Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
10, Oktober 2022
PROFIL KUANTITAS
PENGGUNAAN ANTBIOTIK PADA PASIEN KRITIS COVID-19 DENGAN VENTILATOR DAN
NONVENTILATOR DI ICU RSUD DR.R. KOESMA TUBAN
Christiani Sinuor, Istiqoma Dewi Kurniawati
1Program Studi Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya, Indonesia
2Instalasi Farmasi RSUD DR.R. KOESMA TUBAN, jalan DR. Wahidin Sudirohusodo Tuban, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Coronavirus (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari virus SARS-CoV-2 dan dapat menyebabkan Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS). Penderita COVID-19 yang menjalani perawatan intensif di ruangan ICU pada umumnya mengalami ARDS atau sepsis yang disebabkan oleh pneumonia ( Dalam talaksana COVID-19 selain terapi suportif dan simptomatik diberikan juga terapi antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan memicu timbulnya resistensi yang dapat berdampak pada perawatan yang tidak efektif dan efisien karena berhubungan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, lama rawat dan biaya perawatan. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil kuantitas penggunaan antibiotik dengan metode DDD/100 patient-days. Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan analisis secara deskriptif melalui pengambilan data secara retrospektif. Sampel pada penelitian adalah pasien kritis COVID-19 dengan ventilator sebanyak 44 pasien dan non ventilator 88 pasien. Sampel penelitian pasien di ICU paling banyak didominasi oleh laki-laki. Nilai DDD/100 patients-days untuk tiga jenis antibiotik yang paling tinggi pada sampel penelitian dengan ventilator secara berurut adalah levofloksasin yaitu 83.10, meropenem 24.039, azitromisin 17.54 dan nilai DDD/100 patients-days untuk tiga jenis antibiotik yang paling tinggi pada sampel penelitian non ventilator adalah levofloksasin 71.45, meropenem 18.90 dan seftriakson 13.80 DDD/100 patient- days.
Kata Kunci: COVID-19, pasien kritis, kuantitas antibiotik, DDD/100 patient- days
Abstract
Coronavirus disease (COVID-19) is
an infection caused by the SARS-CoV-2 and cause Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS). Patients with COVID-19 who are in intensive care in the ICU generally
suffer from ARDS or sepsis caused by pneumonia. In the
management of COVID-19 in addition to supportive and
symptomatic therapy, antibiotic therapy is also given. Excessive use of antibiotics
triggers the onset of resistance which can have an impact on ineffective and
efficient treatments because it is associated with increased morbidity,
mortality, length of stay and treatment costs. Studies have been conducted that aim to
determine quantity profile of antibiotic use the DDD / 100 patient-days
method. This study used an observational design with descriptive analysis through retrospective
data retrieval. The samples
in the study were critical COVID-19 patients with 44 patients on ventilators and 88 on non-ventilators. The
study sample of patients in the ICU was most dominated by men. The antibiotic
with the highest DDD/100 patient-days value for the three types of
antibiotics in the study sample with ventilators were levofloxacin 83.10,
meropenem 24.09, azithromycin 17.54 and the highest DDD/100
patient-days value for the three types of antibiotics in the
study sample with non-ventilators were levofloxacin 7.45, meropenem
18.90
and ceftriaxone 13.80 DDD/100 patient-days.
Keywords: COVID-19,
critical patient,
quantity of antibiotic use, DDD/100 patient-days
Pendahuluan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru (Handayani, Hadi, Isbaniah, Burhan, & Agustin, 2020). Virus ini diidentifikasi pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei China (Li Q,2020) dengan dilaporkan serangkaian kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya, kasus tersebut berhubungan dengan pasar seafood yang berada di Wuhan. Sampel isolat dari pasien yang diteliti menujukkan terdapatnya coronavirus jenis baru yang termasuk dalam genus Betacoronavirus dan subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS dan MERS yang diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) (Rothan & Byrareddy, 2020). Penularan SARS-CoV-2 dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita, droplet yang diproduksi saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin) terhirup oleh orang di sekitarnya, saat seseorang menyentuh permukaan atau objek yang terkontaminasi virus dan orang tersebut secara sering menyentuh mulut, hidung atau mata (Soetjipto, 2020). Masa inkubasinya adalah 3-14 hari ditandai dengan kadar leukosit dan limfosit yang masih normal atau sedikit menurun belum ada gejala yang dirasakan, virus ini mulai menyebar melalui aliran darah menuju ke organ target mulai adanya gejala ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala awal, keadaan pasien mulai memburuk dengan ditandai sesak, menurunnya limfosit, dan perburukan lesi di paru, apabila pada fase ini tidak teratasi dapat terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis, dan komplikasi lain (Di Gennaro et al., 2020).. Pasien yang masuk ke ICU Pada umumnya dikarenakan mengalami ARDS atau sepsis yang disebabkan oleh pneumonia (Fatoni & Rakhmatullah, 2021) ARDS ditandai dengan sesak napas (dispnea dan takipnea) dan dengan progresif dapat menjadi gagal napas. Pasien COVID-19 dengan ARDS (CARDS) akan mengalami sesak, dengan peningkatan frekuensi napas sampai ≥ 30 kali/ menit, hipoksemia SpO2 ≤ 92 % dan PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg, bahkan dengan pemberian oksigen. ARDS pada COVID-19 dapat memburuk jika tidak ditangani. Penanganan ARDS dengan pemberian terapi oksigen untuk meningkatkan oksigenasi dan terapi antivirus, antibiotik, antikoagulan dan anti inflamasi (Fatoni & Rakhmatullah, 2021). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yang X et al., 2020 dengan melibatkan 710 pasien pneumonia COVID-19 menujukkan bahwa 7,3% pasien dengan gejala kritis, 67% pasien yang meninggal 38,5 % pasien yang bertahan 71% dengan ventilasi mekanik dan sebagian besar pasien mengalami disfungsi organ dimana 67% dengan ARDS, 29% dengan cedera ginjal akut, 23% dengan cedera otot jantung 29% dengan disfungsi hati dan 2% dengan pneumotoraks (Xia et al., 2021). Untuk talaksana COVID-19 masih berupa terapi simptomatik dan suportif (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Terapi simptomatik misalnya dengan pemberian antipiretik dan terapi suportif dengan pemberian terapi oksigen, ventilasi non invasiv (NIV), ventilasi mekanik non invasif pada pasien dengan kategori sakit berat atau kritis, selain itu pemberian antibiotik empiris harus didasarkan pada diagnosis klinis (pneumonia komunitas, pneumonia nosokomial atau sepsis), pemberian cairan isotonik kristaloid diberikan pada pasien yang mengalami syok dan vasopresor (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Sebagian besar penelitian 69,2% menunjukkan pemberian resep antibiotik untuk pasien yang dirawat di ICU dengan COVID-19 yang tidak memiliki bukti yang jelas tentang koinfeksi bakteri. Peresepan pengobatan terapi antibakteri empiris di awal terjadi pada 56,6% dari 1705 pasien, dimana hanya 3,5% dari kasus dikonfirmasi dengan infeksi bakteri. Kejadian infeksi tambahan berkisar antara 13,5% dan 44% untuk pasien dengan COVID-19 yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU), biasanya pneumonia terkait ventilator (VAP) yang disebabkan oleh penyebab bakteri atau jamur (Abu-Rub et al., 2021). Pemberian obat pada pasien COVID-19 harus dilakukan secara rasional yaitu pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis dan dosis yang sesuai. Penggunaan antibiotik harus memperhatikan waktu, frekuensi dan lama pemberian sesuai regimen terapi dan memperhatikan kondisi pasien. Penggunaan antibiotik yang berlebihan memicu timbulnya resistensi yang dapat berdampak pada perawatan yang tidak efektif dan efisien karena berhubungan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, lama rawat dan biaya perawatan (Sinto R,2020) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kuantitas penggunaan antibiotik yang dihitung dengan metode DDD/100 patient-days pada pasien kritis COVID-19 dengan ventilator dan non ventilator.
Metode Penelitian
Penelitian in dilakukan
di Rumah Sakit dr.R.Koesma Tuban pada Oktober –Desember 2021. Desain penelitian ini desain observasional
dengan analisis secara deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada pasien kritis COVID-19 dengan ventilator dan non ventilator di ruang
ICU Rumah Sakit dr.R.Koesma Tuban untuk periode Januari-Juni 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kritis COVID-19 dengan ventilator dan non ventilator yang menjalani perawatan di ruang ICU dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah pasien kritis COVID-19 yang menjalani
rawat inap di ICU dengan usia ≥ 18 tahun pada bulan Januari-Juni 2021 yang mendapatkan
terapi antibiotik . Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
cara penelusuran data dimulai dari penelusuran
rekam medis pasien yang akan diteliti. Pencatatan rekam medis pasien
menggunakan lembar pengumpul data bersumber dari data rekam medis meliputi data demografi pasien dan terapi antibiotik yang didapatkan. Data yang didapat kemudian dihitung dengan satuan DDD/100
patient-days.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian tentang kuantitas
penggunaan antibotik pada pasien kritis COVID-19 dengan ventilator dan non ventilator di ICU selama periode Januari-Juni 2021diperoleh data 128 pasien.
Data demografi sampel penelitian meliputi jenis kelamin, usia dan lama rawat inap menunjukkan bahwa pasien kritis COVID-19 dengan ventilator jenis kelamin laki-laki lebih banyak
22 (51.16%) sedangkan perempuan 21 (48.83%). Usia sampel
penelitian dengan ventilator yang terbanyak adalah 46-55 tahun sebesar 27.90% dengan
total lama rawat inap sampel penelitian 361 hari. Pasien
kritis COVID-19 non ventilator jenis kelamin laki-laki lebih banyak 44 (51.76%) dan perempuan 41 (48.23%) dengan kelompok
usia yang
terbanyak adalah usia
46-65 tahun sebesar 34.11% dengan total lama rawat inap sampel penelitian adalah 529 hari.
Tabel 1
Profil Demografi Sampel penelitian
Pasien kritis COVID-19 dengan ventilator (n= 43) |
||
Variabel |
Jumlah (n=
43) Mean
±SD |
Persentase
(%) |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-Laki |
22 |
51.16 |
Perempuan |
21 |
48.83 |
Usia
(tahun) |
|
|
18-25 |
2 |
4.65 |
26-35 |
4 |
9.30 |
36-45 |
7 |
16.27 |
46-55 |
12 |
27.90 |
56-65 |
11 |
25.58 |
≥ 65 |
7 |
16.27 |
Total Lama Rawat Inap |
361 hari (8.23 ±7.66) |
|
Pasien kritis COVID-19
non ventilator (n= 85) |
||
Variabel |
Jumlah (n=
85) Mean
±SD |
Persentase
(%) |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-Laki |
44 |
51.76 |
Perempuan |
41 |
48.23 |
Usia
(tahun) |
|
|
18-25 |
1 |
1.17 |
26-35 |
4 |
4.70 |
36-45 |
10 |
11.76 |
46-55 |
29 |
34.11 |
56-65 |
27 |
31.76 |
≥ 65 |
14 |
16.47 |
Total lama rawat inap |
529 hari (6.14±6.12) |
|
Dalam studi yang dilakukan Grasseli G, 2020 kebanyakan pasien laki-laki yang dirawat diruang ICU sebanyak 79.9%. Umumnya laki-laki lebih berisiko terpapar penyakit COVID-19 dibandingakan dengan perempuan hal ini mungkin disebabkan oleh Enzim angiotensin-2 (ACE-2) yang memungkinkan SARS-CoV-2 untuk menyerang sel epitel alveolus manusia (Bekelman et al., 2015). (Bekelman et al., 2015) menyatakan bahwa usia rata-rata pasien COVID-19 di ICU adalah 63 tahun dengan kelompok umur 55-69 tahun. Dalam sebuah studi di Italia menyatakan bahwa usia pasien COVID-19 di ICU yaitu 67.77 ± 9.92 dari kelompok usia 57 tahun–77 tahun (Bekelman et al., 2015). Faktor umur erat kaitannya dengan COVID-19 pada orang yang lanjut usia adanya proses degeneratif anatomi dan fisiologi tubuh sehinggan rentan terhadap penyakit, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan adanya penyakit penyerta menyebabkan kondisi tubuh yang lemah sehingga mudah terpapar COVID-19 (Z W, JM, M,2020).
Tabel 2
Golongan dan jenis
antibiotik yang digunakan
Pasien kritis COVID-19
dengan ventilator (n= 43) |
|||
No |
JenisAntibiotik |
Kode ATC |
Rute |
1 |
Levoflokasin |
J01MA12 |
P |
2 |
Meropenem |
J01DH02 |
P |
3 |
Azitromisin |
J01FA10 |
O |
4 |
Seftriakson |
J01DD04 |
P |
5 |
Gentamisin |
J01GB03 |
P |
6 |
Levofloksasin |
J01MA12 |
O |
7 |
Moksifloksasin |
J01MA14 |
P |
Jenis antibiotik yang digunakan pada pasien kritis COVID-19 dengan ventilator
dan non ventilator di rumah sakit
RSUD dr Koesma Tuban meliputi golongan sephalosporin generasi 3 yaitu seftriakson, makrolida yaitu azitromisin, aminoglikosida
yaitu gentamisin,
carbapenem yaitu meropenem dan golongan
fluorokuinolon yang paling banyak
digunakan yaitu levofloksasin.
Tabel 3
Hasil Analisis Kuantitas Penggunaan
Antibiotik dengan Metode
DDD/100 patient-days
Pasien kritis COVID-19 dengan ventilator (n= 43) |
|
||||||
No |
JenisAntibiotik |
Kode ATC |
Rute |
DDD (WHO) |
DDD total |
DDD/100 hari pasien |
Lama Hari Penggunaan Antibiotik (Hari);
mean; SD |
1 |
Levoflokasin |
J01MA12 |
P |
0.5 |
150 |
83.10 |
200;6.06;4.30 |
2 |
Meropenem |
J01DH02 |
P |
2 |
261 |
24.09 |
87;4.14;3.45 |
3 |
Azitromisin |
J01FA10 |
O |
0.3 |
19 |
17.54 |
35;3.5;2.01 |
4 |
Seftriakson |
J01DD04 |
P |
2 |
124 |
17.17 |
54;4.15;3.69 |
5 |
Gentamisin |
J01GB03 |
P |
0.24 |
4.32 |
4.98 |
27;6.75;4.57 |
6 |
Levofloksasin |
J01MA12 |
O |
0.5 |
3.5 |
1.93 |
7 |
7 |
Moksifloksasin |
J01MA14 |
P |
0.4 |
0.4 |
0.28 |
1 |
Total
562.22 |
|
Pasien kritis COVID-19
non ventilator (n= 85) |
|
||||||
No |
Jenis Antibiotik |
Kode ATC |
Rute |
DDD (WHO) |
DDD Total |
DDD/100 hari pasien |
Penggunaan
Antibiotik (Hari); mean; SD |
1 |
Levofloksasin |
J01MA12 |
P |
0.5 |
189 |
71.45 |
281;3.85;2.98 |
2 |
Meropenem |
J01DH02 |
P |
3 |
300 |
18.90 |
106;5.89;6.30 |
3 |
Seftriakson |
J01DD04 |
P |
2 |
146 |
13.80 |
70;4.12;2.15 |
4 |
Azitromisin |
J01FA10 |
O |
0.3 |
21.5 |
13.54 |
40;3.33;2.31 |
5 |
Azitromisin |
J01FA10 |
P |
0.5 |
4.5 |
1.70 |
9 |
Total
661 |
|
Perbedaan jenis serta nilai
DDD antibotik dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah perbedaan masalah medis serta
perbedaan karateristik populasi. Semakin
kecil nilai DDD/100 pasien-hari maka penggunaan antibiotik juga semakin kecil secara
kuantitas yang berpengaruh terhadap rasionalitas penggunaan antibiotik sebaliknya tingginya nilai DDD menunjukkan penggunaan antibiotik yang berlebihan. Penilaian ko-infeksi bakteri virus SARSCov-2
yang sulit menjadi satu tantangan dalam pertimbangan penggunaan antibiotik pada pasien COVID-19. Kadar prokalsitonin
yang tinggi
pada pasien COVID-19 terutama
pada pasien dengan derajat kritis dapat menjadi dugaan
bahwa adanya koinfeksi bakteri, sehingga perlu dipertimbangkan pemeriksaan
kultur dengan kadar prokalsitonin ≥ 0.25µg/L yang menunjukkan
adanya infeksi bakteri namun pada kadar prokalsitonin dibawah ≥ 0.25µg/L didapatakan juga pasien tetap diberikan
antibiotik (Kelana, Ikawati, & Wiedyaningsih, 2021). Tingginya penggunaan beberapa antibiotik perlu dilakukan pengendalian penggunaan dengan cara mengontrol
penggunaan antibiotik.
Azitromisin diberikan dengan dosis sehari
satu tablet 500 mg perhari selama lima hari, dan levofloksasin dapat diberikan apabila dicurigai ada infeksi
bakteri dengan dosis 750 mg/24 jam intravena atau per oral untuk 5-7 hari. Dalam tatalaksana COVID-19 edisi tiga pemberian
antibiotik
yang ada
pada pedoman tatalaksana edisi 3 yaitu azitromisin
oral dan levofloksasin intravena
(PDPI,2020). Banyaknya penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dan juga pemberian antibiotik yang tetap diberikan walaupun pemeriksaan kultur menunjukkan tidaknya ada pertumbuhan
kuman pada penderita. Untuk mengurangi terjadinya resistensi penggunaan antibiotik maka pemilihan antibiotik harus berdasarkan pada informasi spektrum bakteri penyebab terjadinya infeksi dan pola kepekaan terhadap antibiotik. Dalam penelitian ini peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian terhadap pola kepekaan kuman
terhadap penggunaan antibiotik dari pasien COVID-19 yang dirawat di ruang ICU
RSUD dr
Koesma Tuban, sehingga dengan adanya pola kuman
dan pola resistensi kuman pasien yang menjalani perawatan di ruang intensif dapat membantu u ntuk digunakan dalam membuat tatalaksana
yang efektif dari penggunaan antibiotik di ruang Intensive Care
Unit RSUD dr Koesma Tuban.
Kesimpulan
Profil pasien
kritis COVID-19 dengan
ventilator dan non ventilator
di Rumah Sakit
Umum Daerah dr.R. Koesma Tuban periode
Januari-Juni 2021 berjenis kelamin laki-laki 52.57
% dan didominasi pada usia 46-55 tahun. Nilai DDD/100 pasien-hari pada pasien kritis COVID-19 dengan ventilator
yang paling tinggi secara berurut adalah adalah levofloksasin 83.10, meropenem 24.09 dan azitromisin 17.54 DDD/100 patient-day sedangkan pada pasien non ventilator adalah levofloksasin 71.45, meropenem 18.90 dan seftriakson 13.80
DDD/100 patient-days.
BIBLIOGRAFI
Abu-Rub, Lubna I., Abdelrahman, Hana A., Johar, Al
Reem A., Alhussain, Hashim A., Hadi, Hamad Abdel, & Eltai, Nahla O. (2021).
Antibiotics Prescribing In Intensive Care Settings During The Covid-19 Era: A
Systematic Review. Antibiotics, 10(8), 935.Google
Scholar
Bekelman, David B., Plomondon, Mary E.,
Carey, Evan P., Sullivan, Mark D., Nelson, Karin M., Hattler, Brack, Mcbryde,
Connor F., Lehmann, Kenneth G., Gianola, Katherine, & Heidenreich, Paul A.
(2015). Primary Results Of The Patient-Centered Disease Management (Pcdm) For
Heart Failure Study: A Randomized Clinical Trial. Jama Internal Medicine,
175(5), 725–732. Google
Scholar
Dalamaga, Maria, Karampela, Irene, &
Mantzoros, Christos S. (2020). Commentary: Could Iron Chelators Prove To Be
Useful As An Adjunct To Covid-19 Treatment Regimens? Metabolism, 108,
154260. Google
Scholar
Di Gennaro, Francesco, Pizzol, Damiano,
Marotta, Claudia, Antunes, Mario, Racalbuto, Vincenzo, Veronese, Nicola, &
Smith, Lee. (2020). Coronavirus Diseases (Covid-19) Current Status And Future
Perspectives: A Narrative Review. International Journal Of Environmental
Research And Public Health, 17(8), 2690. Google
Scholar
Fatoni, Arie Zainul, & Rakhmatullah,
Ramacandra. (2021). Acute Respiratory Distress Syndrome (Ards) Pada Pneumonia
Covid-19. Journal Of Anaesthesia And Pain, 2(1), 11–24. Google
Scholar
Grau, Santiago, Hernández, Sergi,
Echeverría-Esnal, Daniel, Almendral, Alexander, Ferrer, Ricard, Limón, Enric,
Horcajada, Juan Pablo, & (Vincat-Proa), Catalan Infection Control
Antimicrobial Stewardship Program. (2021). Antimicrobial Consumption Among 66
Acute Care Hospitals In Catalonia: Impact Of The Covid-19 Pandemic. Antibiotics,
10(8), 943. Google
Scholar
Handayani, Diah, Hadi, Dwi Rendra,
Isbaniah, Fathiyah, Burhan, Erlina, & Agustin, Heidy. (2020). Corona Virus
Disease 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2), 119–129. Google
Scholar
Kelana, Ardiyatul I., Ikawati, Zullies,
& Wiedyaningsih, Chairun. (2021). Karakteristik Klinik Dan Pola Antibiotik
Pada Pasien Rawat Inap Coronavirus Disease 2019 Di Rumah Sakit Wava Husada
Malang. Indonesian Journal Of Clinical Pharmacy, 10(4), 321–329. Google
Scholar
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(2020). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19). Menkes/413/2020, 2019, 207. Google
Scholar
Metlay, Joshua P., & Waterer, Grant W.
(2020). Treatment Of Community-Acquired Pneumonia During The Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) Pandemic. Annals Of Internal Medicine, Vol. 173,
Pp. 304–305. American College Of Physicians. Google
Scholar
Rothan, Hussin A., & Byrareddy,
Siddappa N. (2020). The Epidemiology And Pathogenesis Of Coronavirus Disease
(Covid-19) Outbreak. Journal Of Autoimmunity, 109, 102433. Google
Scholar
Sinuor, Christiani, & Kurniawati,
Istiqoma Dewi. (2022). Profil Kuantitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Kritis Covid-19 Dengan Ventilator Dan Non Ventilator Di Icu Rsud Dr. R. Koesma
Tuban. Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(10). Google
Scholar
Soetjipto, Noer. (2020). Ketahanan Umkm
Jawa Timur Melintasi Pandemi Covid-19. K-Media. Google
Scholar
Wasiaturrahmah, Yusrinie, Putra, Aditya
Maulana Perdana, Nahdha, Nahdha, & Rahmah, Nahdiya. (2022). Profil
Penggunaan Obat Pada Pasien Covid-19 Di Salah Satu Rumah Sakit Di Banjarmasin. Jurnal
Insan Farmasi Indonesia, 5(1), 149–158. Google
Scholar
Widjaja, Jahja T., Kwee, Limdawati,
Giantara, Andreas K., Suabgiyo, Henry A., Edwin, Christian, & Putri,
Ranietha L. (2021). Karakteristik Pasien Covid-19 Rawat Inap Di Rs Immanuel
Bandung, Indonesia. Journal Of Medicine And Health, 3(2). Google Scholar
Xia, Shengli, Zhang, Yuntao, Wang, Yanxia,
Wang, Hui, Yang, Yunkai, Gao, George Fu, Tan, Wenjie, Wu, Guizhen, Xu, Miao,
& Lou, Zhiyong. (2021). Safety And Immunogenicity Of An Inactivated
Sars-Cov-2 Vaccine, Bbibp-Corv: A Randomised, Double-Blind, Placebo-Controlled,
Phase 1/2 Trial. The Lancet Infectious Diseases, 21(1), 39–51. Google
Scholar
Copyright holder: Christiani Sinuor,
Istiqoma Dewi Kurniawati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |