Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
HUBUNGAN
PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TRIASE ANAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD)
Serli Fitri1*, T. Abdur Rasyid2, Vella Yovinna Tobing3
Universitas
Hang Tuah Pekanbaru1,2,3
Email: [email protected]1*,
[email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Pelaksanaan triase
diprioritaskan untuk populasi rentan, salah satunya ialah anak-anak. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Penelitian ini berjenis kuantitatif, desain
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah perawat
pelaksana dengan menggunakan teknik total
sampling dan sampel sebanyak
29 responden. Pengambilan
data dilakukan pada bulan
April-Mei 2022 dan diolah menggunakan
analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia dewasa awal
sebanyak 18 (62%), berjenis
kelamin perempuan sebanyak 17 (58%), pendidikan terakhir Ners sebanyak
15 (51%), masa kerja dalam kategori lama sebanyak 13
(44.8%), status kepegawaian berada
pada kategori honorer sebanyak 24 (82.8%) dan seluruh responden telah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Pengetahuan perawat mayoritas berada pada kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak
21 responden (72%). Pelaksanaan
triase anak mayoritas pada kategori baik berjumlah sebanyak 16 responden (55.2%).
Hasil uji chi square dengan penggabungan sel menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak dengan nilai
P = 0.406 > 0.05. Saran bagi perawat adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai triase anak dengan
cara memperbaharui informasi baik melalui buku-buku terbaru, jurnal penelitian terbaru.
Kata Kunci: IGD, Triase Anak, Pengetahuan,
Pelaksanaan Triase
Abstract
Triage implementation is prioritized for vulnerable populations, one of
which is children. This study aims to determine the relationship between
nurses' knowledge and the implementation of triage of children in the ED Arifin
Achmad Hospital, Riau Province. This research is
quantitative, correlation descriptive design with cross sectional approach. The
population in this study were nurses using total sampling technique and a
sample of 29 respondents. Data collection was carried out in April-May 2022 and
processed using univariate and bivariate analysis. The results showed that the
majority of respondents were in the early adulthood age range as many as 18
(62%), female sex as many as 17 (58%), the last education of nurses as many as
15 (51%), years of service in the old category as many as 13 (44.8%) , employment status is in the honorary category as many as
24 (82.8%) and all respondents have attended emergency training. The majority of nurses' knowledge is in the sufficient and
less categories, namely as many as 21 respondents (72%). The majority of
pediatric triage implementation in the good category amounted to 16 respondents
(55.2%). The results of the chi square test by combining cells showed that
there was no significant relationship between nurses' knowledge and the
implementation of pediatric triage with P value = 0.406 > 0.05. Suggestions
for nurses are to increase knowledge about pediatric triage by updating
information either through the latest books, the
latest research journals.
Keywords: ED, Pediatric Triage,
Knowledge, Implementation Triage
Pendahuluan
Instalasi Gawat
Darurat adalah salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang menyediakan
penanganan awal bagi yang menderita penyakit atau mengancam kelangsungan hidup,
menstabilkan dan mengelola pasien yang membutuhkan tindakan segera (Marbun, Ariyanti, & Dea,
2022). Prinsip
pelayanan di IGD adalah cepat dan tepat dengan pelayanan khusus yang melakukan
perawatan segera tanpa janji sebelumnya, namun peningkatan jumlah pasien di IGD
berdampak pada ketersediaan sumber daya tidak memadai dan waktu tunggu pasien.
Semakin banyak pasien yang datang maka semakin lama penanganannya sehingga
menurunkan kualitas hasil penanganan dan kepuasan pasien (Anang, 2017).
Anak-anak adalah
populasi rentan terbesar di Indonesia dan merupakan segmen terbesar dari
populasi negara berkembang (Siregar & Wibowo,
2019).
Anak-anak menurut World Health Organization (WHO) berusia antara 0-18 tahun (Kusumanata
& Endrawati, 2014). Anak-anak diseluruh dunia berhak
mendapatkan standar pelayanan kesehatan terbaik di fasilitas kesehatan, baik
dalam kondisi sakit maupun dalam masa pemulihan. Data kunjungan anak-anak ke
IGD selama tahun 2020 di United States adalah 495.052 anak.
Jumlah kunjungan
anak-anak ke IGD Rumah Sakit Anak University Basel di Switzerland adalah 63.405
anak selama tahun 2016 sampai 2017. Jumlah kunjungan anak-anak ke IGD Rmah
Sakit Anak Erasmus MC-Sophia di Belanda adalah 19.186 anak dari tanggal 1 Juli
2017 sampai 31 Desember 2020 (Vrijlandt, Nieboer, Zachariasse, & Oostenbrink, 2022). Jumlah kunjungan anak-anak
ke IGD Rumah Sakit Anak di Singapura adalah 58.367 anak dari tanggal 1 Januari
sampai 8 Agustus 2020 (Chong al.,
2020). Hasil wawancara peneliti dengan koordinator keperawatan IGD RSUD Arifin
Achmad bahwa jumlah anak-anak yang masuk ke IGD selama bulan Oktober sampai
Desember 2021 berjumlah 450 pasien. Data-data tersebut menunjukkan bahwa masih
banyak kunjungan anak-anak ke IGD dengan berbagai kondisi (Prayoga & Yadi, 2017).
Triase adalah
proses yang cepat dalam mengkategorikan pasien pada saat kedatangan untuk
menentukan prioritas guna untuk evaluasi dan pengobatan lebih lanjut (Amri, Manjas, & Hardisman, 2019). Triase adalah
proses memprioritaskan perawatan pasien berdasarkan tingkat keparahan
kondisinya (Gustia & Manurung, 2018). Menurut
Permenkes No. 4 tahun 2018 pasal 7 (3) tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan
Kewajiban Pasien triase merupakan pemeriksaan awal secara cepat terhadap semua
pasien yang datang ke IGD untuk mengindentifikasi kegawatdaruratan dan
prioritas pertolongan pertama yang harus ditindaklanjuti sesuai dengan
kebutuhan medisnya.
Terdapat perbedaan antara sistem triase yang
digunakan untuk anak-anak dan dewasa yang dapat dilihat pada survey primer yang
terdiri dari airway, breathing, circulation, dan disability (ABCD) (Ida Mardalena, 2019). Namun, perbedaan yang sangat mencolok
terdapat pada circulation dimana kondisi fisiologis pada anak-anak terdiri dari
stres pernapasan, sirkulasi, gangguan hemodinamik dan tingkat dehidrasi.
Sedangkan pada dewasa kondisi fisiologisnya hanya terdiri dari gangguan
hemodinamik saja. Sehingga, dibutuhkan pengetahuan perawat tentang pelaksanaan
triase anak.
Penelitian
terdahulu mengenai knowledge on triaging among pediatric nurses in Pediatric
Emergency Services (PES), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan perawat dan pengalaman bekerja di PES (P<0,04). Sebagian besar
pengetahuan perawat sebanyak 31 (62%) orang dengan kategori cukup, 13 (26%)
perawat dengan kategori baik, dan 6 (12%) orang perawat dengan kategori kurang (Pardede,
2020). Hubungan tingkat
pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase di IGD Rumah Sakit
Umum Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase
dengan nilai- P = 0,040 dengan taraf kesalahan α= 0,05 maka nilai P < nilai
α (0.040 < 0,05). Tingkat pengetahuan perawat yang cukup tentang triase
sebanyak 14 orang (78%). Sebagian besar responden menerapkan triase sesuai
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) sebanyak 16 orang (89%). Mengenai hubungan
tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di
instalasi gawat darurat RSUD Wates bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di IGD Wates
dengan keeratan hubungan yang sedang, nilai koefisien Kendall Tau sebesar 0,450
dengan tingkat signifikansi 0,025 (sig < 0,05). Tingkat pengetahuan responden
dengan kategori baik yaitu sebanyak 14 petugas (70%), keterampilan dalam
pelaksanaan triase dengan kategori baik yaitu sebanyak 17 petugas (85%) (Nursanti & Dinaryanti, 2022).
Berdasarkan
studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 6 Januari 2022 dengan
Koordinator Keperawatan dan tiga orang perawat pelaksana IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau menggunakan metode wawancara bahwa model triase yang digunakan di
IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau adalah ATS, yang digunakan sejak awal
tahun 2016. Sistem triase tersebut digunakaan dalam proses triase pada pasien
dewasa dan juga anak-anak dengan menggunakan format yang sama. Format ATS yang
digunakan telah dimodifikasi dan rentang normal TTV dihilangkan atau tidak
dicantumkan. Sehingga, perawat harus menghafal rentang normal TTV pada
anak-anak sampai dewasa. Sehingga, hal ini dapat mengarah kepada kesalahan
dalam pengelompokan kategori atau level triase dimana keputusan triase menjadi
sangat subjektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau
Metode Penelitian
Penelitian ini
berjenis kuantitatif, desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian
ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dengan populasi seluruh perawat pelaksana. Sampel yang digunakan adalah 29 orang dengan menggunakan teknik total
sampling.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penleitian ini adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan pembimbing. Kuesioner ini telah dilakukan
uji validitas dan reabilitas
di IGD RSUD Petala Bumi Provinsi Riau kepada 10 perawat pelaksana dengan menggunakan uji Korelasi Pearson Product Moment. Hasilnya
kuesioner pengetahuan perawat yang terdiri dari 15 pertanyaan valid dengan nilai r-hitung antara 663-838 dan kuesioner pelaksanaan triase anak terdiri
dari 10 pertanyaan valid dengan nilai r-hitung 706-955. Kuesioner ini telah dinyatakan
reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha 0.947 untuk
pengetahuan perawat dan 950
untuk pelaksanaan triase anak.
Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
univariat dan bivariat.
Data yang dianalisis secara
univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja, status kepegawaian, riwayat pelatihan kegawatdaruratan), pengetahuan perawat dan pelaksanaan triase anak, yang disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Data yang dianalisis
secara bivariat adalah pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak dengan menggunakan
chi-square yang telah dilakukan
penggabungan sel.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Analisis
Univariat Seluruh data yang dianalisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa mayoritas usia responden berada pada masa dewasa awal (26-35 Tahun) 18 orang
(62.1%), dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 17 orang
(58.6%). Tingkat Pendidikan responden Ners yaitu sebanyak
15 orang (51.7%). Mayoritas lama masa kerja responden berada pada kategori lama yaitu sebanyak 13 orang
(44.8%). Status kepegawaian responden
mayoritas berada pada kategori honorer yaitu sebanyak 24 orang (82.8%).
Riwayat pelatihan kegawatdaruratan
responden 100% sudah pernah mengikuti pelatihan. Tabel 2. Gambaran Pengetahuan Perawat di IGD RSUD
Arifin Achmad Provinsi
Riau
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan hasil bahwa mayoritas
pengetahuan perawat terhadap triase di IGD RSUD
Arifin Achmad Provinsi
Riau berada pada kategori
cukup dan kurang dengan jumlah yaitu sebanyak 21 orang
(72.4%). Tabel 3. Gambaran Pelaksanaan Triase Anak oleh Perawat di IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau
Berdasarkan tabel 3. didapatkan hasil bahwa mayoritas
pelaksanaan triase anak oleh perawat di IGD RSUD
Arifin Achmad Provinsi
Riau berada pada kategori
baik dengan jumlah yaitu sebanyak 16 orang (55,2%) dan kategori
pelaksanaan triase anak kurang baik
yaitu sebanyak 13 orang
(44.8%). Hasil Analisis
Bivariat Variabel yang dianalisis bivariat adalah pengetahuan perawat dan pelaksanaan triase anak dengan
menggunakan uji Chi-square. Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Triase Anak
Berdasarkan tabel 4. didapatkan hasil bahwa pengetahuan
perawat mayoritas berada pada kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak 13 orang (81.3%)
dengan pelaksanaan triase anak pada kategori kurang yaitu sebanyak 8 orang (61.5%).
Nilai P yang didapatkan dari
hasil analisis data bivariat yaitu P = 0.406, sehingga variabel pengetahuan perawat tidak ada hubungannya
dengan variabel pelaksanaan triase anak. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pembahasan |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil
Analisis Univariat Karakteristik
Responden Berdasarkan usia responden
didapatkan didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia dewasa awal (26-35 Tahun) 18 orang (62.1%). Mayoritas
responden berada pada rentang usia dewasa awal. Dewasa awal adalah
tahap dimana perkembangan seseorang berada pada puncak produktif termasuk dari segi kesehatan
dan pada usia tersebut seseorang lebih matang dalam berpikir sehingga dapat melakukan berbagai tindakan keperawatan secara optimal.
Oleh karena itu, kemungkinan usia dapat memengaruhi daya ingat seseorang
dalam melakukan sesuatu. Usia dewasa awal merupakan
usia yang baik dalam mengingat, sehingga pelaksanaan triase anaknya dapat dilakukan secara baik. Berdasarkan jenis kelamin
didapatkan perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 17 orang
(58.6%). Mengacu pada sejarah
awal dari Florence
Nightingale bahwa keperawatan
identik dengan pekerjaan yang berdasarkan kasih sayang, lemah lembut seorang ibu atau
perempuan. Ciri khas dari dunia keperawatan adalah menuntut seseorang memiliki jiwa keibuan. Jiwa keibuan biasanya dimiliki oleh seorang perempuan, sehingga dalam melakukan pekerjaannya perempuan lebih menggunakan perasaan dibandingkan oleh laki-laki
yang cenderung bekerja dengan logika (Marni & Indra, 2021). Jenis kelamin menjadi penentu kualitas seseorang (Setiawati & Nurhayati,
2020).
Perempuan cenderung lebih
disiplin dibanding dengan laki-laki dan secara konsisten menyatakan perempuan mempunyai tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan pendidikan terakhir
didapatkan bahwa sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah Ners sebanyak 15 orang (51.7%).
Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan standar pendidikan terakhir untuk perawat yaitu minimal berpendidikan
D-III dan memiliki pelatihan
dibidang kegawatdaruratan.
Hal tersebut dijelaskan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 26 tahun 2019 tentang
keperawatan yang menyatakan
bahwa jenis perawat terdiri dari perawat vokasi dan profesi (Kemenkes RI, 2019). Hasil penelitian
terkait oleh Maulana, Marvia
dan Pratiwi (2017) tentang
hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triage di IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat bahwa respondennya mayoritas dengan tingkat pendidikan D-III. Menurut Notoatmodjo dalam Misrawati, Karim dan Gurning (2014) mengatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dan lebih mudah menerima
ide-ide dan teknologi. Semakin
tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pengetahuannya yang menjadikan hidup semakin berkualitas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan terakhir dapat memengaruhi pelaksanaan triase secara umum dan kemungkinan juga akan memengaruhi pelaksanaan triase anak, karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka kemampuan perawat dalam pelaksanaan triase juga akan semakin baik. Berdasarkan lama masa kerja didapatkan
bahwa lama masa kerja responden mayoritas dalam kategori lama sebanyak 13 orang (44.8%). Pengalaman
kerja sebagai perawat pelaksana merupakan salah satu syarat minimal untuk menjadi perawat pelaksana di ruang IGD. Syarat minimal seseorang bisa bekerja di ruang IGD adalah telah bekerja di ruang perawatan selama 2- 3 tahun sebagai perawat pelaksana (Rochani, 2021). Semakin
lama masa kerja yang dimiliki
perawat maka semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar atau prosedur yang berlaku. Sebaliknya, semakin pendek masa kerja perawat, semakin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman kerja memberikan banyak keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya, pengalaman kerja yang terbatas mengakibatkan rendahnya tingkat keahlian dan keterampilan (Hasibuan, Nopriadi, Lita, Yunita & Sari,
2020). Berdasarkan status kepegawaian didapatkan
hasil bahwa mayoritas responden berstatus honorer sebanyak 24 orang (82.8%). Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Putri (2021) tentang
gambaran pelaksanaan triase di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Raja
Musa Sungai Guntung Kabupaten
Indragiri Hilir bahwa respondennya berstatus honorer. Status kepegawaian akan berkaitan dengan insentif atau kompensasi yang diterima. Perawat dengan status PNS akan memliki kompensasi lebih besar diabandingkan
dengan perawat yang berstatus honorer (Gobel & Welembuntu,
2020). Hubungan status kepegawaian
perawat terhadap kinerja perawat pelaksana bahwa kinerja atau dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat yang status honorer
lebih baik dari pada perawat yang berstatus PNS (Amri, 2021). Berdasarkan riwayat pelatihan
kegawatdaruratan didapatkan
hasil bahwa responden 100% sudah pernah mengikitu pelatihan kegawatdaruratan.
Hasil dari penelitian didapatkan bahwa responden telah mengikuti pelatihan yang terdiri dari BTLS, ACLS dan
ATLS. Hal ini sesuai dengan standar ketenagaan yang bekerja di IGD adalah minimal berpendidikan
D-III keperawatan dan memiliki
riwayat pelatiahan
BLS/BTCLS/ PPGD (SNARS – Standart Nasional Akreditasi RS Indonesia, 2016). Permenkes
RI No. 47 tahun 2018 tentang
pelayanan kegawatdaruratan
yang menyatakan bahwa perawat yang bekerja di IGD
minimal setingkat D-III Keperawatan
yang memiliki kompetensi
dan pelatihan kegawatdaruratan.
Pengetahuan
Perawat Hasil
penelitian bahwa pengetahuan perawat berada pada kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak 21 orang
(72.4%). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan perawat terkait triase berada pada kategori cukup (Sari, 2017). Triase dalam
kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai tindakan memprioritaskan korban
berdasarkan beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasarkan sumber daya dan sarana yang tersedia. Triase anak adalah proses pemilahan anak-anak yang sakit saat pertama
kali tiba di IGD untuk mengelompokkan sesuai prioritas dan kebutuhan medis secara cepat. Tindakan triase dilakukan oleh petugas kesehatan yang memiliki kompetensi dibidang gawat darurat, petugas triase harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman bekerja di IGD atau pernah mengikuti pelatihan terkait penanganan kewagatdaruratan seperti BTCLS dan SPGDT. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya suatu tindakan. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan
non formal. Semakin rendah
pengetahuan seseorang tentang triase maka tindakan terhadap triase berdasarkan prioritas juga tidak akan sesuai.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa cara baik formal maupun informal, pengalaman selama bekerja dan pelatihan yang pernah diikuti. Pengetahuan terkait triase bisa didapatkan
melalui suatu pelatihan. Namun, hingga saat ini
belum ada standar baku pelatihan yang disyaratkan bagi perawat triase di Indonesia terkait dengan pelaksanaan triase (Permadi, Kholik & Rizani, 2018). Pengetahuan yang baik akan
memengaruhi dalam penerapan triase, namun hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti sarana dan prasana (Mailita & Rasyid, 2022). Hasil penelitian ini
didapatkan bahwa pengetahuan responden berada pada kategori cukup dan kurang dikarenakan penerapan dari sistem triase
yang digunakan baru diterapkan Menurut hasil wawancara peneliti dengan beberapa perawat di IGD RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau bahwa perawat pelaksana telah mendapatkan pelatihan triase namun tidak ada pelatihan
secara khusus untuk triase anak. Penerapan triase di IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau juga baru diterapkan pada tahun 2017 lalu, sehingga sistem triase ATS merupakan hal yang baru bagi responden.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat di IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau dalam kategori cukup dan kurang dikarenakan tidak adanya pelatihan khusus terkait triase anak dan sistem triase yang diterapkan merupakan hal yang baru bagi responden. Pelaksanaan
Triase Anak Hasil
penelitian bahwa pelaksanaan triase anak oleh responden sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak
16 orang (55,2%). Hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh Martanti, Nofiyanto dan Prasojo (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Wates bahwa keterampilan responden dalam pelaksanaan triase dalam kategori baik. Hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Kasenda, Saehu dan Wurjatmiko (2020) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan triase oleh perawat bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, lama bekerja dengan pelaksanaan, namun terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan
pelaksanaan triase secara umum dengan
nilai P = 0.002 > 0.05. Kepercayaan diri membuat seseorang memiliki keterampilan yang lebih tinggi serta menggambarkan pengalaman dari seseorang dalam menguasai bidang tugasnya serta akan membentuk pola kerja yang efektif, sehingga dapat memberikan penanganan terhadap suatu masalah berdasarkan dari pengalamannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan pelaksanaan triase anak yang dilakukan oleh perawat di IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status kepegawaian,
lama masa kerja, riwayat
dan riwayat pelatihan kegawatdaruratan. Hasil
Analisis Bivariat Hasil
analisis penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak karena
P = 0.406 > 0.05, sehingga H0 gagal ditolak dan Ha
ditolak. Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh
Maulana, Marvia dan Pratiwi
(2017) hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase di IGD RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten
Lombok Barat bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase dengan nilai P = 0.04. Faktor
yang memengaruhi pengambilan
keputusan triase dibagi menjadi dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor
internal terdiri dari keterampilan perawat dan kapasitas pribadi. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan kerja, termasuk beban kerja tinggi, pengaturan shift, kondisi klinis pasien, dan riwayat klinis pasien (Ainiyah, Ahsan, & Fathoni, 2015). Hasil
penelitian Martanti, Nofiyanto dan Prasojo (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di IGD RSUD
Wates bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase. Pengetahuan seseorang dapat bertambah sejalan dengan bertambahnya usia (Martanti, Nofiyanto, &
Prasojo, 2015).
Usia berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan perawat tentang triase. Makin tua umur seseorang
maka proses perkembangannya
juga akan baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan
mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Usia juga memengaruhi kematangan seseorang dalam menghadapi masalah, semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya juga akan bertambah selama masa bekerja (Nursanti & Dinaryanti, 2022). Hubungan
tingkat pengetahuan perawat tentang triage dengan penerapan triage di IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat bahwa semakin baik penerapan seseorang maka akan semakin baik penerapan yang diberikan kepada pasien, dalam hal ini penerapan
seseorang yang baik bisa didapatkan dari pengetahuan yang baik, akan tetapi
penerapan seseorang yang baik bisa juga didapatkan dari pengalaman, mengikuti pelatihan, melihat teman sejawat yang melakukan tindakan. Lama
masa kerja memungkinkan berkembangnya pengetahuan perawat, karena semakin lama dia bekerja akan menemukan kasus pasien yang beragam yang disertai dengan peningkatan mutu secara berkesinambungan (Martanti, Nofiyanto & Prasojo, 2015). Pengalaman yang
lebih banyak akan lebih baik
dalam melakukan tindakan keperawatan. Pengalaman kerja memberikan banyak keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya, pengalaman kerja yang terbatas mengakibatkan rendahnya tingkat keahlian dan keterampilan (Hasibuan, Nopriadi, Lita, Yunita & Sari, 2020). Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian Khairina, Malini dan Huriani
(2018) tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan pengambilan keputusan perawat dalam ketepatan triase di Kota Padang
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan ketepatan pengisian skala triase dengan P = 0.022 <
0.05. Oleh karena itu, semakin lama perawat bekerja, maka pengalamannya dalam menjalankan tugas atau pelaksanaan triase akan semakin
baik. Perawat
pelaksana yang melakukan triase harus sesuai dengan standar kepegawaian di IGD yaitu berpendidikan minimal
D-III Keperawatan dan memiliki
riwayat pelatiahan
BLS/BTCLS/ PPGD (SNARS – Standart Nasional Akreditasi RS Indonesia, 2016). Permenkes
RI No. 47 tahun 2018 tentang
pelayanan kegawatdaruratan
yang menyatakan bahwa perawat yang bekerja di IGD
minimal setingkat D-III Keperawatan
yang memiliki kompetensi
dan pelatihan kegawatdaruratan.
Seluruh perawat pelaksana yang bekerja di IGD
RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau telah bersertifikat pelatihan kegawatdaruratan dan
minimal berpendidikan D-III Keperawatan.
Pelaksanaan triase anak di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau didapatkan dengan kategori baik, karena perawat pelaksananya telah memenuhi syarat sebagai perawat pelaksana yang bekerja di IGD. Hasil
penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas perawat pelaksana dengan status kepegawaian honorer, sehingga pelaksanaan triase anaknya dalam kategori baik. Kinerja atau pelaksanaan asuhan keperawatan perawat dengan status honorer lebih baik dari
pada perawat dengan
status PNS. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Amri (2021) bahwa perawat
dengan status honorer memiliki kinerja lebih baik dari
pada perawat dengan status
PNS. Hasil
dari analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan triase anak tidak jauh
berbeda dengan pelaksanaan triase dewasa. Pelaksanaan triase dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan ekternal atau
faktor dari perawatnya sendiri maupun faktor dari lingkungan kerja, sarana dan prasarana. Pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan triase anak kemungkinan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama masa kerja, status kepegawaian dan riwayat pelatihan kegawatdaruratan. |
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai hubungan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan triase
anak yang dilakukan di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dengan jumlah
responden 29 orang diperoleh karakteristik responden bahwa mayoritas responden
berada pada kategori usia dewasa awal sebanyak 18 orang (62.1%), sebagian besar
respondennya berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (58.6) dengan
pendidikan terakhir terbanyak adalah Ners sebanyak 15 orang (51.7%). Mayoritas
responden berada pada kategori lama bekerja sebanyak 13 orang (44.8%),
berstatus honorer sebanyak 24 orang (82.8%) dan seluruh responden (100%) telah
pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas pengetahuan perawat berada pada kategori cukup dan kurang sebanyak 21
orang (72.4%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pelaksanaan triase anak berada pada kategori baik sebanyak 16 orang (55.2%).
Hasil analisis bivariat dalam penelitian
ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
perawat dengan pelaksanaan triase anak dengan nilai P = 0.406 > 0.05. Hal tersebut
kemungkinan dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, lama masa kerja dan riwayat pelatihan kegawatdaruratan perawat,
sehingga hal tersebut perlu untuk diteliti lebih lanjut guna untuk
memastikannya.
Ainiyah, Nur, Ahsan, Ahsan, & Fathoni,
Mukhamad. (2015). The Factors Associated with The Triage Implementation in
Emergency Department. Jurnal Ners, 10(1), 147–157.
Amri, Ardian, Manjas, Menkher, &
Hardisman, Hardisman. (2019). Analisis implementasi triage, ketepatan diagnosa
awal dengan lama waktu rawatan pasien di RSUD Prof. DR. MA Hanafiah SM
Batusangkar. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 484–492.
Anang, Prasetya Jaya. (2017). Hubungan
Respon Time dengan Kepuasan Pasien di IGD RS Tingkat IV Madiun. STIKES
Bhakti Husada Mulia.
Gustia, Mila, & Manurung, Melva.
(2018). Hubungan ketepatan penilaian triase dengan tingkat keberhasialan
penanganan pasien cidera kepala di igd rsu hkbp balige kabupaten toba samosir. Jumantik
(Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan), 3(2), 98–114.
Ida Mardalena, Ida M. (2019). Asuhan
keperawatan gawat darurat.
Kusumanata, Mega, & Endrawati, Susi.
(2014). Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pasien Pediatrik
Rawat Inap Di RRSUD Karanganyar Bulan November 2013-Maret 2014. IJMS-Indonesian
Journal on Medical Science, 1(2).
Mailita, Weni, & Rasyid, Willady.
(2022). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Triage di IGD Rumah
Sakit Semen Padang Hospital. Humantech: Jurnal Ilmiah Multidisiplin
Indonesia, 2(2), 200–216.
Marbun, Romaden, Ariyanti, Rea, & Dea,
Vincensia. (2022). Peningkatan Pengetahun Masyarakat Terkait Pemahaman Alur
Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Selaparang Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, 6(1), 108–113.
Martanti, Renny, Nofiyanto, Muhamat, &
Prasojo, R. Anggono Joko. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Keterampilan Petugas Dalam Pelaksanaan Triage Di Instalasi Gawat Darurat Rsud
Wates. Media Ilmu Kesehatan, 4(2), 69–76.
Nursanti, Dila Mareta Yubi, &
Dinaryanti, Ratna Sari. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Triage
Dengan Pelaksanaan Respon Time Perawat Dalam Pelaksanaan Triage di IGD Rumah
Sakit Dr Suyoto: Correlation Level of Knowledge of Nurses About Triage with The
Implementation of Nurse Response Time in Triage Implementation in ER Dr Suyoto
Hospital. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 8(1),
193–199.
Pardede, Jek Amidos. (2020). Family
Knowledge about Hallucination Related to Drinking Medication Adherence on
Schizophrenia Patient. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4),
399–408.
Prayoga, Stanza Uga, & Yadi, Dedi
Fitri. (2017). Gambaran Dokumentasi Penilaian Nyeri pada Pasien Anak di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Majalah Anestesia
Dan Critical Care, 35(1).
Sari, Dewi Ratna. (2017). Sikap dan
Pengetahuan Perawat Berhubungan dengan Pelaksanaan Triage. Jurnal Kebidanan,
154–164.
Setiawati, Farida Agus, & Nurhayati,
Siti Rohmah. (2020). Kualitas perkawinan orang Jawa: Tinjauan faktor jenis
kelamin, usia perkawinan, jumlah anak, dan pengeluaran keluarga. Jurnal Ilmu
Keluarga & Konsumen, 13(1), 13–24.
Siregar, Juli Sapitri, & Wibowo, Adik.
(2019). Upaya pengurangan risiko bencana pada kelompok rentan. Jurnal Dialog
Dan Penanggulangan Bencana, 10(1), 30–38.
Copyright holder: Serli Fitri, T. Abdur
Rasyid, Vella Yovinna Tobing (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |