Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 10, Oktober 2022
PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA
TERHADAP KINERJA GURU YANG DI MODERASI OLEH
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Aria Wahyu Setyorini, Y. Suhairi
Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Unisbank Semarang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji dan menganalisa pengaruh pengaruh motivasi kerja, kepuasan kerja
terhadap kinerja guru dimoderasi oleh kepemimpinan transformasional pada guru
Mts swasta di Kabupaten Batang.
Populasi penelitin ini yaitu guru Mts
swasta di Kabupaten Batang sebanyak 216 orang, dan diambil sebagai sampel
sebanyak 140 dengan metodeaksedental. Data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu data primer dengan menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan data
dan menggunakan ujivaliditas sertaujireliabilitasuntuk menguji instrumen yang
digunakan dalam variabelyang diteliti.Analisis Regresi dalam penelitian ini
menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi
20.
Hasil uji validitas yang dilakukan
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam untuk mengukur variable valid,
dan dari uji reliabilitas menunjukkan item variabel yang digunakan adalah
reliabel.Penelitian ini membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh negatif
terhadap kinerja guru, sedangkan kepuasan kerja dan kepemimpinan berpengaruh
positif terhadap kinerja guru.Kepemimpinan transformasional mampu memoderasi
pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru Mts swasta di
Kabupaten Batang.
Kata Kunci: motivasi kerja, kepuaan kerja,
kepemimpinan transformasional, kinerja
Abstract
This study aims to examine and
analyze the effect of work motivation, job satisfaction on teacher performance
moderated by transformational leadership on private MTs teachers in Batang
Regency. The population of this study are
private Mts teachers in Batang Regency as many as 216 people, and 140 were
taken as a sample using the accidental method. The data used in this study are
primary data using a questionnaire as a data collection method and using
validity and reliability tests to test the instruments used in the variables
studied. Regression analysis in this study uses SPSS (Statistical Package for
the Social Sciences) version 20 software. The results of the validity test carried out indicate that
the instrument used to measure the variable is valid, and from the reliability
test, it shows that the variable item used is reliable. This study proves that
work motivation has a negative effect on teacher performance, while job
satisfaction and leadership have a positive effect on teacher performance.
Transformational leadership is able to moderate the effect of work motivation
and job satisfaction on the performance of private MTs teachers in Batang
Regency.
Keywords: work motivation, job
satisfaction, transformational leadership, performance.
Pendahuluan
Undang undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan undang
undang. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai
manusia Indonesia seutuhnya (UUD, 2003).
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di
bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian utuh dari upaya peningkatan
kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh, Menurut undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta
peradaban bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kebudayaan,
1997).
Keberhasilan di sutuan pendidikan madrasah tsanawiyah dalam
mendampingi peserta didiknya tidak akan lepas dari unsur yang terkait di
dalamnya. Tingginya partisipasi dalam unsur unsur pendidikan menunjukakan
tingginya pemahaman akan pentingnya pendidikan demi kemajuan bangsa dan tingginya
partisipasi unsur unsur pendidikan juga sebagai faktor yang sangat menetukan
bagi keberhasilan yang akan di capai pada satuan pendidikan dan pada waktunya
akan menentukan mutu sekolah itu sendiri (Aol Moses,
2010). Oleh karena itu untuk mencapai mutu pendidikan di tingkat
madrasah tsanawiyah perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas unsur unsur
yang terlibat dalam proses pendidikan, utamanya SDM pendidikan, dalam hal ini
guru. Harus di akui peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran masih
mendominasi dan memiliki peran yang strategis sehingga keberhasilan tujuan
pendidikan sangat bergantung pada peran kinerja guru Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Akuntansi
SMK di Kota Madiun (Ardiana, 2017).
Menurut A. Malik Fadjar (1998 ) masih banyak madrasah yang mempunyai mutu rendah
sehingga menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap madrasah masih sangat
kurang serta madrasah merupakan pendidikan kelas terakhir, jika di bandingkan
dengan model lembaga pendidikan sederajat yang lain karena masyarakat modern
dewasa ini lebeh mengedepankan material oriented (Fadjar,
1998). Kenyataanya
perpindahan paradigmatik ini akibat dari derasnya arus globalisasi dan pasar
bebas. Sehingga tak mengherankan, jika lembaga pendidikan umum selalu menjadi
rebutan ketimbang lembaga pendidikan islam. Dengan kata lain sekolah umum
menjadi anak emas dan madrasah selalu menjadi anak tiri. Salah satu penyebab
dari tidak berkembangnya madrasah menurut A.Malik Fadjar (1998) adalah kualitas
dan kuantitas guru di madrasah yang masih rendah. Hal ini sama diungkap oleh
Agus Maimun (2010), menurutnya guru-guru madrasah masih lemah dalam metodologi pembelajaran, guru
guru melaksanakan pembelajaran ala kadarnya belum ada pembelajaran yang efektif
dan kualitas hasil (output) yang dapat diandalkan (Russel,
1993). Lebih jauh Agus Maimun menjelaskan bahwa permasalah utama
dari madrasah adalah sumberdaya manusia yang terkait dengan mutu guru yang
masih rendah.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa efektifitas kinerja
guru merupakan faktor utama yang harus dirubah. Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi
dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hubungan
antar pribadi, dan dalam mengevaluasi hasil belajar.Sedangkan kualitas kinerja
guru dapat dilihat darri segi proses dan segi hasil.dari sehi proses guru
dikatana berrhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara
aktif, baik fisik,mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran (Herman &
Handayani, 2017).
Pemahaman akan hakikat pekerjaan guru sangat penting sebagai
landasan dalam mengembangkan program pembimbingan guru agar guru mendapat umpan
balik untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Faktor faktor yang dapat
memepengaruhi kinerja guru menurud Bernandi dan Russel (2012) adalah kecenderungan seseorang yang mempunyai
peengetahuan, ketrampilan, kecakaapan, sikap dan tingkah laku yang baik akan
menghasilkan kinerja yang optimal (Sofyan,
2018). Sebaliknya sesorang yang tidak mempunyai pengetahuan,
ketrampilan, kecakapan, sikap dan tingkah laku yang baik cenderung menghasilkan
kinerja yang rendah, disamping itu orang yang sama dapat menghasilkan kinerja
yang berbeda dalaam situasi dan kondisi yang berbeda. Orang yang bekerja
disuatu tempat dengan kondisi secara psikologi, sosial dan lingkungan fisik
yang memungkinkan, maka orang tersebut cebderung akan menghasilkan kinerja yang
optimall. Sebaliknya apabila seseorang bekerja pada situasi dan kondisi yang
lain baik secara psikologis,sosial dan lingkungan kerja yang tidak mendukung
orang tersebut maka cenderung malakukan pekerjaan yang tidak optimal.
Bahwa peningkatan kualitas kinerja guru di pengaruhi faktor
dari dalam guru itu sendiri dan faktor lain dari luar, faktor internal yakni
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, motivasi, penguasaam atas materi pelajaran, penguasaan guru atas metode pengajaran dan kualitas
pendidikan. Adapun faktur eksternal yakni sarana prasarana pendidikan, siswa, kurikulum, manajemen sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, kompensasi, rekrutmen guru, status guru di masyarakat, dukungan masyarakat,dan dukungan
pemerintah. Faktor saranan dan prasaran, siswa dan kurikulum hanya merupakan
raw input dan instrumen input yang langsung dapat diberdayakan oleh guru dan
kepala sekolah sehingga belum merupakan jaminan dapat meningkatkan kinerja
guru. Jadi peran dan tugas guru yang begitu dominan terhadap keberhasilan
program dan mutu pendidikan tidak mudh dilakukan apabila guru tidak memiliki
motivasi kerja yang baik serta adanya koordinasi dengan warga sekolah, khususnya
kepala sekolah. Faktor
motivasi kerja dan kepemimpinan kepala sekolah dipandangan memiliki peranan
penting bagi peningkatan kinerja guru (Handono dkk,
2017).
Kehadiran kepala sekolah sebagai motor penggerak, penentu
arah, kebijakan sekolah, serta menetukan bagaimana tujuan tujuan sekolah dan
pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya untuk direalisasikan maka
dituntut untuk senatiasa meningkatkan kinerja(Handono dkk,
2017). Peningkatan kerja
dapat dilihat dengan mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Seorang kepala sekolah nantinya dituntut untuk memiliki
ketrampilan khusus dalam kepemimpinnnya. Ada beberapa faktor yang menjadikan
seorang pemimpin dapat meningkatkan prestasi dan kinerja para bawahannya.
Yakni pemimpin memenuhi kebutuhan para
bawahannya yang berkenaan dengan efektifnya pekerjaan dan pemimpin memberikan latihan, bimbingan dan dukungan yang di
butuhkan karyawannya (Winarto,
2003).
Motivasi kerja sebagai salah satu aspek dalam mencapai tujuan
pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajran karena
motivasi merupakan suatu pendorong yang dapat merubah energi dalam diri guru
kedalam bentuk suatu kegiatan nyata untuk mencapai tujuan tertentu dalam
pembelajaran. Guru yang tidak memiliki motivasi
dalam bekerja tentu tidak dapat melakukan pekerjaan itu dengan baik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa rendahnya motivasi kerja guru dan kepemimpinan
kepala sekolah akan berdampak pada rendahnya hasil kinerja guru yang dapat
berimplikasi kepada rendahnya hasil belajar siswa (Majidah,
2018).
Dari uraian diatas dengan kerja guru dalam kegiatan proses
pembelajaran di MTS swasta di kabupaten batang belum optimal, guru cenderung
kurang memiliki motivasi dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
dari kurangnya tanggung jawab guru dalam hal disiplin waktu, disiplin
administrasi, disiplin melaksanakan tugas tugas, dan juga suasana kerja yang
kurang kondusif berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah yang dirasa kurang
sesuai dengan kondisi guru di sekolah yang dipimpinnnya, kemudian dari
pengamatan yang sudah peneliti lakukan di lokasi penelitian menunjukan bahwa
masih ada guru yang ketika melakukan pembelajaran hanya memberikan tugas untuk
mengeerjakan soal dari LKS (lembar kerja siswa) yang mana guru tersebut hanya diam tanpa
menjelaskan pembelajaran yang dilaksanakan. Faktor faktor tersebut diduga
sebagai penyebab utama rendahnya kinerja guru, disamping ada beberapa faktor
lain.
Beberapa peneliti telah menjelaskan bahwa motivasi, kepuasan
kerja berpengaruh terhadap kinerja guru atau pendidik dan di perkuat dengan
kepemimpinan transformasional yang baik. Seperti yang dikemukakan peneliti terdahulu Sri Setiyati
(2014), pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, supervisi akademik dan motivasi kerja dan budaya sekolah
terhadap kinerja guru penelitian ini
menyimpulkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru,bahwa motivasi kerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja, Dini
Duryani dkk (2018) penelitian ini juga menyimpulkan hasilnya konsisten dengan
penelitian terdahulu bahwa motivasi dan kinerja guru secara signifikan
mempengaruhi kinerja guru, dari
penelitian belum menemukan adanya riset gab, yang menunjukanan adanya perbedaan
hasil peneitian (Ahmadiahsah,
2016).
Selain motivasi juga variabel kepuasan dikemukakan oleh Dwi
Narsih (2017) dalam penelitiaanya bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap
kinerrja guru, disamping penelitian terdahulu oleh Reza Ahmadiansah (2016) dan Enni Pudjiastuti (2011) menyimpulkan bahwa kepuasan
kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
Untuk kepemimpinan transformasional apakah memperkuat
hubungan antar motvasi dan kepuasan terhadap kinerja guru,dalam penelitian
kepemimpinan kepala sekolah bahwa penelitian sebelumnya oleh Dyah Soeryandari
(2016) gaya kepemimpinan transformasional memperkuat kepuasan kerja terhadap
kinerja guru, Akan tetapi ada penelitian tentang motivasi oleh Salim dan
Y.Suhari bahwa kepemimpinan transformasional idealized influence tidak
memoderasi positif dan signifikan pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja
dalam pelaksanaan pembelajaran guru.
Dari uraian diatas dalam rangka ikut berpartisipasi
meningkatkan mutu pendidikan di MTS Swasta khususnya dalam rangka meningkatkan
kinerja guru MTS swasta kabupaten Batang melalui peningkatan motivasi kerja,
kepuasan kerja dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja Guru Yang Dimoderasi Oleh Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah (Studi Kasus Di Mts Swasta Di Kabupaten Batang)”
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan mix methode yakni dengan mengkombinasikan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif ini. Dalam pendekatan kualitatif pada penelitian ini adalah
mencari data yang berhubungan denganmotivasi kepuasan kerja, gaya kepemimpinan
situasional dan kinerja guru MTs swasta se-Kabupaten Batang, melalui penyebaran
angket yang sudah diisi bobot nilai, kemudian hasilnya dianalisis untuk membuktikan
hipotesis. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif mencoba memperoleh gambaran
yang lebih mendalam dan memahami makna dari suatu fenomena. Pengumpulan data
dilakukan melalui metode survey mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung
terhadap motivasi, kepuasan kerja, gaya kepemimpinan situasional MTs se
kabupaten Batang.
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis asumsi klasik, analisis model dan analisis regresi,
yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi
kepuasan (variabel bebas) terhadap variabel kinerja guru (variabel terikat)
dengan dimoderasi kepemimpinan transformasional (variabel moderasi). Dan
menggunakan model MRA (Moderated Regression Analysis), metode yang digunakan untuk mengidentifikasi ada
tidaknya variabel moderator.
Hasil
Dan Pembahasan
Uji Asumsi Klasik
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Statistik non
parametric Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari uji normalitas sebagai berikut :
Tabel
1 Hasil Uji Normalitas
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
Unstandardized
Residual |
|
N |
140 |
|
Normal Parametersa,b |
Mean |
0E-7 |
Std. Deviation |
.25780966 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
.134 |
Positive |
.134 |
|
Negative |
-.083 |
|
Kolmogorov-Smirnov Z |
1.587 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.013 |
|
a. Test distribution is Normal. |
||
b. Calculated from data. |
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan
bahwa data mempunyai distribusi tidak normal, karena memiliki nilai probabilitas asymp.sig (2-tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov lebih keci dari
0,05 yaitu 0,013.
2.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan menggunakan uji Glejser. Berikut merupakan hasil uji heterokedastisitas:
Tabel
2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
.773 |
2.769 |
|
.279 |
.780 |
Motivasi Kerja |
1.072 |
.968 |
2.172 |
1.107 |
.270 |
|
Kepuasan Kerja |
-1.225 |
1.215 |
-2.294 |
-1.008 |
.315 |
|
Kepemimpinan Transformasional |
-.084 |
.622 |
-.139 |
-.135 |
.893 |
|
Moderasi 1 |
-.011 |
.011 |
-3.190 |
-1.015 |
.312 |
|
Moderasi 2 |
.013 |
.014 |
3.391 |
.912 |
.364 |
|
a. Dependent Variable: AbsRes |
Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas diatas, dapat dilihat nilai
signifikansi setiap variabel. Variabel motivasi kerja memiliki nilai signifikansi 0,270> 0,05, berarti
tidak terjadi heterokedastisitas. Variabel kepuasan kerja memiliki nilai signifikansi 0,315> 0,05 berarti
tidak terjadi heterokedastisitas, dan variabel kepemimpinan transformasional memiliki nilai signifikansi 0,893> 0,05 berarti
tidak terjadi heterokedastisitas. Moderasi 1 memiliki nilai signifikansi 0,312> 0,05, berarti
tidak terjadi heterokedastisitas dan moderasi 2
memiliki nilai signifikansi 0,364> 0,05, berarti
tidak terjadi heterokedastisitas. Maka, dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi yang digunakan tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji Model
Pengujian
model dilakukan dengan menggunakan uji koefisien determinasi (adjusted R square) dan uji F (Anova) yang hasilnya disajikan pada tabel 3, berikut ini:
Tabel
3 Hasil Analisis Regresi
Keterangan |
Nilai Unstandardize Coefficients |
t Test |
Sig. |
Adjusted R Square |
F Test |
Motivasi Kerja (X1) |
-3,359 |
-2,458 |
0,015 |
0,483 |
F Hitung 25,070 Sig. 0,000 |
Kepuasan Kerja (X2) |
5,104 |
2,976 |
0,003 |
||
Kepemimpinan Transformasional (Z) |
1,879 |
2,140 |
0,034 |
||
Variabel Moderasi |
|||||
Moderasi 1 (X1Z) |
0,045 |
2,802 |
0,006 |
|
|
Moderasi 2 (X2Z) |
-0,061 |
-3,143 |
0,002 |
||
Constant |
-5,200 |
||||
Variabel Dependen : Kinerja |
Sumber:
Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa
F-hitung sebesar 25,070 dengan nilai signifikasi
yang diperoleh sebesar
0,000, berarti nilai signifikansi lebih keci dari < 0,05. Dengan demikian model regresi yang digunakan adalah model yang fit atau layak.
Berdasarkan tabel 3, kontribusi pengaruh variabel kompetensi profesional, motivasi kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar
0,483atau 48,3%, yang berarti bahwa
48,3% perubahan kinerja mampu dijelaskan oleh variabel motivasi kerja, kepuasan kerja dan kepemimpinan transformasional. Sedangkan sisanya sebesar 51,7% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak masuk dalam penelitian ini.
Analisis Regresi
Berikut
merupakan hasil analisis regresi variabel motivasi kerja, kepuasan kerja, kinerja dan kepemimpinn transformasional guru
MTS swasta di Kabupaten Batang:
Tabel
4 Hasil Analisis Regresi
Keterangan |
Nilai Unstandardize Coefficients |
t Test |
Sig. |
Adjusted R Square |
F Test |
Motivasi Kerja (X1) |
-3,359 |
-2,458 |
0,015 |
0,483 |
F Hitung 25,070 Sig. 0,000 |
Kepuasan Kerja (X2) |
5,104 |
2,976 |
0,003 |
||
Kepemimpinan Transformasional (Z) |
1,879 |
2,140 |
0,034 |
||
Variabel Moderasi |
|||||
Moderasi 1 (X1Z) |
0,045 |
2,802 |
0,006 |
|
|
Moderasi 2 (X2Z) |
-0,061 |
-3,143 |
0,002 |
||
Constant |
-5,200 |
||||
Variabel Dependen: Kinerja |
Sumber:
Data Primer yang diolah
Hasil Analisis Regresi di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -5,200 – 3,359 X1 + 5,104 X2 + 1,879 Z + 0,045 X1Z
- 0,061 X2Z + e
Dari persamaan regresi linear berganda diatas, maka dapat
diuraikan bahwa nilai koefisien regresi terbesar adalah variabel kepuasan kerja sebesar 5,104, hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja dominan mempengaruhi
kinerja, lalu variabel Kepemimpinan transformasional sebesar 1,879, variabel moderasi 1 sebesar 0,045, variabel moderasi 2 sebesar -0,061, dan
yang terkecil variabel motivasi kerja yaitu sebesar -5,200. Regresi model variabel kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional memiliki nilai koefisien positif dan signifikan yang artinya kinerja dipengaruhi variabel kepuasan kerja dan kepemimpinan transformasional dalam arah yang sama. Dengan kata lain, bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional maka akan meningkatkan kinerja. Sedangkan variabel motivasi kerja memiliki nilai koefisien negatif dan signifikan artinya variabel kinerja dipengaruhi variabel motivasi kerja dalam arah
yang berlawanan. Dengan
kata lain semakin tinggi motivasi kerja maka akan menurunkan
kinerja.
Variabel
motivasi kerja menghasilkan nilai koefisien sebesar -5,200 memiliki nilai negatif, sedangkan moderasi 1 menghasilkan nilai koefisien sebesar 0,045 memiliki nilai positif. Karena hasil uji menghasilkan tanda yang berbeda, maka kepemimpinan transformasional memoderasi terhadap kinerja dengan fungsi menguatkan.
Kemudian variabel kepuasan kerja menghasilkan nilai koefisien sebesar 5,104 memiliki nilai positif, sedangkan moderasi 2 menghasilkan nilai koefisien sebesar -0,061 memiliki nilai negatif. Hasil uji kepuasan kerja dan moderasi 2 yang dilakukan menghasilkan tanda yang berbeda, hal ini
berarti kepemimpinan transformasional memoderasi terhadap variabel kinerja dengan fungsi memperlemah.
Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis digunakan untuk membuktikan terhadap hipotesis yang diajukan pada penelitian ini dengan melihat
hasil uji t, yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh veriabel independen terhadap variabel dependent secara parsial. Uji hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh variabel motivasi kerja, kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru MTS swasta di Kabupaten Batang. Hipotesis dinyatakan dapat diterima jika nilai signifikasi
kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil uji t pada
table 4.14, maka dapat dilakukan pembuktian sebagai berikut:
1.
Pengujian
Hipotesis Pertama
H1: Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja Guru MTS swasta di Kabupaten Batang.
Berdasarkan hasil uji t variabel motivasi kerja terhadap kinerja diperoleh nilai t-hitung sebesar -2,458dengan nilai signifikan 0,015 lebih kecil dari (<) 0,05 dan nilai koefisien sebesar -3,358 Hal ini berarti hipotesis pengaruh kompetensi professional terhadap kinerja ditolak, karena bertanda negatif.
2.
Pengujian
Hipotesis Kedua
H2: Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja Guru MTS swasta di Kabupaten Batang.
Berdasarkan hasil uji t variabel kepuasan kerja terhadap kinerja diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,976dengan nilai signifikan 0,003 lebih kecil dari (>) 0,05 dan nilai koefisien sebesar 5,104. Hal ini berarti hipotesis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja diterima, karena signifikan dan positif.
3.
Pengujian
Hipotesis Ketiga
H3: Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru MTS
swasta di Kabupaten Batang.
Berdasarkan hasil uji t variabel kepemimpinan transformasional terhadap kinerja diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,140dengan nilai signifikan 0,034 lebih kecil dari (<) 0,05 dan nilai koefisien sebesar 1,879. Hal ini berarti hipotesis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja diterima, karena signifikan dan positif.
4.
Pengujian
Hipotesis Keempat
H4: Kepemimpinan transformasional memperkuat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru MTS swasta di Kabupaten Batang.
Berdasarkan hasil uji moderasi variabel motivasi kerja terhadap kinerja dengan kepemimpinan transformasional sebagai variabel moderasi diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,802 dengan nilai signifikan
0,006 lebih kecil dari (<) 0,05 dan nilai koefisiennya sebesar 0,045. Hal ini berarti hipotesis
kepemimpinan transformasional
memperkuat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja diterima karena menguatkan.
5.
Pengujian
Hipotesis Kelima
H5 : Kepemimpinan transformasional memperkuat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru MTS swasta di Kabupaten Batang.
Berdasarkan hasil moderasi variabel kepuasan kinerja terhadap kinerja dengan kepemimpinan transformasional sebagai variabel moderasi diperoleh nilai t-hitung sebesar -3,143 dengan nilai signifikan
0,002 lebih kecil dari (>) 0,05 dan nilai koefisiennya sebesar -0,061. Hal ini berarti hipotesis
kepemimpinan transformasional
memoderasi pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja ditolak karena memperlemah.
Pembahasan
1.
Motivasi
Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Kinerja
Hasil penelitian menolak hipotesis yang menyatakan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Majidaah, dkk (2020), Duryani, dkk (2018), yang menujukkan adanya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru.Hal ini terjadi
kerena responden tidak teliti dalam
mengisi setiap pertanyaan yang tersaji dalam kuesioner sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Motivasi
kerja guru MTS swasta di Kabupaten Batang sudah cukup baik.Namun,
masih banyak guru yang menganggap pendapatan yang diterima belum dapat memenuhi kebutuhan hidup dan jumlah pendapatan yang diterima dari sekolahan
belum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan guru dan keluarganya. Kurangnya teguran dari pihak sekolah
terhadap guru jika tugas tidak selesai
tepat waktu sehingga guru akan lebih disiplin lagi dalam melaksanakan
tugas. Bahkan, masih banyak guru yang belum merasa bangga
apabila hasil karyanya menjadi acuan bagi teman
sejawat, padalah hal ini mampu
meningkatkan semangat kerja dan dapat memunculkan karya-karya baru sehingga akan
meningkatkan kinerja.
2.
Kepuasan
Kerja Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja
Hasil penelitian ini menerima hipotesis
yang menyatakan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyan, dkk (2020), Ahmadinsah (2016), yang menujukkan
bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.Keadaan ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh yang cukup besar untuk
meningkatkan kinerja guru.
Dalam
hal ini kepuasan
kerja mencerminkan perasaan guru terhadap tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik disekolah. Adanya rasa puas terhadap sarana
dan sarana menunjukkan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran guru merasa dimudahkan dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat mempermudah guru dalam menguasai pekerjaan yang diberikan. Selain itu adanya perasaan
puas karena atasan selalu mendukung
apa yang dikerjakan guru, mendapat promosi jabatan dari atasan
dan atasan memberikan pengakuan atau penghargaan terhadap hasil kerja guru dan karyawan secara layak mampu meningkatkan
konsistensi dalam meingkatan kinerja mejadi lebih baik.
Merasa puas dengan komunikasi yang baik dengan rekan
juga mampu memberikan rasa kepuasaan tersediri sehingga mampu menjadi penunjang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai pengajar. Dengan demikian, kepuasan kerja yang tinggi mampu meningkatkan
kinerja guru menjadi lebih baik.
3.
Kepemimpinan Transformasional Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja
Hasil penelitian ini menolak hipotesis
yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Effendi (2018), Muzaeni (2015) yang menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Keadaan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kenaikan kinerja seorang guru.
Dalam
hal ini kepemimpinan
transformasional menunjukkan
gaya kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menginspirasi individu dan kelompok dengan cara mentranformasi
pemahaman dan nilai-nilai dalam kelompok. Dengan adanya kepala
sekolah yang konsisten bertindak sesuai nilai-nilai yang dianutnya, memberikan dorongan secara terus menerus,
mengarahkan perhatian
guru-guru agar terfokus pada apa
yang perlu dilakukan untuk berhasil mampu mendorong guru untuk berusaha meningkatkan kinerjanya agar dapat bekerja sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya. Selain itu, dengan adanya
inisiatif kepala sekolah membantu guru dalam menyelesaikan masalah dengan dukungan bukti dan alasan yang kuat, mendorong guru untuk mencoba cara baru
dalam kegiatan, menyisihkan waktu untuk melatih dan membimbing guru, memperhatikan
guru sebagai individu dan memberikan perhatian yang besar atas pengembangan
profesi mampu membuat sorang guru merasa yakin bahwa
kepemimpinan yang dilakukan
olah atasan akan membuat kinerjanya
semakin baik dan sesuai tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Dengan adanya kepemimpinan
yang baik akan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja guru.
4.
Kepemimpinan Transformasional Memoderasi Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional mampu memoderasi pengaruh motivasi kerja terhadap Kinerja guru MTS swasta di Kabupaten Batang.Efek yang diberikan berlawanan dengan motivasi kerja sehingga dapat memperkuat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja. Dengan kata lain semakin kuat kepemimpinan transformasional akan semakin tinggi motivasi kerja dan semakin memperbesar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru MTS swasta di Kabupaten Batang.
Hal ini terjadi
karena pemanfaatan kepemimpinan transformasional untuk menunjang motivasi kerja telah dilaksanakan secara dengan baik
dan sebagian besar kepemimpinan transformasional
sangat berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.Faktor kepemimpinan transformasional yang terkait dengan motivasi kerja.Kepala sekolah menyampaikan nilai-nilai luhur, menekankan pentingnya memiliki komitmen terhadap yang diyakini, mengikutsertakan guru dalam perencanaan sekolah, membangkitkan rasa saling menghargai pendapat kolega dan kepala sekolah membuat guru guru bekerja dengan penuh semangat dan optimis.Kepemimpinan transformasional
yang baik mampu meningkatkan motivasi kerja guru dalam meningkatkan kinerjanya.
5.
Kepemimpinan Transformasional Memoderasi Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional mampu memoderasi pengaruh kepuasan kerja terhadap Kinerja guru MTS swasta
di Kabupaten Batang.Namun efek yang diberikan berlawanan dengan motivasi kerja sehingga memperlemah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Dengan kata lain semakin kuat kepemimpinan
transformasional akan menurunkan kepuasan kerja dan semakin memperlemah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru MTS swasta di Kabupaten Batang. Hal ini terjadi karena responden kurang teliti dalam menjawab
setiap pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Padahal
sebagian besar kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap individu maupun instansi secara keseluruhan.Faktor dari kepemimpinan transformasional
yang terkait dengan kepuasan kerja guru.Kepala Sekolah mengikut sertakan guru dalam perencanaan suatu kegiatan, kepala sekolah mampu menangani isu isu yang sulit
dan kepala sekolah memberikan perhatian yang besar atas pengembangan
profesi.Dengan adanya rasa puas terhadap kepemimpinan
kepala sekolah seharusnya mampu memperkuat pengaruh terhadap kinerja dan mendorong guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan signifikan.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan
untuk menguji Pengaruh Motivasi kerja, Kepuasan kerja terhadap kinerja yang dimoderasi oleh Kepemimpinan Transformasional. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Motivasi kerja berpengaruh
negatif signifikan terhadap Kinerja Guru MTS swasta
di Kabupaten Batang.
2.
Kepuasan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru MTS swasta
di Kabupaten Batang.
3.
Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja MTS swasta di Kabupaten Batang.
4.
Kepemimpinan transformasional mampu memoderasi dan memberikan efek positif yang berarti menguatkan pengaruh motivasi kerja terhadap Kinerja Guru MTS swasta
di Kabupaten Batang.
5.
Kepemimpinan transformasional mampu memoderasi dan memberikan efek negative yang berarti melemahkan pengaruh kepuasan kerja terhadap Kinerja Guru MTS swasta di Kabupaten Batang.
BIBLIOGRAFI
Undang-Undang No. 20 T.
(2003). Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Ahmadiahsah, R. (2016). Pengaruh motivasi kerja dan
kepuasan kerja terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah Salatiga,Interdisciplinary
journal of communacation. vol.1,No.2, 223–236.
Aol Moses, J. (2010). Influnce of Motivation on Teachers’
Performance in Secondary Secondary in Uriri District Nyanza Province, Kenya. Http://Erepository.Uonbi.Acke:8080/Handle/123456789/3914.
Ardiana, T. E. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap
Kinerja Guru Akuntansi SMK di Kota Madiun. Urnal Akuntansi Dan Pajak, 17
No 2.
Dkk, H. (2017). Kepemimpinan kepala sekolah,supervisi akademi
dan motivasi kerja dalam meningkatkan kinerja guru. EM, 26–33.
Fadjar, M. A. (1998). Madrasah dan Tantangan Modernitas. In Bandung.
Herman, M. J., & Handayani, R. S. (2017). Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit Pemerintah dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 6(2),
137–146. https://doi.org/10.22435/jki.v6i2.6230.137-146
Kebudayaan, D. P. dan. (1997). Panduan Manajemen Sekolah
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Majidah. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi
Terhadap kinerja guru dengan kepuasan kerja sebagai variabel moderasi. 14
No 2.
Russel, B. dan. (1993). Human Resource Management. New
York: Mc Graw Hill,.
Sofyan, S. (2018). Pengaruh motivasi lingkungan kerja dan
kepuasan kerja terhadap kinerja guru SMP/MTs Muhammadiyah cabang Sawangan. Jurnal
Ilmu Komputer Dan Bisnis (JIKB), XI No.2a, 44–55.
Winarto. (2003). Iklim organisasi memoderasi pengaruh
motivasi kerja dan kompetensi terhadap kinerja guru SMK negeri di kabupaten
Pati. Manajemen Berbasis Sekolah, II edisi 1(26–43).
Copyright holder: Aria Wahyu Setyorini (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |