Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 10, Oktober 2022
LAPORAN KASUS: FISTULA
TRACHEOESOFAGEAL PADA PASIEN PERFORASI ESOFAGUS YANG TELAH DILAKUKAN
TIROIDEKTOMI TOTAL
Mohamad Rizal Isburhan,
Raden Yohana
Universitas Padjadjaran, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Perforasi esofagus pada Tindakan
total tiroidektmi dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi,
dapat diakibatkan oleh komplikasi dari tindakan yang melibatkan esofagus.
Pengelolaan perforasi esofagus tergantung dari lokasi dan penyebab cederanya,
dapat dilakukan dengan cara konservatif yaitu menginstirahatkan esofagus
disertai dengan melakukan perbaikan primer dengan penjahitan pada struktur
esofagus. Identifikasi segera dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
pasien dengan cedera esofagus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kasus fistula
tracheoesofageal pada pasien perforasi yang telah dilakukan tiroidektomi.
Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data
menggunakan metode observasi yang dilakukan secara langsung pada pasien seorang wanita berusia 66 tahun dengan benjolan yang membesar pada leher kanan pada 10 bulan terakhir. Dan hasil dari penelitian ini adalah perforasi esofagus
akibat infiltrasi kanker tiroid pada total tiroidektomi merupakan kasus yang jarang namun merupakan komplikasi yang mengancam jiwa dengan angka
kematian yang tinggi, dan harus segera didiagnosis
dan dikelola dengan tepat untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dan kematian.
Kata Kunci: fistula tracheoesofageal,
perforasi esofagus, tiroidektomi total
Abstract
Perforasi esofagus pada Tindakan
total tiroidektmi dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi,
dapat diakibatkan oleh komplikasi dari tindakan yang melibatkan esofagus. Pengelolaan
perforasi esofagus tergantung dari lokasi dan penyebab cederanya, dapat
dilakukan dengan cara konservatif yaitu menginstirahatkan esofagus disertai
dengan melakukan perbaikan primer dengan penjahitan pada struktur esofagus.
Identifikasi segera dapat menurunakan angka morbiditas dan mortalitas pasien
dengan cedera esofagus. The purpose of this study was to determine cases of
tracheoesofageal fistulas in perforated patients who had thyroidectomy
performed. This research approach is a qualitative study, with data collection
using an observation method carried out directly on the patient of a
66-year-old woman with an enlarged lump on the right neck in the last 10 months.
And the result of this study is that esophageal perforation due to infiltration
of thyroid cancer in total thyroidectomy is a rare case but is a
life-threatening complication with a high mortality rate, and must be
immediately diagnosed and managed appropriately to prevent further
complications and death.
Keywords: tracheoesophageal fistula,
esophageal perforation, total thyroidectomy
Pendahuluan
Perforasi
esofagus di hubungkan dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, pada penelitian
angka tersebut bervariasi dari 5% hingga 31%.(Ward et al.,
2015) Perforasi esofagus servikalis sering
diakibatkan oleh komplikasi dari tindakan intubasi atau prosedur endoesofageal,
akibat trauma tembus serta akibat kebocoran anastomosis akibat operasi
esofagektomi.(Cooke & Lau, 2008) Perforasi
esofagus akibat komplikasi operasi tiroid jarang terjadi, hanya di laporkan
tiga kali dalam literatur, dan terjadi fitulasi pada dua kasus tersebut.(Ozer et al., 2009)
Laporan kasus
Seorang Wanita 66 tahun dengan benjolan yang membesar pada
leher kanan pada 10 bulan terakhir. Pasien tidak mengeluhkan gejala
disfagia, disfonia juga tidak mengeluhkan gejala disfungsi tiroid. Pasien tidak
ada riwayat radiasi leher dan menyangkal riwayat keluarga memiliki penyakit
tiroid. Dari CT Scan leher preoperatif didapatkan massa tumor dengan
kalsifikasi (25x55x40mm) pada tiroid kanan dan (30x32x30mm) pada tiroid kiri
yang mendorong kolom udara ke arah kiri tanpa pembesaran kelenjar getah bening.
Dilakukan pemeriksaan biopsi jarum halus preoperatif dengan hasil Papillary
Thyroid Carcinoma (Bethesda VI). Dengan kesimpulan tersebut pasien dilakukan
operasi tiroidektomi total.
Gambar 1. Hasil CT
Scan Preoperatif pasien
Operasi
dilakukan secara elektif dengan pembiuasan umum, pada saat intraoperasi
ditemukan massa tiroid kanan keras dan infiltrasi ke esofagus dan trachea
sehingga menyebabkan esofagus perforasi sebesar 1cm memanjang sesuai dengan
klasifikasi AAST kelas 4. Saat itu juga dilakukan penjahitan primer pada
esofagus. Selama perawatan paska operasi, pasien diberikan antibiotik per
intravena dan di berikan nutrisi per selang nasogastric. Selama perawatan tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi secara sistemik maupun lokal.
Hasil pemeriksaan
patologi anatomi menunjukkan karsinoma tiroid papilari varian klasik pada kedua tiroid dan istmusnya.
Gambar 2. Hasil esofagografi
ditemukan adanya fistula esofagus dan trakea
Pada hari ke 8 paska operasi
dilakukan pemeriksaan esofagografi memakai fluroskopi dengan memasukan kontras 50cc per NGT ketika NGT ditarik setinggi corpus vertebrae C7, pasien
lalu tersedak. Pada fluoroskopi tampak kontras mengisi trakea hingga masuk
ke bronkus kanan. Pemeriksaan tidak dilanjutkan karena pasien batuk
dan disimpulkan bahwa terdapat fistula trakeoesofagus setinggi vertebra C6-7.
Selang nasogastrik pasien dipertahankan, pemberian nutrisi melalui selang tersebut. Pada hari ke 58 paska operasi,
pasien sudah mengeluhkan kondisi yang memberatkan pasien dan diputuskan untuk mencabut selang nasogastrik. Pasien saat ini sudah
makan dan minum dengan normal dengan keluhan suara menjadi
serak.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian kali ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain; secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Untuk mengumpulkan data, teknik yang digunakan berupa metode observasi. Observasi adalah teknik atau pendekatan
untuk mendapatkan data
primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Dimana obserkasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah salah satu pasien seorang wanita berusia 66 tahun dengan benjolan
yang membesar pada leher kanan pada 10 bulan terakhir.
Hasil
Dan Pembahasan
Operasi
tiroidektomi total adalah
salah satu tindakan yang umum dilakukan pada kelainan kelenjar tiroid, baik pada kelaianan jinak atau ganas. tindakan
tersebut merupakan tindakan yang relatif aman jika dilakukan
oleh dokter bedah yang berpengalaman dengan angka komplikasi sekitar 5% dari total tindakan. (Ozer et al., 2009) Komplikasi paska operasi yang umum mungkin terjadi
adalah suara serak akibat paralisis
pita suara, hematoma, hipokalsemia,
hipoparatiroidism dan infeksi
luka. Operasi pada kelainan tiroid yang ganas secara konsisten
dikaitkan dengan tingkat komplikasi yang lebih tinggi daripada
operasi pada kelaian tiroid yang jinak. Ekstensi ekstrathyroid merupakan tanda prognosis yang buruk pada kanker tiroid. Insiden ekstratiroid ekstension pada kanker tiroid yang berdeferensiasi baik berkisar 6%-13%. Infiltrasi kanker tiroid ke
esofagus perlu diwaspadai pada kasus kasus dimana pada imaging terlihat adanya infiltrasi ke trakea.
Pada kasus ini preoperative
barium esophagogram seharusnya dilakukan
untuk megidentifikasi adanya striktur atau invasi ke
esofagus. Prosedur ini dapat membantu
dalam merencanakan pembedahan yang akurat.
Pada saat pembedahan pemasangan NGT dapat membantu mengidentifikasi lumen esofagus.
Pada kebanyakan kasus invasi esofagus hanya meliputi tunika muskularis dengan meninggalkan lapisan mukosa dan submucosa.
Pengelolaan perforasi esofagus secara umum adalah dengan
intervensi operasi, tergantung dari lokasi dan seberapa besar area yang terdapat infiltrasi. Bila area yang terkena secara fullthicknes tidak terlalu besar gapnya
dan tidak ada tension dapat dilakukan penjahitan secara primer. Bila reseksi tumor
menimbulkan defek yang melingkar mungkin memerlukan segmental reseksio dan
bahkan memerlukan tissue
transfer seperti myocutaneus
pedicle flap, fascia atau fascia myocutaneous
flap atau bahkan gastric,
colonic atau jejunal tissue transposisi.
Pemilihan
Teknik rekonstruksi seringkali
berhubungan erat dengan pengalaman dan kecenderungan dari tim. Manajemen konservatif dengan mengistirahatkan esofagus dengan pemasangan selang nasogastrik dan pemberian antibiotik spektrum luas, di tujukan pada pasien dengan perforasi esofagus. (Cooke & Lau,
2008) Ditekankan bahwa pentingnya intervensi dalam waktu kurang
dari 24 jam, dan beberapa telaah kasus menyatakan
bahwa terjadi peningkatan mortalitas apabila terapi tertunda hingga lebih dari 24 jam.
Apabila
terjadi kesulitan melakukan identifikasi perforasi esofagus, intervensi perbaikan tidak diperlukan apabila tidak ada
sumbatan pada bagian distal
esofagus karena defek akan sembuh
dengan drainase eksternal yang baik. Apabila perforasi teridentifikasi, sebaiknya dilakukan penjahitan primer dengan benang 4-0 yang diserap untuk mukosa,
dan penjahitan 3-0 untuk lapisan muskularis. Selang nasogastrik di pasang pada
proksimal dari perforasi, lalu luka di cuci dan di rendam dengan cairan
untuk melihat adanya udara yang keluar dari luka
yang terjahit dengan memberikan udara pada selang tersebut. setelah di nilai baik, selang didorong
lebih dalam hingga ke lambung.
(Damrose & Damrose,
2009)
Apabila perforasi tidak dapat di lakukan perbaikan, perawatan luka terbuka dapat menjadi
pilihan dengan melakukan pemasangan kassa tekan dan membiarkan terjadinya granulasi pada luka.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai analisis fistula tracheoesofageal pada pasien perforasi esofagus yang telah dilakukan tiroidektomi total, dapat diberikan kesimpulan bahwa perforasi esofagus akibat infiltrasi kanker tiroid pada total tiroidektomi merupakan kasus yang jarang namun merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa dengan angka
kematian yang tinggi, dan harus segera didiagnosis
dan dikelola dengan tepat untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dan kematian.
BIBLIOGRAFI
Cooke, D. T., & Lau,
C. L. (2008). Primary repair of esophageal perforation. Operative Techniques
in Thoracic and Cardiovascular Surgery, 13(2), 126–137.
Damrose, E. J., & Damrose, J. F. (2009). Delayed tracheal
rupture following thyroidectomy. Auris Nasus Larynx, 36(1),
113–115.
Ozer, M. T., Demirbas, S., Harlak, A., Ersoz, N., Eryilmaz,
M., & Cetiner, S. (2009). A rare complication after thyroidectomy:
perforation of the oesophagus: a case report. Acta Chirurgica Belgica, 109(4),
527–530.
Ward, N. D., Lee, C. Y., Lee, J. T., & Sloan, D. A.
(2015). Esophageal fistula complicating thyroid lobectomy. Journal of
Surgical Case Reports, 2015(1).
Copyright holder: Mohamad Rizal Isburhan, Raden Yohana (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |