Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TRIASE ANAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

 

Serli Fitri1*, T. Abdur Rasyid2, Vella Yovinna Tobing3

Universitas Hang Tuah Pekanbaru1,2,3

Email: [email protected]1*, [email protected]2, [email protected]3

 

Abstrak

Pelaksanaan triase diprioritaskan untuk populasi rentan, salah satunya ialah anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Penelitian ini berjenis kuantitatif, desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana dengan menggunakan teknik total sampling dan sampel sebanyak 29 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei 2022 dan diolah menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia dewasa awal sebanyak 18 (62%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 (58%), pendidikan terakhir Ners sebanyak 15 (51%), masa kerja dalam kategori lama sebanyak 13 (44.8%), status kepegawaian berada pada kategori honorer sebanyak 24 (82.8%) dan seluruh responden telah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Pengetahuan perawat mayoritas berada pada kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak 21 responden (72%). Pelaksanaan triase anak mayoritas pada kategori baik berjumlah sebanyak 16 responden (55.2%). Hasil uji chi square dengan penggabungan sel menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak dengan nilai P = 0.406 > 0.05. Saran bagi perawat adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai triase anak dengan cara memperbaharui informasi baik melalui buku-buku terbaru, jurnal penelitian terbaru.

 

Kata Kunci: IGD, Triase Anak, Pengetahuan, Pelaksanaan Triase

 

Abstract

Triage implementation is prioritized for vulnerable populations, one of which is children. This study aims to determine the relationship between nurses' knowledge and the implementation of triage of children in the ED Arifin Achmad Hospital, Riau Province. This research is quantitative, correlation descriptive design with cross sectional approach. The population in this study were nurses using total sampling technique and a sample of 29 respondents. Data collection was carried out in April-May 2022 and processed using univariate and bivariate analysis. The results showed that the majority of respondents were in the early adulthood age range as many as 18 (62%), female sex as many as 17 (58%), the last education of nurses as many as 15 (51%), years of service in the old category as many as 13 (44.8%) , employment status is in the honorary category as many as 24 (82.8%) and all respondents have attended emergency training. The majority of nurses' knowledge is in the sufficient and less categories, namely as many as 21 respondents (72%). The majority of pediatric triage implementation in the good category amounted to 16 respondents (55.2%). The results of the chi square test by combining cells showed that there was no significant relationship between nurses' knowledge and the implementation of pediatric triage with P value = 0.406 > 0.05. Suggestions for nurses are to increase knowledge about pediatric triage by updating information either through the latest books, the latest research journals.

 

Keywords: ED, Pediatric Triage, Knowledge, Implementation Triage

 

Pendahuluan

Instalasi Gawat Darurat adalah salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi yang menderita penyakit atau mengancam kelangsungan hidup, menstabilkan dan mengelola pasien yang membutuhkan tindakan segera (Marbun, Ariyanti, & Dea, 2022). Prinsip pelayanan di IGD adalah cepat dan tepat dengan pelayanan khusus yang melakukan perawatan segera tanpa janji sebelumnya, namun peningkatan jumlah pasien di IGD berdampak pada ketersediaan sumber daya tidak memadai dan waktu tunggu pasien. Semakin banyak pasien yang datang maka semakin lama penanganannya sehingga menurunkan kualitas hasil penanganan dan kepuasan pasien (Anang, 2017).

Anak-anak adalah populasi rentan terbesar di Indonesia dan merupakan segmen terbesar dari populasi negara berkembang (Siregar & Wibowo, 2019). Anak-anak menurut World Health Organization (WHO) berusia antara 0-18 tahun (Kusumanata & Endrawati, 2014). Anak-anak diseluruh dunia berhak mendapatkan standar pelayanan kesehatan terbaik di fasilitas kesehatan, baik dalam kondisi sakit maupun dalam masa pemulihan. Data kunjungan anak-anak ke IGD selama tahun 2020 di United States adalah 495.052 anak.

Jumlah kunjungan anak-anak ke IGD Rumah Sakit Anak University Basel di Switzerland adalah 63.405 anak selama tahun 2016 sampai 2017. Jumlah kunjungan anak-anak ke IGD Rmah Sakit Anak Erasmus MC-Sophia di Belanda adalah 19.186 anak dari tanggal 1 Juli 2017 sampai 31 Desember 2020 (Vrijlandt, Nieboer, Zachariasse, & Oostenbrink, 2022). Jumlah kunjungan anak-anak ke IGD Rumah Sakit Anak di Singapura adalah 58.367 anak dari tanggal 1 Januari sampai 8 Agustus 2020 (Chong al., 2020). Hasil wawancara peneliti dengan koordinator keperawatan IGD RSUD Arifin Achmad bahwa jumlah anak-anak yang masuk ke IGD selama bulan Oktober sampai Desember 2021 berjumlah 450 pasien. Data-data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak kunjungan anak-anak ke IGD dengan berbagai kondisi (Prayoga & Yadi, 2017).

Triase adalah proses yang cepat dalam mengkategorikan pasien pada saat kedatangan untuk menentukan prioritas guna untuk evaluasi dan pengobatan lebih lanjut (Amri, Manjas, & Hardisman, 2019). Triase adalah proses memprioritaskan perawatan pasien berdasarkan tingkat keparahan kondisinya (Gustia & Manurung, 2018). Menurut Permenkes No. 4 tahun 2018 pasal 7 (3) tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien triase merupakan pemeriksaan awal secara cepat terhadap semua pasien yang datang ke IGD untuk mengindentifikasi kegawatdaruratan dan prioritas pertolongan pertama yang harus ditindaklanjuti sesuai dengan kebutuhan medisnya.

 Terdapat perbedaan antara sistem triase yang digunakan untuk anak-anak dan dewasa yang dapat dilihat pada survey primer yang terdiri dari airway, breathing, circulation, dan disability (ABCD) (Ida Mardalena, 2019). Namun, perbedaan yang sangat mencolok terdapat pada circulation dimana kondisi fisiologis pada anak-anak terdiri dari stres pernapasan, sirkulasi, gangguan hemodinamik dan tingkat dehidrasi. Sedangkan pada dewasa kondisi fisiologisnya hanya terdiri dari gangguan hemodinamik saja. Sehingga, dibutuhkan pengetahuan perawat tentang pelaksanaan triase anak.

Penelitian terdahulu mengenai knowledge on triaging among pediatric nurses in Pediatric Emergency Services (PES), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dan pengalaman bekerja di PES (P<0,04). Sebagian besar pengetahuan perawat sebanyak 31 (62%) orang dengan kategori cukup, 13 (26%) perawat dengan kategori baik, dan 6 (12%) orang perawat dengan kategori kurang (Pardede, 2020). Hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase dengan nilai- P = 0,040 dengan taraf kesalahan α= 0,05 maka nilai P < nilai α (0.040 < 0,05). Tingkat pengetahuan perawat yang cukup tentang triase sebanyak 14 orang (78%). Sebagian besar responden menerapkan triase sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) sebanyak 16 orang (89%). Mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di instalasi gawat darurat RSUD Wates bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di IGD Wates dengan keeratan hubungan yang sedang, nilai koefisien Kendall Tau sebesar 0,450 dengan tingkat signifikansi 0,025 (sig < 0,05). Tingkat pengetahuan responden dengan kategori baik yaitu sebanyak 14 petugas (70%), keterampilan dalam pelaksanaan triase dengan kategori baik yaitu sebanyak 17 petugas (85%) (Nursanti & Dinaryanti, 2022).

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 6 Januari 2022 dengan Koordinator Keperawatan dan tiga orang perawat pelaksana IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau menggunakan metode wawancara bahwa model triase yang digunakan di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau adalah ATS, yang digunakan sejak awal tahun 2016. Sistem triase tersebut digunakaan dalam proses triase pada pasien dewasa dan juga anak-anak dengan menggunakan format yang sama. Format ATS yang digunakan telah dimodifikasi dan rentang normal TTV dihilangkan atau tidak dicantumkan. Sehingga, perawat harus menghafal rentang normal TTV pada anak-anak sampai dewasa. Sehingga, hal ini dapat mengarah kepada kesalahan dalam pengelompokan kategori atau level triase dimana keputusan triase menjadi sangat subjektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

 

Metode Penelitian

Penelitian ini berjenis kuantitatif, desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dengan populasi seluruh perawat pelaksana. Sampel yang digunakan adalah 29 orang dengan menggunakan teknik total sampling.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penleitian ini adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan pembimbing. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan reabilitas di IGD RSUD Petala Bumi Provinsi Riau kepada 10 perawat pelaksana dengan menggunakan uji Korelasi Pearson Product Moment. Hasilnya kuesioner pengetahuan perawat yang terdiri dari 15 pertanyaan valid dengan nilai r-hitung antara 663-838 dan kuesioner pelaksanaan triase anak terdiri dari 10 pertanyaan valid dengan nilai r-hitung 706-955. Kuesioner ini telah dinyatakan reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha 0.947 untuk pengetahuan perawat dan 950 untuk pelaksanaan triase anak.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Data yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja, status kepegawaian, riwayat pelatihan kegawatdaruratan), pengetahuan perawat dan pelaksanaan triase anak, yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Data yang dianalisis secara bivariat adalah pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak dengan menggunakan chi-square yang telah dilakukan penggabungan sel.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil Analisis Univariat

Seluruh data yang dianalisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

 

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

No.

Karakteristik dan Kategori

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

Usia

a.     Masa Remaja Akhir (17-25 Tahun)

b.     Masa Dewasa Awal (26-35 Tahun)

c.     Masa Dewasa Akhir (36-45 Tahun)

d.     Masa Lansia Awal (46-55 Tahun)

 

1

18

9

1

 

3.4

62.1

31

3.4

2

Jenis Kelamin

a.     Laki-Laki

b.     Perempuan

 

12

17

 

41.4

58.6

3

Pendidikan Terakhir

a.     D-III

b.     Ners

 

14

15

 

48.3

51.7

4

Lama Masa Kerja

a.     Baru (<6 Tahun)

b.     Sedang (6-10 Tahun)

c.     Lama (>10 Tahun)

 

9

7

13

 

31

24.1

44.8

5

Status Kepegawaian

a.     PNS

b.     Honorer

 

5

24

 

17.2

82.8

6

Riwayat Pelatihan Kegawatdaruratan

a.     Tidak Pernah

b.     Pernah

 

0

29

 

0

100

 

Total

29

100

 

Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa mayoritas usia responden berada pada masa dewasa awal (26-35 Tahun) 18 orang (62.1%), dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 17 orang (58.6%). Tingkat Pendidikan responden Ners yaitu sebanyak 15 orang (51.7%). Mayoritas lama masa kerja responden berada pada kategori lama yaitu sebanyak 13 orang (44.8%). Status kepegawaian responden mayoritas berada pada kategori honorer yaitu sebanyak 24 orang (82.8%). Riwayat pelatihan kegawatdaruratan responden 100% sudah pernah mengikuti pelatihan.

 

Tabel 2. Gambaran Pengetahuan Perawat di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

Variabel Penelitian

Frekuensi (N)

Persentase (%)

Pengetahuan Perawat

1)    Baik

2)    Cukup+Kurang

 

8

21

 

27.6

72.4

Total

29

100

Berdasarkan tabel 2. menunjukkan hasil bahwa mayoritas pengetahuan perawat terhadap triase di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau berada pada kategori cukup dan kurang dengan jumlah yaitu sebanyak 21 orang (72.4%).

 

Tabel 3. Gambaran Pelaksanaan Triase Anak oleh Perawat di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

Variabel Penelitian

Frekuensi (N)

Persentase (%)

Pelaksanaan Triase Anak

1)    Baik

2)    Kurang Baik

 

16

13

 

55.2

44.8

Total

29

100

Berdasarkan tabel 3. didapatkan hasil bahwa mayoritas pelaksanaan triase anak oleh perawat di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau berada pada kategori baik dengan jumlah yaitu sebanyak 16 orang (55,2%) dan kategori pelaksanaan triase anak kurang baik yaitu sebanyak 13 orang (44.8%).

 

Hasil Analisis Bivariat

Variabel yang dianalisis bivariat adalah pengetahuan perawat dan pelaksanaan triase anak dengan menggunakan uji Chi-square.

 

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Triase Anak

Pengetahuan Perawat

Pelaksanaan Triase Anak

Nilai P

Baik

Kurang Baik

n

%

n

%

Baik

3

18.8

5

38.5

0.406

Cukup+Kurang

13

81.3

8

61.5

Total

16

100

13

100

 

 

Berdasarkan tabel 4. didapatkan hasil bahwa pengetahuan perawat mayoritas berada pada kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak 13 orang (81.3%) dengan pelaksanaan triase anak pada kategori kurang yaitu sebanyak 8 orang (61.5%). Nilai P yang didapatkan dari hasil analisis data bivariat yaitu P = 0.406, sehingga variabel pengetahuan perawat tidak ada hubungannya dengan variabel pelaksanaan triase anak.

 

Pembahasan

Hasil Analisis Univariat

Karakteristik Responden

Berdasarkan usia responden didapatkan didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia dewasa awal (26-35 Tahun) 18 orang (62.1%). Mayoritas responden berada pada rentang usia dewasa awal. Dewasa awal adalah tahap dimana perkembangan seseorang berada pada puncak produktif termasuk dari segi kesehatan dan pada usia tersebut seseorang lebih matang dalam berpikir sehingga dapat melakukan berbagai tindakan keperawatan secara optimal. Oleh karena itu, kemungkinan usia dapat memengaruhi daya ingat seseorang dalam melakukan sesuatu. Usia dewasa awal merupakan usia yang baik dalam mengingat, sehingga pelaksanaan triase anaknya dapat dilakukan secara baik.

Berdasarkan jenis kelamin didapatkan perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 17 orang (58.6%). Mengacu pada sejarah awal dari Florence Nightingale bahwa keperawatan identik dengan pekerjaan yang berdasarkan kasih sayang, lemah lembut seorang ibu atau perempuan. Ciri khas dari dunia keperawatan adalah menuntut seseorang memiliki jiwa keibuan. Jiwa keibuan biasanya dimiliki oleh seorang perempuan, sehingga dalam melakukan pekerjaannya perempuan lebih menggunakan perasaan dibandingkan oleh laki-laki yang cenderung bekerja dengan logika (Marni & Indra, 2021).  Jenis kelamin menjadi penentu kualitas seseorang (Setiawati & Nurhayati, 2020). Perempuan cenderung lebih disiplin dibanding dengan laki-laki dan secara konsisten menyatakan perempuan mempunyai tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan pendidikan terakhir didapatkan bahwa sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah Ners sebanyak 15 orang (51.7%). Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan standar pendidikan terakhir untuk perawat yaitu minimal berpendidikan D-III dan memiliki pelatihan dibidang kegawatdaruratan. Hal tersebut dijelaskan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 26 tahun 2019 tentang keperawatan yang menyatakan bahwa jenis perawat terdiri dari perawat vokasi dan profesi (Kemenkes RI, 2019). Hasil penelitian terkait oleh Maulana, Marvia dan Pratiwi (2017) tentang hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triage di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat bahwa respondennya mayoritas dengan tingkat pendidikan D-III. Menurut Notoatmodjo dalam Misrawati, Karim dan Gurning (2014) mengatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dan lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pengetahuannya yang menjadikan hidup semakin berkualitas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendidikan terakhir dapat memengaruhi pelaksanaan triase secara umum dan kemungkinan juga akan memengaruhi pelaksanaan triase anak, karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka kemampuan perawat dalam pelaksanaan triase juga akan semakin baik.

Berdasarkan lama masa kerja didapatkan bahwa lama masa kerja responden mayoritas dalam kategori lama sebanyak 13 orang (44.8%). Pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana merupakan salah satu syarat minimal untuk menjadi perawat pelaksana di ruang IGD. Syarat minimal seseorang bisa bekerja di ruang IGD adalah telah bekerja di ruang perawatan selama 2- 3 tahun sebagai perawat pelaksana (Rochani, 2021). Semakin lama masa kerja yang dimiliki perawat maka semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar atau prosedur yang berlaku. Sebaliknya, semakin pendek masa kerja perawat, semakin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman kerja memberikan banyak keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya, pengalaman kerja yang terbatas mengakibatkan rendahnya tingkat keahlian dan keterampilan (Hasibuan, Nopriadi, Lita, Yunita & Sari, 2020).

Berdasarkan status kepegawaian didapatkan hasil bahwa mayoritas responden berstatus honorer sebanyak 24 orang (82.8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Putri (2021) tentang gambaran pelaksanaan triase di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Raja Musa Sungai Guntung Kabupaten Indragiri Hilir bahwa respondennya berstatus honorer. Status kepegawaian akan berkaitan dengan insentif atau kompensasi yang diterima. Perawat dengan status PNS akan memliki kompensasi lebih besar diabandingkan dengan perawat yang berstatus honorer (Gobel & Welembuntu, 2020). Hubungan status kepegawaian perawat terhadap kinerja perawat pelaksana bahwa kinerja atau dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat yang status honorer lebih baik dari pada perawat yang berstatus PNS (Amri, 2021).

Berdasarkan riwayat pelatihan kegawatdaruratan didapatkan hasil bahwa responden 100% sudah pernah mengikitu pelatihan kegawatdaruratan. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa responden telah mengikuti pelatihan yang terdiri dari BTLS, ACLS dan ATLS. Hal ini sesuai dengan standar ketenagaan yang bekerja di IGD adalah minimal berpendidikan D-III keperawatan dan memiliki riwayat pelatiahan BLS/BTCLS/ PPGD (SNARS – Standart Nasional Akreditasi RS Indonesia, 2016). Permenkes RI No. 47 tahun 2018 tentang pelayanan kegawatdaruratan yang menyatakan bahwa perawat yang bekerja di IGD minimal setingkat D-III Keperawatan yang memiliki kompetensi dan pelatihan kegawatdaruratan.

 

Pengetahuan Perawat

Hasil penelitian bahwa pengetahuan perawat berada pada kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak 21 orang (72.4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan perawat terkait triase berada pada kategori cukup (Sari, 2017). Triase dalam kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai tindakan memprioritaskan korban berdasarkan beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasarkan sumber daya dan sarana yang tersedia. Triase anak adalah proses pemilahan anak-anak yang sakit saat pertama kali tiba di IGD untuk mengelompokkan sesuai prioritas dan kebutuhan medis secara cepat. Tindakan triase dilakukan oleh petugas kesehatan yang memiliki kompetensi dibidang gawat darurat, petugas triase harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman bekerja di IGD atau pernah mengikuti pelatihan terkait penanganan kewagatdaruratan seperti BTCLS dan SPGDT.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal. Semakin rendah pengetahuan seseorang tentang triase maka tindakan terhadap triase berdasarkan prioritas juga tidak akan sesuai. Pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa cara baik formal maupun informal, pengalaman selama bekerja dan pelatihan yang pernah diikuti. Pengetahuan terkait triase bisa didapatkan melalui suatu pelatihan. Namun, hingga saat ini belum ada standar baku pelatihan yang disyaratkan bagi perawat triase di Indonesia terkait dengan pelaksanaan triase (Permadi, Kholik & Rizani, 2018).

Pengetahuan yang baik akan memengaruhi dalam penerapan triase, namun hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti sarana dan prasana (Mailita & Rasyid, 2022). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan responden berada pada kategori cukup dan kurang dikarenakan penerapan dari sistem triase yang digunakan baru diterapkan Menurut hasil wawancara peneliti dengan beberapa perawat di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau bahwa perawat pelaksana telah mendapatkan pelatihan triase namun tidak ada pelatihan secara khusus untuk triase anak. Penerapan triase di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau juga baru diterapkan pada tahun 2017 lalu, sehingga sistem triase ATS merupakan hal yang baru bagi responden. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dalam kategori cukup dan kurang dikarenakan tidak adanya pelatihan khusus terkait triase anak dan sistem triase yang diterapkan merupakan hal yang baru bagi responden.

 

Pelaksanaan Triase Anak

Hasil penelitian bahwa pelaksanaan triase anak oleh responden sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 orang (55,2%). Hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh Martanti, Nofiyanto dan Prasojo (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Wates bahwa keterampilan responden dalam pelaksanaan triase dalam kategori baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kasenda, Saehu dan Wurjatmiko (2020) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan triase oleh perawat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, lama bekerja dengan pelaksanaan, namun terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan pelaksanaan triase secara umum dengan nilai P = 0.002 > 0.05. Kepercayaan diri membuat seseorang memiliki keterampilan yang lebih tinggi serta menggambarkan pengalaman dari seseorang dalam menguasai bidang tugasnya serta akan membentuk pola kerja yang efektif, sehingga dapat memberikan penanganan terhadap suatu masalah berdasarkan dari pengalamannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan pelaksanaan triase anak yang dilakukan oleh perawat di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status kepegawaian, lama masa kerja, riwayat dan riwayat pelatihan kegawatdaruratan.

 

Hasil Analisis Bivariat

Hasil analisis penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak karena P = 0.406 > 0.05, sehingga H0 gagal ditolak dan Ha ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh Maulana, Marvia dan Pratiwi (2017) hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase di IGD RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat tentang triase dengan penerapan triase dengan nilai P = 0.04.

Faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan triase dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari keterampilan perawat dan kapasitas pribadi. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan kerja, termasuk beban kerja tinggi, pengaturan shift, kondisi klinis pasien, dan riwayat klinis pasien (Ainiyah, Ahsan, & Fathoni, 2015).

Hasil penelitian Martanti, Nofiyanto dan Prasojo (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase di IGD RSUD Wates bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triase. Pengetahuan seseorang dapat bertambah sejalan dengan bertambahnya usia (Martanti, Nofiyanto, & Prasojo, 2015). Usia berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan perawat tentang triase. Makin tua umur seseorang maka proses perkembangannya juga akan baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Usia juga memengaruhi kematangan seseorang dalam menghadapi masalah, semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya juga akan bertambah selama masa bekerja (Nursanti & Dinaryanti, 2022).

Hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang triage dengan penerapan triage di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat bahwa semakin baik penerapan seseorang maka akan semakin baik penerapan yang diberikan kepada pasien, dalam hal ini penerapan seseorang yang baik bisa didapatkan dari pengetahuan yang baik, akan tetapi penerapan seseorang yang baik bisa juga didapatkan dari pengalaman, mengikuti pelatihan, melihat teman sejawat yang melakukan tindakan.

Lama masa kerja memungkinkan berkembangnya pengetahuan perawat, karena semakin lama dia bekerja akan menemukan kasus pasien yang beragam yang disertai dengan peningkatan mutu secara berkesinambungan (Martanti, Nofiyanto & Prasojo, 2015). Pengalaman yang lebih banyak akan lebih baik dalam melakukan tindakan keperawatan. Pengalaman kerja memberikan banyak keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya, pengalaman kerja yang terbatas mengakibatkan rendahnya tingkat keahlian dan keterampilan (Hasibuan, Nopriadi, Lita, Yunita & Sari, 2020). Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Khairina, Malini dan Huriani (2018) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan perawat dalam ketepatan triase di Kota Padang bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan ketepatan pengisian skala triase dengan P = 0.022 < 0.05. Oleh karena itu, semakin lama perawat bekerja, maka pengalamannya dalam menjalankan tugas atau pelaksanaan triase akan semakin baik.

Perawat pelaksana yang melakukan triase harus sesuai dengan standar kepegawaian di IGD yaitu berpendidikan minimal D-III Keperawatan dan memiliki riwayat pelatiahan BLS/BTCLS/ PPGD (SNARS – Standart Nasional Akreditasi RS Indonesia, 2016). Permenkes RI No. 47 tahun 2018 tentang pelayanan kegawatdaruratan yang menyatakan bahwa perawat yang bekerja di IGD minimal setingkat D-III Keperawatan yang memiliki kompetensi dan pelatihan kegawatdaruratan. Seluruh perawat pelaksana yang bekerja di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau telah bersertifikat pelatihan kegawatdaruratan dan minimal berpendidikan D-III Keperawatan. Pelaksanaan triase anak di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau didapatkan dengan kategori baik, karena perawat pelaksananya telah memenuhi syarat sebagai perawat pelaksana yang bekerja di IGD.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas perawat pelaksana dengan status kepegawaian honorer, sehingga pelaksanaan triase anaknya dalam kategori baik. Kinerja atau pelaksanaan asuhan keperawatan perawat dengan status honorer lebih baik dari pada perawat dengan status PNS. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amri (2021) bahwa perawat dengan status honorer memiliki kinerja lebih baik dari pada perawat dengan status PNS.

Hasil dari analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan triase anak tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan triase dewasa. Pelaksanaan triase dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal atau faktor dari perawatnya sendiri maupun faktor dari lingkungan kerja, sarana dan prasarana. Pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan triase anak kemungkinan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama masa kerja, status kepegawaian dan riwayat pelatihan kegawatdaruratan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan triase anak yang dilakukan di IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dengan jumlah responden 29 orang diperoleh karakteristik responden bahwa mayoritas responden berada pada kategori usia dewasa awal sebanyak 18 orang (62.1%), sebagian besar respondennya berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (58.6) dengan pendidikan terakhir terbanyak adalah Ners sebanyak 15 orang (51.7%). Mayoritas responden berada pada kategori lama bekerja sebanyak 13 orang (44.8%), berstatus honorer sebanyak 24 orang (82.8%) dan seluruh responden (100%) telah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan perawat berada pada kategori cukup dan kurang sebanyak 21 orang (72.4%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaan triase anak berada pada kategori baik sebanyak 16 orang (55.2%).

Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan triase anak dengan nilai P = 0.406 > 0.05. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama masa kerja dan riwayat pelatihan kegawatdaruratan perawat, sehingga hal tersebut perlu untuk diteliti lebih lanjut guna untuk memastikannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ainiyah, Nur, Ahsan, Ahsan, & Fathoni, Mukhamad. (2015). The Factors Associated with The Triage Implementation in Emergency Department. Jurnal Ners, 10(1), 147–157.

 

Amri, Ardian, Manjas, Menkher, & Hardisman, Hardisman. (2019). Analisis implementasi triage, ketepatan diagnosa awal dengan lama waktu rawatan pasien di RSUD Prof. DR. MA Hanafiah SM Batusangkar. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 484–492.

 

Anang, Prasetya Jaya. (2017). Hubungan Respon Time dengan Kepuasan Pasien di IGD RS Tingkat IV Madiun. STIKES Bhakti Husada Mulia.

 

Gustia, Mila, & Manurung, Melva. (2018). Hubungan ketepatan penilaian triase dengan tingkat keberhasialan penanganan pasien cidera kepala di igd rsu hkbp balige kabupaten toba samosir. Jumantik (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan), 3(2), 98–114.

 

Ida Mardalena, Ida M. (2019). Asuhan keperawatan gawat darurat.

 

Kusumanata, Mega, & Endrawati, Susi. (2014). Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pasien Pediatrik Rawat Inap Di RRSUD Karanganyar Bulan November 2013-Maret 2014. IJMS-Indonesian Journal on Medical Science, 1(2).

 

Mailita, Weni, & Rasyid, Willady. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Triage di IGD Rumah Sakit Semen Padang Hospital. Humantech: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 2(2), 200–216.

 

Marbun, Romaden, Ariyanti, Rea, & Dea, Vincensia. (2022). Peningkatan Pengetahun Masyarakat Terkait Pemahaman Alur Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Selaparang Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 6(1), 108–113.

 

Martanti, Renny, Nofiyanto, Muhamat, & Prasojo, R. Anggono Joko. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keterampilan Petugas Dalam Pelaksanaan Triage Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Wates. Media Ilmu Kesehatan, 4(2), 69–76.

 

Nursanti, Dila Mareta Yubi, & Dinaryanti, Ratna Sari. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Triage Dengan Pelaksanaan Respon Time Perawat Dalam Pelaksanaan Triage di IGD Rumah Sakit Dr Suyoto: Correlation Level of Knowledge of Nurses About Triage with The Implementation of Nurse Response Time in Triage Implementation in ER Dr Suyoto Hospital. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 8(1), 193–199.

 

Pardede, Jek Amidos. (2020). Family Knowledge about Hallucination Related to Drinking Medication Adherence on Schizophrenia Patient. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 399–408.

 

Prayoga, Stanza Uga, & Yadi, Dedi Fitri. (2017). Gambaran Dokumentasi Penilaian Nyeri pada Pasien Anak di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Majalah Anestesia Dan Critical Care, 35(1).

 

Sari, Dewi Ratna. (2017). Sikap dan Pengetahuan Perawat Berhubungan dengan Pelaksanaan Triage. Jurnal Kebidanan, 154–164.

 

Setiawati, Farida Agus, & Nurhayati, Siti Rohmah. (2020). Kualitas perkawinan orang Jawa: Tinjauan faktor jenis kelamin, usia perkawinan, jumlah anak, dan pengeluaran keluarga. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 13(1), 13–24.

 

Siregar, Juli Sapitri, & Wibowo, Adik. (2019). Upaya pengurangan risiko bencana pada kelompok rentan. Jurnal Dialog Dan Penanggulangan Bencana, 10(1), 30–38.

                                                

Copyright holder:

Serli Fitri, T. Abdur Rasyid, Vella Yovinna Tobing (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: