adalah Peningkatan Pelayanan
BLUD.
Selain
pengusulan anggaran, jumlah kebutuhan Sumber Daya Manusia untuk pengelolaan
linen sangat perlu diperhatikan. Saat ini di RSUD Puri Husada Tembilahan jumlah
pengelola linen hanya 9 (sembilan) orang dan 1 (satu) orang sebagai Kepala Instalasi Laundry. Petugas pencucian dan
pengeringan berjumlah 6 (enam) orang, dengan sistem kerja 3 (tiga) orang bertugas,
dan 3 (tiga) orang lagi libur secara bergantian. Pagi hari dimulai jam 07.30 WIB mencuci linen, siang hari setelah kering membantu
melipat linen.� Petugas penjemput
linen kotor memberikan identitas (pengkodean linen) pada
plastik tempat linen kotor yang diangkutnya sekaligus membantu mengumpulkan linen infeksius bekas
tindakan operasi. Keseluruhan petugas pengelola linen belum pernah mengikuti
pelatihan terkait tata cara pengelolaan linen di Rumah Sakit. Dari informasi
ini disimpulkan bahwa SDM untuk pengelolaan linen di RSUD Puri Husada perlu
diikutsertakan dalam pelatihan pengelolaan linen untuk Rumah Sakit.
Pada
tahap proses pengadaan linen, PPK melakukan kerja sama/perikatan kontrak kepada pihak
ketiga dengan membuat pesanan linen dan bahan lainnya. Selanjutnya pihak ketiga
tersebut akan memenuhi pesanan pengadaan barang dan bahan linen. Pada proses
penerimaan, di tahap inilah dimulainya proses pengambilan linen kotor di ruang
rawatan dan ruang tindakan operasi. Setelah itu dilakukanlah proses pencucian
linen. Hanya saja, pada tahap pengambilan linen kotor proses
pencatatan tidak secara kontinu dilakukan antara petugas pengangkut dan perawat jaga. Selain itu pencucian tidak menggunakan air panas, dan
tidak melalui proses penyetrikaan. Setelah selesai proses pencucian dan
pengeringan, dilakukan pelipatan
dan pengelompokan linen bersih
sebelum dimasukkan ke dalam plastik
untuk mempermudah petugas dalam distribusi. Linen akan
didistribusikan ke ruangan untuk dimanfaatkan kembali. Oleh karena pada saat
pengambilan linen kotor tidak dilakukan pencatatan, sehingga mempersulit
petugas dalam pendataan kembali terhadap kelengkapan linen. Apakah terdapat linen
yang hilang, ataupun rusak. Semua tahap/proses
pengelolaan linen ini
harus disesuaikan dengan
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, 2019).
�Sebagai
suatu sistem pelayanan linen di RSUD Puri Husada Tembilahan tidak terlepas dari
berbagai permasalahan yang tentunya akan berdampak pada sediaan linen yang
sehat. Dari hasil wawancara pendahuluan kepada perawat, yang secara langsung
terkait dengan pengaplikasian linen pada ruang rawat inap menginformasikan bahwa sering terjadinya pengantaran linen ke ruangan yang tidak lengkap, kondisi linen yang tidak baik seperti masih
adanya bekas noda, serta kualitas
linen yang sudah tidak baik dan
sudah tipis. Selain itu pencucian linen yang tidak menggunakan air panas. Hanya terdapat
satu pintu
untuk tempat keluar dan masuknya linen kotor serta linen bersih. Petugas linen belum pernah mendapatkan
pengetahuan tentang linen. Selain itu pada unit Laundry diinformasikan bahwa terdapat kerusakan
saluran pembuangan air limbah pada
tahap pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke unit pengolahan air limbah sehingga dibutuhkan perbaikan.
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan desain penelitian studi kasus bertujuan untuk memperoleh informasi komprehensif mengenai Pengelolaan laundry di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan tahun 2022.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan pada bulan April-Mei 2022.
C. Subjek Penelitian
Informan dipilih untuk ketercukupan perolehan informasi terkait pengelolaan laundry yang terdiri dari petugas laundry, kepala ruangan laundry, perawat ruang rawat inap dan pasien rawat inap. Jumlah informan dalam penelitian ini mengacu pada suatu prinsip kesesuaian (appropriotines) dan kecukupan (adequacy), di mana prinsip kesesuaian dalam penelitian kualitatif yaitu sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki informan yang berkaitan dengan topik penelitian. Sedangkan prinsip kecukupan merupakan informasi yang akan didapatkan harus bervariasi dan memenuhi kriteria atau kategori yang berkaitan dengan penelitian. Pengkodean untuk masing-masing informanm, Informan Utama dengan kode IU, dan Informan Pendukung dengan kode IP. �
Tabel 3
Informan Penelitian
No |
Karakteristik Informan |
Jumlah |
1 |
Informan Utama |
|
|
Staf/Petugas laundry |
3
orang |
2 |
Informan Pendukung |
|
|
Kepala ruangan laundry |
1
orang |
|
Perawat di Ruang Perawatan Pasien |
1
orang |
|
Pasien Pengguna Linen |
1
orang |
|
Jumlah |
6
orang |
D. Definisi Istilah
Tabel 4
Definisi Istilah
No |
Unit Informasi |
Definisi Istilah |
Cara Pengumpulan Data |
Instrumen |
1 |
Sumber Daya Manusia |
Orang-orang
yang terlibat dalam pelaksanaan pengelolaan laundry |
Wawancara |
Pedoman wawancara, alat perekam |
2 |
Anggaran |
Segala biaya yang dikeluarkan dalam proses pengelolaan
Linen di Rumah Sakit |
Wawancara |
Pedoman wawancara, Alat perekam, Alat
dokumentasi |
3 |
Sarana
Prasarana |
Segala sesuatu yang dapat
dipakai sebagai alat dan bahan dalam mencapai� maksud
dan tujuan dari suatu proses pengelolaan laundry |
Wawancara,Observasi |
Pedoman wawancara, alat perekam, Alat Dokumentasi |
4 |
Standar Prosedur Operasional
(SPO) |
Tata
cara atau langkah-langkah yang harus dijalankan supaya dapat menghasilkan hasil yang diinginkan. |
Wawancara, observasi |
Pedoman wawancara, alat perekam |
5 |
Proses Pelaksanaan |
Suatu kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya. |
Wawancara, observasi � |
Pedoman wawancara, alat perekam, Alat Dokumentasi |
E. Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah peneliti sendiri, dipandu dengan pedoman wawancara dalam memperoleh informasi� �secara langsung kepada informan. Selain itu juga dilakukan observasi untuk melihat kualitas dan kuantisan laundry,
sarana prasarana serta ekosistem dan limbah laundry. �Dilakuakan telusur dokumen yang terkait dengan pengelolaan laundry, menggunakan perekam suara, kamera, alat tulis
dan catatan singkat untuk mencatat dan merekam semua informasi
yang dibutuhkan.
F. Sumber Data
1.
Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari informan
yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Data tersebutterkait
proses pencucian, mulai dari penjemptan sampai dengan pengantaran
kemabali ke masing-masing ruang rawat inap,
SOP, waktu kerja dan
lain-lain.
2.
Data Sekunder
Data
sekunder merupakan data
yang didapatkan dari dokumen-dokumen yang bersumber dari Rumah Sakit
Umum Daerah Puri Husada Tembilahan. Data terkait akreditasi Rumah Sakit, jumlah dan status kepegawaian petugas pengelola laundry, SOP, ketersediaan
laundry sehat siap pakai, struktur unit pengelola laundry dan lain-lain.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan menghimpun semua informasi yang dibutuhkan. Pengumpulan informasi dapat diperoleh melalui data primer dan data sekunder
serta observasi langsung.�
1.
Pengamatan
(Observasi)
Pengamatan
merupakan prosedur yang terencana dengan melihat dan mencatat aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan laudry.
2.
Wawancara
Wawancara
merupakan metode yang digunakan dalam pengumpulan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari informan
terkait pengelolaan laundry.
3.
Telaah
Dokumen
Telaah
dokumen merupakan metode yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi dengan cara membaca
laporan, pernyataan tertulis, kebijakan serta bahan tulisan lainnya.
H. Teknik Pengolahan Data
Peneliti
melaksanakan prosedur secara sistematis dengan menyusun hasil pengamatan, wawancara, catatan hasil observasi dan studi dokumentasi sampai pada saat jenuh dan mengambil kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkan tersebut.
Terdap
data kualitatif ini dilakukan pengujian (validasi dan realiabilitas) kebenaran data
yang diperoleh, dilakukan dengan cara triangulasi.
Triangulasi umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif diantaranya, triangulasi sumber, triangulasi metode dan triangulasi data, yakni sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Proses �validasi
data penelitian ini dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari setiap informan
utama maupun informan pendukung, selanjutnya cara wawancara diperoleh informasi untuk konfirmasi kebenaran informasi yang diberikan oleh informan lainnya.
2. Triangulasi Metode
Membandingkan
informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi serta penelusuran dokumen dari beberapa informan.
3. Triangulasi Data
Pengumpulan
data dari berbagai sumber yang berbeda dengan menggunakan metode yang sama dengan melakukan wawancara, observasi dan telusur dokumen. ��
I. Analisis Data
�Analisis data merupakan proses pencarian dan penyusunan secara sistematis mengenai data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan observasi, serta telusur dokumentasi
dengan cara penyusunan ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit tertentu, menyusunnya ke dalam pola
serta memilih mana yang penting untuk dipelajari
dan membuat kesimpulan agar
mudah dipahami. (Martha E & Kresno S, 2016).
Tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini, diantaranya:
1.
Reduksi
Data
Reduksi
data merupakan salah satu bentuk analisis yang memaparkan, mengarahkan serta menggolongkan dan membuang data yang tidak perlu sehingga hasil dari kesimpulan
dapat ditarik maknanya. Jadi, data yang direduksi
dapat memberi gambaran yang tajam mengenai hasil pengamatan dan dapat mempermudah penelitian serta mencari data apa saja yang dibutuhkan
sebelumnya
2.
Penyajian
Data (Display Data)
Penyajian
data dapat dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang tersusun berurutan, yang dapat memberi kemungkinan adanya penarikan dari kesimpulan serta pengambilan tindakan seperti dengan cara menganalisisnya.
Untuk melihat jawaban secara keseluruhan dalam wawancara mendalam, biasanya penelitian kualitatif disajikan dalam uraian yang singkat dan bersifat narasi.
3.
Kategori
Pengkodean
Gunakan
kategori atau pengkodean untuk memudahkan pengelompokan dan interpretasi data pada matriks wawancara dan penelusuran dokumen.
4.
Penarikan
Kesimpulan (Verifikasi Data)
Penarikan
kesimpulan dapat dilakukan secara cermat serta dilanjutkan
dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada suatu catatan dari
informan kemudian ditarik apa yang dijadikan untuk kesimpulannya agar jelas maknanya.
Hasil dan Pembahasan
A. Karakteristik Informan
Informan
utama dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, yang terdiri dari 3 orang petugas laundry di RSUD Puri Husada
Tembilahan sebagaimana tabel berikut:
Tabel 5
Karakteristik Informan
Utama
No. |
Informan |
Umur |
Pendidikan |
Jenis
Kelamin |
Masa Kerja |
1. |
IU
1 |
45
Tahun |
SMP |
Perempuan |
8
tahun |
2. |
IU
2 |
39
Tahun |
SMP |
Perempuan |
4
tahun |
3. |
IU
3 |
42
Tahun |
SMA |
Laki-laki |
1
tahun 7 bulan |
Informan
utama dalam penelitian ini terdiri atas 3 orang petugas laundry berusia 39-45 tahun, dengan latar belakang
pendidikan SMP dan SMA. Masa kerja
petugas yaitu 1-8 tahun, yakni 2 (dua) orang berjenis kelamin laki-laki dan 1 (satu) orang berjenis kelamin laki-laki.
Informan
pendukung dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, yang terdiri dari kepala instalasi
laundry, sebagaimana
tabel berikut:
Tabel 6
Karakteristik Informan Pendukung
No. |
Informan |
Umur |
Pendidikan |
Jenis
Kelamin |
Keterangan |
1. |
IP1 |
43
Tahun |
S1 |
Perempuan |
Kepala ruangan
laundry |
2. |
IP2 |
35
Tahun |
D3 |
Perempuan |
Perawat di Ruang Perawatan Pasien |
3. |
IP3 |
39
Tahun |
SMA |
Perempuan |
Pasien Pengguna Linen |
Informan
pendukung dalam penelitian ini terdiri dari kepala
ruangan laundry,
perawat di ruang perawatan pasien dan pasien pengguna linen. Informan pendukung berusia antara 35 hingga 43 tahun dengan latar belakang
pendidikan SMA, D3 dan S1. Seluruh
informan pendukung berjenis kelamin perempuan.
B. Hasil Penelitian
1. Sumber Daya
Manusia
a. Jumlah pekerja
Terdapat
sembilan orang petugas di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada
Tembilahan yang terdiri dari tujuh orang petugas pencucian linen, satu orang petugas antar jemput linen dan satu orang petugas pelipat linen di ruang oka. Hal ini sesuai
dengan ungkapan berikut:
�. �Kita disini ada sembilan�
(IU1)
�Kita disini
ada tujuh� (IU2)
Terlihat
pernyataan yang berbeda dengan hasil wawancara
terhadap informan pendukung, yang menyebutkan �bahwa
terdapat 10 orang pekerja
di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan
yang terdiri dari 1 orang administrasi dan 9 orang pekerja pengelola linen, seperti ungkapan berikut ini:
...
�Jadi kalau untuk di laundry ada tenaga adm, sama
tenaga pekerja di laundry.
Jadi kalau untuk adm nya satu
orang, kemudian pekerja
yang untuk pengelolaan lakennya ada sembilan,
satu terletak di oka untuk membantu
oka. Laki-laki satu, delapan perempuan.
Ada tamat SMP, SMA, ada
juga yang sedang kuliah. Pekerjaan berdasarkan tingkat pendidikan sama saja. Karena kita di laundry kan orangnya sedikit, sebenarnya kita sudah pernah mengajukan
permintaan penambahan tenaga, tapi kalau
untuk beban kerja sama berat
pengelolaan laken yang ada sekarang, tidak
mencukupi, apalagi dengan kapasitas mesin cuci kita.
Kapasitas untuk rumah tangga. Jadi kapasitas untuk pekerjaannya memang berat� (IP1)
b. Tugas
para pekerja
Tugas
para pekerja adalah mencuci, melipat serta mengantar linen. Hal ini sesuai dengan
ungkapan berikut:
�. �Mencuci
melipat dan mengantar linen
yang bersih.� (IU1)
....�Kerja
kami sama-sama buk. Mencuci linen kotor, dikeringkan. Membantu melipat kain
juga buk.�� (IU2)
....�
Kalau sekarang ini dicatat dulu berapa jumlah lakennya, kemudian sarung
bantalnya, selimutnya, perlaknya diambil bu, dicatat kemudian kita laporkan ke
ruang perawatan. Kemudian itulah buk, dimasukkan ke dalam kantong. Tiap ruangan
lain kantongnya buk. Kalau ruang OK tersendiri buk. Kalau kami ngambil ke sana
belum dipisahkan buk, antara yang berdarah dan yang kering. Saya sendiri buk
yang memisahkannya yang basah dan yang kering buk.� �(IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa pekerja pria bertugas
untuk membantu mengambil pakaian kotor kemudian melipat kain di ruangan OK
dan pekerja lainnya bertugas mencuci, melipat serta mengantarkan
linen yang bersih, sesuai dengan ungkapan berikut ini:
...
�Jadi yang satu
orang laki-laki dia khusus untuk mengambil
pakaian kotor, kemudian dia membantu
melipat di OK. Yang lainnya bertugas mencuci, melipat� (IP1)
c. Jadwal kerja
Para pekerja masuk dari jam 7.30 pagi hingga pukul
4 sore setiap harinya. Pekerja libur pada hari minggu. Hal ini sesuai dengan
ungkapan berikut:
�Saya dari
jam 7.30 Pagi kalau jam 4 udah
siap biasanya pulang atau jam 5 pulang bu. Kalau jadwal tergantung bu, kalau semalam
karena covid kekurangan tenaga jadi kami dapat jadwal seharian.
Jadi orangnya pas-pasan bu lanjut sehari-seharian
bu. Karena kekurangan orang bu�
(IU1)
�Saya dari
jam 7.30 Pagi kalau jam 4 udah
siap pulang bu. Jadi orangnya pas-pasan bu lanjut sehari-seharian
bu. Karena kekurangan orang bu. Senin
sampai sabtu kerja terus, minggu
libur� (IU2)
�Ambil
kain kotor jam 7.30 pagi buk. Pulang jam 4. Setiap hari masuk kerja. Kalau tiap
hari Minggu libur buk. (IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa para pekerja masuk dari
jam 8 pagi hingga pukul selesai, sesuai dengan ungkapan
berikut ini:
...
�Dari jam delapan
sampai selesai. Jadi pakai shift. Jadi kalau untuk mencucinya saja 3 orang, yang melipat 1
orang laki-laki nanti dibantu dengan yang di oka. Pagi-pagi nanti dia yang di oka itu jam 8-11 pagi di laundry untuk membantu, kemudian dia nanti jam 2 ke OK
untuk membantu orang OK. Kemudian
untuk bapak-bapak yang mengangkut laken kotor, dari pagi
kerja jam 8 sampai jam 10 ngangkut laken kotor, kemudian membantu lagi untuk
melipat laken bersih sampai nanti
jam dua dia ngangkut lagi laken
kotor dari poli sama jas dokter
dari IGD� (IP1)
Informan
pendukung lainnya yaitu perawat menyatakan
bahwa penjemputan linen dilakukan pada pukul delapan pagi, pengantaran
linen pukul empat sore.
Jika terdapat kendala dalam pencucian linen maka akan diantarkan
keesokan paginya., sesuai dengan ungkapan
berikut ini:
...�Kalau penjemputan
linen itu pagi jam 08.00 lewat gitulah, kalau mengembalikan linen itu sore jam setengah 4. Kalau ada linen yang tidak kering ada
kendala kayak mesin rusak, hujan, mungkin
besok paginya diantar bu� (IP2)
d. Penanggung
Jawab
Berdasarkan
hasil wawancara terhadap seluruh informan utama menyatakan bahwa pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
linen di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada Tembilahan adalah para pekerja. Hal ini sesuai dengan ungkapan
berikut:
�. �Kalau
tanggung jawab terhadap pekerjaan kami ya khusus hari
ini kami kerjakan hari ini bu,
kami tanggung jawabkan sampai selesai. Kalau untuk besok
kami tidak masuk ya tidak tau lagi�
(IU1)
�Bertanggung
jawab atas linen ya kami disinilah bu bertiga bu�
(IU2)
�Kami bekerja
insyallah bekerja fokus bum jadi kami bertanggung jawab sampai selesai bu� (IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
linen di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada Tembilahan adalah para pekerja, sesuai dengan ungkapan berikut ini:
... �Sembilan orang tadi� (IP1)
e. Reward
terhadap para pekerja
Berdasarkan
hasil wawancara terhadap seluruh informan utama menyatakan bahwa tidak ada reward terhadap para pekerja.
Hal ini sesuai dengan ungkapan
berikut:
�. �Tidak� ada bu� (IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa tidak ada reward terhadap para pekerja,
sesuai dengan ungkapan berikut ini:
... �Kalau selama saya bertugas
di laundry, kalau reward dari
rumah sakit belum ada� (IP1)
f. Hukuman jika terjadi kesalahan
Berdasarkan
hasil wawancara mendalam terhadap seluruh informan utama menyatakan bahwa tidak ada
punishment jika
pekerja melakukan kesalahan. Hal ini sesuai dengan ungkapan
berikut:
�.�Alhamdulillah sampai sekarang belum pernah ada
teguran-teguran dari karu (Kepala Ruangan)
kepada kami� (IU1)
�Tidak� ada bu� (IU2)
�Ga ada
ya setau saya sejauh ini�
(IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara mendalam terhadap informan pendukung bahwa punishment yang
diberikan RSUD Puri Husada jika pekerja melakukan
kesalahan berupa teguran, sesuai dengan ungkapan berikut ini:
...
�Pernah, kita tegur. Kadang-kadang
di laundry kita juga ada rapat bulanan. Di situlah kita bicarakan
masalah-masalah di laundry ni�
(IP1)
Dari
hasil pengamatan/observasi dan telaah data yang bersumber dari data Bidang Pelayanan Penunjang Non Medik RSUD Puri Husada Tembilahan bahwa jumlah tenaga
pengelola Laundry
berjumlah 10 orang, antara
lain:
1)
Kepala Ruangan Laundry berjumlah 1 orang, dengan uraian tugas:
a)
Melakukan
Pengamatan kegiatan pengelolaan laundry.
b)
Melakukan
Pengawasan terhadap pengoperasian pengelolaan Laundry.
c)
Melakukan
Perhitungan terhadap kebutuhan bahan yang digunakan pada saat pencucian linen dilakukan.
d)
Melakukan
Evaluasi terhadap pengelolaan Laoundry di RSUD Puri
Husada Tembilahan.
2)
Uraian Tugas Tenaga Administrasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan
sebagai berikut:
1)
Membantu
mengumpulkan data/bahan
yang diperlukan untuk operasional CSSD/Laundry.
2)
Mengentry
data jumlah laken dan peralatan kotor dari ruang poli dan rawatan.
3)
Melakukan
permintaan barang ke logistik dan Gudang farmasi untuk mencukupi
kebutuhan.
4)
Membuat
laporan tahunan laundry.
5)
Mencatat
dan menghitung jumlah laken masuk dan keluar setiap bulan
6)
Menghitung
penggunaan barang kebutuhan CSSD dan laundry
setiap bulan.
7)
Menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai pertanggung
jawaban kepada pimpinan.
��������� �Tanggung
Jawab Tenaga Administrasi
Laundry RSUD Puri Husada ������sebagai berikut:
3)
Tenaga
Pengelola Linen Kotor berjumlah
7 orang, dengan uraian tugas sebagai berikut:
1)
Mengambail/menerima
linen kotor.
2)
Melakukan
persiapan linen kotor.
3)
Memisahkan
linen kotor berdasarkan jenis kain dan jenis kotoran yang terlihat
4)
Melaksanakan
pencucian linen kotor.
5)
Melaksanakan
pengeringan pencucian
6)
Menyetrika
�linen
7)
Melipat
dan mengelompokkan linen.
8)
Mendistribusikan
linen bersih
9)
Menyusun
laporan pelaksanaan tugas
4)
Tanggung Jawabnya adalah sebagai berikut :
1)
Pengambilan linen kotor secara benar dan tepat.
2)
Pengelolaan Linen kotor sesuai SOP.
3)
Pengelolaan linen bersih secara tepat dan benar.
4)
Ketepatan pendistribusian linen.
5)
Kebenaran penyampaian data dan informasi.
Struktur
unit instalasi laundry
di RSUD Puri Husada Tembilahan
dapat dilihat pada gambar berikut:
Tenaga
ADM Unit Laundry:
1 orang Tenaga Pengelola Linen Kotor: 8 orang Kepala Bidang
Pelayanan Penunjang Non
Medik RSUD Puri Husada Tembilahan Kepala Seksi
Kesehatan Lingkungan RSUD Puri Husada Tembilahan Kepala Ruangan
Laundry RSUD Puri Husada Tembilahan:
1 orang
Gambar 4
Struktur
Unit Laundry RSUD Puri Husada Tembilahan
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan telaah data yang bersumber dari data Bidang Pelayanan Penunjang Non Medik RSUD Puri Husada Tembilahan bahwa jenis pendidikan
dan masa kerja petugas pengelola linen pada unit Laundry di RSUD Puri Husada Tembilahan:
Tabel 7. Hasil Observasi Sumber Daya Manusia
No |
Nama |
Tugas |
Pendidikan |
Lama Bertugas |
�1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. |
Septi Maharani, SKM Nurhaliza Zulferdi Ratna Rahimah Nurhani Rina Miliyanti Novita Ermi Yusnita |
Plt. Kepala
Ruangan Laundry Administrasi Laundry Pengambil Linen Kotor Pelipat Linen Bersih Pencuci Linen Kotor Pencuci Linen Kotor Pencuci Linen Kotor Pencuci Linen Kotor Pencuci Linen Kotor Pencuci Linen Kotor |
S1 Kesmas SMA SMA SMA SMA SD SMP SMP SMP SMP |
Sebelum Plt,
5 Tahun sebagai tenaga administrasi 4 Tahun 1,7 Tahun 10 Bulan 17 Tahun 16 Tahun 10 Tahun 8 Tahun 4 Tahun 4 Tahun |
2. Anggaran
a. Ketersediaan
anggaran
Hasil wawancara terhadap informan pendukung diketahui bahwa terdapat anggaran untuk pengelolaan linen dalam setahun, sesuai dengan ungkapan berikut ini:
...
�Kalau jumlahnya kita tidak tahu pasti
ya, tetapi ada� (IP1)
b. Anggaran perawatan sarana prasarana
Hasil wawancara terhadap informan pendukung diketahui bahwa belum terdapat
anggaran untuk perawatan sarana prasarana, sesuai dengan ungkapan berikut ini:
...
�Seharusnya ada tetapi selama
ini perawatan gak ada.
Paling kalau rusak baru datang teknisinya.�
(IP1)
c. Sistem pengajuan anggaran
Hasil wawancara terhadap informan pendukung diketahui bahwa pengajuan anggaran untuk pengelolaan linen dilakukan sekali dalam setahun,
sesuai dengan ungkapan berikut ini:
...
�Pengajuan anggaran sekali setahun kita ajukan.
Jadi kita perkirakan dulu kebutuhan berapa, deterjen butuh berapa, pemutih,
pewangi. Terus ada juga kita ajukan penambahan
mesin cuci, mesin pengering, troli, sama kelengkapan
lain tapi ga semuanya dikasih� (IP1)
Anggaran Pengelolaan Linen Di RSUD Puri
Husada Tembilahan Sumber Anggaran : - Terdapat anggaran untuk pengelolaan linen dalam setahun yang
bersumber dari BLUD RSUD Puri Husada Tembilahan. - Pengajuan anggaran untuk pengelolaan linen dilakukan sekali dalam setahun. -
Jika
terdapat kekurangan anggaran, maka dilakukan usulan penambahan anggaran.
����������������� Gambar 5
Skema
Anggaran Pengelolaan Linen
3. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
prasarana yang tersedia
Sarana dan prasarana
yang tersedia di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada
Tembilahan yaitu deterjen, pewangi, serta pemutih pakaian.
Hal ini sesuai dengan ungkapan berikut:
�. �Deterjen,
rinso, pewangi, baclin itu cukup
bu. Sehari 5 deterjen, 5 rinso, 1 pewangi, 1 bayclin� (IU1)
�Bahan
�bahan mencuci lah ibu kayak biasa
deterhen, rinso, bayclin dan pewangi� (IU2)
Hal ini berbeda dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa sarana prasarana yang tersedia di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada
Tembilahan yaitu satu mesin cuci
elektrik dengan kapasitas 20 kg, kemudian tiga mesin cuci
dengan kapasitas rumah tangga, sesuai
dengan ungkapan berikut ini:
...
�Sarana prasarana
yang tersedia ada mesin cuci, mesin
cuci yang elektrik yang memang untuk khusus
laundry rumah sakit ada satu, yang kapasitas 20kg, kemudian ada 3 yang kapasitas rumah tangga. Kemudian
ada 1 lagi itupun rusak. Ga pernah dipakai.� (IP1)
Informan
pendukung lainnya yaitu perawat menyatakan
bahwa hasil pencucian linen sudah bersih dan wangi secara keseluruhan, sesuai dengan ungkapan
berikut ini:
... �Untuk
wangi ya wangi rinso dan bayclin, cuman kalau untuk sempurna
dan bersih sekali ya tidak sebegitu
kalau dibandingkan dengan kota. Tapi
secara keseluruhan udah lumayan lah�
(IP2)
Salah seorang pasien menyatakan bahwa alas kasur yang dipakai di ruangan sudah baik, sesuai
dengan ungkapan berikut ini:
...
�Alas kasurnya ni bu baguslah bu,
cuman tidak diganti-ganti bu.
Tidak setiap hari di ganti bu. Selama
saya disini baru 2 kali diganti.
Kadang sepre nya basah bu, ada bercak-bercak bu jadi buat tidak nyaman bu� (IP3)
b. Sarana
prasarana yang belum tersedia
Sarana dan prasarana
yang belum tersedia di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan
yaitu kurangnya jumlah mesin cuci
dan mesin pengering. Hal ini sesuai dengan
ungkapan berikut:
�.�Kurangnya mesin
cuci dan mesin pengering� (IU1)
�Kurangnya
mesin cuci dan mesin pengering sama petugasnya lah bu� (IU2)
�Mesin
cucinya kurang banyak, sama mesin
pengeringnya juga, jadi mesti nyuci berkali-kali�
(IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa sarana dan prasarana yang belum tersedia di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan
yaitu mesin cuci, troli, keranjang
dan timbangan, sesuai dengan ungkapan berikut ini:
... �Mesin cuci, keranjang, trolly, timbangan bu yang dibutuhkan karena yang lama sudah rusak� (IP1)
Informan
pendukung lainnya yaitu perawat menyatakan
bahwa jika petugas laundry tidak menjemput linen kotor maka ada
linen cadangan di ruangan, sesuai dengan ungkapan
berikut ini:
...
�Kami punya linen cadangan
di ruangan� (IP2)
4. Standar Operasional
Prosedur (SOP)
a. SOP
pencucian linen
Terdapat
SOP dalam setiap pekerjaan di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada
Tembilahan. Hal ini sesuai dengan ungkapan
berikut:
�. �Untuk
petugas yang membersihkan
linen infeksius menggunakan
handscoon 3 lapis bu. Handscoon
3 lapis, handscoon panjang
dan pendek bu. Pakai baju
hazmat ya namanya, topi biru terus
pakai masker juga bu.� (IU1)
��Handscoon pendek, handscoon panjang, baju hazmat, penutup kepala� (IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa terdapat SOP dalam setiap pekerjaan di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan,
sesuai dengan ungkapan berikut ini :
...
�Tentunya ada bu� (IP1)
Informan
pendukung lainnya yaitu perawat menyatakan
bahwa ketepatan waktu penjemputan linen kotor dari ruang
perawatan sudah baik, sesuai dengan
ungkapan berikut ini :
...
�Alhamdulillah selama
ini waktu penjemputan selalu pas dan pengantaran juga� (IP2)
b. Standar
SOP
SOP yang tersedia
sudah sesuai standar pemerintah. Hal ini sesuai dengan
ungkapan berikut:
�. �Sesuai
standar� (IU3)
5. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pengelolaan linen
Pelaksanaan
pengelolaan linen di RSUD Puri Husada
Tembilahan yaitu dimulai dari penjemputan
linen, setelah itu linen
yang sudah dijemput akan mulai dicuci
dan dikeringkan. Linen yang sudah
kering akan diantarkan kembali ke ruangan. Pekerjaan
dilakukan hingga pukul 5 sore. Hal ini sesuai dengan ungkapan
berikut:
�. �Mulai
mencuci jam 9 bu nanti selesai sampek
jam 5 sore bu. Petugas yang menjemput
linen jam 08.30 sudah diantarkannya
sama kami, setelah itu kami lanjut memisahkan dan mencuci� (IU1)
�Pagi-pagi
kami mengantar jas untuk poli bu, nanti sore jam 3 kami jemput lagi bu. Kami ganti baju terus sarapan bu. Pakai celemek, pakai jas nya
baru pakek
celemek lagi bu, pakai sarung
tangan panjang dan pendek bu, pakai
masker� (IU2)
�Kalau
dulu sebelum covid bu kami dari jam 7.30 sampek jam 2 aja bu, nanti lanjut
shift sore bu. Tapi semenjak
covid ni bu banyak yang di pindahkan ke ruang isolasi
itu bu mangkanya ganti
jam kerja kami jadi 1 hari. Setelah covid ni masih juga lanjut
shift yang 1 harian itu bu� (IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa pelaksanaan pengelolaan linen di
RSUD Puri Husada Tembilahan
yaitu dimulai dari penjemputan linen, setelah itu linen yang sudah dijemput akan mulai dicuci
dan dikeringkan. Linen yang sudah
kering akan diantarkan kembali ke ruangan. Pekerjaan
dilakukan hingga pukul 5 sore, sesuai dengan ungkapan berikut ini:
...
�Kita di instalasi
laundry bekerja pakai
shift. Untuk petugas yang mencucinya aja ada 3 orang, yang melipat ada 1 orang laki-laki dibantu oleh yang petugas 1 orang
di OK mulai dari jam 8 pagi sampai jam 11 siang untuk membantu
dilaundry kemudian nanti jam2 kembali lagi ke OK untuk
membantu diruangan OK. Kemudian jam 8 sampek jam 10 petugas keliling mengambil linen kotor dan dibawa ke laundry, nah kemudian membantu lagi untuk melipat
linen bersih sampai jam 2 lanjut mengangangkut linen kotor di poli dan jas dokter dari IGD. Langsung dikerjakan jam 3 mencuci linen.� (IP1)
Informan
pendukung lainnya yaitu perawat menyatakan
bahwa pelaksanaan penjemputan linen kotor dari ruangan perawatan
di RSUD Puri Husada Tembilahan
sudah baik, sesuai dengan ungkapan
berikut ini:
...
�Petugas laundry
langsung jemput linen kotornya, dan kami catat dibuku kami berapa jumlah linen yang kotor� (IP2)
b. Proses
persiapan pengelolaan linen
Proses persiapan
pengelolaan linen dimulai dengan pemisahan linen bernoda darah dan yang mengandung kotoran. Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sarung bantal,
alas kasur dan selimut. Hal
ini sesuai dengan ungkapan berikut:
�. �Kainnya
kita pisah, yang berdarah sama yang berdarah, yang ada BAB kita pisahkan, sarung bantal dengan
sarung bantal, selimut begitu juga. Yang duluan kita cuci
adalah sarung bantal, nanti alas kasur terakhir bu. Untuk ruangan OK belakangan dimasukan bu.� (IU1)
�Kami pisahkan
kainnya bu, terus airnya kami ambil pakai ember bu karena keran
nya ni kayaknya
tersumbat bu jadi beratlah bu
pekerjaan kami ni bu. Kami pisahkan yang linen bersih dengan yang bernoda bu, semuanya kita
pisahkan mulai dari anduk kecil,
perlak, selimut, linen.� (IU2)
�Kainnya
kita pisah, yang berdarah sama yang berdarah, yang ada BAB kita pisahkan, sarung bantal dengan
sarung bantal, selimut begitu juga. Yang duluan kita cuci
adalah sarung bantal, nanti alas kasur terakhir bu. Untuk ruangan OK belakangan dimasukan bu.� (IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa Proses persiapan pengelolaan linen dimulai dengan pemisahan linen bernoda darah dan yang mengandung kotoran. Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sarung bantal, alas kasur dan selimut. Semua pekerja menggunakan
APD saat mengelola linen, sesuai dengan ungkapan
berikut ini:
...
�Prosesnya setelah linen dijemput pagi maka langsung
di cuci, untuk yang bernoda darah maka
di pisahkan ke dalam bak yang sudah diberi deterjen
dan bayclin, dan semua petugas menggunakan masker, baju asmat dan handscoon 3 lapis menghindari terinfeksi cairan pasien.� (IP1)
c. Proses
pelaksanaan pengelolaan
linen
Proses pelaksanaan
pengelolaan linen dimulai dengan memasukkan air ke mesin cuci,
kemudian memasukkan linen serta deterjen bersama dengan pemutih dan diputar. Setelah 15 menit, dicek kembali apakah
masih ada noda. Jika masih ada noda maka
akan diberikan pemutih lagi, setelah
itu ditambahkan pewangi. Hal ini sesuai dengan ungkapan
berikut:
�. �Pertama
mesin cuci sudah berisikan air terus kita tergantung
kainnya bu kalau misalnya alas kasur kita masukan
deterjen kita putar kita masukan
bayclin kita masukan rinso, kita putar sekitar
15 menit setelah itu kita buka
simpulannya ini, kita liat apakah
adanoda jika ada maka kita
kasih bayclin lagi. Setelah itu
kita bilas terus kita keringkan
baru kasih pewangi� (IU1)
�Mesin
cucinya sudah berisikan air terus kita tergantung kainnya bu kalau
misalnya alas kasur kita masukan deterjen
kita putar kita masukan bayclin
kita masukan rinso, kita putar
sekitar 15 menit setelah itu kita
buka simpulannya ini, kita liat
apakah ada noda jika ada
maka kita kasih bayclin lagi.
setelah itu kita bilas terus
kita keringkan baru kasih pewangi.
Kalau pewanginya habis kami banyakan rinso nya bu�
(IU2)
�Pertama
mesin cuci sudah berisikan air terus kita tergantung
kainnya bu kalau misalnya alas kasur kita masukan
deterjen kita putar kita masukan
bayclin kita masukan rinso, kita putar sekitar
15 menit setelah itu kita buka
simpulannya ini, kita liat apakah
adanoda jika ada maka kita
kasih bayclin lagi. Setelah itu
kita bilas terus kita keringkan
baru kasih pewangi.� (IU3)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung bahwa pelaksanaan pengelolaan linen di
RSUD Puri Husada Tembilahan
yaitu dimulai dari penjemputan linen., sesuai dengan ungkapan
berikut ini:
...
�Prosesnya itu tadi bu
petugas laundry menjemput
linen kotor diruangan tanpa didampingi oleh petugas ruangan sehingga selalu terjadi masalah perhitungan.� (IP1)
61
1. Sumber Daya
Manusia (ketenagaan)
Berdasarkan
hasil wawancara dengan seluruh informan utama menyatakan bahwa terdapat sembilan orang petugas di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada
Tembilahan yang terdiri dari tujuh orang petugas pencucian linen, satu orang petugas antar jemput linen dan satu orang petugas pelipat linen di ruang OK. Tugas
para pekerja adalah mencuci, melipat serta mengantar linen. Para pekerja masuk dari
jam 7.30 wib pagi hingga pukul 16.00 wib sore setiap
harinya. Pekerja libur pada hari minggu. Pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan linen di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan
adalah para pekerja yang bertugas serta managemen terkait.
Tidak ada reward terhadap
para pekerja dan juga tidak dilakukannya check up kesehatan secara berkala
terhadap petugas linen di RSUD Puri Husada Tembilahan. Selain itu jika petugas
melakukan kesalahan tidak ada punishment yang diberikan kepada petugas tersebut.
Hal ini sejalan dengan
pernyataan informan pendukung dimana terdapat 10 orang pekerja di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan
yang terdiri dari 1 orang administrasi dan 9 orang pekerja pengelola linen. Pekerja pria bertugas untuk
membantu mengambil pakaian kotor kemudian
melipat kain di ruangan OK. Para pekerja masuk dari jam 08.00 wib pagi
hingga selesai sampai pukul 16.00 wib. Pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
linen di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada Tembilahan adalah semua petugas pengelola laundry. Tidak ada reward terhadap para pekerja. Adapun Punishment
yang diberikan RSUD Puri Husada
Tembilahan jika
pekerja melakukan kesalahan yakni
berupa teguran
lisan.
Menurut
informan pendukung perawat menyatakan bahwa penjemputan linen dilakukan pada pukul 08.00 wib pagi,
pengantaran linen pukul 16.00 wib sore. Jika terdapat kendala dalam pencucian linen maka akan diantarkan
keesokan paginya. Berdasarkan
hasil observasi dan telusur dokumen diketahui
bahwa terdapat Kepala
Ruangan Instalasi
laundry, staf administrasi dan terdapat petugas
linen.
Sumber
Daya Manusia (SDM) adalah individu produktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam
institusi maupun perusahaan yang memiliki fungsi sebagai aset sehingga harus
dilatih dan dikembangkan kemampuannya. Sumber daya manusia bersama-sama
dengan teknologi dianggap sebagai keunggulan kompetitif untuk menjadikan sumber daya manusia
sebagai tenaga ahli dalam mengejar
ketertinggalan dari pembangunan ekonomi. Menurut Marza (2019) kualifikasi petugas laundry dan linen yang belum memenuhi standar menyebabkan petugas kurang paham mengenai manajemen linen. Batas umur, latar belakang pendidikan, pelatihan dan masa kerja sangat berpengaruh terhadap keterampilan dalam pengelolaan linen.
Penelitian
oleh Mukhtnar (2018) di Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru, diketahui bahwa Sumber Daya
Manusia (SDM) yaitu kurangnya SDM serta kurang dilakukannya pelatihan kepada petugas. Sarana prasarana yaitu kurang lengkap
seperti tidak adanya timbangan untuk linen kotor, lamanya penanganan jika ada mesin
yang rusak, serta tidak dilakukannya service berkala pada mesin. Pelaksanaan SOP yang belum
optimal berupa pemakaian
APD, tidak dilakukannya
proses penimbangan linen kotor,
tidak ada pemisahan pemakaian mesin cuci untuk
linen infeksius dan tidak ada pemilahan warna
linen.
Asumsi
peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan linen
di RSUD Puri Husada Tembilahan bukan hanya para pekerja, akan tetapi semua
pihak manajemen dari mulai Pemimpin BLUD, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Kepala
Ruangan dan pihak lain yang terkait.
b. Pengelola
linen di Rumah Sakit hendaknya terdiri dari ahli manajemen
dengan pendidikan sarjana atau kejuruan
khusus laundry,
tenaga perawat, ahli manajemen dengan pendidikan sarjana atau kejuruan
khusus laundry tenaga perawat, ahli sanitasi
dan K3, teknisi kesehatan
dan tenaga pekarya (bagian sortir, tukang cuci, tukang
setrika, penjahit, bagian distribusi) dengan pendidikan minimal SMP dengan latihan khusus.
c. Petugas administrasi laundry
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan dan mengisi buku harian penerimaan dan
keluar masuknya linen kotor maupun linen bersih. Mencatat stok linen yang
tersedia, dan mencatat setiap usulan permintaan tambahan linen dari
masing-masing ruangan, sehingga jumlah linen di RSUD Puri Husada dapat
terpantau, serta dapat diketahui kekurangan dan juga pendistribusian linen
setiap harinya.
d. Kualifikasi
pendidikan tenaga laundry minimal SMP sudah
tepat, walaupun masih terdapat petugas pencuci linen yang tamatan SD.
e. Perlu
dilakukan peningkatan kompetensi SDM berupa pelatihan pengelolaan
linen, dari penjemputan linen kotor sampai kepada pendistribusian linen yang
sesuai dengan standart kesehatan.
f. Jika tidak memungkinkan untuk dilakukan pelatihan
disebabkan keterbatasan anggaran, dapat dilakukan praktek dan sosialisasi oleh
Kepala Ruangan Laundry ataupun pihak
terkait yang sudah memiliki ilmu pengelolaan linen atau dapat didownload dari
berbagai sumber melalui internet.
2. Anggaran
Berdasarkan
hasil wawancara mengenai anggaran diketahui bahwa di RSUD Puri Husada Tembilahan terdapat anggaran untuk pengelolaan linen dalam setahun, terdapat anggaran
untuk perawatan sarana prasarana linen. Hanya saja digunakan untuk pemeliharaan sarana lainnya. Pengajuan anggaran untuk pengelolaan linen dilakukan sekali dalam setahun, jika dibutuhkan penambahan anggaran maka dapat dipenuhi
melalui pergeseran anggaran. Dapat dilihat dalam skema berikut ini:
Permasalahan di Laundry : Kebutuhan BHP, sarana
prasarana dan lain-lain Usulan Kebutuhan dari Kepala Ruangan Laundry Penyampaian usulan ke Kabid Penunjang Nonmed Penyampaian usulan ke Kasi Kesehatan Lingkungan Usulan disampaikan ke Subbag Perencanaan RSUD Puri
Husada Rapat Anggaran Murni Rapat Anggaran Pergeseran Hasil Keputusan Rapat oleh Pemimpin BLUD dan anggota
rapat Diinput Dalam RBA Belanja �kebutuhan Laundry sesuai RBA
Gambar 10
Skema Pengusulan Anggaran BLUD RSUD Puri Husada Tembilahan
Hal
ini sejalan dengan (Hafizzurachman, 2019), dimana Anggaran
menurutnya merupakan sebuah rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan dalam sebuah organisasi
untuk jangka waktu atau periode
tertentu di masa yang akan datang. Karena dinyatakan dalam bentuk unit moneter, anggaran juga sering disebut dengan rencana keuangan. Suatu organisasi kesehatan wajib memiliki anggaran, karena memiliki peran penting untuk pemantauan
laju pertumbuhan internal organisasi. Anggaran biasanya disusun pada periode awal tahun
untuk jangka waktu satu tahun
atau lebih.
Asumsi peneliti berdasarkan hasil penelusuran dokumen anggaran sebagai berikut:
a.
Anggaran
untuk pengelolaan linen terutama kebutuhan bahan habis pakai (BHP) seperti deterjen,
pemutih, lisol
dan pewangi disediakan berdasarkan
usulan dari bidang terkait, akan tetapi perlu disesuaikan dengan perbandingan
jumlah dan jenis yang dibutuhkan dengan memperhatikan jumlah linen yang dicuci
setiap hari.
b.
Anggaran
perbaikan dan pemeliharaan sarana prasarana disediakan bersumber dari BLUD RSUD
Puri Husada Tembilahan, hanya saja digunakan untuk perbaikan sarana prasarana
yang lain, belum memprioritaskan kebutuhan dari instalasi laundry. Sehingga dibutuhkan suatu komitmen di pihak managemen dan
pimpinan terhadap perbaikan yang perlu dilakukan untuk kebaikan sistem
pengelolaan linen di Rumah Sakit.
c.
Jika
setelah dilakukan evaluasi terhadap anggaran yang dikeluarkan cukup mahal, maka
dimungkinkan bisa menggunakan pihak ketiga dalam pengelolaan linen di RSUD Puri
Husada Tembilahan dengan membuat MOU yang tentunya disesuaikan dengan standart
kesehatan.
3. Sarana Prasarana
Berdasarkan
hasil wawancara dengan seluruh informan utama menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada
Tembilahan belum lengkap. Kurangnya
jumlah mesin cuci dan mesin pengering. Mesin
cuci yang ada berupa mesin cuci rumah tangga sebanyak 3 (tiga) unit dengan
kondisi 1 (satu) unit rusak tabung pemeras linennya. Pernah
ada keluhan karena ketidaklengkapan sarana prasarana yaitu keluhan terhadap
mesin yang tidak berfungsi. Cara mengatasi kekurangan sarana prasarana tersebut adalah dengan melakukannya
secara manual tanpa mengandalkan alat.
Hal ini sejalan dengan
pernyataan informan pendukung dimana sarana prasarana yang tersedia di Instalasi Laundry RSUD Puri Husada
Tembilahan yaitu 1 (satu) mesin
pengering elektrik dengan kapasitas 20 kg, kemudian 3 (tiga)
unit mesin cuci dengan kapasitas
rumah tangga, dengan kondisi 1 (satu) unit rusak tabung pemerasnya. Cara
mengatasi kekurangan tersebut adalah dengan mengajukan usulan kepada
pihak manajemen.
Sarana adalah segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Dan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Mangesti (2016) menyatakan bahwa bagian fisik
laundry yang belum
sesuai standar dapat mengganggu proses pengelolaan linen, sehingga pengelolaan linen tidak dapat berjalan dengan baik dan sesuai yang ditargetkan.
Menurut
Kemenkes RI (2016) sarana prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan linen di unit laundry antara lain: ruangan
penerimaan linen, ruang pemisahan linen, ruang pencucian dan pengeringan linen, ruang penyetrikaan dan pelipatan linen, ruang penyimpanan linen, ruang distribusi linen, ruang dekontaminasi troli, meja penerima linen infeksius dan non infeksius, meja untuk mensortir
linen non infeksius, meja administrasi, meja penyerahan linen bersih, timbangan duduk, troli, mesin cuci, mesin
pengering, mesin penyetrika, mesin penyetrika pres, mesin jahit, lemari
penyimpanan linen, prasarana
listrik, prasarana uap, prasarana air bersih, detergen, desinfektan/bleach, plembut,
emulsifier, penetral, alkali, kanji. Selain itu bagian
laundry juga harus
mempunyai ruang dekontaminasi/perendaman linen, kamar mandi, petugas, gudang bahan kimia,
ruang penyimpanan trolly bersih, nak pembilas
awal, bak perendaman dan bak pembilas akhir yang digunakan untuk dekontaminasi lienen sebelum proses pencucian. Kurang lengkapnya atau bila terdapat ketidaksesuaian
pada sarana dan prasarana penunjang pengelolaan linen di instalasi laundry
dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja serta pelayanan
di instalasi tersebut.
Penelitian
oleh Mukhtar (2018) di Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Pekanbaru, diketahui bahwa sarana prasarana yaitu kurang lengkap
seperti tidak adanya timbangan untuk linen kotor, lamanya penanganan jika ada mesin
yang rusak, serta tidak dilakukannya service berkala
pada mesin.
Asumsi peneliti berdasarkan
hasil observasi terhadap sarana
dan prasarana yang tersedia
yaitu sebagai
berikut :
a.
Tidak
terdapat ruangan khusus Kepala Ruangan Laundry.
Diketahui dari informan bahwa Kepala Laundry
memiliki tugas lain di bagian managemen. Oleh karena double job sehingga� tupoksi sebagai Kepala Ruangan Laundry tidak berjalan optimal.
b.
Tidak
terdapat ruang khusus untuk istirahat. Para pekerja masih dapat� beristirahat di ruangan lipat, tergabung
dengan lemari tempat penyimpanan linen bersih dan mesin setrika yang sudah
rusak. Walaupun AC rusak, akan tetapi dilengkapi dengan kipas angin dan
televisi berwarna 24 inchi.
c.
Untuk mengganti pakaian, karena ruangan khusus belum tersedia, dapat dilakukan
di kamar mandi/toilet.
d.
Pencucian
linen menggunakan mesin
cuci rumah tangga sebanyak 3 (tiga) buah, di mana 2 (dua) buah dalam
kondisi baik, dan 1 (satu) buah dalam
kondisi rusak pada tabung pemerasnya.
Sehingga dibutuhkan perbaikan untuk kelancaran proses
pencucian.
e.
Hasil
pencucian linen sudah bersih secara keseluruhan. Jika
petugas laundry
tidak menjemput linen kotor maka ada
linen cadangan di ruangan. Akan tetapi belum
pernah petugas laundry tidak mengantarkan atau terlambat mengantarkan linen bersih ke ruangan
perawatan.
f.
Kran
air bersih untuk mengalirkan air saat
mencuci linen tidak lancar, sehingga untuk menampung air bersih dibuatkan bak air besar, dengan timba sebagai pengangkut airnya. Hal
ini perlu menjadi perhatian, agar proses pencucian dapat berjalan maksimal.
g.
Saluran pembuangan limbah dari proses pencucian linen tidak lancar dan tersumbat. Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan cepat,
sebab bisa mencemari lingkungan di RSUD Puri Husada Tembilahan.
h.
Disediakannya
1 (satu) unit komputer yang
digunakan untuk pencatatan dan pelaporan linen yang digunakan oleh admin. Akan tetapi dokumen
inventaris linen di RSUD Puri Husada
tidak di update
secara kontinu, sehingga tidak
bisa diketahui kondisi peralatan yang ada saat ini.
i.
Pencatatan
dan pelaporan linen juga tidak
dilakukan dengan seksama, hal ini
diketahui dari tidak adanya buku
harian penerimaan linen,
dan tidak adanya buku harian pengeluaran
linen. Penerimaan linen kotor dan
pengeluaran linen hanya berdasarkan kode tulisan yang ada dibagian sudut
laken/linen.
j.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan telusur, ruang pengelolaan laundry bersebelahan dengan instalasi gizi tempat menyimpan dan
memasak makanan pasien rawat inap. Hal ini tentunya dikhawatirkan makanan/bahan
makanan dapat terkontaminasi dengan limbah yang dihasilkan dari pengelolaan
linen, apalagi saluran pembuangan limbahnya tersumbat. Sehingga jika
memungkinkan instalasi gizi atau instalasi laundry
dipindahkan salah satunya.
4. Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Standar
Prosedur Operasional (SPO) adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan kegiatan suatu unit/instalasi/perusahaan. Laundry rumah sakit harus memiliki
SPO dalam penyelenggaraan kegiatannya. Instalasi laundry mempunyai
risiko bahaya potensial yang tinggi, bila tidak ditanggulangi
dengan baik maka dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap keselamatan pekerja.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan seluruh informan utama menyatakan bahwa terdapat SOP dalam setiap pekerjaan di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan.
SOP yang tersedia sudah sesuai standar pemerintah. SOP yang ada selalu dijalankan. Sejak tahun 2020 tidak ada lagi
evaluasi dalam pelaksanaan SOP. SOP yang ada diletakkan di tempat yang dapat dilihat pekerja
setiap hari. Ada sosialisasi terhadap para pekerja dalam pelaksanaan
SOP oleh kepala ruangan.
Hal ini sejalan dengan
pernyataan informan pendukung dimana terdapat SOP dalam setiap pekerjaan di Instalasi Laundry
RSUD Puri Husada Tembilahan.
SOP selalu diingatkan kembali kepada para pekerja. Belum ada sistem evaluasi pelaksanaan Pedoman (SOP) pengelolaan linen. SOP yang ada diletakkan di tempat yang dapat dilihat pekerja
setiap hari. Ada sosialisasi terhadap para pekerja dalam pelaksanaan
SOP oleh kepala ruangan.
Menurut
informan pendukung perawat menyatakan bahwa ketepatan waktu penjemputan linen kotor dari ruang
perawatan sudah baik proses pengantaran linen bersih ke ruang
perawatan ke ruang perawatan yaitu menggunakan plastik dan diterima oleh perawat serta di tanda tangani di buku yang telah disediakan.
Berdasarkan
hasil observasi penelusuran dokumen diketahui
bahwa SOP yang tersedia yaitu SOP pendistribusian linen bersih, SOP pengadaan linen baru, SOP pengambilan linen kotor, SOP pencucian linen kotor infeksius, SOP pencucian linen kotor non infeksius, SOP pencucian linen, SOP
pengadaan linen baru, SOP penerimaan linen kotor, SOP permintaan laken ruangan, SOP pemakaian alat pelindung diri petugas laundry, SOP permintaan laken ruangan, SOP sorting linen bersih, SOP penanganan dan pengangkatan linen, SOP pemberian
tanda pada linen, SOP pelaksanaan
pemakaian perlengkapan perlindungan diri, SOP pelaksanaan kebersihan ruang pencucian, SOP pelaksanaan kebersihan peralatan di ruang pencucian, SOP pelaksanaan kebersihan kereta linen, SOP membersihkan ruang cuci, SOP membersihkan kereta dorong (trolley cucian).
Penelitian
oleh Nurmandhani (2017) mengungkapkan
bahwa pqda aspek kuantitas dan kualitas petugas dalam pelaksanaan manajemen linen jumlahnya sudah cukup. Terkait
kepatuhan petugas terhadap pedoman linen sebagian besar responden sudah patuh hanya saja
masih ada beberapa responden yang belum patuh dalam
menggunakan APD dan petugas
kurang tertib dalam menghitung sehingga linen masuk dan linen keluar tidak sama.
Pada aspek sarana dan prasarana untuk jumlah dan kelayakan alat, gedung, serta
fasilitas dirasa masih kurang. Pada aspek pedoman dan SPO sudah tersedia SPO, protap, pedoman dalam pelaksanaan manajemen linen. Perencanaan kebutuhan linen di Rumah Sakit X Kota Semarang belum berjalan dengan baik karena perencanaan
selama proses berlangsung didasarkan pada asumsi dan perkiraan jumlah linen yang hilang dan rusak, sehingga masih terjadi kekurangan kebutuhan linen pada ruang perawatan.
Penelitian
oleh Mukhtar (2018) di Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Pekanbaru, diketahui bahwa pelaksanaan SOP yang belum
optimal berupa pemakaian
APD, tidak dilakukannya
proses penimbangan linen kotor,
tidak ada pemisahan pemakaian mesin cuci untuk
linen infeksius dan tidak ada pemilahan warna
linen.
Analisa peneliti
terkait SOP Pengelolaan Linen di RSUD Puri Husada
Tembilahan adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan
linen yang tidak sesuai dengan Standart
Operasional Prosedur (SOP) dapat
menimbulkan dampak negatif bagi pasien
maupun petugas pengelola linen.
b. Terdapat beberapa hal dalam pelaksanaan pengelolaan linen
di RSUD Puri Husada Tembilahan yang belum disesuaikan dengan Standart Operasional Prosedur yang
ada.
Dibutuhkan komitmen dan evaluasi serta punishment
yang jelas terhadap kelalaian petugas terhadap penerapan SOP yang harus
dilaksanakan.
c. Standart Operasional Prosedur (SOP) perlu disosialisasikan sesering mungkin
dan diletakkan di ruangan sehingga mudah dibaca oleh petugas,
sehingga para pekerja dapat selalu mematuhi
SOP
yang tersedia.
5. Pelaksanaan
Berdasarkan
hasil wawancara dengan seluruh informan utama menyatakan bahwa pelaksanaan pengelolaan linen di
RSUD Puri Husada Tembilahan
yaitu dimulai dari penjemputan linen kotor, setelah itu dilakukan pemisahan
terhadap linen yang infeksius
dan non infeksius. Oleh salah seorang
staf pencuci linen, linen
yang infeksius direndam untuk membuang darah dan kotoran lainnya. Tidak jarang masih tertinggal
kasa bekas operasi yang tidak dibuang ke dalam
kantong sampah infeksius. Kemudian dilakukan perendaman dengan menggunakan deterjen dan lisol untuk mengurangi aroma amis yang ditimbulkannya. Dua orang staf linen yang lainnya melakukan pemisahan terhadap linen dengan membuang kotoran yang bercampur dengan linen termasuk muntahan dan feses pasien yang tertinggal pada
linen.
Selanjutnya
linen tadi dipisahkan berdasarkan tingkat kekotorannya. Di RSUD Puri Husada
Tembilahan hanya menggunakan jenis warna yang tidak beragam, yakni lebih dominan putih dan hijau tua. Ada juga linen berwarna (bercorak) yang biasanya digunakan untuk bayi baru lahir.
Selain itu ada juga kain perlak
yang digunakan di ruang kebidanan. Sehingga lebih memudahkan petugas pencuci dalam melihat noda
yang menempel pada linen tersebut.
Proses persiapan pengelolaan linen dimulai dengan pemisahan linen bernoda darah dan yang mengandung kotoran. Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sarung bantal, alas kasur dan selimut. Proses pelaksanaan pengelolaan linen dimulai dengan memasukkan air ke mesin cuci, kemudian
memasukkan linen serta deterjen bersama dengan pemutih dan diputar. Setelah 15 menit, dicek kembali
apakah masih ada noda. Jika masih ada noda
maka akan diberikan pemutih lagi, dibilas 1 (satu) kali yang
sebelumnya
dilarutkan pewangi atau lisol di dalam
air pembilas tadi kemudian dikeringkan.
Linen yang sudah kering akan
diantarkan kembali ke ruangan untuk
dilipat dan dipisahkan sesuai kode ruangan
yang sudah tertulis di ujung linen. Kain yang sudah dilipat dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna merah dan diberi kode untuk diantarkan
ke setiap ruangan. Pekerjaan dilakukan hingga pukul 16.00 wib sore hari. Hal ini dilakukan
sampai linen selesai diantarkan ke ruangan.
Terkadang pengantaran linen
baru selesai sampai pukul 17.00 wib sore hari. Jika pencucian linen terkendala dengan kerusakan alat dan cuaca dalam keadaan hujan
yang mengakibatkan linen tidak
kering, maka pengantaran linen akan dilakukan pada keesokan harinya. Target dalam pelaksanaan pengelolaan linen yaitu petugas dapat
menyelesaikan semua linen
yang masuk dalam satu hari. Jika target sudah tercapai berarti pekerjaan pengelolaan linen untuk satu hari telah
selesai. Jika target belum tercapai maka para petugas akan berusaha
menyelesaikan seluruh pekerjaan walaupun pulang terlambat. Hambatan yang ditemui petugas adalah adanya peralatan yang rusak,
seperti mesin cuci, timbangan, troli, dan keranjang. Selain itu kran air yang
tidak lancar dan saluran pembuangan air limbah yang tersumbat.
Evaluasi
dari seluruh kegiatan pengelolaan linen wajib
dilaksanakan secara berkala dan kontinu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah pengelolaan linen sudah berjalan dengan baik atau sebaliknya.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan tidak
dilakukan proses evaluasi terhadap
pengelolaan
linen. Sistem pencatatan
dan pelaporan pengelolaan
linen juga tidak dilakukan secara kontinu. Sehingga tidak bisa diketahui secara tepat berapa
jumlah linen yang masih tersedia. Hal ini yang menjadi salah satu permasalahan bagi pihak manajemen, karena setiap tahun
membeli linen dengan jumlah yang tidak sedikit dan membutuhkan
anggaran
yang cukup besar.
Menurut
informan pendukung perawat menyatakan bahwa pelaksanaan penjemputan linen kotor dari ruangan perawatan
di RSUD Puri Husada Tembilahan
sudah baik, hambatan dalam pengantaran linen bersih kembali ke ruang
perawatan yaitu jika ada mesin
yang rusak. Jika terdapat masalah maka petugas
akan menggunakan linen cadangan. Jika terdapat kekurangan jumlah linen yang diantar maka akan
diantarkan kembali keesokan harinya. Pelaksanaan pengantaran linen bersih ke ruang
perawatan di RSUD Puri Husada
Tembilahan dengan cara dihitung kesesuaian
jumlahnya antara linen kotor yang dijemput pagi hari dengan
linen bersih yang diantarkan
sore hari, akan tetapi tidak dilakukan
secara kontinu. Komunikasi antara petugas ruang perawatan
kepada petugas linen cukup baik. Jika linen bersih yang dikembalikan ke ruang perawatan
tidak lengkap maka linen akan diantarkan keesokan harinya, jika terdapat
masalah maka perawat akan menanyakan
langsung kepada instalasi laundry. Menurut
informan dari
pasien
sebagai informan pendukung menyatakan
bahwa alas kasur umumnya diganti pada sore hari. Jika mengalami permasalahan terhadap sepre (alas kasur), maka akan menghubungi
perawat.
Berdasarkan
hasil observasi diketahui sebagai
berikut :
a. Pencatatan
pada saat penjemputan linen kotor hanya dilakukan oleh
staf laundry tanpa didampingi oleh
staf ruangan perawatan, setelah selesai mencatat maka dilaporkan ke ruangan
sesuai tempat penjemputan linen kotor tersebut.
b. Tidak
ada pencatatan pada saat pendistribusian linen bersih sehingga tidak diketahui kelengkapan jumlah linen.
c. Kondisi linen
dalam keadaan bersih dan tidak ada bekas noda,
linen dalam keadaan rapi dan harum.
Penelitian
ini juga didukung oleh penelitian (Djadjang, 2019) mendapatkan hasil bahwa di BLUD RS Sekarwangi dari aspek input kebijakan sudah ada, tenaga belum
mencukupi, untuk sarana prasarana dan konstruksi bangun ruang, personal hygiene masih ada belum sesuai
standar Kepmenkes. Aspek process tahap pengumpulan belum memisahkan linen infeksius dan
non infeksius dan belum ada pencatatan, tahap penerimaan belum ada pencatatan
dan linen belum di pisahkan,
tahap pengangkutan linen infeksius dan non infeksius belum dipisahkan, tahap pencucian tidak adanya penimbangan,
lemari terbuka pada tahap penyimpanan.
Penelitian
oleh (Mukhtar et al., 2019)
di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru, diketahui bahwa Sumber daya Manusia
(SDM) yaitu kurangnya SDM serta kurang dilakukannya
pelahan kepada petugas. Sarana-prasarana yaitu kurang lengkap
seper dak adanya mbangan untuk linen kotor, lamanya penanganan jika ada mesin yang rusak, serta dak dilakukannya service berkala pada
mesin. Pelaksanaan SOP yang
belum optimal berupa pemakaian APD, dak dilakukannya
proses penimbangan linen kotor,
tidak ada pemisahan pemakaian mesin cuci untuk
linen infeksius dan tidak ada pemilahan warna
linen.
Penelitian
oleh (Nurmandhani & Sugiarto, 2017) mengungkapkan bahwa pada aspek kuantitas dan kualitas petugas dalam pelaksanaan pengelolaan linen jumlahnya sudah cukup. Terkait
kepatuhan petugas terhadap pedoman linen sebagian besar responden sudah patuh hanya saja
masih ada beberapa responden yang belum patuh dalam
menggunakan APD dan petugas
kurang tertib dalam menghitung sehingga linen masuk dan linen keluar. Pada aspek sarana dan prasarana untuk jumlah dan kelayakan alat, gedung, serta fasilitas
dirasa masih kurang. Pada aspek pedoman dan SPO sudah tersedia SPO, protap, pedoman dalam pelaksanaan
manajemen linen. Perencanaan
kebutuhan linen di Rumah Sakit X Kota Semarang belum berjalan dengan baik karena perencanaan
selama proses berlangsung didasarkan pada asumsi dan perkiraan jumlah linen yang hilang dan rusak, sehingga masih terjadi kekurangan kebutuhan linen pada ruang perawatan.
Asumsi
peneliti berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan pengelolaan linen di rumah sakit sudah berjalan
baik, hanya
masih terdapat beberapa hambatan diantaranya sebagai berikut:
a. Linen kotor hanya dicatat sendiri oleh staf laundry tanpa didampingi oleh staf
ruangan perawatan, sehingga bisa terjadi kekeliruan. Hal ini perlu dilakukan evaluasi
dan komitmen bersama terhadap pencatatan linen kotor yang dijemput oleh petugas
laundry, sehingga dapat diketahui
jumlahnya secara bersama-sama.
b. Pendistribusian
linen bersih tidak dicatat jumlahnya sehingga
tidak diketahui kelengkapan jumlah linen bersih yang
diantarkan ke ruangan. Untuk permasalahan ini perlu dilakukan pencatatan
terhadap linen bersih dan dilaporkan kepada petugas administrasi pencatatan, sehingga
pengelompokan linen bersih tidak hanya mengandalkan kode tulisan pada sudut
linen saja.
c. Kondisi linen
dalam keadaan bersih dan
harum.
Jika terdapat linen yang rusak tidak dikembalikan ke ruang perawatan dan
langsung dibuang, akan tetapi perlu juga dicatat jumlahnya sehingga
meminimalisir jumlah kehilangan.
d. Petugas administrasi linen wajib ikut serta melakukan pencatatan
di dalam buku harian pada saat penjemputan linen kotor dan mengantarkan linen
bersih, agar tidak terdapat kekeliruan data linen yang masuk dan yang keluar.
e. Dari evaluasi yang jarang dilakukan membuat pengelolaan
linen di RSUD Puri Husada Tembilahan perlu diperhatikan, khususnya pelaksanaan
SOP yang wajib dijalankan bagi seluruh petugas pengelola linen. Evaluasi wajib
dilaksanakan secara berkala, untuk mengetahui target yang dicapai serta
mengetahui pengelolaan linen di Rumah Sakit sudah berjalan baik atau
sebaliknya.
Kesimpulan
1. Petugas laundry belum
mempunyai kompetensi, belum pernah dibekali
keahlian terkait laundry di
Rumah Sakit.�
2. Petugas laundry belum
mengikuti medical check up.
3. Manajemen belum tegas dalam disiplin
kerja petugas laundry, belum ada sangsi
dan penghargaan. ��
4. Belum dilakukan
pencatatan pada buku harian penerimaan dan pengeluaran linen oleh petugas administrasi.�
5. Manajemen belum mengevaluasi secara berkala terhadap kinerja petugas laundry.
6. SOP beberapa
kegiatan laundry belum ada, beberapa SOP yang sudah ada belum
ditaati dengan baik.�
7. Sarana prasarana untuk pencucian linen ada yang rusak. �
BIBLIOGRAFI
Adhani, R. (2021). Mengelola Rumah Sakit. Media
Nusa Creative.
Agustiani, D. (2019). Analisis Alur Proses Pengelolaan Linen
Kotor Pada Instalasi Laundry di BLUD
RS Sekarwangi. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 5(1),
46. https://doi.org/10.29241/jmk.v5i1.131
Akbar, H. (2021). Sanitasi Rumah Sakit. Perkumpulan
Rumah Cemerlang Indonesia (PRCI).
Ambarwati, R., Aluicius, I. E., & Lestari, T. (2021).
Evaluasi Manajemen Pengelolaan Linen di RSUD Bagas Waras Kabupaten Klaten. Universitas
Gadjah Mada, 3(4).
Ardrianti, R., Candra, L., & Wahyudi, A. (2021). Analisis
Manajemen Pengelolaan Linen Di Instalasi Laundry
Rumah Sakit Permata Hati Duri Kec Mandau Kab Bengkalis Tahun 2020. Media
Kesmas (Public Health Media), 1(2), 121�144.
https://doi.org/10.25311/kesmas.vol1.iss2.18
Darwel, D. D. (2019). Pengelolaan Linen Rumah Sakit Daerah
Dr. Adnaan Wd Payakumbuh Sumatera Barat. Human Care Journal, 4(3),
123. https://doi.org/10.32883/hcj.v4i3.231
Depkes RI Tahun 2004 Tentang Pedoman Manajemen Linen Rumah
Sakit, (2004).
Dipahayu, D., Butsianto, M., & Ebtavany, T. G. (2018).
Pengaruh Linen Bedah Rekondisi terhadap Shelf-Life Linen Bedah Steril di CSSD
Rumah Sakit �X� Surabaya. Journal of Pharmacy and Science, 3(1),
25�33. https://doi.org/10.53342/pharmasci.v3i1.71
Djadjang, H. (2019). Analisis Alur Proses Pengelolaan Linen
Kotor pada Instalasi Laundry di BLUD
RS Sekarwangi. Manajemen Kesehatan, 5(1).
Endiyono, Y. N., & Sugiyanto, Z. (2017). Analisis Alur
Pengelolaan Linen Kotor di Unit Laundry
Rumah Sakit Permata Medika Semarang Tahun 2016. Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro.
Ginting, D. (2019). Kebijakan Penunjang Medis Rumah Sakit
(SNARS). Deepublish.
Kamalia, L. O. (2021). Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dan
Puskesmas. Media Sains Indonesia.
Marlina, L., Afandi, D., & Rani, N. (2019). Analisis
Manajemen Laundry di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019. Al-Tamimi
Kesmas : Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(2).
Marza, R. F., . D., & . S. (2019). Pengelolaan Linen Di
Puskesmas Lubuk Basung Kabupaten Agam. Jurnal Sehat Mandiri, 14(1),
29�40. https://doi.org/10.33761/jsm.v14i1.89
Meilinda, & Gustini, F. (2021). Analisis Fasilitas
Sanitasi Dalam Mencegah Penularan Covid-19 Di Rumah Sakit X. Jurnal
Education and Developmen, 9(4), 81�85. https://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/3057
Mukhtar, H., Nurmaimun, N., Yunita, J., Asfeni, A., &
Djuhaeni, H. (2019). Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Pekanbaru Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Komunitas, 4(3), 112�119.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol4.iss3.278
Nugroho, Y.A.B. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia:
Mengelola SDM Secara Profesional. Penerbit Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya.
Nugroho, Yohanes Arianto Budi. (2019). Pelatihan dan
Pengembangan SDM: Teori dan Aplikasi.
Nurmandhani, R., & Sugiarto, Y. (2017). Manajemen Linen
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kota Semarang. Manajemen Kesehatan Indonesia,
5(3), 19�27.
Permana, H. J., Ariyadi, Y., Piriaselina, I., Tangerang, K.,
Informasi, S., Sakit, R., Wilayah, D., Selatan, T., Salah, A., Selatan, T.,
Selatan, T., Selatan, T., Fallis, A. ., Mumtahana, H. A., Riyanto, S.,
Informasi, S., Informatika, T., Teknik, F., Kepegawaian, S. I., � Fikri, R. L.
(2019). Implementasi Sistem Informasi Unit Laundry
Berbasis Web Di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Journal of Chemical Information
and Modeling, 8(9), 1689�1699.
Prasetyo, Y. D., & Marsum, M. (2016). Studi Sanitasi
Pengelolaan Linen� Di Rumah Sakit Pku
Muhammadiyah Gombong�� Kabupaten Kebumen
Tahun 2015. Buletin Keslingmas, 35(1), 17�21.
https://doi.org/10.31983/keslingmas.v35i1.3091
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, (2019).
Rosa, E. M., Listiowati, E., & Yogyakarta, U. M. (2012). Analisis
Pengelolaan Linen Terhadap Pencegahan Yogyakarta. 7(x).
https://doi.org/10.18196/jmmr.6101.
Sabarguna, B. (2014). Manajemen Pelayanan Rumah Sakit.
UI Press.
Suhariono. (2021). Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Di Rumah Sakit. Uwais Inspirasi Indonesia.
Suhermi, & Rivanto, R. (2021). Analisis Pengelolaan Linen
di Instalasi Laundry. JOURNAL OF
Qualitative Health �, 13(September), 254�268.
http://e-jurnal.iphorr.com/index.php/qlt/article/view/80
Suparno. (2018). Analisis Manajemen Pengelolaan Linen di
Instalasi Laundry RSUD Kota Dumai
Tahun 2017. Universitas Andalas.
Syamsiah, J. ., Wahyu, T. ., & Mansur, M. (2015).
Peningkatan Mutu Pelayanan RSI Unisma Malang Melalui Reformasi Manajemen Laundry dan Linen Service Quality
Improvement at Unisma Malang through Laundry
and Linen Management Reformation. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(2),
148�152.
Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, (2009).
Virdasari Eri, Arso Pawelas Septo, F. Y. E. (2018). Analisis
Kegiatan Pendataan Keluarga Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
Di Puskesmas Kota Semarang (Studi Kasus Pada Puskesmas Mijen). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 52�64.
Dessy Srikandi, Tin
Gustina, Budi Hartono (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |