Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 10, Oktober 2022
OPTIMASI SISTEM TENAGA LISTRIK DI INDUSTRI UNTUK MENGANTISIPASI
PENAMBAHAN BEBAN DAN PENETRASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SOLAR
FOTOVOLTAIK
M. Aldrin Julianto, Iwa Garniwa
Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Energi listrik yang memiliki kualitas daya yang baik dan andal menjadi faktor
yang sangat vital untuk mendukung
iklim dunia industri yang kompetitif. Pada sektor industri
yang memiliki sistem tenaga listrik off grid, sangat
penting untuk mengetahui seberapa optimal dan andal sistem tenaga
listriknya untuk mengantisipasi penambahan beban di masa mendatang tidak mengganggu kualitas dan stabilitas sistem. Kemampuan sistem tenaga listrik
di industri untuk menyesuaikan terhadap permintaan beban di masa mendatang tidak mudah karena keterbatasan
pembangkit listrik yang terhubung pada sistem. Selain itu dengan
memperhatikan perkembangan
penetrasi penggunaan energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) solar fotovoltaik yang semakin meluas dapat mempengaruhi stabilitas sistem tenaga listrik karena sifat intermitensi
dan ketersediaanya yang tidak
bisa diperkirakan. Sehingga ketika daya PLTS hilang secara mendadak dapat mengakibatkan stabilitas frekuensi sistem mengalami penurunan dan dibutuhkan respon yang cepat dari pembangkit listrik yang ada pada sistem untuk menghindari
pemadaham total. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
bagaimana optimasi yang dapat dilakukan pada sistem tenaga listrik
di industri untuk dapat mengantisipasi proyeksi penambahan beban di masa depan dan penetrasi PLTS solar fotovoltaik ke sistem agar tidak mengurangi kualitas daya dan keandalan sistem dengan melakukan pemodelan pada studi kasus sistem tenaga
listrik di PT Pusri
Palembang dengan menggunakan
perangkat lunak Electrical
Transient Analyzer Program (ETAP).
Kata Kunci: Optimasi sistem tenaga, energi terbarukan, PLTS solar fotovoltaik, industri, keandalan, stabilitas
Abstract
The need of power system quality and stability is one of
the most important thing to increase productivity and
competitiveness in industrial process. Some industries have off grid electrical
power systems, therefore it is important to know how
optimal and reliable the electrical power system to supply load requirements in
the future. Since power generation connected to system is limited, so the flexibility of power
system in industry is low. In addition, the rapid development of penetration
of renewable energy source such as solar photovoltaic has an impact of power
system stability and quality because of its intermittent, availability, and
grid related problems. So when the electrical power
from solar photovoltaic is suddenly lost, a frequency instability phenomenon
will occur and need fast response of conventional synchronous generator to
prevent power system blackout. The objective of this research was to study
power system optimization in industry in terms of quality and stability by
considering future load demand and penetration rate of solar photovoltaic by
modeling and simulation using Electrical Transient Analyzer Program (ETAP)
software.
Keywords: Power
system optimization, stability, quality, renewable energy, solar photovoltaic.
Pendahuluan
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mempunyai dampak pada kinerja pertumbuhan
ekonomi. Untuk mendukung proses industrialisasi,
ketersediaan energi menjadi salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan produktifitas dunia industri. Energi listrik yang memiliki kualitas daya yang andal mempunyai faktor yang sangat
vital untuk mendukung iklim industri yang kompetitif. Kualitas daya dalam sistem
tenaga listrik di sektor industri menjadi sangat penting karena dapat mempengaruhi
performa peralatan sampai dengan efisiensi
dalam proses produksi. Tingginya beban induktif pada industri telah menyebabkan permasalahan kualitas daya pada sistem tenaga listrik (Bhagavathy et
al., 2018). Permasalahan-permasalahan karena rendahnya faktor daya pada sistem membuat tingginya arus, panas, susut
yang tinggi, serta rendahnya efisiensi pada sistem (Waterton et al., 2012). Pengaruh
kualitas daya pada industri antara lain: berhentinya aktivitas produksi, kehilangan potensi keuntungan, meningkatnya biaya produksi, penggunaan energi yang tidak efisien, serta mengurangi usia pakai peralatan (Muhamad et al., 2007).
Pada industri yang memiliki sistem tenaga listrik terpisah dari grid, pada umumnya memiliki beberapa pembangkit listrik yang terhubung secara paralel lalu diditribusikan ke masing-masing beban. Beban di industri memiliki karakteristik di mana umumnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara beban dasar
dan beban puncak yang dikarenakan proses produksi berlangsung 24 jam secara kontinyu sepanjang tahun. Sehingga sangat penting untuk menjaga
kualitas daya listrik sesuai dengan besaran dan standar yang ada agar setiap peralatan dapat bekerja secara
optimal. Sebagian industri di Indonesia memiliki sistem tenaga listrik yang terpisah dari jaringan
nasional yang ada, beberapa sistem tersebut dapat terhubung ada yang terhubung dengan grid nasional dan ada juga yang berdiri sendiri serta tidak terhubung
dengan grid (Mulyani & Hartono,
2018). Untuk industri yang kebutuhan energi listriknya tidak menggunakan grid nasional memiliki keterbatasan untuk menambah kebutuhan energi listrik karena keterbatasan pembangkit listrik yang ada. Sehingga sangat penting untuk mengetahui
berapa beban maksimal yang dapat dipenuhi oleh sistem tenaga listrik di industri dengan tetap mempertahankan kualitas daya pada sistem.
Selain itu, perkembangan energi terbarukan dengan meningkatnya penetrasi energi listrik yang berasal dari sumber
energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) solar fotovoltaik yang memiliki tingkat intermitensi yang tinggi dan ketersediaan yang tidak kontinyu akan sangat berpengaruh dalam stabilitas daya listrik, khususnya di dunia
industry (Garniwa et
al., 2019). Setiap perkembangan teknologi tentunya mempunyai tantangan-tantangan tersendiri. Salah satu permasalahan yang dihadapi ketika menggunkan PLTS Solar fotovoltaik adalah availability
atau ketersedian radiasi sinar matahari
yang ada dan sifatnya yang intermiten. Keterbatasan ini menyebabkan fluktuasi yang tinggi yang akan berdampak pada kualitas daya pada sistem tenaga listrik
(Garniwa et
al., 2019). Oleh karena
itu mengetahui respon stabilitas frekuensi menjadi sangat penting dalam pengembangan
sistem tenaga listrik yang terintegrasi dengan sumber pembangkit
yang berasal dari energi terbarukan (Hudaya et al., 2021).
PLTS solar fotovoltaik merupakan jenis pembangkit listrik yang tidak memiliki inersia seperti pembangkit yang berbasis turbin generator. Hal ini membuat inersia total pada sistem tenaga listrik
berkurang sehingga mempengaruhi performa sistem dan stabilitas transien ketika terjadi gangguan atau kebutuhan beban yang tinggi. Untuk itu sangat penting
untuk mengetahui dampak dalam sisi
teknis dari tingginya penetrasi PLTS solar fotovoltaik pada performa sistem tenaga listrik
(Chathurangi et al., 2018). Dengan adanya penetrasi PLTS solar fotovoltaik ke dalam sistem
tenaga listrik industri akan menyebabkan
fluktuasi pada pembangkit listrik pada sistem tenaga (Anup et al., 2017). Dengan sifat intermitensi dan ketersediaan
yang tidak bisa diprediksi, maka ketika daya PLTS hilang secara mendadak
akan mengakibatkan perlunya respon yang baik dari pembangkit
listrik yang ada pada sistem untuk merespon
kehilangan daya yang terjadi secara mendadak (Dhlamini & Chowdhury, 2018).
Pada penelitian ini akan melakukan
analisis dan optimasi pada sistem tenaga listrik
di industri dengan membahas studi kasus pada sistem tenaga listrik di PT Pusri Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan
mempertimbangkan proyeksi penambahan beban yang dapat dilakukan pada sistem tenaga listrik
serta memproyeksikan dampak penetrasi PLTS solar fotovoltaik dari sisi kualitas daya
dan keandalan sistem dengan mengacu pada standar IEEE Std 1159-2017 (Anup et al., 2017) dan IEEE Std C37.106-2003 (Association, 2009). Metode yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dengan
cara melakukan simulasi beberapa mode operasi, serta melakukan estimasi penambahan beban maksimal yang dapat dilakukan pada sistem tenaga listrik di masa depan dan melakukan analisis seberapa besar penetrasi PLTS solar fotovoltaik yang paling optimal sehingga
tidak berdampak pada kualitas daya dan stabilitas sistem tenaga listrik di industri. Simulasi pada penelitian ini akan menggunakan fitur analisis yang ada pada perangkat lunak ETAP versi 19.2.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini yang akan membahas
sistem tenaga listrik di industri dengan studi kasus
pada PT Pusri Palembang. Pada sistem
tenaga listrik tesebut terdapat 5 pembangkit listrik yang terdiri dari 1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) dengan kapasitas daya mampu netto
20MW, 3 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan kapasitas daya mampu netto
masing-masing 12MW dan 1 PLTG dengan kapasitas daya mampu 15MW. Pembangkit listrik ini tehubung
secara paralel untuk menyuplai beban 4 total beban rata-rata sebesar 45MW. Gambaran sistem tenaga listrik terlihat pada single line diagram pada gambar
1.
Gambar 1
Pemodelan Sistem Tenaga Listrik Menggunakan
ETAP
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis aliran daya ketika dilakukan
simulasi penambahan beban seperti yang dideskripsikan pada tabel 1. Selanjutnya akan dilakukan perbandingan pengaruh dari penambahan
beban di tiga titik yang berbeda yaitu pada bus switchgear Syn bus 13,8kV, New syn
bus 13,8kV, Syn bus 33kV. Setelah dilakukan
simulasi akan dilakukan analisis tegangan jatuh dan susut pada setiap mode operasi.
Tabel 1
Skenario Persentase Penambahan
Beban pada Sistem
Load type |
Persentase Penambahan Beban |
||||
20% |
40% |
60% |
80% |
100% |
|
Maksimum Penambahan Beban (MW) |
|||||
Penambahan beban |
5,17 |
10,28 |
15,32 |
20,25 |
24,9 |
Existing load |
45 |
45 |
45 |
45 |
45 |
Total beban |
50,17 |
55,28 |
60,32 |
65,25 |
69,9 |
Selanjutnya, akan dilakukan analisis aliran daya dan analisis stabilitas transien ketika dilakukan penetrasi PLTS solar fotovoltaik dengan beberapa skenario seperti yang dijelaskan pada tabel 2. Analisis stabilitas transien dilakukan dengan cara melakukan
load rejection test ketika pada beban maksimal PLTS pada
masing-masing persentase penetrasi.
Tabel 2
Skenario Penetrasi Penambahan
PLTS Solar Fotovoltaik
Penambahan Beban |
Persentase Penetrasi PLTS Solar Fotovoltaik |
||||
20% |
40% |
60% |
80% |
100% |
|
Maksimum Pembangkitan(MW) |
|||||
PLTS
solar fotovoltaik |
2,4 |
4,8 |
7,2 |
9,6 |
12 |
PLTG P3 |
7 |
7 |
6 |
6 |
5 |
PLTG P4 |
7 |
7 |
6 |
6 |
5 |
PLTG P1B |
11,74 |
8,58 |
8,18 |
5,85 |
5,4 |
PLTU P2B |
20 |
20 |
20 |
20 |
20 |
PLTG P2 |
cold reserve |
Hasil dan Pembahasan
Pada analisis penambahan beban pada sistem, dilakukan penambahan secara bertahap dimulai dari 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% dari
cadangan putar yang tersedia pada kondisi beban saat ini.
Gambar 2 menunjukkan hasil simulasi yang menunjukkan tegangan pada masing-masing bus pada saat
penambahan beban dilakukan.
(a) (b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 2
Tegangan Jatuh Pada Masing-Masing Bus Switchgear Saat Penambahan Beban (a)20% (b)
40% (c) 60% (d) 80% (e) 100%
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan penambahan beban yang mampu ditanggung oleh sistem tanpa adanya
peralatan yang mengalami kelebihan beban dan drop tegangan di tiap-tiap bus adalah penambahan beban sebesar 80% atau sampai dengan
20,8MW. Serta penambahan beban
tersebut dilakukan pada bus
switchgear Syn bus 13,8kV.
Tabel 3
Tegangan Jatuh, dan Susut
Ketika Penambahan Beban
|
Persentase Penambahan Beban |
||||
20% |
40% |
60% |
80% |
100% |
|
Maksimum Penambahan Beban (MW) |
|||||
|
|
|
|
|
|
Tegangan jatuh maksimal (%) |
7,3 |
7,3 |
7,3 |
7,3 |
11,3 |
faktor daya minimum |
0,72 |
0,74 |
0,75 |
0,74 |
0,64 |
Susut maksimal (MW) |
0,45 |
0,54 |
0,53 |
0,63 |
0,76 |
Dengan melakukan penambahan
beban maksimal 80% dari cadangan putar
pada switchgear Syn bus 13,8kV tegangan jatuh paling tinggi sebesar 2,7% bus switchgear Syn bus untuk
level tegangan 33kV dan 13,8kV. Sedangkan
pada sisi bus beban 2,4 KV
dan 480V drop tegangan paling tinggi
masing-masing 7,3%
yang terjadi pada bus beban 2,4kV P3B dan 480V P1B. Tegangan jatuh tersebut masih masuk dalam
kategori normal sesuai dengan standar IEEE Std
1159-2019. Dari sisi susut
pada mode operasi ini terdapat total susut daya aktif sebesar
0,63MW. Semua pembangkit listrik mempunyai faktor daya yang baik berkisar antara
0,74 sampai dengan 0,85 sehingga efisiensi operasi masing-masing pembangkit masih terjaga dengan
baik.
Sistem
masih mampu bekerja dengan baik ketika beban
ditambah sebesar 20,8 MW meskipun dengan melakukan mode operasi menjalankan semua pembangkit yang ada. Dengan mode operasi seperti ini sistem
mampu beroperasi dengan normal dengan memiliki cadangan putar sebesar 3,5 MW sehingga sistem masih dapat mengatasi
fluktuasi beban dengan besaran di bawah cadangan putar tersebut. Sebagai konsekuensinya dengan menjalankan semua pembangkit listrik yang ada, pengaturan sistem pelepasan beban harus dihitung dengan cermat agar ketika terjadi gangguan baik pada sisi pembangkit, sisi transmisi, maupun sisi distribusi
sistem dapat kembali normal dan tidak menyebabkan blackout total.
Penambahan beban sebesar 80% menjadi yang paling optimal, karena
ketika dilakukan penambahan beban melebihi persentase tersebut membuat drop tegangan pada beberapa bus melebihi standar yang ada. Selain ini
penambahan beban melebihi 80% membuat cadangan putar yang dimiliki oleh sistem menjadi tidak optimal sehingga ketika terjadi gangguan pada beban dapat menyebabkan
beberapa peralatan mengalami kelebihan beban.
Pada analisis penetrasi PLTS solar fotovoltaik
pada sistem, dilakukan penetrasi secara bertahap dimulai dari 2,4MW, 4,8MW, 7,2MW, 9,6MW, dan 12MW. Berdasarkan hasil analisis aliran daya pada kondisi steady state, tegangan
jatuh pada saat PLTS dipenetrasikan ke dalam sistem tidak
berpengaruh karena pada dasarnya beban pada sistem secara kesuluruhan
tidak bertambah. Dari sisi titik instalasi
penambahan PLTS, baik dilakukan pada bus switchgear Syn bus 13,8kV, New syn bus, maupun Syn bus 33kV juga tidak memiliki perbedaaan secara signifikan. Besaran drop tegangan dan susut masih masuk
ke dalam standar.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 3
Tegangan Jatuh Pada Masing-Masing Bus Switchgear Saat Penetrasi PLTS
(a) 20% (b) 40% (c) 60% (d) 80% (e) 100%
Berdasarkan hasil simulasi yang
telah dilakukan, yang perlu dicermati adalah faktor daya masing-masing pembangkit
setelah penetrasi PLTS
solar fotovoltaik. Karena PLTS hanya
mampu membangkitkan daya aktif dan tidak dapat membangkitkan
daya reaktif. Pada saat penetrasi PLTS dilakukan sebesar 100% atau 12MW pada sistem, terlihat faktor daya masing-masing PLTG bervariasi
antara 0,55 sampai dengan 0,64. Mengacu kepada kurva kapabilitas
pembangkit listrik, faktor daya yang rendah dalam operasi
yang terus menerus dapat mengurangi usia pakai pembangkit.
Sehingga untuk mempertahankan kondisi operasional pembangkit listrik agar tetap mampu beroperasi secara andal berdasarkan
kurva kapabilitas yang ada.
Tabel 4
Tegangan Jatuh, Susut, dan faktor daya Saat Penetrasi PLTS
Load type |
Persentase Penetrasi PLTS |
||||
20% |
40% |
60% |
80% |
100% |
|
Maksimum Penetrasi PLTS(MW) |
|||||
|
|
|
|
|
|
Tegangan jatuh maksimal (%) |
7,7 |
7,7 |
7,7 |
7,7 |
7,7 |
Susut maksimal (MW) |
0,48 |
0,48 |
0,5 |
0,53 |
0,52 |
faktor daya minimum |
0,73 |
0,73 |
0,67 |
0,59 |
0,55 |
Penetrasi PLTS paling optimal adalah
pada saat penetrasi dilakukan sebesar 40% atau 4,8MW. Pada saat penetrasi dengan daya tersebut, masing-masing pembangkit memiliki faktor daya antara 0,73 sampai dengan 0,86.
Pada analisis stabilitas transien ketika dilakukan penetrasi PLTS solar fotovoltaik didapatkan hasil seperti yang terlihat pada gambar 4. Berdasarkan hasil simulasi stabilitas transien yang telah dilakukan, penetrasi PLTS solar fotovoltaik sebesar 40% atau 4,8MW merupakan besaran penetrasi yang paling optimal pada sistem.
Setelah dilakukan load
rejection test pada saat
daya puncak PLTS sebesar 4,8MW, masing-masing pembangkit
listrik yang ada masih dapat merespon
kehilangan daya PLTS. Penurunan frekuensi yang terjadi ketika kehilangan beban juga masih masuk ke
dalam standar yang ada. Meskipun penurunan
frekuensi tetap terjadi namun laju
penurunan frekuensi hanya sebesar 0,1Hz/detik dan frekuensi terendah mencapai 48,35Hz terjadi pada detik ke-15,2 setelah daya PLTS hilang dan sistem mampu merespon penurunan frekuensi dan menjadi stabil kembali.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 4
Respon Stabilitas Frekuensi Sistem Ketika Load Rejection Test PLTS
(a) 20% (b) 40% (c) 60%(d) 80% (e) 100%
Ketika penetrasi PLTS dinaikkan ke 60% atau 7,2MW, maka sistem tenaga listrik
tidak dapat menjaga stabilitas dari besaran-besaran standar yang telah ditentukan. Pada saat kehilangan daya PLTS sebesar 7,2MW, frekuensi sistem jatuh pada detik ke-7,9 ke titik 46,6Hz. Sistem juga lebih menjadi tidak
stabil ketika penetrasi dilakukan pada besaran 80% dan 100%, di mana setelah
dilakukan load rejection test PLTS pada daya tersebut, frekuensi turun masing-masing mencapai 45,85Hz dan 45Hz. Penurunan
frekuensi tersebut, berdasarkan IEEE standard C37. 106-2003 sudah tidak memenuhi
standar stabilitas frekuensi yang ada.
Tabel
5
Stabilitas Kestabilan Frekuensi
Saat Penetrasi PLTS
Load type |
Persentase Penetrasi PLTS |
||||
20% |
40% |
60% |
80% |
100% |
|
Maksimum Penetrasi PLTS(MW) |
|||||
|
|
|
|
|
|
Frekuensi minimum (Hz) |
48,35 |
47,3 |
46,6 |
45,85 |
45 |
Waktu sampai frekuensi min (s) |
15,5 |
10,4 |
7,9 |
8 |
6,7 |
Df/dt
(Hz/s) |
0,1 |
0,259 |
0,43 |
0,51 |
1 |
Kesimpulan
Optimasi penambahan beban pada sistem tenaga listrik
pada studi kasus PT Pusri Palembang dapat dilakukan dengan maksimal penambahan beban sebesar maksimal
80% dari cadangan putar atau 20,8MW. Penambahan beban dengan persentase membuat tegangan jatuh paling tinggi di level 7,3%
dan susut tidak lebh dari 0,63MW serta membuat semua
pembangkit beroperasi pada
mode operasi optimalnya dengan faktor daya 0,74 sampai dengan 0,85. Dalam hal penetrasi PLTS solar fotovoltaik dapat ditarik kesimpulan tidak berpengaruh terhadap tegangan jatuh dan persentase penetrasi PLTS paling optimal adalah
sebesar 40% atau 4,8MW.
Pada penetrasi tersebut ketika dilakukan load
rejection test, laju penurunan
frekuensi hanya sebesar 0,1Hz/detik dan frekuensi terendah mencapai 48,35Hz terjadi pada detik ke-15,2 dan sistem mampu merespon penurunan frekuensi dengan baik.
Penulis ucapkan terima kasih kepada PT Pusri Palembang atas dukungan serta fasilitas yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan
dan menyelesaikan penulisan
karya ilmiah ini.
BILBIOGRAFI
Anup, S., Verma, A., &
Bhatti, T. S. (2017). Transient stability study in solar photovoltaic-wind
plant based multimachine system. 2017 IEEE International Conference on Smart
Grid and Smart Cities (ICSGSC), 178–182.
Association, I. S. (2009). IEEE Recommended Practice for
Monitoring Electric Power Quality. IEEE Standard.
Bhagavathy, P., Latha, R., & Elango, S. (2018). A Case
Study on the Impact of Power Quality Analysis in Textile Industry. 2018 IEEE
13th International Conference on Industrial and Information Systems (ICIIS),
453–456.
Chathurangi, D., Jayatunga, U., Rathnayake, M.,
Wickramasinghe, A., Agalgaonkar, A., & Perera, S. (2018). Potential power
quality impacts on LV distribution networks with high penetration levels of
solar PV. 2018 18th International Conference on Harmonics and Quality of
Power (ICHQP), 1–6.
Dhlamini, N., & Chowdhury, S. P. D. (2018). Solar
photovoltaic generation and its integration impact on the existing power grid. 2018
IEEE PES/IAS PowerAfrica, 710–715.
Garniwa, I., Kuncoro, M., & Darussalam, R. (2019).
Comparative Study for PV Power Stabilization Technology using Matlab Simulink. 2019
International Conference on Mechatronics, Robotics and Systems Engineering
(MoRSE), 112–117.
Hudaya, C., Sudiarto, B., & Garniwa, I. (2021). Effects
of Solar and Wind Power Energy Sources Integration on Frequency Dynamics in
Microgrid. Journal of Physics: Conference Series, 1858(1), 12047.
Muhamad, M. I., Mariun, N., & Radzi, M. A. M. (2007). The
effects of power quality to the industries. 2007 5th Student Conference on
Research and Development, 1–4.
Mulyani, D., & Hartono, D. (2018). Pengaruh efisiensi
energi listrik pada sektor industri dan komersial terhadap permintaan listrik
di Indonesia. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 1–17.
Waterton, M., Ferguson, D., & Metrum, S. E. (2012). Power
quality monitoring improvements for industry. IET Seminar on Power Quality,
1–2.
Copyright holder: M. Aldrin Julianto, Iwa Garniwa (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |