Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 9 September 2022

 

DETERMINAN PERILAKU KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA REMAJA SMA DI JAKARTA SELATAN TAHUN 2017 KEJADIAN

 

Rilantias Utami1*, Besral2

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia1, 2

Email: rilantias28@gmail1*, [email protected]2

 

Abstrak

Sayur dan buah merupakan salah satu sumber vitamin, mineral dan serat. Konsumsi sayur dan buah pada remaja sangatlah penting untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif dimasa yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja SMA di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dilakukan selama Maret-April 2017, dengan total sampel 156 siswa. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku konsumsi sayur dan buah dengan preferensi (p = 0,023), dukungan orang tua (p = 0,027) dan ketersediaan sayur dan buah di rumah (p = 0,0001). Terdapat 3 faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja di Jakarta Selatan yaitu, preferensi, dukungan orang tua dan ketersediaan sayur dan buah di rumah. Faktor terkuat yang mempengaruhi perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja adalah ketersediaan sayur dan buah di rumah.

 

Kata Kunci:     Central obesity, metabolic syndrome, urban population, waist circumference.

 

Abstract

Vegetables and fruit are a source of vitamins, minerals and fiber. Consumption of vegetables and fruit in adolescents is very important to prevent degenerative diseases in the future. The purpose of this study was to determine the factors related to the consumption behavior of vegetables and fruit among high school adolescents in South Jakarta. This study used a cross-sectional design, conducted during March-April 2017, with a total sample of 156 students. Based on the results of data analysis, it is known that there is a significant relationship between the behavior of vegetable and fruit consumption with preferences (p = 0.023), parental support (p = 0.027) and the availability of vegetables and fruit at home (p = 0.0001). There are 3 factors related to the behavior of consuming vegetables and fruit in adolescents in South Jakarta, namely preferences, parental support and the availability of vegetables and fruit at home. The strongest factor influencing the behavior of consuming vegetables and fruit in adolescents is the availability of vegetables and fruit at home.

 

Keywords: Central obesity, metabolic syndrome, urban population, waist circumference.

 

Pendahuluan

Sayur dan buah memiliki manfaat bagi tubuh kita antara lain sebagai sumber vitamin, mineral dan serat yang berguna untuk menjaga tubuh agar tetap sehat (Hamidah, 2015). Sayur dan buah juga merupakan sumber zat gizi mikro yang diperlukan untuk metabolisme tubuh diantaranya sebagai zat pengatur dan antibodi. Selain itu konsumsi sayur dan buah juga bermanfaat untuk mengurangi resiko terkena penyakit kronis dan penyakit tidak menular lainnya (Soegeng Santoso, 2014). Konsumsi sayur dan buah di Indonesia adalah salah satu pesan penting dalam Pedoman Gizi Seimbang untuk menuju masyarakat hidup sehat (Kementerian Kesehatan, 2014).

Kurang konsumsi sayur dan buah menjadi salah satu dari tiga faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, stroke, dan penyakit paru obstruktif akut(Riskesdas, 2007). Laporan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sebanyak 19% kanker di saluran pencernaan, 31% penyakit jantung dan 11% penyakit stroke di seluruh dunia yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi sayur dan buah(WHO, 2002).

World Health Organization (WHO) dalam Pedoman Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gram perorang dalam sehari, yang terdiri dari 250 gram sayur dan 150 gram buah. Bagi penduduk Indonesia dianjurkan konsumsi sayur dan buah sebanyak 300-400 gram perorang dalam sehari bagi balita dan anak usia sekolah dan 400-600 gram perorang dalam sehari bagi remaja dan orang dewasa. Jumlah tersebut setara dengan 3-4 porsi sayur dalam satu hari dan konsumsi buah yang baik adalah 2-3 porsi dalam satu hari (Kementerian Kesehatan, 2014).

Konsumsi sayur dan buah di seluruh dunia menunjukkan sebanyak 20-50% dibawah rekomendasi minimal dari WHO(FAO, 2015). Hasil laporan di Amerika Serikat menyebutkan remaja di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas memiliki persentase konsumsi sayur dan buah yang cukup rendah yaitu 33,6% dengan rata-rata asupan buah sebanyak 1 kali/hari dan rata-rata asupan sayur sebanyak 1,3 kali/hari (Centers for Disease Control and Prevention, 2013). Sedangkan di Indonesia menunjukkan, konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia hanya 30,35 dan 34,55 per kapita dalam satu tahun (Priherdityo, 2016).

Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang paling rentan gizi apabila kurang mengonsumsi sayur dan buah (Arisman, 2009). Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang memerlukan kebutuhan gizi yang cukup untuk pertumbuhan dan kematangan manusia. Karena itu remaja memerlukan energid an zat gizi seperti protein, kalsium, seng, zat besi, vitamin dan serat untuk memenuhi kecukupan gizi pada masa pertumbuhan (Lestari, 2013). Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2013, DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi sebesar 94,5% penduduk berusia 10 tahun keatas yang kurang konsumsi sayur dan buah (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013; Riskesdas, 2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian konsumsi sayur dan buah di 4 SMA Jakarta Barat menunjukkan terdapat 92,1% remaja yang kurang konsumsi buah dan 77,1% remaja yang kurang konsusmsi sayur (Bahria & Triyanti, 2010). Sedangkan penelitian lain menunjukkan 42,3% remaja yang mengonsumsi 2-3 porsi buah dan 3-5 porsi sayur dalam sehari(Mandira, 2013). Kurangnya konsumsi sayur dan buah pada masa remaja dapat menyebabkan timbulnya resiko gangguan kesehatan di masa yang akan datang. Kurangnya kosumsi sayur dan buah menjadi salah satu faktor resiko untuk menderita penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, stroke, dan penyakit paru obstruktif akut (Riskesdas, 2007).

Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah di lakukan sebelumnya, rendahnya konsumsi sayur dan buah pada remaja disebabkan karena berbagai faktor yaitu, jenis kelamin, pengetahuan, preferensi, keterpaparan media massa, dukungan orang tua, pengaruh teman sebaya, dan ketersediaan sayur dan buah dirumah

 

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain Cross Sectional atau potong lintang. Studi cross sectional merupakan metode pengumpulan data variabel dependen dan independen penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu Maret sampai Agustus Tahun 2017. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Bakti Mulya 400 dan SMA Muhammadiyah 3. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 156 responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah siswa siswi yang hadir pada saat penelitian sedang berlangsung. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat persentase masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada faktor internal maupun eksternal yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah menggunakan Uji Chi Square. Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan dari faktor independen dengan faktor dependen.

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor perilaku konsumsi sayur dan buah menggunakan kuesioner dan Food Frequency Quetionaire (FFQ) semi kuantitatif. Kuesioner digunakan untuk menggambarkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari umur, jenis kelamin dan preferensi/kesukaan sedangkan faktor eksternal terdiri dari jenis sekolah, dukungan orangtua, pengaruh teman sebaya, paparan media massa, keragaman sayur dan buah di rumah dan di sekolah, sedangkan FFQ semi kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah konsumsi sayur dan buah selama 1 minggu.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang ikut dalam penelitian totalnya adalah 156 responden. Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa perilaku konsumsi sayur dan buah pada siswa-siswi sebagian besar masih termasuk dalam kategori kurang baik (84,1%), dengan responden terbanyak adalah laki-laki (56,1%).

Sebagian besar responden memiliki preferensi yang kurang baik (94,9%). Berdasarkan pengetahuan sebagian responden memiliki pengetahuan yang kurang baik (60,5%). Berdasarkan dukungan orang tua sebagian besar responden mendapatkan dukungan yang kurang baik dari orang tuanya (80,9%). Berdasarkan pengaruh teman sebaya sebagian besar responden mendapat pengaruh yang kurang baik (54,1%). Berdasarkan paparan media massa sebagian besar responden kurang terpapar media massa (56,1%). Berdasarkan ketersediaan sayur dan buah di rumah sebagian besar responden menyatakan jarang tersedia (92,4%).

 

Tabel 1. Hasil Analisis Univariat

Variabel

Kategori

n

%

Konsumsi Sayur dan Buah

Kurang Baik

132

84,1

Baik

25

15,9

Jenis Sekolah

Sekolah 1

78

49,7

Sekolah 2

79

50,3

Jenis Kelamin

Laki-laki

88

56,1

Perempuan

69

43,9

Preferensi

Kurang Baik

149

94,9

Baik

8

5,1

Pengetahuan

Kurang Baik

94

60,5

Baik

62

39,5

Dukungan Orang Tua

Kurang Baik

127

80,9

Baik

30

19,1

Pengaruh Teman Sebaya

Kurang Baik

85

54,1

Baik

72

45,9

Paparan Media Massa

Kurang Terpapar

88

56,1

Terpapar

69

43,9

Ketersediaan Sayur dan Buah Di rumah

Jarang Tersedia

145

92,4

Tersedia

12

7,6

 

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menggunakan tabulasi silang, membuktikkannya dengan menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil dari chi-square (tabel 2) diketahui bahwa nilai signifikan jenis sekolah, jenis kelamin, pengetahuan, pengaruh teman sebaya, dan paparan media massa memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang artinya faktor tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah.

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa preferensi memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Pvalue = 0,023) artinya preferensi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa dukungan orang tua memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Pvalue = 0,027) artinya dukungan orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ketersediaan sayur dan buah dirumah memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Pvalue = 0,0001) artinya keragaman sayur dan buah yang ada di rumah memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah.

 

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Konsumsi

Variabel

Kategori

Konsumsi Sayur dan Buah

Pvalue

OR

Kurang Baik

Baik

n

%

n

%

Jenis Sekolah

Sekolah 1

66

84,6

12

15,4

1,000

1,083

Sekolah 2

66

83,5

13

16,5

Jenis Kelamin

Laki-laki

72

81,8

16

18,2

0,513

0,675

Perempuan

60

87,0

9

13,0

Preferensi

Kurang Baik

128

85,9

21

14,1

0,023

6,095

Baik

4

50,0

4

50,0

Pengetahuan

Kurang Baik

79

83,2

16

16,8

0,825

0,838

Baik

53

85,5

9

14,8

Dukungan  Orang Tua

Kurang Baik

111

87,4

16

12,6

0,027

2,973

Baik

21

70,0

9

30,0

Pengaruh Teman Sebaya

Kurang Baik

74

87,1

11

12,9

0,373

1,624

Baik

58

80,6

14

19,4

Paparan  Media Massa

Kurang Terpapar

71

80,7

17

19,3

0,274

0,548

Terapar

61

88,4

8

11,6

Ketersediaan Sayur dan Buah Di rumah

Jarang Tersedia

128

88,3

17

11,7

0,0001

15,059

Tersedia

4

33,3

8

66,7

 

Tabel 3 adalah Hasil analisis regresi logistik ganda model prediksi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja SMA di Jakarta Selatan.

 

Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat

Variabel

B

Pvalue

OR

95%CI

Preferensi

1,437

0,081

4,206

0,836 - 21,162

Dukungan Orang Tua

0,776

0,150

2,172

0,755 - 6,247

Ketersediaan Sayur dan Buah Di Rumah

2,473

0,000

11,854

3,090 - 45,475

 

Pembahasan

Hasil uji statistik yang dilakukan menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi sayur dan buah (Pvalue 1,000). Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi sayur dan buah disebabkan karena baik laki-laki maupun perempuan memiliki pola konsumsi yang sama. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni, mengatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dan buah dengan jenis kelamin (Asih Anggraeni & Sudiarti, 2018). Meskipun demikian, konsumsi sayur dan buah cenderung lebih banyak pada responden perempuan hal ini dikarena responden laki-laki lebih memiliki hak untuk memilih makanan dan lebih sering makan yang dianggap mengenyangkan padahal memiliki risiko terhadap makanan yang tidak sehat (Asih Anggraeni & Sudiarti, 2018).

Preferensi dalam penelitian ini artinya adalah kebiasaan responden untuk mengonsumsi sayur dan buah yang tersedia di rumah atau di sekolah meskipun sayur dan buah yang tersedia bukan yang disukai. Banyak studi yang menyatakan bahwa rasa adalah alasan utama anak dan remaja untuk tidak suka dan tidak mengonsumsi sayur dan buah (Krølner et al., 2011). Berdasarkan penelitian ini, sebanyak 94,9% responden memiliki preferensi yang kurang baik terhadap sayur dan buah. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai Pvalue sebesar 0,023. Nilai tersebut mengatakan adanya hubungan antara preferensi dengan perilaku konsumsi sayur dan buah. Preferensi sayur dan buah yang kurang baik akan mempengaruhi 6 kali untuk tidak mengonsumsi sayur dan buah. Preferensi akan dipengaruhi oleh rasa, penampilan, teksur, dan aroma dari suatu makanan (Lestari, 2013). Faktor lain yang mempengaruhi preferensi adalah ketersediaan. Seseorang akan mengonumsi sayur dan buah yang tersedia di rumah maupun di sekolah. Jika ketersediaannya kurang, maka paparan seseorang terhadap sayur dan buah akan berkurang, sehingga akan mempengaruhi preferensi dari orang tersebut (Rachman, Mustika, & Kusumawati, 2017).

 Pada hasil penelitian ini menunjukkan responden yang memiliki perilaku yang kurang baik dalam mengonsumsi sayur dan buah ditunjukan para responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik yaitu sebesar 83,2%. Hasil uji statistik menunjukkan tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah (Pvalue 0,825). Tingkat pengetahuan ini bisa mempengaruhi seseorang dalam hal pemilihan makanan. Pada umumnya remaja mengetahui bahwa sayur dan buah baik untuk dikonsumsi, tetapi tidak mengetahui secara spesifik berhubungan dengan Kesehatan (Krølner et al., 2011). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramadhani (Ramadhani & Hidayati, 2017), terdapat kecenderungan dimana tingkat pengetahuan gizi yang tinggi belum tentu diikuti dengan perilaku konsumsi sayur dan buah yang baik. Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Rachman yang menujukkan adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi sayur dan buah (Rachman et al., 2017). Perilaku konsumsi sayur dan buah juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti paparan media massa, dukungan orang tua, pengaruh teman sebaya dan ketersediaan sayur dan buah dirumah maupun di sekolah.

Pada penelitian ini perilaku konsumsi sayur dan buah yang kurang baik dalam mengonsumsi sayur dan buah ditunjukkan pada responden yang mendapatkan dukungan orang tua kurang baik (87,4%). Penelitian ini menunjukkan dukungan orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan konsumsi sayur dan buah (Pvalue 0,027). Responden cenderung 2,9 kali kurang mengonsumsi sayur dan buah apabila mendapat dukungan orang tua yang kurang baik. Anak akan mengonsumsi sayur dan buah bila orangtuanya juga suka mengonsumsi sayur dan buah, sebab perilaku orang tua sebagai pendorong anak untuk mengonsumsi makanan (Pearson, Atkin, Biddle, Gorely, & Edwardson, 2010). Penelitian ini tidak sejalan dengan Bahria yang mengatakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara dukungan orang tua dengan konsumsi sayur dan buahn (Bahria & Triyanti, 2010). Dukungan orang tua mendorong juga tersedianya sayur dan buah di rumah, oleh karena itu dukungan orang tua yang baik akan mendorong ketersedian sayur dan buah yang baik pula.

Pengaruh teman sebaya dapat memberikan dampak yang posited maupun negatif. Apabila pengatuh teman sebaya yang diberikan bersifat positif, maka dampak yang dihasilkan akan bersifat posited, dan begitu pula sebaliknya. Pengaruh itu timbul apabila mereka sedang pergi bersama, berkumpul dan melakukan hal-hal diwaktu luang bersama dengan teman. Teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku konsumsi makan para remaja, termasuk dalam hal konsumsi sayur dan buah. Pengaruh teman sebaya menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan konsumsi sayur dan buah (Pvalue 0,373). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Krolner et al, teman sebaya tidak serta merta mempengaruhi remaja untuk mengonsumsi sayur dan buah, melainkan menjadi tekanan yang kuat untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat juga sebagai faktor utama (Krølner et al., 2011). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Bahria yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku konsumsi sayur dan buah (Bahria & Triyanti, 2010; Lestari, 2013). Tidak adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi sayur dan buah bisa saja disebabkan karena faktor ketersediaan sayur dan buah di sekolah yang kurang dan banyaknya jenis janan yang tidak sehat dan sering dijumpai di lungkungan sekolah seperti makanan ringan, mie goreng, nasi goreng, tahu isi, usus, dan masih banyak jajanan lainnya (Ramadhani & Hidayati, 2017).

Paparan media massa menjadi salah satu pengaruh yang besar terhadap pemilihan makanan dan perilaku konsumsi makan pada remaja (Rasmussen et al., 2006). Iklan menjadi salah satu salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja. Selain menjadi media pemasaran makanan, media massa juga menjadi sarana informasi yang penting sebagai promosi mengenai informasi gizi (Freisling, Haas, & Elmadfa, 2010). Media untuk mendapatkan informasi ada berbagai jenis seperti media elektronik atau media cetak. Media elektronik terdiri dari radio, televisi, internet sedangkan media cetak terdiri dari majalah, koran dan tabloid. Berdasarkan penelitian ini, paparan media massa menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan konsumsi sayur dan buah (Pvalue 0,274). Namun, didalam penelitian ini terdapat kecenderungan konsumsi sayur dan buah yang cukup baik pada responden yang pernah membaca atau mendengar informasi mengenai hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahria yang mengatakan tidak ada hubungan antara paparan media massa dengan konsumsi sayur dan buah (Bahria & Triyanti, 2010). Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachman dan Farisa, yang mengatakan adanya hubungan yang signifikan antara paparan media massa dengan konsumsi sayur dan buah dimana responden yang terpapar media massa lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah (Farisa, 2012; Rachman et al., 2017). Terpaparnya seseorang terhadap suatu informasi maka pengetahuan seseorang pun akan lebih terbuka sehingga pemilihan makanan sehat seperti sayur dan buah menjadi lebih baik (Bahria & Triyanti, 2010).

Ketersediaan sayur dan buah di rumah menunjukkan ada hubungan yan signifikan dengan konsumsi sayur dan buah (Pvalue 0,0001) dan diperoleh nilai OR = 3,188 yang artinya responden yang memiliki ketersediaan sayur dan buah di rumahkurang baikmemiliki peluang 3 kali lebih besar kurang mengonsumsi sayur dan buah dibandingkan dengan responden yang memiliki ketersediaan sayur dan buah di rumahbaik”. Penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dimana hasilnya menujukkan adanya hubungan yang signifikan antara ketersediaan sayur dan buah dirumah dengan konsumsi sayur dan buah pada remaja (Mardiana, Wahyud, & Simbolon, 2017). Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Nurlidyawati menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan sayur dan buah di rumah dengan konsumsi sayur dan buah (Nurlidyawati, 2015). Ketersediaan sayur dan buah di rumah juga di karenakan adanya dukungan orang tua yang baik. Dukungan orang tua terutama ibu menjadi sesuatu yang sangat penting dalam rumah tangga, sehingga dapat mendorong tersedia atau tidaknya sayur dan buah (Ramadhani & Hidayati, 2017).

Berdasarkan uji regresi logistik berganda menunjukkan ketersediaan sayur dan buah di rumah menjadi faktor terkuat yang mendukung perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja. Berdasarkan tabel 3 didapatkan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai OR terbesar adalah ketersediaan sayur dan buah dirumah yaitu 11,854, artinya keragaman sayur dan buah yang ada di rumah akan mempengaruhi 11,854 kali perilaku konsumsi sayur dan buah yang baik.

 

Kesimpulan

Terdapat 3 faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja di Jakarta Selatan yaitu, preferensi, dukungan orang tua dan ketersediaan sayur dan buah di rumah. Faktor terkuat yang mempengaruhi perilaku konsumsi sayur dan buah pada remaja adalah ketersediaan sayur dan buah di rumah.

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Arisman. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

 

Asih Anggraeni, Nur, & Sudiarti, Trini. (2018). Faktor Dominan Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di SMPN 98 Jakarta. Indonesian Journal of Human Nutrition. https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.01.3

 

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.

 

Bahria, & Triyanti. (2010). Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Remaja Di 4 Sma Jakarta Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

 

Centers for Disease Control and Prevention. (2013). State indicator report on fruits and vegetables 2013. Atlanta, GA: Centers for Disease Control and Prevention, U.S. Department of Health and Human Services.

 

FAO. (2015). Promotion of Fruit and Vegetables for Health: Report of the Pacific Regional workshop.

 

Farisa, Soraya. (2012). Hubungan Sikap, Pengetahuan, Ketersediaan Dan Keterpaparan Media Massa Dengan Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Siswa SMPN 8 Depok Tahun 2012. Skripsi.

 

Freisling, Heinz, Haas, Karin, & Elmadfa, Ibrahim. (2010). Mass media nutrition information sources and associations with fruit and vegetable consumption among adolescents. Public Health Nutrition. https://doi.org/10.1017/S1368980009991297

 

Hamidah, Siti. (2015). Sayuran dan Buah Serta Manfaatnya Bagi Kesehatan. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Kementerian Kesehatan. Pedoman Gizi Seimbang., Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 tentang Pedoman Gizi Seimbang § (2014).

 

Krølner, Rikke, Rasmussen, Mette, Brug, Johannes, Klepp, Knut Inge, Wind, Marianne, & Due, Pernille. (2011). Determinants of fruit and vegetable consumption among children and adolescents: a review of the literature. Part II: qualitative studies. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. https://doi.org/10.1186/1479-5868-8-112

 

Lestari, A. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012. Fkik Uin.

 

Mandira, Febby. (2013). Konsumsi Buah Dan Sayur Menurut Karakteristik Responden, Pengaruh Teman Sebaya, Ketersediaan, Dan Keterpaparan Media Massa Pada Siswa Di Sma Negeri 115 Jakarta Tahun 2013. Universitas Indonesia.

 

Mardiana, Helda Dwi, Wahyud, Anang, & Simbolon, Demsa. (2017). Hubungan Ketersediaan Buah Dan Sayur Dengan Tingkat Konsumsi Pada Remaja Di SMPN 14 Kota Bengkulu Tahun 2017. 498–507.

 

Nurlidyawati. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa Kelas VIII dan IX SMP Negeri 127 Jakarta Barat Tahun 2015. In Fkik Uin.

 

Pearson, Natalie, Atkin, Andrew J., Biddle, Stuart J. H., Gorely, Trish, & Edwardson, Charlotte. (2010). Parenting styles, family structure and adolescent dietary behaviour. Public Health Nutrition. https://doi.org/10.1017/S1368980009992217

 

Priherdityo, Endro. (2016). Konsumsi Buah Indonesia Paling Rendah Se-Asia.

 

Rachman, Bella Nadya, Mustika, I. Gede, & Kusumawati, I. G. A. Wita. (2017). Faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP di Denpasar. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition). https://doi.org/10.14710/jgi.6.1.9-16

 

Ramadhani, Devi Trisna, & Hidayati, Listyani. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayur dan Buah pada Remaja Putri SMPN 3 Surakarta. Seminar Nasional Gizi.

 

Rasmussen, Mette, Krølner, Rikke, Klepp, Knut Inge, Lytle, Leslie, Brug, Johannes, Bere, Elling, & Due, Pernille. (2006). Determinants of fruit and vegetable consumption among children and adolescents: A review of the literature. Part I: Quantitative studies. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. https://doi.org/10.1186/1479-5868-3-22

 

Riskesdas. (2007). Laporan Nasional Riskesdas 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember 2008.

 

Soegeng Santoso, Anne Lies Ranti. (2014). Kesehatan dan Gizi. In American Ethnologist.

 

WHO. (2002). World Health Report: Reducing Risks, Promoting Healthy life. Jenewa, Swiss.

 

Copyright holder:

Rilantias Utami1*, Besral2 (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: