Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September
2022
PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN
PROSES FITOTEKNOLOGI MENGGUNAKAN KAYU APU (PISTIA STRATIOTESS)
E S Soares, B
Zaman, S Sumiati
Universitas Diponegogro, Semarang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Limbah detergen adalah limbah yang berasal dari activitass rumah tangga seperti
menyuci,dan lain-lain. limbah detergen dapat membunuh biota tanah yang ada di perairan, salah satu metode untuk mengatasi
limbah detergen yaitu memanfaatkan tanaman kayu apu
untuk mereduksi kadar pencemar yang terkandung dalam limbah dengan proses Fitoremedeasi. Cara kerja penelitian ini adalah� tanaman ditanam ke dalam
reactor dengan variassi jumlah tanaman dan waktu tinggal(hari)
yang bermacam-macam yakni untuk mereduksi kadar pencemar. Variable dalam penelitian ini adalah variable bebas dan variable terikat. Penelitian dilakukan dengan tiga tahap
seperti aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan tanaman dengan lingkungan, Range finding
Test untuk menetukuan konsentrasi limbah dan penelitian utama. Dari hasil uji awal karakteristik limbah detergen menunjukan bahwa limbah detergen
memiliki kadar pencemar yang melebihi baku mutu. Hasil dari penelitian utama menunjukan bahwa dari jumlah
tanaman 4,5,6 di setiap
reactor dengan waktu tinggal 3 hari,6 hari,9 hari dan
12 hari menjukan bahwa penyisihan selalu terjadi di hari pertama sampai
hari terakhir dengan persen penyisihan;
pada 4 tanaman sebesar
(14%,16%,19%,58%), sedangkan pada 5 tanaman; (20%,22%,33%,58%) dan untuk
6 tanaman; (23%,30%,42%,64%).
Kata Kunci: Limbah; Limbah
Laundry; Fitoteknologi
Abstract
Detergent waste is waste that comes from household activities such as
washing, and others. detergent waste can kill soil biota in the waters, one
method to deal with detergent waste is to use apu
wood plants to reduce the levels of pollutants contained in the waste with the
phytoremediation process. The way this research works is that plants are
planted in a reactor with various variations in the number of plants and
residence time (days), namely to reduce pollutant levels. The variables in this
study are the independent variable and the dependent variable. The research was
carried out in three stages such as acclimatization aimed at adapting plants to
the environment, Range finding Test to determine the concentration of waste and
main research. The results of the main study showed that the number of plants
4,5,6 in each reactor with a residence time of 3 days, 6 days, 9 days and 12
days showed that the removal always occurred on the first day to the last day
with a percent removal; in 4 plants (14%, 16%, 19%, 58%), while in 5 plants;
(20%,22%,33%,58%) and for 6 plants; (23%,30%,42%,64%).
Keywords: Waste;
Laundry Waste; Phytotechnology
Pendahuluan
Air adalah
salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
untuk sampai kepada manusia (Fajarini, 2014).
Dari limbah domestik yang bersifat cair, 35% berasal dari buangan
limbah rumah tangga yang mengandung bahan detergen (Artiyani & Firmansyah, 2016).
Detergen merupakan senyawa sabun yang terbentuk melalui proses kimia. Umumya komponen
utama penyusun deterjen adalah Natrium Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphosphat
(STPP) yang bersifat sangat sulit
terdegradasi secara alamiah (Arsa, Rianto, & Hidayat, 2019).
Pengolahan air limbah memiliki tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menular melalui
air limbah dan untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pemilihan sistem pengelolaan air limbah tergantung dari kondisi lingkungan
lokal, situasi sosial-ekonomi, persepsi dan budaya masyarakat serta teknologi pengolahan air limbah yang tersedia. Fitoteknologi adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk mengkaji dan menyiapkan solusi masalah lingkungan dengan menggunakan tumbuhan (Widowati, 2010).
Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan
kayu apu.
Kayu apu merupakan salah satu jenis tanaman yang berkembang biak dengan mudah, hal
ini menjadi salah satu pertimbangan menggunakan kayu apu dalam fitoemedeasi.
Gambar
1
Kayu
Apu (Pistia stratiotes L.)
Manfaat tumbuhan
air seperti kayu apu dapat mengurangi
konsentrasi limbah cair dalam limbah
yang dapat dilakukan dengan proses fitoremediasi (Mamonto, 2013). Dari hasil penelitian (Zaman & Syafrudin, 2015)
menunjukkan bahawa kayu apu mampu
mengolah limbah cair dari buangan
industri batik, hasil yang diperoleh adalah mampu menurunkan COD sebesar 97,96%; menurunkan BOD sebesar 95,91% ; dan dapat menurunkan warna sebesar 95,60%. Dari hasil penelitian (NURMA, 2018)
kayu apu mampu mengolah limbah cair dari
buangan usaha laundry, hasil yang diperoleh adalah kayu apu
dapat menurunkan fosfat sebesar 39,77 % sedangkan untuk BOD dan COD dengan prosentase penyisihan yang sama sebesar 78,87 %.
Menurut Hera, limbah
laundry yang dihasilkan oleh deterjen
mengandung fosfat yang berasal dari Sodium Tripolyphosphate
(STTP) yang merupakan salah satu
bahan yang kadarnya besar dalam deterjen
(Herlambang & Hendriyanto, 2015).
Karakteristik yang terdapat
didalam limbah laundry dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1
Baku Mutu Air Limbah
Tabel 2
Baku
Mutu Air Limbah Laundry
Dalam pengolahannya,
effluent atau parameter pencemar
dari limbah laundry harus disesuaikan dengan standart baku mutu.
TSS, total suspended solid merupakan Zat padat
tersuspensi adalah zat padat yang dapat menimbulkan berkurangya oksigen dalam air. Keberadaan padatan tersuspensi dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan
sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan peraraian berbanding terbalik, sehingga mengganggu poses fotosintesis
yang menyebabkan turunya kadar oksigen yang dilepas oleh tanaman.
Suhu, fluktuasi suhu
dalam air akan berpengaruh terhadap kehidupan di dalam air. Peningkatan dan penurunan suhu dalam air dipengaruhi oleh derajat ketinggian tempat, komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin, suhu
limbah dan reaksi � reaksi kimia yang terjadi dalam air. Suhu optimal beberapa jenis moluska adalah
20oC, dan apabila melampaui
batas tersebut akan mengakibatkan berkurangnya aktivitas kehidupannya (Zein, 2019).
PH, kondisi
pH sangat mempengaruhi dinamika
kimiawi unsur/senyawa dan proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan terhambat dengan menurunnya pH perairan Berdasarkan baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria
Baku Kerusakan Lingkungan
Hidup, standar baku mutu parameter pH untuk air limbah adalah 6-9.
Metode Penelitian
Variable Tetap pada
penelitian ini yaitu Umur tanaman
yang digunakan 1 bulan, Pengujian dilakukan dalam rentang 3 hari sekali, untuk
mengamati parameter TSS pH dan Suhu,
Volume limbah yang dipakai 5
Liter. Variabel peubah pada penelitian
ini yaitu waktu tinggal 3 hari, 6 hari, 9 hari dan 12 hari, tanaman yang digunakan dalam penelitian ini ada 4,5,6,
Rekator yang digunakan
dalam penelitian ini terbuat dari
plastic dengan volume 10 Liter berjumlah
4 buah. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini berupa air limbah loundry Tanaman kayu apu,
media kerikil dan tanah.
5 liter air limbah
dimasukan ke dalam bak-bak plastik
dengan volume 10 liter, Tanaman
ditimbang sebelum dimasukan ke dalam
rekator, Air limbah yang digunakan dengan konsentrasi 5 %, Pengujian dilakukan 3 hari sekali selama �12 hari dalam masing � masing bak reactor,
Sebelum melakukan tahap-tahap diatas, Aklimatisasi dulu tanaman kayu apu
selama 1 minggu pada bak plastic yang diisi dengan air dengan tujuan untuk didapatkan
tumbuhan kayu apu yang telah beradaptasi pada media yang digunakan
pada range finding test(RFT). Setelah proses aklimatisasi lanjut lagi dengan
proses RFT bertujuan
untuk menentukan konsentrasi air limbah yang dapat diterima oleh tumbuhan
Hasil dan Pembahasan
Total Suspended Solid (TSS)
�Data hasil analisa yang didapatkan menunjukkan bahwa kandungan TSS pada limbah awal sebelum diolah
melebihi baku mutu air limbah domestik. Setelah mengalami pengolahan nilai TSS mengalami penurunan.
Tabel 3
Pengaruh Waktu Tinggal
Terhadap Penurunan Kadar
TSS dengan konsentrasi limbah 5%
Jumlah tanaman kayu
apu |
Waktu tinggal |
Uji Awal |
Uji akhir |
Selisih |
Penyisihan % |
3 |
300 |
256 |
43 |
14 |
|
6 |
300 |
250 |
49 |
16 |
|
9 |
300 |
241 |
59 |
19 |
|
4 |
12 |
300 |
126 |
174 |
58 |
3 |
300 |
240 |
60 |
20 |
|
5 |
6 |
300 |
232 |
68 |
22 |
9 |
300 |
201 |
99 |
33 |
|
12 |
300 |
125 |
175 |
58 |
|
3 |
300 |
230 |
70 |
23 |
|
6 |
6 |
300 |
210 |
90 |
30 |
9 |
300 |
172 |
128 |
42 |
|
12 |
300 |
106 |
194 |
64 |
Penurunan kandungan
TSS setelah proses pengolahan
dengan menggunakan tanaman kayu apu
(PistiastratiotesL.) disebabkan
karena terjadi proses penyerapan oleh tanaman, dekomposisi bahan organik terlarut dan mengendapnya hasil dekomposisi bahan organik.Penurunan nilai TSS juga disebabkan karena tanaman kayu apu memiliki
akar serabut yang dapat menjadi tempat
menempelnya koloid yang melayang di air. Semakin banyak akar serabut
yang dimiliki, maka semakin banyak koloid yang menempel pada akar-akar tersebut (Wirawan, Wirosoedarmo, & Susanawati, 2014).
Hasil yang didapatkan dari nilai TSS menunjukkan adanya penurunan pada semua variasi tanaman,
dimana pada lama waktu 3 sampai 12 hari terjadi penurun semakin besar.
PH, data hasil analisa yang didapatkan menunjukkan bahwa nilai pH pada limbah awal sebelum diolah
telah melebihi baku mutu air limbah
domestik. Setelah mengalami pengolahan nilai pH mengalami fluktuasi tetapi masih memenuhi baku mutu air limbah
domestik.
Tabel 4
Menunjukkan Nilai Rata-Rata pH Limbah Domestic
Jumlah tanaman
kayu apu |
Waktu tinggal |
Uji Awal |
Uji akhir |
Selisih |
3 |
7.68 |
8.05 |
-0.3 |
|
6 |
7.68 |
8.50 |
-0.82 |
|
9 |
7.68 |
8 |
-0.32 |
|
4 |
12 |
7.68 |
7 |
0.68 |
3 |
7.68 |
7.50 |
0.18 |
|
5 |
6 |
7.68 |
7.50 |
0.18 |
9 |
7.68 |
8 |
-0.32 |
|
12 |
7.68 |
8.50 |
-0.82 |
|
3 |
7.68 |
7 |
0.68 |
|
6 |
6 |
7.68 |
7 |
0.68 |
9 |
7.68 |
8 |
-0.32 |
|
12 |
7.68 |
8.50 |
-0.82 |
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui
bahwa nilai pH berfluktuasi baik pada variasi tanaman dari hari ke
3 sampai hari ke 12. Nilai pH yang cenderung basa dapat disebabkan
oleh banyaknya zat-zat yang
bersifat basa yang terdapat pada sabun, shampo, dan deterjen yang sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari.Nilai pH tersebut dipengaruhi oleh nilai pH awal limbah
yang berbeda-beda dalam setiap reaktor. Oksigen terlarut kemudian dimanfaatkan mikroorganisme untuk respirasi dan dihasilkan CO2.
Karbon dioksida yang terlarut
dalam air kemudian akan mengalami reaksi kesetimbangan menghasilkan ion OH- penyebab meningkatnya nilai pH (Birawida, 2019).
Biomassa Tanaman Kayu Apu
Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa perlakuan jenis media dan lama waktu kontak serta
interaksinya berpengaruh terhadap biomassa tanaman Kayu Apu. Hasil biomassa tanaman kayu apu (pistia
stratiotess) dengan
jenis media hidup yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Analisa Laboratorium
Perlakuan |
Berat basah |
Berat kering |
Produksi biomasa |
Reactor limbah |
1550 |
260 |
84.52 % |
Tanaman Kayu apu
pada reaktor limbah yang hanya sebesar 84,52%. Menurut Haryati dkk. (2012), penurunan biomassa tanaman dipengaruhi oleh adanya toksisitas yang menyebabkan: (1) sulit memperoleh air karena pengaruh osmotik yang timbul dari kadar
larutan yang berlebih, dimana masalah osmotik tanaman dikarenakan ion-ion tertentu mencapai kadar larutan yang tinggi. Jika tanaman ditempatkan dalam larutan dengan
potensial air yang lebih rendah dari pada xylem akar, maka pengambilan
air akan berhenti, karena potensial osmotic dari larutan lebih
besar dari pada yang terdapat pada tanaman, sehingga tidak ada penyesuaian osmotik. Hal ini akan menyebabkan pengambilan air tidak memungkinkan, (2) sulit memperoleh unsur hara karena adanya kompetisi
antara 60 ion-ion, dimana akar-akar tanaman mengabsorbsi ion dari media kompleks yang mengandung tidak hanya satu
atau lebih ion hara yang esensial, tetapi juga ion non esensial dan senyawa organik.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian
yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa sifat-sifat limbah saniter menunjukkan bahwa limbah saniter memiliki tingkat pencemaran yang melebihi baku mutu. Hasil kajian utama menunjukkan
bahwa penghilangan jumlah 4,5,6 plant pada masing-masing reaktor
dengan waktu tinggal 3 hari, 6 hari, 9 hari dan 12 hari selalu terjadi
pada hari pertama hari terakhir.
Arsa, Abdullah Kunta, Rianto, Cika, &
Hidayat, M. Nur Ananda. (2019). Efisiensi penyerapan phospat limbah laundry
menggunakan kangkung air (ipomoea aquatic forsk) dan jeringau (acorus calamus).
Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan, 3.
Artiyani, Anis, & Firmansyah, Nano
Heri. (2016). Kemampuan Filtrasi Upflow Pengolahan Filtrasi Up Flow dengan
Media Pasir Zeolit dan Arang Aktif dalam Menurunkan Kadar Fosfat dan Deterjen
Air Limbah Domestik. Industri Inovatif: Jurnal Teknik Industri, 6(1),
8�15.
Birawida, Agus Bintara. (2019).
Effectiveness Of WWTP Quality Using Bio Media In Hospital Hikmah, Masamba. Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan, 2(1), 21�27.
Fajarini, Srikandi. (2014). Analisis
Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi 2013.
Herlambang, Prasetyo, & Hendriyanto,
Okik. (2015). Fitoremediasi limbah deterjen menggunakan kayu apu (Pistia
stratiotes L.) dan Genjer (Limnocharis flava L.). Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan, 7(2), 101�114.
Nurma, D. W. I. Handayani. (2018). Tingkat
Efektivitas Waktu Proses Rbc (Rotating Biological Contactor) Dalam Menurunkan
Kadar Bod Limbah Cair Laundry. Stikes Bhakti Husada Mulia.
Widowati, Hening. (2010). Aplikasi Konsep
Fitoteknologi Dalam Pembelajaran Biologi Pada Sekolah Hijau. BIOEDUKASI
(Jurnal Pendidikan Biologi), 1(1).
Wirawan, Wiweka Arif, Wirosoedarmo, Ruslan,
& Susanawati, Liliya Dewi. (2014). Pengolahan limbah cair domestik
menggunakan tanaman kayu apu (Pistia stratiotes L.) dengan teknik tanam
hidroponik sistem DFT (deep flow technique). Jurnal Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan, 1(2), 63�70.
Zaman, Badrus, & Syafrudin, Syafrudin.
(2015). Pengaruh Waktu Tinggal Dan Jumlah Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.)
Terhadap Penurunan Konsentrasi Bod, Cod Dan Warna. Diponegoro University.
Zein, Alfin Zanitra. (2019). Studi
keanekaragaman Moluska (Gastropoda Dan Bivalvia) sebagai Bioindikator Kualitas
Perairan di Pesisir Pulau Bawean Kabupaten Gresik. UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Copyright holder: E S Soares, B Zaman,
S Sumiati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |