Vol. 7, No. 9, September 2022
EVALUASI DISTRICT METER AREA (DMA) ZONA MOJOLANGU DALAM PENURUNAN NON REVENUE WATER (NRW) PERUMDA AIR MINUM TUGU
TIRTA KOTA MALANG
Anwar
Romdloni
Balai Prasarana Permukiman
Wilayah Maluku Utara, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pertumbuhan penduduk di Kota Malang memberikan
dampak peningkatan kebutuhan air minum. Untuk menjamin ketersediaan air minum, Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang berupaya untuk menurunkan Non Revenue
Water (NRW).
Data NRW yang didapatkan dari
neraca air tahunan sebesar 28,57 % yang mengakibatkan
kerugian sebesar 80 milyar per tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji
kondisi DMA dengan tingkat NRW dibawah 25 % di Zona Mojolangu, mengkaji kondisi DMA yang masih tinggi diatas 25 % di Zona Mojolangu, melakukan analisis faktor-faktor penyebab tingginya angka Non Revenue Water (NRW) dan kontinuitas pengaliran air minum yang kurang maksimal pada District Meter Area (DMA) di wilayah
Zona Mojolangu melalui pembuatan neraca air (water
balance) dan simulasi perangkat
lunak EPANET 2.2, melakukan
analisis kelayakan investasi dan biaya operasional DMA di wilayah Zona Mojolangu,
melakukan analisis strategi
dalam peningkatan bagian kehilangan air terhadap penurunan Non Revenue Water (NRW). Metode
secara teknis yaitu pengendalian secara aktif seperti
kegiatan steptest, pencarian kehilangan air komersial, neraca air dan simulasi jaringan distribusi eksisting menggunakan Epanet 2.2 untuk melakukan analisa hidrolik. Metode analisa pembiayaan dengan perhitungan NPV, IRR, BCR, PP. Metode
analisa strategi dalam peningkatan bagian kehilangan air yaitu pengelolaan tekanan, pengendalian secara aktif, kecepatan dan kualitas perbaikan serta manajemen aset. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan pipa HDPE salah
satu upaya menekan kebocoran. DMA dengan NRW diatas 25 % terjadi kebocoran pada saat jam minimum. Penyebab NRW disebabkan konsumsi air tak bermeter 17,28 %, kehilangan air fisik 16,39 % dan kehilangan air non fisik 4,72 %. Biaya operasional dan nilai investasi layak dijalankan dengan NPV yaitu Rp. 9.350.245
> 0, IRR yaitu 10,2 % > Suku
Bunga 7 %, BCR yaitu 2,4 > 1 dan PP yaitu 4 Tahun 3 Bulan. Upaya strategi bagian kelembagaan yaitu pengaturan PRV dengan penurunan tekanan pada jam minimum, kegiatan
steptest dan penulusuran secara rutin dengan
prioritas NRW, memenuhi
target realisasi dengan memperhatikan kualitas perbaikan hingga selesai flushing, peningkatan
pengelolaan aset.
Kata kunci: DMA, NRW, Zona Mojolangu
Abstract
Population growth in
Malang city has an impact on increasing drinking water needs. To ensure the
availability of drinking water, the Tirta Tugu Air Minum Perumda of Malang City is trying to reduce Non Revenue Water (NRW) which is water loss coupled with
official consumption of no-legal based on the water balance by the
International Water Association. NRW data obtained from the annual water
balance of 28,57 % resulted in a loss of 80 billion per year. The purpose of
this study is to examine the condition of DMA with NRW levels below 25 % in the
Mojolangu Zone, review the condition of DMA which is
still high above 25 % in the Mojolangu Zone, conduct
an analysis of the factors causing high non-revenue water (NRW) and continuity
of drinking water flow that is less than optimal in the District Meter Area
(DMA) in the Mojolangu Zone area through the creation
of water balance and EPANET software simulation 2.2, conducting an analysis of
the feasibility of investment and operational costs of DMA in the Mojolangu Zone area, conducting a strategy analysis in
optimizing the work team of the water loss section against the decline of Non Revenue Water (NRW). Technical methods such as active
control such as steptest activities, commercial water
loss search, water balance and simulation of existing distribution networks use
Epanet 2.2 to perform hydraulic analysis. Method of
financing analysis with calculations of NPV, IRR, BCR, PP. Methods of strategy
analysis in improving the water loss part are pressure management, active
control, speed and quality improvement and asset management.
The result of this study
is the use of HDPE pipes one of the efforts to prevent leakage. DMA with NRW
above 25% on average there is a leak during minimum hours. The average
component causing NRW is caused by 17,28% unmetered water consumption, 16,39%
physical water loss and 4,72% non-physical water loss. Operating costs and
investment value are worth running with NPV which is Rp. 9.350.245 > 0, IRR
is 10,2 % > interest rate of 7 %, BCR which is 2,4>1 and PP is 4 years 3
month. Institutional strategy efforts are PRV arrangements with pressure
reduction at minimum hours, steptest and smoothing
activities regularly with NRW priorities, meet the realization target by paying
attention to the quality of improvement until completion of flushing, improving
asset management.
Keywords: DMA, NRW, Mojolangu Zone
Pendahuluan
Kehilangan air merupakan
salah satu komponen dalam Non Revenue Water (NRW) yang menjadi permasalahan PDAM (Suryawan,
2019) dan (Taini
& Purnomo, 2017). Sedangkan
NRW merupakan kehilangan
air ditambah dengan konsumsi resmi tak berekening berdasarkan neraca air oleh Asosiasi Air Internasional (International
Water Association / IWA) (Mu�min,
2020). Saat
ini tingkat kehilangan air Perumda Air Minum Kota Malang sesuai dengan buku kinerja BUMD Air Minum
Tahun 2020 sebesar
15,93% dibawah target nasional
adalah sebesar 25% pada tahun 2024 yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Meskipun tingkat kehilangan air sudah rendah, akan tetapi
data NRW yang didapatkan dari
neraca air tahunan Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang sebesar 28,57% yang mengakibatkan
kehilangan pendapatan (Perumda
Tugu Tirta Kota Malang, 2021) (Dwinugroho,
Masduqi, & Ahyar, 2022).
Jika dilakukan
perhitungan, peluang pendapatan yang hilang diakibatkan oleh Non Revenue
Water (NRW) berdasarkan pada biaya
harga air saat itu sebesar (Rp 5.769 per m3),
sedangkan produksi
48.388.026 m3 per tahun, sehingga mengalami biaya kerugian sebesar 80 miliar dalam setahun. Besarnya nilai biaya kerugian karena NRW tersebut merupakan motivasi yang luar biasa dibalik
mengapa perlu dilakukan upaya - upaya menurunkan tingkat NRW. Di samping itu, manfaat menurunkan
NRW dapat menambah volume
air sehingga dapat menambah cakupan pelayanan, menambah pendapatan dan menurunkan biaya operasional perusahaan (Perumda
Tugu Tirta Kota Malang, 2021) (Lolon
& SUNARYO, 2017).
Upaya penurunan
NRW melalui pengendalian secara aktif merupakan
salah satu pilar strategi yang terdapat
dalam pengendalian kebocoran (Romdloni,
Ahyar, & Soedjono, 2021) dengan melakukan
pendeteksian kebocoran melalui pengukuran aliran dan tekanan yang sistematik, serta pemodelan DMA dengan pembagian jaringan kedalam zona-zona hidrolis kecil berdasarkan wilayah yang dilakukan pengukuran secara terus menerus
terhadap pengaliran dan tekanan. Tujuan pembentukan DMA adalah penurunan waktu ketidakpedulian terhadap kebocoran, memprioritaskan aktivitas deteksi kebocoran dan suatu dasar yang sangat baik untuk manajemen tekanan (Laila
Febrina, Julfi Restu Amelia, Soecahyadi, & Ira Mulyawati, 2020).
Perumda Air Minum
Tugu Tirta Kota Malang memiliki 19 Zona yang terdiri dari 260 DMA, dalam penelitian ini akan mengevaluasi penerapan DMA di salah satu Zona yaitu Zona Mojolangu sebagai salah satu upaya untuk penurunan
NRW. Alasan pemilihan Zona Mojolangu adalah terdapat DMA yang tingkat Non
Revenue Water (NRW) dibawah 25% bertujuan untuk memperoleh best practice dalam
pembentukan DMA sehingga didapatkan variabel-variabel yang
digunakan dalam menurunkan NRW pada DMA dengan tingkat NRW terendah yang dapat diaplikasikan dalam menaikan kinerja DMA sebagai upaya penurunan NRW yang masih tinggi diatas
25% (Perumda
Tugu Tirta Kota Malang, 2021). Oleh karena itu
diperlukan sebuah kajian aspek teknis
dan aspek pembiayaan untuk mengetahui kelayakan dari implementasi suatu sistem DMA yang ada, selain itu perlu
dilakukan pula kajian dalam aspek kelembagaan.
Metode Penelitian
Alur penelitian
ini dengan memilih DMA dengan tingkat NRW terendah yang dibawah 25% dan DMA dengan NRW diatas 25%. Tujuan dari pemilihan DMA dengan NRW terendah adalah untuk mengkaji
kondisi DMA dalam implementasi DMA sehingga didapatkan best practice. Dengan
mendapatkan best practice DMA maka akan didapatkan
variabel - variabel yang digunakan dalam menurunkan NRW sehingga dapat diaplikasikan untuk menaikan kinerja DMA sebagai upaya penurunan NRW yang masih tinggi diatas
25% (Indrawati,
2018). Berikut data awal
yang didapatkan dari water
balance induk DMA periode
Januari Tahun 2021 untuk mengetahui tingkat NRW yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Water Balance Meter Induk DMA Periode Januari Tahun 2021
Lokasi |
Service DMA |
Pelanggan |
NRW |
||
m3 |
% |
m3/day |
|||
Zona Mojolangu |
|||||
Jl. Taman Borobudur |
Mojo 2B |
2.184 |
23.794 |
40 |
768 |
Tandon Mojolangu 2 |
Mojo 2 |
4.460 |
15.516 |
17 |
501 |
Jl. Candi Mendut |
Mojo 1F, 1F-A, 1F-C |
1.151 |
12.236 |
39 |
395 |
Jl. Simpang Borobudur (Waing) |
Mojo 2B4 |
497 |
6.936 |
45 |
224 |
Jl. Tombro Lapangan |
Mojo 3E |
502 |
3.852 |
32 |
124 |
Jl. Kendalsari |
Mojo 1B |
1.117 |
3.202 |
15 |
103 |
Jl. Sukarno Hatta (Tambal Ban) |
Mojo 1D |
360 |
3.103 |
28 |
100 |
Jl. Simpang Candi Mendut |
Mojo 1F |
1.004 |
2.503 |
13 |
81 |
Jl. Sukarno Hatta (Krida Budaya) |
Mojo 1E |
35 |
395 |
38 |
13 |
Jl. Tombro Polowijen |
Mojo 3D |
921 |
146 |
1 |
5 |
Kemudian menganalisis
faktor-faktor penyebab tingginya angka Non Revenue Water (NRW) dan kontinuitas pengaliran air minum yang kurang maksimal pada District Meter Area (DMA) di wilayah
Zona Mojolangu dengan neraca air, metode pencarian kehilangan air menggunakan step test, melakukan pencarian commercial losses, dan menganalisis
hidrolika dengan simulasi perangkat lunak Epanet 2.2.
Kemudian dilakukan
kelayakan investasi DMA di
wilayah Zona Mojolangu meliputi
biaya operasional, internal
rate of return (IRR), net present value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan
payback period (PP).
Dalam upaya
penurunan NRW juga diperlukan
peranan kelembagaan dengan menganalisis peningkatan terhadap penurunan
NRW sehingga dapat berjalan dengan maksimal (Rambe,
Rajagukguk, & Habib, 2021).
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Penelitian NRW di DMA dirata-ratakan selama Bulan Januari - Agustus
2021.
�
Gambar 1. Rata
- Rata Prosentase NRW
Dari prosentase NRW pada Gambar 1 didapatkan Mojo 1E tertinggi tingkat NRW dalam prosentase. Akan tetapi
volume NRW yang terbagi kehilangan air dan konsumsi resmi tak berekening pada Gambar 2 didapatkan Mojo 1E
menjadi terendah, dikarenakan pengaruh dari jumlah sambungan rumah yang dapat
dilihat pada Tabel 2.
Gambar 2. Rata
- Rata Volume NRW
Tabel 2 Jumlah
Sambungan Rumah
DMA |
Jumlah Sambungan Rumah |
|
1 |
Mojo 2B |
2.183 |
2 |
Mojo 1F, 1F-A, 1F-C |
1.154 |
3 |
Mojo 2B4 |
497 |
4 |
Mojo 3E |
503 |
5 |
Mojo 1D |
361 |
6 |
Mojo 1E |
24 |
7 |
Mojo 3D |
931 |
Maka dari kondisi tersebut dilakukan seleksi kriteria DMA
dengan perbandingan jumlah sambungan rumah 500 - 2000 SR. Berikut Tabel 3 yang memenuhi kriteria DMA berdasarkan jumlah sambungan rumah (SR).
Tabel 3. DMA
yang memenuhi kriteria
DMA |
Jumlah Sambungan Rumah |
|
1 |
Mojo 1F, 1F-A, 1F-C |
1.154 |
2 |
Mojo 2B4 |
497 |
3 |
Mojo 3E |
503 |
4 |
Mojo 3D |
931 |
Berikut adalah panjang pipa pada masing-masing diameter (�) pipa yang
dapat dilihat pada Tabel 4 dan jenis pipa pada Tabel 5.
Tabel 4. Panjang
Pipa
DMA |
Panjang Pipa (m) |
||||||
� 250 mm |
� 200 mm |
� 150 mm |
� 100 mm |
� 75 mm |
� 50 mm |
||
1 |
Mojo 2B |
1.154,82 |
1.585,38 |
1.511,23 |
1.658,32 |
1.828,66 |
16.228,6 |
2 |
Mojo 1F, 1F-A, 1 F-C |
|
12,84 |
905,46 |
275,98 |
2.281,55 |
9.649,55 |
3 |
Mojo 2B4 |
|
605,53 |
|
727,33 |
547,49 |
3.737,31 |
4 |
Mojo 3E |
|
|
|
1.247,38 |
827,99 |
3.348,5 |
5 |
Mojo 1D |
|
604,19 |
|
856,33 |
549,33 |
2.333,89 |
6 |
Mojo 1E |
|
|
|
161,36 |
232,5 |
350,34 |
7 |
Mojo 3D |
|
|
|
2.275,46 |
417,65 |
7.159,8 |
Jumlah |
1.154,82 |
2.807,94 |
2.416,69 |
7.202,16 |
6.685,17 |
42.807,99 |
Tabel 5. Jenis
Pipa
DMA |
Jenis Pipa |
||||||
� 250 mm |
� 200 mm |
� 150 mm |
� 100 mm |
� 75 mm |
� 50 Mm |
||
1 |
Mojo 2B |
HDPE |
PVC |
PVC |
PVC |
PVC |
PVC |
2 |
Mojo 1F, 1F-A, 1 F-C |
|
PVC |
PVC |
PVC |
PVC |
PVC |
3 |
Mojo 2B4 |
|
PVC |
|
PVC |
PVC |
PVC |
4 |
Mojo 3E |
|
|
|
PVC |
PVC |
PVC |
5 |
Mojo 1D |
|
HDPE |
|
PVC |
PVC |
PVC |
6 |
Mojo 1E |
|
|
|
PVC |
PVC |
PVC |
7 |
Mojo 3D |
|
|
|
PVC |
HDPE |
HDPE |
Berikut adalah rekapitulasi panjang pipa pada masing-masing DMA dan volume
kehilangan air fisik yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi
Panjang Pipa dan Volume Kehilangan Air Fisik
DMA |
Jumlah Panjang Pipa (m) |
Volume Kehilangan Air Fisik (m3) |
|
1 |
Mojo 2B |
23.967 |
19.546 |
2 |
Mojo 1F, 1F-A, 1 F-C |
13.125 |
11.562 |
3 |
Mojo 2B4 |
5.618 |
5.040 |
4 |
Mojo 3E |
5.424 |
3.085 |
5 |
Mojo 1D |
4.344 |
2.678 |
6 |
Mojo 1E |
744 |
484 |
7 |
Mojo 3D |
9.853 |
1.293 |
Berdasarkan data panjang pipa dan diameter pipa diatas,
kemudian dilakukan seleksi DMA yang berdasarkan handbook teknik
penanggulangan kehilangan air yaitu kondisi panjang pipa dianjurkan antara
3000 - 8000 meter dan diameter pipa < 200 mm untuk pipa sekunder dan tersier (Cipta Karya, 2018). Berikut Tabel 7 yang memenuhi kriteria DMA berdasarkan panjang pipa dan
diameter pipa.
Tabel 7. Kriteria
DMA berdasarkan panjang
pipa dan diameter pipa
DMA |
Jumlah Panjang Pipa (m) |
Maksimal Diameter Pipa |
|
1 |
Mojo 3E |
5.424 |
100 |
Selain dari
kehilangan volume air akibat fisik, berikut adalah rekapitulasi penggantian
meter air terkait kehilangan air komersial dalam masing-masing DMA yang dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Penggantian Meter Air terkait
Kehilangan Air Komersial
DMA |
Grand Total |
Penggantian Meter Air per SR |
Volume Air Komersial (m3) |
|
1 |
Mojo 2B |
63 |
0,04 |
786 |
2 |
Mojo 1F, 1F-A, 1 F-C |
49 |
0,04 |
532 |
3 |
Mojo 2B4 |
6 |
0,01 |
65 |
4 |
Mojo 3E |
6 |
0,01 |
39 |
5 |
Mojo 1D |
12 |
0,03 |
94 |
6 |
Mojo 1E |
2 |
0,05 |
25 |
7 |
Mojo 3D |
48 |
0,05 |
68 |
B. Pembahasan
1. Penggantian Meter Air
Dari data
Perumda yang didapatkan bahwa pada kehilangan air komersial terkait penggantian
meter berpengaruh terhadap NRW, semakin banyak penggantian meter air maka akan
membuat NRW menjadi rendah. Dalam rangka untuk mencari kebocoran pipa dilakukan pencarian
kebocoran secara aktif / Active Leakage Control (ALC) dengan metode
steptest yaitu teknik untuk mencari teknik��
untuk�� mencari lokasi atau area
dengan jumlah kehilangan air terbesar dalam DMA.
2. Kondisi Hidrolis
Data fluktuasi
konsumsi air menjadi sangat
penting karena kapasitas sistem harus mencukupi kebutuhan
air pada saat jam puncak (Erianik, dkk., 2020). Berdasarkan fluktuasi pemakaian
air cukup banyak diwaktu malam hari dikarenakan pelanggan air di DMA Mojo 3E
sebagian besar ruko yang banyak menampung air di malam hari dan pemakaian air
lebih banyak pada siang hari.
Kemudian dilakukan pemodelan Epanet 2.2 dengan mengacu pada peta jaringan pipa, berikut peta DMA Mojo 3D yang dapat dilihat pada Gambar 3.
�
Gambar 3. Peta
Jaringan Pipa DMA Mojo 3D
Dari peta jaringan Gambar 3, kemudian dilakukan simulasi Epanet 2.2 pada Gambar 4. Hasil simulasi hidrolik menggunakan perangkat lunak Epanet 2.2 diantaranya adalah tekanan di titik-titik tertentu dan kecepatan aliran dalam masing-masing pipa. Pada sistem pengaliran air distribusi harus memperhatikan kriteria teknis dengan standar tekanan dan kecepatan aliran air dalam pipa yang tertera dalam Tabel Kriteria Pipa Distribusi pada Tabel 9.
Gambar 4. Hasil Simulasi
Epanet 2.2 DMA Mojo 3D
Tabel 9. Hasil Simulasi dengan Standar Kriteria
No |
Uraian |
Kriteria |
Hasil Simulasi |
1 |
Kecepatan aliran air dalam Pipa PVC atau ACP |
0,3 - 0,6 m/det
(Vmin) 3,0 - 4,5 m/det
(Vmax) |
0,35 � 0,78
m/det |
2 |
Tekanan air dalam pipa a) Tekanan minimum b) Tekanan maksimum - Pipa PVC atau ACP - Pipa PE 100 - Pipa PE 80 |
(0,5 - 1,0) atm, pada titik jangkauan pelayanan
terjauh. 6 - 8 atm 12,4 MPa 9,0 MPa |
1 atm, pada titik jangkauan pelayanan terjauh. 3 atm (Pipa PE 50) |
Selanjutnya untuk DMA dengan tingkat NRW diatas 25 % yang berada di 6 DMA akan ditinjau grafik fluktuasi konsumsi air dan tekanan seluruh DMA dan dilakukan simulasi Epanet 2.2.
3.
Kegiatan Steptest
Teknis pelaksanaan
steptest adalah dengan memantau debit inlet DMA yang akan di steptest untuk
merekam aliran air, kemudian valve di setiap ruas DMA ditutup secara sistematik
dan berurutan berdasarkan isian blanko steptest. Didapatkan indikasi kebocoran
pada DMA Mojo 1D yang dapat
dilihat pada Gambar 5 dengan kategori bocor sedang hingga tinggi berada pada jenis
pipa PVC, sedangkan untuk kategori bocor rendah berada pada jenis pipa HDPE.
Gambar 5.
Blanko Isian Steptest DMA Mojo 1D
4.
Faktor Penyebab
NRW di Zona Mojolangu
Data
neraca air yang dilihat pada
Tabel 10 didapatkan dari water balance DMA antara
lain debit inlet, konsumsi air berekening,
debit NRW dan rincian komponen
lainnya dilakukan pendekatan terhadap prosentase neraca air tahun 2020. Sehingga data neraca air DMA ini adalah tidak data sebenarnya kondisi lapangan karena keterbatasan pengumpulan data
pada masing - masing DMA.
Tabel 10 Neraca
Air Konsolidasi
No |
DMA |
Kehilangan Air |
Konsumsi Resmi
Tak Berekening (m3) |
Berekening (m3) |
|
Fisik (m3) |
Non Fisik (m3) |
||||
1 |
Mojo 2B |
19.546 |
1.432 |
5.237 |
32.830 |
2 |
Mojo 1F, 1F-A, 1F-C |
11.562 |
887 |
3.243 |
18.472 |
3 |
Mojo 2B4 |
5.040 |
385 |
1.410 |
8.077 |
4 |
Mojo 3E |
3.085 |
149 |
545 |
8.010 |
5 |
Mojo 1D |
2.678 |
127 |
463 |
7.112 |
6 |
Mojo 1E |
484 |
53 |
195 |
504 |
7 |
Mojo 3D |
1.293 |
16,52 |
60,44 |
12.598 |
Dapat disimpulkan beberapa
faktor - faktor penyebab NRW dari ketiga komponen yaitu kehilangan air fisik, non fisik dan konsumsi resmi tak berekening yang dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut.
Tabel 11. Faktor
- Faktor penyebab NRW
Kehilangan Air Fisik |
Kehilangan Air Non Fisik |
Konsumsi Resmi
Tak Berekening |
|
Konsumsi Bermeter
Tak Berekening |
Konsumsi Tak
Bermeter Tak Berekening |
||
Aksesoris rusak |
Meter rusak |
Reduksi |
Ganti meter |
Aksesoris pecah |
Meter dengan golongan tidak sesuai |
Kompensasi Kota Batu |
Proyek jaringan pipa |
Packing atau karet rusak |
Meter macet |
Kompensasi Kabupaten Wendit |
Flushing kualitas air |
Pipa Keropos |
|
Kompensasi DLH SU 1 |
Cop bocor |
Pipa pecah |
|
Gor Ken Arok Bantuan Tangki |
Buka kembali |
Berikut total komponen
konsumsi resmi tak berekening yang dihitung berdasarkan prosentase neraca air tahun 2020 yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Konsumsi
Resmi Tak Berekening
Konsumsi Resmi
Tak Berekening |
|
Konsumsi Bermeter
Tak Berekening |
Konsumsi Tak
Bermeter Tak Berekening |
Reduksi = 951 m3 |
Ganti meter = 51 m3 |
Kompensasi Kota Batu = 4808 m3 |
Proyek jaringan pipa = 639 m3 |
Kompensasi Kab.Wendit = 3106 m3 |
Flushing kualitas air = 695 m3 |
Kompensasi DLH SU 1 = 23 m3 |
Cop bocor = 20 m3 |
Gor Ken Arok Bantuan Tangki = 9 m3 |
Buka kembali = 853 m3 |
Total = 11. 154 m3 |
Berikut rekapitulasi
dalam bentuk prosentase komponen penyebab NRW pada masing-masing DMA yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 6 Prosentase
Komponen Penyebab NRW
5.
Pembiayaan
Diperoleh
volume air yang terselamatkan (m3) per tahunnya yang dapat dilihat
pada Tabel 13
dari menghitung prosentase penurunan Non Revenue Water (NRW) dengan
asumsi penurunan kehilangan air. Kemudian
dilakukan rekapitulasi air yang terselamatkan (m3) per tahun dengan
dikalikan tarif rata-rata, didapatkan pendapatan yang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 13. Volume air yang terselamatkan per tahun
No |
DMA |
Air yang Terselamatkan
(m3) Tahun Ke- |
|||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
||
1 |
Mojo 2B |
839 |
996 |
1.180 |
1.311 |
1.442 |
1.573 |
1.704 |
1.835 |
1.966 |
786 |
2 |
Mojo 1F, 1F-A, 1F-C |
502 |
596 |
706 |
785 |
863 |
942 |
1.020 |
1.098 |
1.177 |
1.255 |
3 |
Mojo 2B4 |
219 |
260 |
308 |
342 |
376 |
410 |
444 |
478 |
513 |
205 |
4 |
Mojo 3E |
121 |
144 |
170 |
189 |
113 |
113 |
113 |
113 |
113 |
19 |
5 |
Mojo 1D |
105 |
124 |
147 |
98 |
98 |
98 |
98 |
98 |
16 |
16 |
6 |
Mojo 1E |
23 |
26 |
33 |
37 |
40 |
44 |
48 |
51 |
55 |
59 |
7 |
Mojo 3D |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
7 |
Tabel 14. Rekapitulasi
Volume Air yang Terselamatkan per Tahun
Tahun Ke- |
Air yang Terselamatkan
(m3) |
Tarif Rata - Rata (Rp) |
Pendapatan Per Tahun (Rp) |
1 |
21.786 |
5.769 |
125.685.104 |
2 |
25.829 |
5.769 |
149.010.094 |
3 |
30.604 |
5.769 |
176.552.082 |
4 |
33.211 |
5.769 |
191.592.081 |
5 |
35.272 |
5.769 |
203.484.500 |
6 |
38.241 |
5.769 |
220.609.517 |
7 |
41.209 |
5.769 |
237.734.534 |
8 |
44.177 |
5.769 |
254.859.550 |
9 |
46.166 |
5.769 |
266.329.289 |
10 |
28.170 |
5.769 |
162.513.422 |
Kemudian dilakukan perhitungan kelayakan investasi terhadap biaya operasional didasarkan pada umur proyek 10 tahun dengan asumsi nilai suku bunga sebesar 7 % per Tahun yang dapat dilihat pada Tabel 15 sebagai berikut.
Tabel 15. Perhitungan
PV
Tahun Ke- |
Total Biaya (Cost) (Rp) |
Keuntungan (Benefit) (Rp) |
Benefit � Cost (Rp) |
DF (i=7%) |
PV (Rp) |
0 |
122.648.295 |
- |
-122.648.295 |
1.00 |
-122.648.295
|
1 |
53.270.789 |
125.685.104 |
72.414.315 |
0.93 |
�67.676.930 |
2 |
53.270.789 |
149.010.094 |
95.739.305 |
0.87 |
�83.622.417 |
3 |
53.270.789 |
176.552.082 |
123.281.293 |
0.82 |
�100.634.258 |
4 |
53.270.789 |
191.592.081 |
138.321.292 |
0.76 |
�105.524.652 |
5 |
112.976.789 |
203.484.500 |
90.507.711 |
0.71 |
�64.530.747 |
6 |
53.270.789 |
220.609.517 |
167.338.728 |
0.67 |
�111.504.860 |
7 |
53.270.789 |
237.734.534 |
184.463.745 |
0.62 |
�114.874.749 |
8 |
53.270.789 |
254.859.550 |
201.588.761 |
0.58 |
�117.326.495 |
9 |
53.270.789 |
266.329.289 |
213.058.500 |
0.54 |
�115.889.707 |
10 |
112.976.789 |
162.513.422 |
49.536.633 |
0.51 |
�25.181.912 |
∑ |
774.768.185 |
1.988.370.173 |
1.213.601.987 |
|
�784.118.431 |
Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) sebagai berikut:
Total Nilai Investasi = Rp. 774.768.185
Total PV = Rp. 784.118.431
NPV = Rp. 9.350.245 > 0
Hasil perhitungan IRR menggunakan metode trial and error akan dijabarkan Tabel 16.
Tabel 16. Perhitungan
IRR
Tahun Ke- |
Benefit � Cost (Rp) |
Faktor Diskonto 15% |
NPV (Rp) |
Faktor Diskonto 10% |
NPV (Rp) |
1 |
72.414.315 |
1.150 |
�62.968.970 |
1.100 |
�65.831.196 |
2 |
95.739.305 |
1.323 |
�72.392.669 |
1.210 |
�79.123.393 |
3 |
123.281.293 |
1.521 |
�81.059.451 |
1.331 |
�92.623.060 |
4 |
138.321.292 |
1.749 |
�79.085.648 |
1.464 |
�94.475.304 |
5 |
90.507.711 |
2.011 |
�44.998.328 |
1.611 |
�56.198.167 |
6 |
167.338.728 |
2.313 |
�72.345.150 |
1.772 |
�94.458.349 |
7 |
184.463.745 |
2.660 |
�69.346.754 |
1.949 |
�94.659.068 |
8 |
201.588.761 |
3.059 |
�65.899.724 |
2.144 |
�94.042.645 |
9 |
213.058.500 |
3.518 |
�60.564.523 |
2.358 |
�90.357.602 |
10 |
49.536.633 |
4.046 |
�12.244.698 |
2.594 |
�19.098.517 |
∑ NPV |
620.905.915 |
|
780.867.301 |
||
∑ Biaya |
774.768.185 |
|
774.768.185 |
||
NPV |
-153.862.271
|
|
�6.099.115 |
Karena nilai NPV yang diperoleh positif dan negatif, maka dihitung interpolasi antar Faktor Diskonto agar tercapai NPV = 0. Dari perhitungan tersebut diperoleh:
r1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV+ = 10%
r2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV- = 15%
NPV1 = NPV bernilai positif = 6.099.115
NPV2 = NPV bernilai negatif = -153.862.271
Maka IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu investasi dapat diterima apabila IRR lebih besar daripada suku bunga bank yang ditentukan. Apabila tingkat suku bunga sebesar 7 %, maka investasi dapat diterima.
Analisis kelayakan kegiatan penurunan NRW menggunakan metode analisis Benefit Cost Ratio (BCR) yaitu membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima. Perhitungan ini menggunakan asumsi nilai suku bunga 7% per tahun. Berikut perhitungan BCR yang dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Perhitungan nilai BCR
Tahun Ke- |
Total Biaya (Cost) (Rp) |
DF (i=7%) |
C.DF (Rp) |
Keuntungan (Benefit) (Rp) |
B.DF (Rp) |
0 |
122.648.295 |
1.00 |
�122.648.295 |
- |
- |
1 |
53.270.789 |
0.93 |
�49.785.784 |
125.685.104 |
�117.462.714 |
2 |
53.270.789 |
0.87 |
�46.528.770 |
149.010.094 |
�130.151.187 |
3 |
53.270.789 |
0.82 |
�43.484.832 |
176.552.082 |
�144.119.090 |
4 |
53.270.789 |
0.76 |
�40.640.030 |
191.592.081 |
�146.164.681 |
5 |
112.976.789 |
0.71 |
�80.550.889 |
203.484.500 |
�145.081.636 |
6 |
53.270.789 |
0.67 |
�35.496.576 |
220.609.517 |
�147.001.436 |
7 |
53.270.789 |
0.62 |
�33.174.370 |
237.734.534 |
�148.049.119 |
8 |
53.270.789 |
0.58 |
�31.004.084 |
254.859.550 |
�148.330.579 |
9 |
53.270.789 |
0.54 |
�28.975.780 |
266.329.289 |
�144.865.487 |
10 |
112.976.789 |
0.51 |
�57.431.671 |
162.513.422 |
�82.613.583 |
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Benefit Cost Rasio (BCR) sebesar 2,4 lebih dari 1, artinya proyek layak untuk dibangun. Berikut perhitungan PP dengan menggunakan rumus:
Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa nilai Payback Period (PP) sebesar
4 Tahun 3 Bulan kurang dari umur ekonomis proyek selama 10 Tahun,
artinya proyek layak untuk dibangun.
Berdasarkan
hasil dan pembahasan mengenai analisis pembiayaan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Perhitungan analisis pembiayaan terkait kelayakan investasi terhadap biaya operasional selama umur proyek 10 Tahun. Dari hasil perhitungan��������������������������� Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 9.350.245 menunjukkan bahwa NPV > 0 maka proyek untuk penurunan NRW layak untuk dijalankan. Hasil Perhitungan IRR diperoleh sebesar 10,2 % > 7 % (suku bunga), maka investasi dapat diterima. Hasil perhitungan Benefit Cost Rasio (BCR) diperoleh sebesar 2,4 > 1, artinya proyek layak untuk dibangun. Hasil perhitungan Payback Period (PP) diperoleh sebesar 4 Tahun 3 Bulan < 10 Tahun (umur proyek), artinya proyek layak untuk dibangun.
6.
Kelembagaan
Analisis faktor strategis dalam bagian kehilangan air ini terbagi menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dapat dilihat pada Tabel 18 dan Tabel 18.
Tabel 18. Analisis Faktor Strategis
No |
Kondisi Internal (Kekuatan dan Kelemahan) |
Bobot Pengaruh |
Probabilitas |
Nilai |
Kekuatan (Strenghs) |
||||
1 |
Adanya peta digital / Geographic Information System (GIS) |
4 |
0.7 |
2.8 |
2 |
Dukungan aplikasi Pengelolaan Aset SPAM (PASPAM) |
4 |
0.8 |
3.2 |
3 |
Kesiapan dalam inventarisasi manajemen aset |
4 |
0.7 |
2.8 |
4 |
Kesiapan instrumen SCADA untuk monitoring dan kontrol SPAM |
5 |
0.8 |
4.0 |
5 |
Kesiapan personil / SDM |
3 |
0.7 |
2.1 |
Jumlah
Nilai Kekuatan |
20 |
|
14.9 |
|
Kelemahan (Weaknesses) |
||||
1 |
Dokumen penunjang aset seperti spesifikasi teknis pabrik belum ada di sistem informasi manajemen aset |
3 |
0.7 |
2.1 |
2 |
Belum terintegrasinya aspek keuangan dan manajemen aset |
4 |
0.7 |
2.8 |
3 |
Kegiatan manajemen aset belum dianggap hal penting oleh bagian lain |
5 |
0.8 |
4.0 |
4 |
Pencatatan aset yang baru dalam aplikasi PASPAM belum tertib |
4 |
0.8 |
3.2 |
5 |
Aset di lapangan berbeda dengan aplikasi PASPAM |
4 |
0.8 |
3.2 |
Jumlah
Nilai Kelemahan |
20 |
|
15.3 |
|
Selisih antara jumlah
nilai kekuatan dengan kelemahan |
-0.4 |
Tabel 19. Analisis
Faktor Strategis Lanjutan
No |
Kondisi Eksternal (Peluang dan Tantangan) |
Bobot Pengaruh |
Probabilitas |
Nilai |
Peluang (Opportunities) |
||||
1 |
Adanya dukungan Pemda dalam penyertaan modal setiap tahun |
4 |
0.8 |
3.2 |
2 |
Akses kontrol aset dapat dilakukan secara online dan realtime |
5 |
0.8 |
4.0 |
3 |
Mempermudah perencanaan bisnis perusahaan dalam pengelolaan aset |
3 |
0.7 |
2.1 |
Jumlah
Nilai Peluang |
12 |
|
9.3 |
|
Ancaman (Threats) |
||||
1 |
Kerusakan aset disebabkan cuaca dan serangga |
4 |
0.8 |
3.2 |
2 |
Pelebaran jalan oleh instansi lain, membuat aset sulit ditelusuri (khususnya pipa dan aksesoris) |
4 |
0.7 |
2.8 |
3 |
Kegagalan aset |
4 |
0.7 |
2.1 |
Jumlah
Nilai Ancaman |
12 |
|
8.1 |
|
Selisih antara jumlah
nilai peluang dengan ancaman |
1.2 |
Peluang (+)
Kuadran III Kuadran II Kuadran IV Kuadran I 1.2 - 0.4 Kelemahan
(-) Kekuatan (+) Ancaman (-)
Gambar 7.
Diagram Kuadran Strategi
Kondisi berada posisi di kuadran III merupakan posisi
stabilisasi. Strategi yang dapat diterapkan yaitu meminimalisir kelemahan dan
memanfaatkan peluang dengan melakukan stabilisasi.
Tabel 20. Matriks SWOT
��������������������� ��Internal ����� Eksternal |
Kekuatan
(S) |
Kelemahan
(W) |
1.
Adanya peta digital
/� Geographic Information System
(GIS) 2.
Dukungan aplikasi
Pengelolaan Aset SPAM (PASPAM) 3.
Kesiapan dalam
inventarisasi manajemen aset 4.
Kesiapan instrumen
SCADA untuk monitoring dan kontrol SPAM 5.
Kesiapan personil / SDM |
1.
Dokumen penunjang aset
seperti spesifikasi teknis pabrik belum ada di sistem informasi manajemen
aset 2.
Belum terintegrasinya
aspek keuangan dan manajemen aset 3.
Kegiatan manajemen aset
belum dianggap hal penting oleh bagian lain 4.
Pencatatan aset yang
baru dalam aplikasi PASPAM belum tertib 5.
Aset di lapangan
berbeda dengan aplikasi PASPAM |
|
Peluang
(O) |
Strategi
SO |
Strategi
WO |
1.
Adanya dukungan Pemda
dalam penyertaan modal setiap tahun 2.
Akses kontrol aset
dapat dilakukan secara online dan realtime 3.
Mempermudah perencanaan
bisnis perusahaan dalam pengelolaan aset |
1.
Integrasi antara PASPAM
dengan SCADA agar aset dapat dikontrol secara online dan realtime 2.
Pengembangan sistem
informasi PASPAM dalam proses manajemen aset 3.
Peningkatan dalam
pengelolaan inventarisasi manajemen aset 4.
Peningkatan kompetensi
SDM dalam pelaksanaan manajemen aset |
1.
Integrasi antara PASPAM
dengan SCADA agar aset dapat dikontrol secara online dan realtime 2.
Pengembangan sistem informasi� PASPAM sehingga dapat terintegrasi seluruh
aset yang ada 3.
Peningkatan koordinasi
dengan antar bagian dalam pelaksanaan pengelolaan aset |
Ancaman
(T) |
Strategi
ST |
Strategi
WT |
1.
Kerusakan aset
disebabkan pencurian aset, perubahan cuaca dan serangga 2.
Pelebaran jalan oleh
instansi lain, membuat aset sulit ditelusuri (khususnya pipa dan aksesoris) 3.
Kegagalan aset |
1.
Integrasi antara PASPAM
dengan SCADA agar kondisi aset dapat dimonitoring secara realtime
sehingga dapat meminimalisir kegagalan aset 2.
Koordinasi dengan
instansi lain terkait inventarisasi aset |
1.
Peningkatan keamanan
aset di lapangan 2.
Meningkatkan koordinasi
dengan instansi lain dalam inventarisasi aset 3.
Meningkatkan ketertiban
dalam pencatatan aset dengan adanya sanksi yang dapat mempengaruhi� kinerja pegawai |
Berdasarkan pemetaan diagram kuadran maka konsep strategi yang digunakan
adalah strategi WO (Weaknesses � Opportunities). Strategi yang
dapat dilakukan dalam peningkatan manajemen aset sebagai berikut:
1.
Integrasi
antara PASPAM dengan SCADA.
Manfaat dari strategi ini yaitu:
a.
Aset
dapat dikelola dan dikontrol secara online dan real-time;
b.
Sebagai
upaya cepat tanggap ketika terjadi anomali pada aset;
c.
Mendeteksi
aset ketika terjadi pencurian maupun perusakkan aset dilapangan;
d.
Meminimalisir
kegagalan aset.
2.
Pengembangan
sistem informasi PASPAM sehingga dapat terintegrasi seluruh aset yang ada.
Manfaat dari strategi ini yaitu:
a.
Dapat
mengetahui nilai ekonomis dari aset sehingga dapat memberikan informasi terkait
umur rencana aset dan penyusutan nilai aset;
b.
Mengetahui
performa aset;
c.
Mengetahui
resiko aset melalui analisia resiko;
d.
Mempermudah
perencanaan bisnis perusahaan dalam pengelolaan aset.
3.
Peningkatan
koordinasi antar bagian dalam pelaksanaan pengelolaan aset. Manfaat dari
strategi ini yaitu:
a.
Aset di
lapangan yang tercatat dapat sesuai dengan di aplikasi PASPAM;
b.
Meminimalisir
kesalahan dalam update data;
c.
Dapat
memudahkan dalam inventarisasi aset.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap aspek teknis, aspek pembiayaan dan aspek kelembagaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Salah
satu keberhasilan dalam meminimalisir kebocoran pada DMA Mojo 3D yang menjadi best
practice dengan tingkat NRW terendah yaitu dengan penggunaan Jenis Pipa
HDPE pada pipa pelayanan dengan diameter 75 mm dan 50 mm, tekanan pada jam
minimum mengalami penurunan.
2. DMA
dengan tingkat NRW diatas 25% diperoleh rata - rata kebocoran akibat pipa pada
saat jam minimum dikarenakan masih terdapat kenaikan tekanan, dimana dengan
tingginya tekanan mengakibatkan bertambah besar kebocoran. Berdasarkan hasil
dari simulasi Epanet 2.2 yang bertekanan tinggi pada DMA Mojo (1F, 1F-A, 1F-C)
dapat ditambahkan alternatif pembuatan titik tapping sehingga dapat
menyeimbangkan tekanan dalam rangka penurunan kebocoran. Dalam upaya
mengendalikan kebocoran dilakukan kegiatan steptest secara rutin
diprioritaskan. Pada DMA Mojo 3E dan 1D diperoleh indikasi kebocoran dengan
kategori sedang hingga tinggi terdapat pada jalur pipa PVC dan kategori rendah
pada jalur pipa HDPE. Sehingga jenis pipa HDPE lebih handal daripada PVC dalam
menekan angka kebocoran.
3. Faktor
Penyebab NRW terbagi menjadi Konsumsi Resmi Tak Berekening sebesar 17,28 %
(11.154 m3), Kehilangan Air Fisik sebesar 16,39 % (43.687 m3),
Kehilangan Air Non Fisik sebesar 4,72 % (3.049 m3). Perhitungan
neraca air DMA dilakukan dengan pendekatan prosentase neraca air tahun 2020
Perumda Tugu Tirta Kota Malang. Setelah dihitung neraca air dilakukan survei
pencarian kebocoran, berikut adalah jenis temuan kegiatan monitoring antara
lain ditemukan kebocoran fisik pada pipa SR saat kegiatan steptest, ditemukan
kebocoran saat penelusuran, meter macet saat survei pemakaian nol dan golongan
tidak sesuai saat survei pemakaian melonjak.
4. Perhitungan
analisis pembiayaan terkait kelayakan investasi terhadap biaya operasional
selama umur proyek 10 Tahun. Dari hasil perhitungan��������������������������� Net Present Value
(NPV) sebesar Rp. 9.350.245 menunjukkan bahwa NPV > 0 maka proyek untuk
penurunan NRW layak untuk dijalankan. Hasil Perhitungan IRR diperoleh sebesar
10,2 % > 7 % (suku bunga), maka investasi dapat diterima. Hasil perhitungan
Benefit Cost Rasio (BCR) diperoleh sebesar 2,4 > 1, artinya proyek layak
untuk dibangun. Hasil perhitungan Payback Period (PP) diperoleh sebesar 4 Tahun
3 Bulan < 10 Tahun (umur proyek), artinya proyek layak untuk dibangun.
5. Dalam
upaya peningkatan bagian kelembagaan kehilangan air dalam penurunan
NRW ditentukan langkah strategi yaitu: Integrasi Pengelolaan Aset Sistem
Penyediaan Air Minum (PASPAM) dengan SCADA, Pengembangan
sistem informasi aset PASPAM, Peningkatan koordinasi antar bagian dalam
pelaksanaan pengelolaan aset.
BIBLIOGRAFI
Dwinugroho, Fajar, Masduqi, Ali, &
Ahyar, Agus. (2022). Analisis Indikator Kinerja Kehilangan Air Perumda Tugu
Tirta Kota Malang Menggunakan Metode Infrastructure Leakage Index (ILI). Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(1), 1079�1092.
Indrawati, Reski. (2018). Efektivitas
Mendengarkan Musik Relaksasi Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Akademik
Siswa SMA Negeri 3 Gowa dan SMA 1 Lappariaja sebelum Menghadapi Ujian.
Universitas Negeri Makassar.
Laila Febrina, Laila, Julfi Restu Amelia,
Julfi, Soecahyadi, Soecahyadi, & Ira Mulyawati, Ira. (2020). PPDM
ECOSAVVA DESA NANGGERANG KECAMATAN TAJURHALANG BOGOR.
Lolon, Antonius, & SUNARYO, Broto.
(2017). Kajian Penilaian Kinerja PDAM Kota Palangka Raya. Jurnal Pembangunan
Dan Wilayah Kota, 269�285.
Mu�min, Muhammad Ali. (2020). Penurunan
Kehilangan Air Pada Perumahan Di Sistem Distribusi Cikokol Dengan Metode Neraca
Air-Water Loss Reduction In Housing at Cikokol Distribustion System With Water
Balannce Method. Jurnal Teknik, 9(2).
Perumda Tugu Tirta Kota Malang. (2021).
Laporan Water Balance Tahunan Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang.
Rambe, Nurhamimah, Rajagukguk, Kiki
Pratama, & Habib, Mustafa. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Bisnis
Pendidikan Non-Formal Dan Strategi Beradaptasi Diera New Normal. Jurnal
Sintaksis, 3(2), 34�43.
Romdloni, Anwar, Ahyar, Agus, &
Soedjono, Eddy S. (2021). Studi Kehilangan Air Fisik dan Kehilangan Air
Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Malang). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 6(2), 1189�1201.
Suryawan, Ida Bagus Gede. (2019). Analisa
Kehilangan Air (Non Revenued Water) Pada Jaringan Sistem Penyediaan Air Minum
(Spam) Studi Kasus Kecamatan Mengwi. Universitas Ngurah Rai.
Taini, Iis Puspitasari, & Purnomo,
Alfan. (2017). Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari
Cabang Pohara). Jurnal Teknik ITS, 6(2), F355�F360.
Copyright holder: Anwar Romdloni (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |