Vol. 7, No. 9, September 2022
A
LITERATURE REVIEW: ACUTE HEMATOGENOUS OSTEOMYELITIS IN CHILDREN
1Rika
Fitria, 2Dyah Purnaning
1 Peserta didik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram,
Indonesia
2Staf
Pengajar Bagian Ortopedi
dan Muskuloskeletal, Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Osteomielitis merupakan infeksi tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomielitis dengan durasi gejala
kurang dari 2 minggu yang terjadi pada anak-anak disebut osteomielitis hematogen akut (OHA). Insiden OHA secara global berkisar antara 1/1000 hingga 1/20.000 populasi dengan 50%� kasus
terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Mikroorganisme penyebab tersering pada pasien OHA yaitu bakteri Staphylococcus
aureus. Penyakit ini terjadi akibat masuknya mikroorganisme ke tulang melalui
arteri sehingga mengakibatkan inflamasi. Penegakan diagnosis didasarkan tanda dan gejala klinis, serta pemeriksaan
penunjang yang dilakukan. Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu terapi medikamentosa dan atau pembedahan. Prognosis OHA
sangat baik untuk sebagian besar anak-anak. Namun, keterlambatan diagnosis dan inisiasi
pengobatan yang tidak tepat dapat menyebabkan
komplikasi yang serius.
Kata Kunci: osteomielitis
hematogen akut, OHA, osteomielitis
Abstract
�Osteomyelitis
is a bone infection caused by mikroorganisms.
Osteomyelitis with a duration of symptoms under 2 weeks that occurs in children
is called acute hematogenous osteomyelitis (AHO). The global incidence of AHO
ranges from 1/1000 to 1/20000 of the population with 50% of cases occurring in
children under 5 years of age. The most common causative mikroorganism
in patients with OHA is Staphylococcus aureus. This disease occurs due to the
entry of microorganisms into the bone through the arteries, causing
inflammation. Diagnosis is based on clinical signs and symptoms, and
investigations. Treatments that can be given are medical therapy and or surgery.
The prognosis of OHA is excellent for the majority of children. However, delay
in diagnosis and inappropriate initiation of treatment can lead to serious
complications.
Keyword: acute
hematogenous osteomyelitis, AHO, osteomyelitis
Pendahuluan
Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang (1,2). Anak-anak yang didiagnosis osteomielitis dengan durasi gejala kurang
dari 2 minggu disebut dengan osteomielitis hematogen akut (OHA). Osteomielitis dapat terjadi akibat
inokulasi langsung dari trauma atau dapat menyebar dari tempat infeksi
yang berdekatan. Mekanisme
yang paling umum terjadi
pada anak-anak yaitu inokulasi hematogen tulang selama episode bakteremia (3). Pertumbuhan eksponensial bakteri menyebabkan resorpsi tulang, kemudian terbentuk sebuah eksudat purulen yang dapat keluar dari korteks
metafisis sehingga menciptakan abses subperiosteal (4). Deteksi dini penyakit
ini sangat penting, mengingat keterlambatan diagnosis
5 hari dapat menjadi faktor risiko utama komplikasi
(5). Mortalitas penyakit ini tidak begitu
besar, namun dapat terjadi cacat
permanen atau terhentinya pertumbuhan dengan perbedaan panjang tungkai atau deformitas sehingga diperlukannya deteksi dini dan pengobatan osteomielitis yang tepat untuk menghindari
morbiditas serius dan kecacatan permanen (3,5). Penyakit ini merupakan
bentuk penyakit yang paling
sering terjadi pada anak-anak dan sering dikaitkan dengan kebutuhan rawat inap, prosedur diagnostik, bedah invasif, dan terapi antimikroba yang berkepanjangan (6). �Tujuan dari artikel ini
yaitu membahas apa itu OHA, penyebab
hingga diagnosis dan manajemen
tata laksana OHA.
Epidemiologi
����������� Insiden OHA
secara global berkisar antara 1/1000 hingga 1/20.000 populasi dengan 50%� kasus terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun
(4). Penyakit ini merupakan
infeksi muskuloskeletal
yang paling umum pada anak-anak
di bawah usia 13 tahun di Amerika Serikat (7). Menurut jenis kelamin,
insidensi OHA didominasi laki-laki dibadingkan perempuan (3,8). Angka kejadian kasus osteomielitis tipe hematogen pada usia kurang dari 17 tahun berkisar 85% dan kondisi tersebut berkontribusi sekitar 20% total kasus yang ada (9). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan E. Chiappini dkk pada tahun 2017, tulang ekstremitas bawah merupakan daerah tersering terkait OHA dan etnik kaukasoid merupakan etnik dengan prevalensi tertinggi OHA (5).
Etiologi
����������� Bakteri penyebab dari osteomielitis
bervariasi sesuai usia. Penyebab tersering OHA yaitu Staphylococcus
aureus pada 80% kasus, diikuti
oleh Streptococcus grup A (3). Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan OHA yaitu Enterococci,
Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus grup B, Haemophilus
influenzae, organisme anaerob,
Kingela kingae,
dan fungi (4). Osteomielitis yang disebabkan
oleh Haemophilus influenzae tipe b (Hib) sangat jarang terjadi di negara-negara berpenghasilan
tinggi (3).
����������� Secara historis, Hib menyumbang 10-15% kasus osteomielitis pada anak-anak yang tidak divaksinasi kurang dari 3 tahun di negara-negara berpenghasilan rendah. Metchillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
dapat juga menjadi penyebab OHA dan OHA yang disebabkan
MRSA meningkat di Amerika Serikat
(3,5). Kingela kingae dapat ditemukan pada anak usia 6 bulan
sampai 4 tahun dan merupakan organisme yang membutuhkan media biakan khusus untuk isolasi.
Streptococcus grup B dan gram-negatif rods umumnya ditemukan pada neonatus (7).
Gambar
1
Mikroorganisme Penyebab Osteomielitis dengan Faktor Risiko
Spesifik (3).
Patogenesis
����������� Patogenesis
OHA pada anak-anak saat ini belum jelas.
Namun diyakini OHA terjadi akibat konsekuensi dari anatomi unik dari
pertumbuhan tulang yang dikombinasikan dengan bakteremia. Pembuluh darah dalam metafisis
yang sedang tumbuh pada anak-anak membentuk tight
hairpin loops yang menciptakan area stasis vaskular relatif. Area metafisis ini mungkin
saja rentan terhadap mikrohematoma atau mikrotrombus dengan trauma tumpul yang relatif kecil, yang pada gilirannya dapat berfungsi sebagai nidus untuk infeksi. Mikroorganisme memasuki tulang melalui arteri dan bersarang di loop kapiler. Bakteri tersebut mulai berkembang biak sehingga mengakibatkan inflamasi (3,6).
����������� Proliferasi
mikroorganisme dalam tulang dengan pembentukan
abses pada akhirnya dapat menembus korteks yang mengakibatkan elevasi periosteum dan abses
subperiosteal. Abses ini
pada akhirnya dapat pecah melalui periosteum ke jaringan lunak
sekitarnya atau ke dalam sendi
yang berdekatan. Selain itu, pertumbuhan abses dapat meningkatkan
tekanan intraosseous sehingga
suplai vaskular terganggu dan mengakibatkan nekrosis tulang (6).
����������� Pada neonatus
(dibawah 18 bulan), lengkung pembuluh darah metafisis dan pembuluh darah epifisis dihubungkan melalui pembuluh darah transfisis yang melintasi lempeng pertumbuhan. Oleh karena itu, penyebaran infeksi metafisis ke epifisis dan sendi dapat terjadi
melalui vaskular sampai pusat osifikasi
sekunder terbentuk dan pembuluh darah menjadi atrofi. Atrofi yang terbentuk
tersebut tidak lengkap sampai tahun kedua setelah
lahir, epifisitis dan artritis septik pada sendi yang berdekatan sering mempersulit osteomielitis neonatus. Saat kerangka sudah
matang dan lempeng pertumbuhan menjadi avaskular, struktur residu menjadi tahan lama dan relatif tidak permeabel terhadap gangguan infeksi (3,6,10).
Pada anak yang lebih
besar, infeksi metafisis dari OHA umumnya berjalan� sejajar dengan sumbu panjang
lempeng pertumbuhan, memanjang sampai infeksi pecah melalui
tulang kanselus ke dalam ruang
subperiosteal (3,6,10). Pus dan
debris inflamasi dapat menumpuk di dalam ruang subperiosteal sehingga menyebabkan periosteum terpisah dari diafisis tulang
dan mengakibatkan pembentukan
abses subperiosteal. Elevasi
periosteal dapat menjadi jelas secara radiografis
ketika osteomielitis tidak diobati selama
beberapa minggu.� Ketika insersi kapsular sinovium sendi distal dari lempeng pertumbuhan epifisis pecah ke dalam ruang
periosteal ruptur ke dalam ruang periosteal di dalam ruang intraartikular,
dapat mengakibatkan artritis septik bersamaan. Artritis septik yang melibatkan panggul
dan bahu yang disebabkan oleh perluasan
osteomielitis dari femur proksimal dan humerus proksimal,
masing-masing terjadi lebih
sering daripada artritis septik di tempat lain (10).
Diagnosis
Banding
����������� Berikut merupakan
diagnosis banding dari OHA (3):
� Infeksi, misalnya artritis septik dan selulitis
� Trauma
� Keganasan, misalnya osteoid osteoma, leukemia limfoblastik
akut, sarkoma Ewing, dan
osteosarcoma
� Infark tulang
pada anak-anak dengan penyakit sel sabit
atau hemoglobinopati lainnya
� Penyakit metabolik, misalnya Gaucher
disease
� Defisiensi vitamin A
� Nekrosis avaskular
� Osteomielitis multifokal rekuren kronis
�
Diagnosis
Tanda dan Gejala Klinis
����������� OHA pada anak-anak
biasanya muncul dengan beberapa kombinasi demam, nyeri, bengkak, eritema dan rasa hangat pada area
yang terkena. Selain itu, anak dapat
tampak rewel dan menolak diberi susu (6,8). Onset gejala bervariasi berdasarkan etiologi mikroba, namun pasien biasanya akan memiliki gejala
selama 6-8 hari sebelum datang. Infeksi yang melibatkan vertebra dapat menyebabkan nyeri punggung, nyeri tekan titik,
fleksi atau ekstensi terbatas atau terkadang perubahan kelengkungan tulang belakang (6). Rasa sakit dapat diperburuk
dengan melakukan aktivitas seperti duduk, berdiri, atau berjalan.
Pada osteomielitis panggul,
ilium merupakan tulang yang
paling sering terkena dan dapat menyebabkan nyeri. Infeksi yang melibatkan sacroiliac joint dapat
memperburuk nyeri yang terlokalisasi pada sacroiliac sehingga
menyebabkan torsi panggul (10). Infeksi pada tulang ekstremitas bawah dapat menyebabkan pasien biasanya tidak dapat menahan
berat badan atau terlihat pincang. Anak-anak dengan osteomielitis
panggul mampu menahan berat badan sampai tingkat tertentu tetapi dapat juga menujukkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung (6). Secara keseluruhan, ciri khas osteomielitis
selain adanya demam atau tanda-tanda
inflamasi sistemik yaitu nyeri lokal
dan penurunan fungsi (10).
����������� Osteomielitis
pada neonatus dengan artritis septik sendi yang berdekatan dengan infeksi metafisis, dapat muncul gejala dan tanda yang terkait dengan infeksi sendi seperti nyeri
tekan lokal, pembengkakan kapsular sinovial, nyeri dan penurunan range of motion dengan
manipulasi pasif dari ekstremitas yang terinfeksi, dan pseudoparesis akibat kurangnya menggerakkan anggota tubuh yang terkena (10).
Pemeriksaan Laboratorium
����������� Pada pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan leukositosis, trombositosis, C-reactive protein (CRP) meningkat dalam 48 jam setelah onset dan erithrocyte
sedimentation rate (ESR) meningkat setelah 3 hingga 5 hari (1). Peningkatan ESR hanya meningkat selama hari-hari pertama OHA karena protein inflamasi serum
yang digunakan pada ESR adalah
fibrinogen yang memiliki masa sirkulasi
sekitar 4 hari (10). Jumlah sel darah
putih perifer dapat meningkat, namun dapat juga normal (6,8). Pemeriksaan ini bisa saja terjadi
hasil positif palsu, sehingga perlu dikombinasikan dengan metode pemeriksaan
lainnya untuk dilakukan konfirmasi diagnosis (1).
Kultur
Pemeriksaan kultur dapat dilakukan untuk mendeteksi organisme penyebab OHA (3). Pemeriksaan ini diambil dari lesi
tulang serta darah atau cairan
sendi. Pemberian antibiotik harus didasarkan pada kultur tulang
yang diambil pada saat debridement
atau biopsi tulang. Sebelum pengambilan sampel, pasien dengan OHA yang sudah mengonsumsi antibiotik empiris harus dihentikan setidaknya selama 3 hari untuk menghindari
bias (2).
Pemeriksaan Radiologis
����������� �Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yaitu foto polos, USG dan magnetic resonance imaging (MRI).
Pemeriksaan foto polos tidak terlalu membantu
pada tahap awal OHA. Namun, sebagian besar ahli merekomendasikan
pemeriksaan foto polos untuk mengevaluasi penyebab alternatif nyeri muskuloskeletal seperti fraktur dan tumor tulang (6,8).
Gambar 2.
Gambar radiografi yang menggambarkan daerah tulang panjang dan perubahan tulang akibat osteomielitis S.
aureus di humerus kanan distal pada bayi berusia 12 bulan (10). |
����������� Pasien dengan OHA biasanya terlihat pada anak kecil dan secara klinis ditandai dengan timbulnya keluhan yang cepat setelah kontak dengan organisme piogenik. Lokalisasi khas
OHA adalah metafisis tibia
dan femur, melalui transphyseal
nutrient vessels, menyebar ke
fisis, epifisis, dan sendi jika memungkinkan
(11).
Magnetic reconance imaging (MRI)
merupakan gold standard dalam
diagnosis pencitraan OHA dan berguna
dalam menentukan keterlibatan jaringan lunak atau dapat
membedakan antara infeksi jaringan lunak dan oseomielitis, menggambarkan tulang dan abses jaringan lunak, serta menunjukkan
patologi sendi yang ada seperti efusi
atau sinovitis (6,8,12).
Gambar 3.
Gambar MRI yang menggambarkan
femur sinistra dan edema sumsum yang luas dan peningkatan signifikan periosteum dan jaringan
lunak yang berdekatan
(femur dextra) akibat S.
aureus di femur distal dextra pada bayi barusia 26 bulan (10) |
�
����������� Kriteria
MRI untuk diagnosis OHA yaitu
intensitas sinyal rendah pada T1, intensitas sinyal tinggi pada T2/STIR, dan peningkatan subperiosteal dan atau
jaringan lunak dan abses setelah pemberian
kontras (11).
Pembengkakan juxtaarticular tissue dan penebalan
periosteal awal muncul pada
1-3 hari dan akan menjadi erosi kortikal
dalam 2-4 minggu dapat dilihat pada pemeriksaan ultrasonografi (USG).
USG juga dapat mendeteksi efusi sendi simpatetik
atau peradangan yang terjadi secara bersaman pada juxtaarticular
tissue (6,8).
Gambar 4.
Gambar USG Doppler yang menggambarkan
infiltrasi dari subkutan, hiperemia dan pengumpulan cairan subkutan (panah) (11). |
Tatalaksana
Bedah
����������� Intervensi
bedah atau debridement
tulang yang terinfeksi dan abses dapat� dilakukan
pada pasien OHA dengan
sepsis atau memiliki infeksi progresif cepat, status klinis yang buruk, atau temuan
pencitraan yang menunjukkan
abses atau kumpulan cairan yang dinilai tidak mungkin
membaik atau sembuh dengan terapi
medis. Pada pasien dengan OHA yang secara klinis stabil tetapi
dengan abses substansial di atas 2 cm disarankan dilakukan debridement.
Tujuan dilakukan pembedahan yaitu untuk debridement semua jaringan mati dan devitalisasi dengan menciptakan kondisi jaringan lunak yang optimal di sekitar area yang terinfeksi.
Fraktur patologis dapat terjadi setelah dilakukan tindakan ini sehingga diperlukan
penggunaan alat bantu dan terapi fisik. Pembatasan aktivitas diperlukan selama periode penyembuhan dan regenerasi tulang (13).
Medikamentosa
����������� Pada anak-anak
dengan OHA, perlu dilakukan pemilihan rejimen antibiotik definitif didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan agen yang efektif terhadap patogen yang diidentifikasi, dengan spektrum tersempit, profil efek samping
rendah, dan toleransi host
yang paling baik. Sedangkan
pada anak-anak dengan suspek OHA tanpa penyebab bakteri yang teriidentifikasi, pemilihan rejimen antibiotik definitif harus didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan agen yang efektif berdasarkan organisme penyebab yang paling memungkinkan, dengan spektrum yang sebanding dengan pasien menunjukkan
perbaikan klinis dan laboratorium, dan dengan profil efek samping
terendah dan toleransi host
yang paling baik (13).
����������� Terapi OHA
pada anak-anak biasanya dimulai dengan rute parenteral lalu beralih ke terapi
oral bila memungkinkan. Terapi biasanya diberikan dengan durasi 3 minggu (14).
Gambar
5
Terapi Empiris OHA Berdasarkan Patogen Penyebab (14).
Prognosis
����������� Prognosis osteomielitis
tergantung pada virulensi organisme yang menginfeksi, imunitas pasien, mekanisme infeksi, dan kondisi komorbiditas pasien (2). Prognosis
OHA secara umum yaitu sangat baik untuk sebagian besar anak-anak, kecuali jika dikaitkan
dengan sepsis atau komorbiditas pasien dan mortalitas OHA rendah (6). Namun, tingkat morbiditas osteomielitis dapat tampak signifikan
dan mungkin termasuk termasuk penyebaran lokal ke jaringan
lunak dan sendi (2).
Komplikasi
����������� OHA akibat
MRSA dapat menyebabkan beberapa penyakit yang lebih rumit dibandingkan
OHA akibat Methicillin-Sensitive Staphylococcus
aureus (MSSA) atau organisme
selain Staphylococcus aureus. Keterlambatan dalam diagnosis OHA
dan inisiasi pengobatan
yang tidak tepat dapat menyebabkan morbiditas yang berpotensi memperberat komplikasi seperti sepsis, infeksi kronis, gangguan pertumbuhan tulang longitudinal,
dan deformitas angular (3).
Kesimpulan
����������� Osteomielitis
hematogen akut (OHA) merupakan infeksi pada tulang dengan durasi
gejala kurang dari 2 minggu. Mikroorganisme penyebab tersering yaitu Staphylococcus
aureus. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
temuan klinis setelah menyingkirkan diagnosis
banding lainnya. Tatalaksana
dapat didasarkan pada temuan klinis. Tatalaksana OHA diantaranya bedah dan terapi medikamentosa. Bedah dilakukan berdasarkan temuan klinis yang ditemukan. Terapi medikamentosa didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan antibiotik.
BIBLIOGRAFI
1. ������ Theola J, Suryoadji KA, Yudianto VR.
Osteomielitis : Diagnosis, Tata Laksana Bedah, dan Medikamentosa. Progr
Stud Pendidik Dokter, Fak Kedokt Univ Indones Jakarta, Indones.
2021;48(11):341�4.
2. ������ Rawung R, Moningkey C. Osteomyelitis: A
Literature Review. J Biomedik. 2019;11(2):69�79.
3. ������ Thakolkaran N, Shetty A. Acute
hematogenous osteomyelitis in children. Ochsner J. 2019;19(2):116�22.
4. ������ Popescu B, Tevanov I, Carp M, Ulici A.
Acute hematogenous osteomyelitis in pediatric patients: epidemiology and risk
factors of a poor outcome. J Int Med Res. 2020;48(4):1�9.
5. ������ Chiappini E, Camposampiero C, Lazzeri S,
Indolfi G, De Martino M, Galli L. Epidemiology and management of acute
haematogenous osteomyelitis in a tertiary paediatric center. Int J Environ Res Public
Health. 2017;14(5):1�11.
6. ������ Chase McNeil J. Acute hematogenous
osteomyelitis in children: Clinical presentation and management. Infect Drug
Resist. 2020;13:4459�73.
7. ������ Whyte NSB, Bielski RJ. Acute hematogenous
osteomyelitis in children. Pediatr Ann. 2016;45(6):e204�8.
8. ������ Agarwal A, Aggarwal AN. Bone and Joint
Infections in Children: Acute Hematogenous Osteomyelitis. Indian J Pediatr.
2016;83(8):817�24.
9. ������ Adidharma AGB, Asmara AGY, Dusak WS.
Gambaran tatalaksana terapi pasien osteomielitis di Rsup Sanglah April 2015 -
Oktober 2016 : sebuah studi deskriptif. J Chem Inf Model.
2019;53(9):67�74.
10. ���� Conrad DA. Acute hematogenous
osteomyelitis. Pediatr Rev. 2010;31(11):464�71.
11. ���� van Schuppen J, van Doorn MMAC, van Rijn
RR. Childhood osteomyelitis: Imaging characteristics. Insights Imaging.
2012;3(5):519�33.
12. ���� Liwang F, Yuswar PW, Wijaya E, Sanjaya NP.
Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. 5th ed. Liwang F, Wijaya E, Yuswar PW, Sanjaya
NP, editors. Media Aesculapius; 2020.
13. ���� Woods CR, Bradley JS, Chatterjee A, Copley
LA, Robinson J, Kronman MP, et al. Clinical Practice Guideline by the Pediatric
Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America:
2021 Guideline on Diagnosis and Management of Acute Hematogenous Osteomyelitis
in Pediatrics. J Pediatric Infect Dis Soc. 2021;10(8):801�44.
14. ���� Schmitt SK. Osteomyelitis. Infect Dis Clin
North Am. 2017;31(2):325�38.
Copyright
holder: Imelda
Rosniyati Dewi, Andi Wardihan Sinrang, Andi Nilawati Usman, Andi Arsunan
Arsin, Burhanuddin Bahar, Ema Alasiry (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |