Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 9, September 2022

 

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PERSONAL TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA NEGERI 3 MERAUKE

 

Sara Jayanti1, Triyana Sari2

1 Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta, Indonesia

2 Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat dan tidak terganggu yang berkaitan dengan reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Keputihan adalah cairan yang mengalir dari vagina, dan bukan darah. Data SKRRI tahun 2018 membuktikan bahwa wanita berusia 15-24 tahun menderita keputihan, meningkat 70% setiap tahunnya, dengan sebanyak 50% remaja mengalami keputihan. Minimnya pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja wanita di Indonesia mengenai higenitas daerah kewanitaan merupakan faktor pencetus terjadinya keputihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi SMAN 3 Merauke. Responden dalam penelitian ini 184 orang dalam kelompok usia 15-19 tahun. Desain penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik cross sectional. Pengambilan sampel dengan pengisian kuesioner pada 184 siswi. Hasil penelitian terdapat 22 siswi (12%) memiliki pengetahuan kurang dan 162 siswi (88%) memiliki pengetahuan baik. Pada sikap didapatkan 10 orang (5,4%) memiliki sikap kurang serta 174 orang (94,6%) memiliki sikap baik. Pada perilaku didapatkan 23 orang (12,5%) memiliki perilaku kurang serta 161 orang (87,5%) memiliki perilaku baik. Terdapat 25 responden (13,6%) mengalami keputihan tidak normal serta 159 responden (86,4%) mengalami keputihan normal. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan menjaga kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan (p = 0,003). Ada hubungan bermakna antara sikap menjaga kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan (p = <0,001). Ada hubungan bermakna antara perilaku menjaga kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan (p = <0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku menjaga kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi SMAN 3 Merauke.

 

Kata Kunci: Keputihan, Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Kesehatan Reproduksi

 

Abstract

Reproductive health is a healthy and undisturbed state related to reproduction and its functions and processes. Vaginal discharge is fluid that flows from the vagina, and not blood. SKRRI data in 2018 proves that women aged 15-24 years suffer from vaginal discharge, an increase of 70% each year, with as many as 50% of adolescents experiencing vaginal discharge. The lack of knowledge, attitudes, and behavior of young women in Indonesia regarding feminine hygiene is a trigger factor for vaginal discharge. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge, attitudes, and behavior about reproductive health with the incidence of vaginal discharge in female students of SMAN 3 Merauke. Respondents in this study 184 people in the age group 15-19 years. The research design used was observational analytic cross sectional. Sampling by filling out a questionnaire on 184 students. The results showed that 22 students (12%) had poor knowledge and 162 students (88%) had good knowledge. In attitude, it was found that 10 people (5.4%) had a poor attitude and 174 people (94.6%) had a good attitude. In behavior, 23 people (12.5%) had poor behavior and 161 people (87.5%) had good behavior. There were 25 respondents (13.6%) experienced abnormal vaginal discharge and 159 respondents (86.4%) experienced normal vaginal discharge. There is a significant relationship between knowledge of maintaining reproductive health with the incidence of vaginal discharge (p = 0.003). There was a significant relationship between the attitude of maintaining reproductive health with the incidence of vaginal discharge (p = <0.001). There is a significant relationship between the behavior of maintaining reproductive health with the incidence of vaginal discharge (p = <0.001). The conclusion of this study is that there is a relationship between knowledge, attitudes, and behavior in maintaining reproductive health with the incidence of vaginal discharge in female students of SMAN 3 Merauke.

 

Keywords: Vaginal discharge, Knowledge, Attitude, Behavior, Reproductive Health

 

Pendahuluan

Masa remaja ialah fase di mana individu mengalami perkembangan serta pertumbuhan yang sangat cepat mencakup tubuh, psikis, dan kemampuan dalam menalar dan merencanakan sesuatu. Standar remaja menurut WHO adalah individu yang berusia 10 hingga 19 tahun, namun standar remaja apabila mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 adalah individu yang mencapai rentang usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan standar remaja apabila mengacu pada definisi dari BKKBN adalah yang mencapai usia 10 hingga 24 tahun serta belum menikah di usia tersebut.1

Kondisi sejahtera fisik yang komprehensif mencakup kesejahteraan dalam aspek kehidupan sosial, psikologis, hingga fisik, di mana kesejahteraan tersebut di dalamnya juga mencakup aspek kesehatan atau kekurangan terkait sistem reproduksi, proses, serta peranannya merupakan pengertian dari kesehatan reproduksi (WHO).2 Masalah kesehatan reproduksi paling sensitif pada wanita daripada pria. Pasalnya, dilihat dari sisi anatomisnya, wanita lebih rentan terhadap infeksi eksternal dikarenakan posisi dari organ reproduksinya dekat terhadap posisi anus. Maka dari itu, bagi wanita, masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah yang serius.3

Fluor Albus (keputihan) diartikan sebagai cairan yang mengalir dari vagina, dengan konsistensi, warna, bau yang bervariasi dan bukan darah.4 Hampir semua wanita pernah mengalami kejadian keputihan dan mereka menganggap hal tersebut adalah hal yang normal, padahal keputihan bisa menjadi pertanda penyakit yang harus diobati dan merupakan masalah kedua setelah masalah menstruasi. Negara beriklim tropis memiliki potensi yang besar terhadap timbulnya kejadian keputihan, karena jamur mudah tumbuh pada tempat yang lembab, termasuk di Indonesia.

Bersumber dari data SKRRI tahun 2018 membuktikan bahwa wanita berusia 15 sampai dengan 24 tahun menderita keputihan, meningkat 70% setiap tahunnya, dengan sebanyak 50% remaja mengalami keputihan.5 Yang berarti remaja wanita memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami keputihan. Prevalensi keputihan yang dialami oleh wanita Indonesia adalah sebesar 75%, di mana wanita pada persentase tersebut setidaknya mengalami minimal sekali keputihan dalam hidupnya, namun sebanyak 45% wanita Indonesia mengalami lebih dari sekali keputihan dalam hidupnya.6

Banyak wanita di Indonesia yang belum mengetahui atau tidak mengerti mengenai keputihan, di samping itu rasa malu atau takut sehingga menganggap keputihan sebagai hal yang biasa seringkali membuat wanita takut untuk memeriksakan diri ke dokter. Sedangkan, keputihan merupakan masalah serius, karena jika tidak cepat ditangani, akan mengakibatkan masalah yang lebih serius seperti kemandulan, kehamilan di luar kandungan, bahkan juga merupakan gejala awal kanker serviks yang memicu kematian jika tidak diatasi sejak dini.7 Munculnya masalah ini diakibatkan oleh perilaku kebersihan yang kurang tepat atau menggunakan cairan berbahan kimia yang berlebihan. Mimimnya pengetahuan dan sikap remaja wanita di Indonesia mengenai higenitas daerah kewanitaan merupakan faktor pencetus terjadinya keputihan, seperti buruknya perilaku buang air kecil dan besar, memakai celana ketat dan berbahan nilon sehingga tidak menyerap keringat, menggunakan sabun pewangi, salah arah saat membilas vagina, jarang mengganti celana dalam dan pembalut saat menstruasi.3

Berdasarkan hal tersebut merupakan alasan peneliti untuk mengatahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku personal tentang kesehatan reproduksi terhadap kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 3 Merauke.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain cross sectional dilakukan pada 184 responden yang memenuhi kriteria inklusi di SMA Negeri 3 Merauke pada bulan Januari 2022. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data dari kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden. Analisis data yang digunakan yaitu dengan uji statistik chi-squere.

 

Hasil Dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian didapatkan dari 184 responden siswi di SMAN 3 Merauke, paling banyak berusia 16 tahun yaitu 79 orang (42,9%), diikuti oleh responden berusia 15 tahun berjumlah 50 orang (27,2%), 17 tahun berjumlah 45 orang (24,5%), 18 tahun berjumlah 9 orang (4,9%) dan pada usia 19 tahun berjumlah 1 orang (0,5%). Kemudian pengetahuan tentang kesehatan resproduksi didapatkan 22 siswi (12%) dengan pengetahuan kurang dan 162 siswi (88%) memiliki pengetahuan baik. Pada sikap responden tentang kesehatan reproduksi didapatkan 10 orang (5,4%) memiliki sikap kurang dan sebanyak 174 orang (94,6%) memiliki sikap baik. Selain itu, perilaku responden tentang kesehatan reproduksi didapatkan 23 orang (12,5%) memiliki perilaku kurang dan sebanyak 161 orang (87,5%) memiliki perilaku baik. Kemudian terdapat 25 orang (13,6%) mengalami keputihan tidak normal dan 159 orang (86,4%) mengalami keputihan normal.

Tabel 1. Sebaran Karakteristik Responden

Karakteristik

Frekuensi

Persentase

Usia

 

 

15 tahun

50

27,2%

16 tahun

79

42,9%

17 tahun

45

24,5%

18 tahun

9

4,9%

19 tahun

1

0,5%

Pengetahuan

 

 

Kurang

22

12%

Baik

162

88%

Sikap

 

 

Kurang

10

5,4%

Baik

174

94,6%

Perilaku

 

 

Kurang

23

12,5%

Baik

161

87,5 %

Keputihan

 

 

Tidak Normal

25

13,6%

Normal

159

86,4%

 

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Kejadian Keputihan

Pada penelitian ini, dari data yang diperoleh dilakukan analisis bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil didapatkan p value 0,003 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan menjaga kesehatan reproduksi terhadap kejadian keputihan.Siswi yang memiliki pengetahuan kurang memiliki risiko 3,6 kali lebih besar untuk mengalami keputihan yang tidak normal daripada siswi yang memiliki pengetahuan baik. (Tabel.2)

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan menjaga Kesehatan Reproduksi terhadap Kejadian Keputihan

Pengetahuan

Keputihan

Nilai p

RP

Tidak Normal

Normal

Kurang

8 (36,4%)

14 (63,6%)

0,003

3,6

Baik

17 (10,5%)

145 (89,5%)

 

Berdasarkan data yang diperoleh, karena tidak memenuhi persyaratan uji Chi Squere, maka dilakukan analisis bivariat dengan uji Fisher Exact. Hasil didapatkan p value <0,001 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap menjaga kesehatan reproduksi terhadap kejadian keputihan.Siswi dengan sikap kurang 11,1 kali lebih besar mengalami keputihan yang tidak normal daripada siswi dengan sikap baik. (Tabel.3)

Tabel 3. Hubungan Sikap Menjaga Kesehatan Reproduksi terhadap Kejadian Keputihan

Sikap

Keputihan

Nilai P

RP

Tidak Normal

Normal

Kurang

10 (100%)

0 (0,0%)

<0,001

11,1

Baik

15 (8,6%)

159 (91,4%)

 

Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil didapatkan p value <0,001 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku menjaga kesehatan reproduksi terhadap kejadian keputihan.Siswi yang memiliki perilaku kurang 19,5 kali lebih besar mengalami keputihan yang tidak normal daripada siswi dengan perilaku baik. (Tabel. 4).

 

Tabel 4

Hubungan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi terhadap Kejadian Keputihan

Perilaku

Keputihan

Nilai p

RP

Tidak Normal

Normal

Kurang

18 (78,3%)

5 (21,7%)

<0,001

19,5

Baik

7 (4,3%)

154 (95,7%)

 

Pembahasan

Pengetahuan menjaga Kesehatan Reproduksi pada Siswi SMAN 3 Merauke

Pada penelitian ini didapatkan dari 184 siswi terdapat siswi yang berpengetahuan kurang ialah 22 orang (12%), serta siswi yang berpengetahuan baik ialah 162 orang (88%) (Tabel 1). Hasil tersebut menandakan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan baik dalam memelihara kesehatan organ reproduksi. Studi ini sejalan dengan Nurul et. al (2018) menunjukkan sebanyak 57,8% responden memiliki pengetahuan yang baik.10 Studi lain oleh Lisa Auliani et. al (2021) mengemukakan mayoritas responden memiliki pengetahuan baik, dilihat dari 146 responden memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 101 responden (69,2%).11 Hal ini dikarenakan sebelumnya siswi sudah mendapat informasi atau edukasi yang didapat dari orang tua memiliki peranan sangat penting sebagai sumber informasi pertama bagi anaknya, internet, dan pelajaran di sekolah. Pengetahuan dan pemahaman yang baik melahirkan sikap dan perilaku yang positif juga.

Sikap menjaga Kesehatan Reproduksi pada Siswi SMAN 3 Merauke

Pada penelitian ini didapatkan dari 184 siswi terdapat siswi yang memiliki sikap kurang yaitu 10 orang (5,4%). Selanjutnya, siswi yang memiliki sikap baik berjumlah 174 orang (94,6%). (Tabel 1). Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan mayoritas siswi memiliki sikap baik dalam memelihara kesehatan organ reproduksi. Studi ini sejalan dengan Hendrika et.al (2018) memperlihatkan sebagian besar sikap remaja putri adalah sikap baik yaitu sebanyak 28 responden (66,7%).12 Studi lain juga oleh Halimah et.al (2017) menunjukkan mayoritas responden mempunyai sikap baik sebanyak 33 siswi (66%).13

Perilaku menjaga Kesehatan Reproduksi pada Siswi SMAN 3 Merauke

Pada penelitian ini didapatkan, dari 184 siswi terdapat siswi yang berperilaku kurang yaitu 23 orang (12,5%) serta 161 orang (87,5%) siswi dengan perilaku baik. (Tabel 1). Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan mayoritas siswi memiliki perilaku yang baik dalam merawat kesehatan organ reproduksi. Studi ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ika (2019), sebagian besar remaja putri menunjukkan perilaku baik terhadap kebersihan genitalia berjumlah 43 orang (72,9%).14

Kejadian Keputihan pada Siswi SMAN 3 Merauke

Pada penelitian ini didapatkan, dari 184 siswi terdapat siswi yang menderita keputihan tidak normal yakni 25 orang (13,6%) dan siswi yang keputihannya normal berjumlah 159 orang (86,4%). (Tabel 1). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswi mengalami keputihan normal. Hal ini sesuai dengan studi Eka et. al (2015) didapatkan mayortas remaja putri mengalami keputihan normal sebanyak 32 orang (58,2%).15 Studi lain oleh Handriati (2016) ditemukan pada siswi SMP Negeri 3 Sunguminasa Gowa sebagian besar mengalami keputihan normal yaitu sebanyak 90 orang (69,2%).16

Hubungan Pengetahuan menjaga Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Keputihan

Pada penelitian ini didapatkan nilai p=0,003 (p <0,05) artinya ada hubungan antara pengetahuan menjaga kesehatan reproduksi terhadap kejadian keputihan. Terdapat 8 siswi (36,4%) yang berpengetahuan kurang dan mengalami keputihan tidak normal, serta 145 siswi (89,5%) yang memiliki pengetahuan baik dan mengalami keputihan normal. Selain itu didapatkan nilai PR 3,6 yang artinya siswi yang memiliki pengetahuan kurang 3,6 kali lebih besar mengalami keputihan tidak normal daripada siswi yang berpengetahuan baik. (Tabel 2).

Studi ini sejalan dengan Khairina (2019) terdapat 28 responden (27,3%) dengan pengetahuan buruk dan mengalami keputihan tidak normal dengan nilai p=0,001, berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan kejadian keputihan.24 Studi lain oleh Ratih Agustriani (2021) di SMA Muhammadiyah 2 menunjukkan nilai p=0,014, berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan keputihan.17

Terdapat perbedaan pada penelitian Nur Fadhilah Rahmah (2017) menunjukkan hasil didapatkan nilai p = 0,504 (p > 0,05) artinya tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian keputihan. Hal tersebut mungkin dikaitkan dengan responden sebelumnya sudah mempunyai pengetahuan baik tetapi mengalami keputihan tidak normal. Penyebabnya karena pengetahuan responden yang sudah baik namun tidak diterapkan atau tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.8

Hubungan Sikap menjaga Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Keputihan

Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara sikap menjaga kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan dengan nilai p = <0,001 (p <0,05). Terdapat 10 siswi (100%) dengan sikap kurang dan mengalami keputihan tidak normal, serta siswi dengan sikap baik dan mengalami keputihan normal sebanyak 159 orang (91,4%).Selain itu didapatkan nilai PR 11,1 yang artinya siswi yang memiliki sikap kurang 11,1 kali lebih besar mengalami keputihan yang tidak normal daripada siswi yang sikapnya baik. (Tabel 3).

Studi ini sejalan dengan Prili (2021) yang menunjukkan dari 36 remaja putri yang memiliki sikap tidak mendukung atau kurang, hampir seluruh remaja putri (86,1%) mengalami keputihan dengan nilai p = 0,016, artinya ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan.18 Adanya sikap yang buruk dalam menjaga kesehatan organ reproduksi menjadi faktor penyebab terjadinya keputihan. Kesadaran diri yang kurang, minimnya dalam mencari dan melakukan kebersihan diri dan keputihan menyebabkan sikap yang buruk.

Hubungan Perilaku menjaga Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Keputihan

Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi terhadap terjadinya keputihan, dengan nilai p = <0,001 (p < 0,05). Siswi yang memiliki perilaku kurang serta mengalami keputihan tidak normal sebanyak 18 siswi (78,3%) serta siswi dengan perilaku baik yang mengalami keputihan normal sebanyak 154 orang (95,7%).Selain itu didapatkan nilai PR 19,5 yang artinya siswi yang memiliki perilaku kurang 19,5 kali lebih besar mengalami keputihan yang tidak normal daripada siswi yang perilakunya baik. (Tabel 4).

Hal ini sejalan dengan Annissa (2019) menunjukkan responden yang perilaku personal hygienenya buruk (69%) lebih banyak mengalami keputihan patologis daripada responden yang berperilaku personal higiene baik (15,6%) dengan nilai p = <0,001 bermaksud bahwa ada hubungan bermakna antara perilaku dan kejadian keputihan.19 Kebersihan organ reproduksi harus dilakukan untuk menjaga organ kewanitaan tetap bersih. Dengan menggunakan air bersih, membasuh vagina dengan arah yang benar, menggunakan celana dalam berbahan katun yang tidak ketat, tidak menggunakan antiseptik untuk vagina, mencukur rambut kemaluan sebulan sekali dan lainnya. Tentunya dengan perilaku yang baik dalam memelihara kesehatan organ reproduksi akan mencegah terjadinya keputihan yang tidak normal.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan siswi dalam menjaga kesehatan reproduksi didapatkan 22 orang (12%) memiliki pengetahuan kurang dan 162 orang (88%) memiliki pengetahuan baik yang artinya pengetahuan siswi SMAN 3 Merauke terhadap menjaga kesehatan reproduksi sebagian besar sudah baik. Sikap siswi dalam menjaga kesehatan reproduksi didapatkan 10 orang (5,4%) memiliki sikap kurang dan sebanyak 174 orang (94,6%) memiliki sikap baik yang artinya sikap siswi SMAN 3 Merauke terhadap menjaga kesehatan resproduksi sebagian besar sudah baik. Perilaku siswi dalam menjaga kesehatan reproduksi didapatkan 23 orang (12,5%) memiliki perilaku kurang dan sebanyak 161 orang (87,5%) memiliki perilaku baik yang artinya perilaku siswi SMAN 3 Merauke terhadap menjaga kesehatan reproduksi sebagian besar sudah baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi SMAN 3 Merauke yang ditunjukkan dari nilai p = 0,003 (p < 0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi SMAN 3 Merauke ditunjukkan dari nilai p = <0,001 (p < 0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi SMAN 3 Merauke ditunjukkan dari nilai p = <0,001 (p < 0,05).

Saran bagi siswi diharapkan untuk mencari dan mempelajari lebih lagi tentang kesehatan reproduksi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang cara memelihara organ reproduksi sebagai pencegahan terjadinya keputihan tidak normal. Bagi pihak sekolah, diharapkan membuat program kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi dapat melalui penyuluhan, konseling, atau media lainnya seperti poster. Bagi peneliti selanjutnya, Diharapkan lebih mengembangkan peneltian ini dengan faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya keputihan.


 

BIBLIOGRAFI

 

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. InfoDATIN. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015. p. 1�8.

 

Prijatni I, Rahayu S. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 1�203 p.

 

Pawennei RA. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Vaginal Hygiene terhadap Kejadian Fluor Albus Patologis pada Siswi di SMAN 8 Luwu Utara 2020. Repos Unhas. 2020 Oct;1�40. Tersedia di: http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/964

 

Wati SE, Aizah S. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Cara Pencegahan Flour Albus Di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri. J Nusant Med. 2017 Jan 17;2(1):43�52. Tersedia di: https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akper/article/view/11807

 

Amalia N, Yusnia N. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Mengenai Penggunaan Pantyliner dengan Kejadian Keputihan. J Nurs Pract Educ [Internet]. 2021 Dec 2;2(1):61�8. Tersedia di: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/jnpe/article/view/360

 

Sari RP. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri dengan Kejadian Keputihan di Kelas XII SMA Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. J Kesehat Masy. 2012;1�8. Tersedia di: https://adoc.pub/hubungan-pengetahuan-dan-prilaku-remaja-putri-dengan-kejadia.html

 

Ilmiawati H, Kuntoro K. Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri pada Kasus Keputihan. JBK [Internet]. 2017 Sep. 7 [cited 2022 Jul. 6];5(1):43-51. Tersedia di: https://doi.org/10.20473/jbk.v5i1.2016.43-51

 

Rahmah NF. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genital terhadap Kejadian Keputihan pada Santriwati SMAS/MA di PPM Rahmatul Asri Enrekang Tahun 2017. [Makassar]: Universitas Hasanuddin; 2017. Tersedia di: http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YWQzODAzNDc4YjhkMTVhYzdiZTNjY2FlNGVmNDZlNTRmY2UyNDk0MA==.pdf

 

Lubis KZT. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Pondok Pesantren Modern Darul Hikmah. [Medan]: Universitas Sumatera Utara; 2019. Tersedia di: http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/26086

 

Qariati NI, Asrinawaty A. Hubungan Pengetahuan, dan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Pada Santriwati Baru Ponpes Darul Hijrah Banjarbaru. An-Nadaa J Kesehat Masy [Internet]. 2018 Jun 15;5(1). Tersedia di: https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ANN/article/view/1644

 

Auliani L, Kiftia M, Rizkia M. Gambaran Pengetahuan Personal Hygiene Organ Reproduksi Remaja Putri di Aceh Besar. J Ilm Mhs Fak Keperawatan [Internet]. 2021;V(3). Tersedia di: http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/18881

 

Gampu HTH, Onibala F, Kundre R. Hubungan Sikap dan Perilaku Remaja Putridengan Pencegahan Keputihan di SMA N 3 Tahuna Barat Kabupaten Kepulauan Sangihe. e-journal Keperawatan (e-Kp) [Internet]. 2018;6(1). Tersedia di: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/19488/19038

 

Firdaus H, Astutik E. Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Personal Hygiene Organ Genitalia Eksterna Siswi SMP di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017. J Public Heal Res Community Heal Dev [Internet]. 2019 Nov 22;2(1):52. Tersedia di: https://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE/article/view/16252

 

Handayani I. HUubungan Pengetahuan tentang Keputihan Patologis dengan Perilaku Personal Hygiene Genitalia pada Remaja Putri di SMA NEGERI 1 MLATI [Internet]. Universitas �Aisyiyah Yogyakarta; 2019. Tersedia di: http://digilib.unisayogya.ac.id/4602/1/Naskah publikasi ika handayani.pdf

 

Dariani EM. Hubungan Pengetahuan tentang Kebersihan Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Puteri di SMPN 1 Aluh-Aluh Kabupaten Banjar [Internet]. Universitas Sari Mulia Banjarmasin; 2015. Tersedia di: http://repository.unism.ac.id/1191/

 

Hasmawi SH. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene terhadap Kejadian Keputihan pada Remaja Puteri SMP Negeri 3 Sungguminasa Gowa [Internet]. Univrsitas Muhammadiyah Makassar; 2016. Tersedia di: https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/7716-Full_Text.pdf

 

Agustriani R. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Vulva Hygiene Terhadap Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Palembang Tahun 2021 [Internet]. Politeknik Kesehatan Palembang; 2021. Tersedia di: https://repository.poltekkespalembang.ac.id/files/original/c9c688a50b04a5a3c46d8a2f48640f58.pdf

 

Dewi PP. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Kota Bengkulu Tahun 2021 [Internet]. Politeknik Kesehatan Bengkulu; 2021. Tersedia di: http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/585/1/SKRIPSI PRILI PUSPA DEWI.pdf

 

Andriana AYO. Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Santri Putri Pondok Pesantren AN-NAWAWI Purworejo Tahun 2019 [Internet]. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta; 2019. Tersedia di: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2314/1/Bagian Awal.pdf

 

 

 

Copyright holder:

Sara Jayanti1, Triyana Sari2 (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: