Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT
Dimas Maya Silviani, Indrawati
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Alas kaki merupakan salah satu komoditas
unggulan yang akan diekspor oleh bangsa Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor alas kaki ke
Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor alas kaki
Indonesia. Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dan data yang
digunakan diperoleh dari jurnal, buku referensi atau surat kabar yang ada.
Teori yang digunakan adalah perdagangan Internasional dan SWOT. Hasil dengan
menggunakan SWOT menunjukkan bahwa alas kaki Indonesia memiliki kekuatan dan
peluang yang saling mendukung dan dapat terus dikembangkan, selain itu
ditemukannya kelemahan dan tantangan yang mempengaruhi ekspor alas kaki, yang
dapat digunakan untuk meminimalisir ancaman ekspor alas kaki.
Kata
Kunci: ekspor; alas kaki; kita
Abstract
Footwear is one of the
superior commodities to be exported by the Indonesian. The purpose of this
study was to determine the factors affecting footwear exports to the United
States. The United States is the main destination country for Indonesian’s
footwear exports. A qualitative method
used in this research and the data used is obtained from existing journals,
reference books or newspapers. The theory used is International trade and SWOT.
The results using SWOT show that Indonesian footwear has strengths and
opportunities that support each other and can continue to be developed, in
addition to the discovery of weaknesses and challenges that affect footwear
exports, which can be used to minimize the threat of footwear exports.
Keywords:
export;
footwear; us
Pendahuluan
Di era globalisasi ekonomi saat ini, Indonesia telah menghadapi proses dalam perdagangan bebas yang telah berkembang secara terus-menerus, hingga akhirnya memberi dampak, peluang serta tantangan pada kegiatan perdagangan. Ekspor sebagai salah satu cara yang menjadi pilihan interaksi perdagangan global harus terus menerus dipacu perkembangannya.Kegiatan ekspor ini memberi pemasukan terhadap devisa negara terkait yang kemudian dipakai untuk biaya keperluan impor ataupunpun pembangunan didalam negeri. Komposisi dari ekspor yang ada di negara Indonesia tidak hanya di dominasi sector migas saja tetapi juga dari sector non migas. Adapun nilai dari ekspor Indonesia ini diperlihatkan dari neraca perdagangan ekspor Indonesia pada tahun 2018-2020 (dalam juta US$) yang diperlihatkan pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel
1
Neraca
Perdagangan Ekspor Indonesia
Pada
Tahun 2018-2020 (Juta US$)
Tahun |
Migas |
Non
Migas |
2018 |
17,171.7 |
162,840.9 |
2019 |
11,789.3 |
155,893.7 |
2020 |
8,251.1 |
154,940.8 |
Jumlah |
37.212,1 |
473.675,4 |
Sumber
: (Statistik.,
2022)
Tabel
diatas menunjukkan adanya perbedaan terkait jumlah dalam ekspor migas serta non
migas (Juta US$), perbedaan yang diperlihatkan sangat signifikan yakni dari
tahun 2018-2020, jumlah sector migas sebesar 37.212,1 sedangkan sektor non
migas sebesar 473.675,4, hal tersebut menjadi suatu bukti mengenai keseriusan
pemerintah dalam menaikkan serta mengeksplorasi ekspor sector pada non migas.
Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin bertambah nilai suatu komoditas pada
ekspor non migas membuat perekonomian di Indonesia tidak mempunyai
ketergantungan pada harga satu komoditas migas saja. Efeknya ialah pembangunan
secara menyeluruh bisa berjalan dengan baik. Komoditas non migas ini menjadi
berpotensi untuk diekspor dan digolongkan menjadi komoditas secara primer dan
non primer. Komoditas primer ini ialah komoditas yang dihasilkan sector
pertanian serta pertambangan. Sedangkan untuk non primer dihasilkan dari sector
industri.
Amerika
serikat sebagai negara tujuan yang utama dalam aktifitas ekspor negara
Indonesia. Ini dikarenakan kontribusi terhadap nilai dari ekspor terkait alas
kaki (footwear) Indonesia yang besar dan tinggi jika di bandingkan dengan
negara lainnya. Hal tersebut menjadi dasar penelitian ini, dimana untuk bisa
melihat persaingan sebuah produk, maka dibutuhkan suatu indicator yang
dijadikan tolak ukur satu sama lainnya. Salah satu diantara indicator yang
berhasil memperlihatkan sebuah produk didalam persaingannya ialah dengan
semakin laku produk itu di pasar, yang bisa ditandai peningkatan penjualan
ataupun dalam melakukan perdagangan secara internasional semakin meningkat
produk dari ekspor itu. Adapun ekspor ke Amerika Serikat yang akan diteliti
dalam penelitian ini ialah ekspor terkait alas kaki (footwear).
Alas kaki
merupakan salah satu dari komoditas terbaik negara Indonesia untuk di
ekspor setelah tekstil, karet, kelapa
sawit serta produk dari hasil hutan lainnya. Alas kaki disini meliputi sepatu
serta sandal yang digunakan untuk melindungi alas kaki. Agar tidak cidera kaki
harus menggunakan alas kaki mengingat keadaan lingkungan yakni seperti
permukaan tanah tidak rata, panas, becek, maupun dingin.
Adapun
solusi yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan atau perkembangan dari sector
alas kaki (footwear) pemerintah negara Indonesia dengan banyak melakukan
pergelaran pameran untuk menarik minat pembeli. Solusi lain yang bisa di
terapkan dengan membuat kemasan yang lebih menarik, penentuan harga yang
bersaing serta meningkatkan kualitas dari produk untuk menaikkan persaingan di
dalam maupun di luar negeri.
Oleh
karena itu pemaparan diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengambil judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Alas Kaki Ke Amerika Serikat”
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
Kualitatif. Yang dimaksud objek penelitian, adalah hal yang menjadi sasaran
penelitian (Kamus, 1989) Menurut (Arikunto, 2002) Objek penelitian adalah variabel
atau fokus penelitian dan topik penelitian adalah dimana variabel itu
berada. Menurut (Supranto, 2000) objek yang diselidiki adalah seperangkat elemen yang
dapat berbentuk orang, organisasi, atau komoditas yang diselidiki. Jenis dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
dibutuhkan diperoleh dari Jurnal-jurnal, buku-buku referensi atau surat kabar
yang terkait dengan penelitian ini.
Hasil dan Pembahasan
1. Ekspor Alas kaki Indonesia ke Amerika
Serikat
Pada tahun 1980-an Industri alas kaki di Indonesia
mulai berkembang bersama dengan perkembangan perekonomian Indonesia (Gusti & Dikdik Kusdiana SE,
2017) Namun, industri
pada tahun-tahun itu tidak terlalu efektif, karena hanya industri skala besar
yang bisa berkembang. Menurut (Yunika & Pazli, 2017) industri alas
kaki mulai berkembang pesat dengan
banyaknya investasi & banyaknya industri alas kaki yang memproduksi untuk
tujuan ekspor. Untuk ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat secara garis
besarnya dari tahun ke tahun berikutnya memperoleh peningkatan.
Grafik 1
Volume Ekspor Alas Kaki Indonesia
Ke Amerika Serikat 2017-2021
Sumber:
(Trademap, 2022) Data Telah Diolah
Berdasarkan
dari data perkembangan secara komulatif untuk alas kaki (footwear) tahun 2020
memperlihatkan penurunan yang signifikan. Data dari (Kemenperin,
2020)
menginformasikan bahwa pendemi dari covid-19 ini mempunyai efek ke sector alas
kaki (footwear) yakni dengan perkembangan negative sebesar -3,6%, penurunan
neraca dagang -38,1% serta penurunan investasi sebesar -41,8%. Kemudian terjadi
penurunan terkait utilisasi sebesar 70,83% ke 41%, lalu perumahan pada karyawan
57.927 orang serta 70% permasalahan pada pemasokan terhadap bahan baku.
Permasalahan dari negara tujuan untuk ekspor terkendala lockdown dan juga beberapa
pembeli yang melakukan pembatalan terhadap orderan ataupun post pone order
maupun penundaaan pada payment. Selain
itu, pasaran dosmetik yang sampai saat ini menyerap lumayan tinggi mengalami
penurunan atau kelesuan.
Berdasarkan
data (Trademap, 2022),
industri alas kaki mencatatkan volume ekspor sebesar 102489 Ton sepanjang tahun
2021 atau mengalami kenaikan mencapai 28 persen dibandingkan tahun 2020.
Menganalisa dinamika industri global dan domestik khususnya industri alas kaki,
peluang industri alas kaki dalam negeri masih sangat potensial.
2.
Analisis
Kekuatan Dan Kelemahan
Untuk
memanfaatkan kekuatan dan meningkatkan kelemahan, yang pertama harus dilakukan
adalah untuk mengetahuinya. Setetelah mengetahuinya, lebih mudah untuk
mempertahankan dan mudah untuk melakukan peningkatan.
a) Kekuatan
Strenght atau kekuatan merupakan komponen utama
adalam analisis SWOT. Faktor kekuatan di sini merupakan faktor kunci yang dapat
dikembangkan atau dipertahankan untuk mendukung ekspor terbaik.
b) Keadaan Industri
Industri
alas kaki di Indonesia sangat bermacam-macam dan berada di banyak provinsi baik
industri menengah, kecil maupun besar. Para industri tersebut memiliki ciri
yang berbeda-beda (Nuryani, 2008). Sesuai data yang diungkapkan (Kemenperin, 2019) tahun 2019, jumlah industri alas kaki di
Indonesia tercatat sebanyak 18.867 usaha, terdiri dari 18.091 usaha kecil,
441 usaha menengah, dan 155
usaha besar. Menurut Balai Pengembangan
Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), persebaran industri alas kaki skala
kecil terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur, kemudian industri skala besar
dan menengah terbanyak ada di Jawa Barat. Selain di dua provinsi tersebut,
Sumatra Utara, Sumatra Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan Bali juga
tercatat memiliki beberapa industri alas kaki. Provinsi-provinsi tersebut
masih didominasi oleh Pulau Jawa, hal
ini dikarenakan Pulau Jawa memiliki insfrastuktur yang lebih baik dibandingkan
dengan pulau lainnya (HKI, 2020). Semakin banyak produksi maka produknya
semakin melimpah untuk memenuhi kebutuhan pasar negeri maupun luar negeri
sehingga hal ini menjadikan industri alas kaki memiliki kekuatan dan prospek
pasar yang baik.
c) Sumber Daya Manusia yang Berpengalaman
Sumber
daya manusia merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah industri. Dalam
industri, peran dan fungsi sumber daya manusia tidak bisa diganti oleh sumber
daya lainnya. Meskipun teknologi sudah modern, atau sebanyak apapun biaya yang
disiapkan, tanpa SDM yang professional semuanya menjadi tidak berarti. Menurut (Nurzamzami & Siregar, 2014) kekuatan ekspor Indonesia juga didukung
oleh pengrajin yang berpengalaman. Sebagian besar pengrajin memiliki
pengetahuan pembuatan sepatu yang diturunkan dari pengalaman orang-orang yang bekerja
sebagai pekerja di bengkel sepatu secara turun-temurun, sehingga mereka fasih
dalam teknik pembuatan sepatu.
Untuk
menjaga keberlanjutan keahlian tersebut, pelatihan terhadap Sumber Daya Manusia
sering dilakukan, dalam pelatihan tidak hanya mengajarkan Teknik-teknik
pembuatan alas kaki, tetapi juga di ajarkan cara untuk memasarkannya. Kegiatan
pelatihan ini bertujuan untuk meningkatan kemampuan kewirausahaan dalam bidang
alas kaki, sekaligus upaya untuk mengurangi angka penangguran (kominfo.jatimprov.go.id, 2022).
d) Kerjasama Internasional
Salah
satu kekuatan bagi Kerjasama ekonomi antar negara adalah adanya Kerjasama atau
kesepakatan resmi antar negara tersebut. Indonesia sendiri dalam industry alas
kakinya telah memiliki Kerjasama resmi dengan pasar terbesarnya yaitu Amerika
Serikat. Kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat dalam bidang alas kaki
dilakukan melalui Aprisindo atau Asosiasi Persepatuan Indonesia. Kerjasama
tersebut telah dilakukan pada tahun 2011 dengan ditandanganinya MoU antara
Footwear Distributors and Retailers of America dan Asosiasi Persepatuan
Indonesia (Aprisindo, 2022). Edi Widjanarko, Ketua Umum Aprisindo,
mengungkapkan Indonesia akan dapat lebih mudah mengakses pasar di AS dalam
kerjasama ini. Dan bagi Amerika Serikat, kerja sama ini dijadikan kesempatan
untuk mencari pemasok yang sesuai dengan kriteria mereka (bisnis.tempo.co, 2018).
Isi
memorandum ini yaitu, yang pertama, pihak Indonesia menyediakan pabrik sebagai
distributor untuk sepatu Amerika. Kedua, Indonesia diperbolehkan untuk memasarkan produk alas kaki menggunakan merek Indonesia. Yang terakhir adalah Amerika
akan mengirimkan guru/ahli yang dapat mengembangkan Industri Alas kaki
Indonesia (Footwearbiz, 2012). Dengan adanya MoU tersebut,
Indonesiasecara tidak langsung Indonesia telah mengamankan pasar alas kakinya
di Amerika Serikat.
e) Kelemahan
Weakness atau kelemahan adalah faktor-faktor yang
tidak berjalan dengan mulus atau kebutuhan sumber daya tetapi tidak dimiliki
oleh Industri. Alas kaki Indonesia memiliki beberapa masalah diantaranya
kurangnya teknologi dan bahan baku yang belum terpenuhi.
f)
Teknologi
Dalam
perkembangan industry, teknologi merupakan hal yang penting. Teknologi
dibutuhkan dalam mengembangkan inovasi produk. Sedangkan kelemahan industri
alas kaki Indonesia salah satunya ialah kemampuan SDM yang masih terbatas dalam
penguasaan desain dan teknik produksi
yang menghambat perkembangan kebutuhan
pasar. Merujuk pada hasil penelitian
kemampuan kreatif yang dimiliki oleh para pemain IKM sektor alas kaki di wilayah
Cibaduyut (Waskito, 2017),
terdapat data 69%
pengrajin masih belum
mampu berfikir dan menghasilkan
gagasan saat melakukan kegiatan perancangan. Sekitar 25% lainnya mampu
mempresentasikan ide-ide baru, meskipun masih minor (perubahan kecil). Sekitar
6% responden percaya bahwa mereka dapat menciptakan keunikan yang dicapai
melalui pengembangan inspirasi (Waskito, 2017).
g) Ketergantungan Import Bahan Baku
Secara
singkat bahan baku adalah komponen yang diperlukan dan digunakan untuk membuat
produk dalam suatu industri. Bahan atau
komponen yang dimaksud akan muncul dalam produk jadi (runsystem.id, 2022). Kurangnya bahan baku, bahan penolong
serta komponen utama produk yang akan di ekspor karena terbatasnya kemampuan
industri penunjang dalam negeri untuk mengolah banyaknya produk alas kaki impor
yang beredar di pasaran dengan harga murah. Hal ini akan mendistorsi pasar
industri sepatu dalam negeri (Kemenperin, 2020).
Masalah
bahan baku Indonesia adala ketergantungan impor bahan utama berupa kulit.
Industri kulit untuk bahan baku alas kaki dalam negeri hanya 5 juta lembaran
kulit sapi dan 20 juta keping kulit kambing yang dapat diproduksi setiap
tahunnya. Hanya 20%-30% kebutuhan industri Alas kaki yang terpenuhi (Neraca.co.id, 2017). Indonesia mendapat bahan baku dari
berbagai negara,yaitu dari Brasil, Korsel, dan China. Harga bahan baku yang
pokok, yang mempengaruhi harga jual dan pada akhirnya membuat produk alas kaki
kurang kompetitif (Appriessa & Izzatul Mabniyah, 2011). Bahan baku lokal langka untuk memenuhi
permintaan industri sepatu dalam negeri, menurut Asosiasi Sepatu Indonesia.
Dengan demikian, bahan baku industri alas kaki masih mengandalkan impor hingga
60% dari kebutuhan produksi tahunan (Kemenperin, 2020).
Hal
ini menjadi kelemahan Alas kaki Indonesia, jika bahan baku tidak tercukupi maka
proses produksi dapat terhenti.
3.
Analisis
Peluang dan Ancaman
Peluang
dan ancaman merupakan suatu hal yang diluar kendali. Setelah mengetahuinya,
peluang dapat dimanfaatkan untuk menetralisir potensi ancaman.
a) Peluang
Yang
dimaksud Opportunities (peluang / kesempatan) disini adalah
faktor-faktor lingkungan luar yang positif, seperti tingkat komsumtif Alas kaki
di Amerika Serikat, dukungan penuh pemerintah untuk melakukan ekspor, dan
adanya perang dagang negara pesaing dengan Amerika Serikat.
b) Konsumsi alas kaki yang tinggi di Amerika
Amerika
Serikat menjadi pasar terbesar bagi produk-produk alas kaki Indonesia. Alasan
Amerika Serikat menjadi negara pasar alas kaki terbesar adalah faktor konsumsi
masyarakatnya. Amerika Serikat memiliki jumlah penduduk yang terbilang besar
yaitu 325 juta jiwa. Masyarakat Amerika Serikat memiliki tinggat konsusmsi yang
tinggi pada produk alas kaki. Rata-rata satu orang di Amerika Serikat membeli
lebih dari 4 pasang sepatu pertahun. Hal ini salah satunya karena Di Amerika
Serikat terdapat 4 musim, setiap musim beda-beda sepatunya, maka itu orang di
Amerika Serikat rata-rata membeli lebih dari 4 pasang sepatu per tahun. Selain
itu, masyarakat di Amerika Serikat cenderung menggunakan sepatu yang berbeda
untuk aktivitas sehari-hari. Dalam hal olahraga, sepatu yang digunakan berbeda
dengan aktivitas lainnya.. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk terus
mengekspor alas kaki ke Amerika Serikat (Budiarto Tjandra, 2019).
c) Dukungan Pemerintah
Dalam
Realisasi Investasi pada Industri Alas kaki pemerintah mendukung kebijakan
peluang investasi terbuka lebar
bagi investor di industri alas
kaki dengan kepemilikan 100%. Sehingga
hal ini menjadi daya tarik negara luar untuk melakukan investasi di sector
industri Indonesia, salah satunya Amerika Serikat. (bkpm.go.id, 2017).
Sebagai
kelompok industri padat karya dan berorientasi ekspor, industri alas kaki telah
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.
Selain
kebijakan kemudahan investasi, pemerintah Indonesia juga membuat kebijakan yang
mempermudah para produsen alas kaki dalam negeri untuk mendapatkan bahan baku
dari luar negeri. Kesulitan bahan baku industri pada akhirnya sangat
berpengaruh pada penyediaan bahan baku untuk industri alas kaki, karena
kesulitan ini maka kekurangan penyediaan bahan baku domestik harus dipenuhi
dengan impor. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah berfokus pada ketersediaan
bahan baku, bahan penolong, dan barang industri. Isinya untuk mendorong
perdagangan impor dan pengendalian ekspor
kulit mentah sebagai bahan baku industri kulit. Industri kulit dan
industri sepatu dan alas kaki adalah industri
terkait. Meskipun kebijakan ini berupa pemberian kemudahan impor kulit
dari seluruh negara, tetapi tetap harus memperhatikan aspek keamanan (Kominfo.jatimprov.go.id, 2022).
d) Perang Dagang China-Amerika Serikat
Hubungan
Amerika Serikat dan China mengalami ketegangan terutama di sector ekonomi. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya perang kebijakan poerdagangan antara kedua negaraPerang
dagang telah dimulai antara Amerika Serikat dan China sejak Presiden AS Donald
Trump menandatangani keputusan untuk mengenakan tarif impor atas barang-barang
yang diimpor dari China. Pertarungan China-Amerika Serikat pun menjadi peluang
besar bagi Indonesia (finance.detik.com, 2022). Presiden Trump menetukan tarif barang-barang China yang diimpor ke
negaranya sekitar $50-60 miliar, atau sekitar Rs.827,34 triliun (berkas.dpr.go.id, 2018).
Dengan
Amerika Serikat memproteksi barang-barang dari China, Indonesia berpotensi
menjadi negara utama sebagai pengirim komoditas yang dibutuhkan Amerika
Serikat, terutama Alas kaki. Karena, Alas kaki Indonesia yang memang
selama ini bersaing dengan China di pasar Amerika Serikat.
4.
Ancaman
Threats (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan
luar yang negatif. Seperti adanya negara-negara pesaing dan tentang upah buruh
yang rendah.
1) Negara Pesaing
Selain
Indonesia, ada beberapa negara lain yang juga merupakan negara ekportir alas
kaki. Negara- negara tersebut diantaranya China dan Vietnam. Kedua negara
tersebut menjadi pesaing bagi Indonesia dalam mengekspor alas kaki ke Amerika
Serikat (Kemenperin, 2019). Kedua negara pesaing ini mempunyai
teknologi canggih untuk pembuatan Alas kaki. Selain memiliki teknologi yang
lebih canggih, kedua negara ini juga memiliki inovasi desain fitur produk yang
lebih canggih.
Grafik
2
Volume
Ekspor Alas Kaki Indonesia Dan Negara
Pesaing
Ke Amerika Serikat
Sumber: (Trademap, 2022) Data Telah Diolah
Meskipun
negara yang menjadi tujuan ekspor utama bagi produk alas kaki Indonesia adalah
Amerika Serikat (Aprisindo,
2022),
ternyata Indonesia bukan negara eksportir utama bagi Amerika Serikat. Berdasarkan
data dari (Trademap, 2022),
Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara pengekspor produk footwear ke
Amerika Serikat, setelah China dan Vietnam, dibuktikan dengan volume ekspor
alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat masih jauh dibawah dua negara pesaing.
Hal ini menjadi tantangan industri alas kaki Indonesia untuk mengejar
ketertinggalan volume ekspor dengan negara pesaing.
2) Persaingan Harga Alas Kaki
Harga merupakan hal penentu bagi kebutuhan pasar,
harga juga dapat berpengaruh dalam urutan persaingan pasar. Menurut (Kotler, 2018) arga itu adalah
jumlah yang dibebankan untuk suatu produk atau layanan. Ini berarti bahwa harga
adalah jumlah nilai yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan keuntungan
dari suatu produk atau jasa.
Salah satu indikator daya saing suatu produk adalah
harga jual produk tersebut. Adanya perbedaan harga ekspor industri alas kaki
Indonesia dengan pesaing, yang juga mempengaruhi daya saing alas kaki. Harga
sepatu di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan lawan China dan Vietnam.
Grafik
3
Harga
Ekspor Alas Kaki Indonesia, China Dan Vietnam
Sumber
: (Worldfootwear, 2021)
Harga alas kaki Indonesia pada tahun 2021
berdasarkan data diatas ialah $22, kemudian harga alas kaki Vietnam $19, dan
harga footwear China $5 jauh lebih murah dibanding Indonesia. Indonesia harga
alas kakinya jauh diatas harga alas kaki china, hal ini disebabkan karena bahan
baku yang melimpah ada di China. Menurut pendapat (Heckscher, Heckscher, & Ohlin, 1991) Negara yang dapat berproduksi dengan
biaya rendah adalah negara yang kompetitif. Keunggulan komparatif dimiliki
negara pesaing, dan China memiliki keunggulan komparatif karena harga sepatu Indonesia
lebih tinggi dari harga sepatu China.Hal ini dapat menjadi ancaman bagi alas
kaki Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
menggunakan metode SWOT, Ekspor Alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat memiliki
kekuatan dan kelemahan, kekuatan yang dimiliki adalah Industri yang tersebar
diberbagai daerah yang artinya alas kaki Indonesia memiliki prospek pasar yang
baik, yang siap untuk memenuhi permintaan produksi dari dalam negeri maupun
luar negeri, didukung oleh sumber daya manusia yang berpengalaman dan menguasai
Teknik-teknik pembuatan alas kaki, selain itu adanya kekuatan Asosiasi
Persepatuan Indonesia (APRISINDO), asosiasi industri yang menaungi
perusahaan-perusahaan industri alas kaki di Indonesia, yang telah bekerja sama
dengan Amerika Serikat sejak tahun 2011 untuk terus melakukan ekspor Alas kaki
ke Amerika Serikat. Sedangkan kelemahan industri alas kaki Indonesia salah
satunya ialah kemampuan SDM yang masih terbatas dalam penguasaan desain dan
teknik produksi yang menghambat perkembangan
kebutuhan pasar. Kurangnya bahan baku karena terbatasnya kemampuan industri
pemasok dalam negeri membuat ketergantungan Impor bahan baku Alas kaki, hal ini
menjadi kelemahan karena dapat menaikan biaya produksi di Indonesia.
Ekspor alas kaki Indonesia
juga memiliki beberapa peluang dan ancaman. Salah satunya, kondisi masyarakat
Amerika Serikat yang konsumtif terhadap alas kaki menjadi peluang besar bagi
Indonesia untuk terus melakukan ekspor ke Amerika Serikat, dengan beberapa
dukungan pemerintah dalam mempermudah mendapatkan bahan baku dan pendukungnya.
Terjadinya perang dagang antara China-Amerika Serikat juga menjadi peluang
besar untuk Indonesia, dikarenakan Amerika menetapkan kebijakan kenaikan bea
masuk impor produk dari China sebagai negara pesaing ekspor alas kaki,. Selain
peluang, terdapat ancaman bagi alas kaki Indonesia, yaitu adanya China dan
Vietnam sebagai eksportir alas kaki ke Amerika Serikat selain Indonesia. Harga
jual dari suatu produk ialah salah satu dari indikator daya saing suatu produk
Dalam hal ekspor industri alas kaki Indonesia dengan negara pesaing terdapat
perbedaan harga yang akan mempengaruhi daya saing, harga Indonesia yang lebih
mahal jika dibandingkan dengan harga alas kaki China dan Vietnam sebagai negara
pesaing.
Amir, M. S. (1996). Ekspor impor: teori &
penerapannya. PT Pustaka Binaman Pressindo. Google
Scholar
Appriessa, Seventienna, & Izzatul
Mabniyah, A. (2011). Strategi Alternatif Menghadapai ACFTA Dalam Rangka
Meningkatkan Daya Saing Industri Alas Kaki Indonesia. IPB, Bogor. Google
Scholar
Aprisindo. (2022). Aprisindo.
Retrieved from http://www.aprisindo.com/ Google Scholar
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. Ke-12. Jakarta. Rineka Cipta. Google
Scholar
Berkas.dpr.go.id. (2018). Perang Dagang
Amerika Serikat – China Dan Implikasinya Bagi Indonesia. Bidang Hubungan
Internasional Info Singkat. Google Scholar
Bkpm.go.id. (2017). Industri Alas Kakia. Google Scholar
Budiarto Tjandra, K. P. (2019). Faktor
Penyebab AS Pasar Ekspor Utama Alas Kaki Indonesia. A. S. Rini, Interviewer.
Google
Scholar
Bulletin, China Labour. (2019). China’s
minimum wage increases stall as consumer prices surge. Google
Scholar
Danielle Paquette, D. J. (2018). The
Washington Post. Retrieved from As Trump’s trade war starts, China vows retaliation. Retrieved from
https://www.washingtonpost.com/world/china-fires-back-at-us-tariffs. Google
Scholar
Economics, T. (2022). Trading Economics. Google
Scholar
Finance.detik.com. (2022). Untung Rugi
Perang Dagang AS-China bagi RI. Google Scholar
Footwearbiz. (2012). Footwearbiz. Retrieved
from http://djpen.kemendag.go.id/ website: http://djpen.kemendag.go.id/. Google
Scholar
Galavan, R. (2014). Doing Business
Strategy. Google
Scholar
Gusti, Yoztiana Widian, & Dikdik
Kusdiana SE, M. T. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai
Ekspor Alas Kaki Indonesia Ke Amerika Serikat Tahun 2002-2015. Perpustakaan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas Bandung. Google
Scholar
Heckscher, Gunnar, Heckscher, Eli Filip,
& Ohlin, Bertil. (1991). Heckscher-Ohlin trade theory. Mit Press. Google
Scholar
HKI, H. K. (2020). Infrastruktur Lebih Siap,
Investor Tetap Lebih Tertarik di Pulau Jawa. Google
Scholar
Id.tradingeconomics. (2019). id.tradingeconomics. Retrieved from
https://id.tradingeconomics.com website:
https://id.tradingeconomics.com/vietnam/minimum-wages. Google
Scholar
Indoneia, CNN. (2018). Panas Dingin
AS-China yang Berujung Perang Dagang. Retrieved from Indoneia, CNN website:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180323115216-4-8293/panas-dingin-as-china-yang-berujung-perang-dagang.
Google
Scholar
Jhingan, M. L. (2000). Ekonomi Pembangunan
dan Perencanaan, Penerjemah: D. Guritno, Edisi Pertama, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Google
Scholar
Kamus, Tim Penyusun. (1989). Pusat dan
Pembinaan Bahasa: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Google
Scholar
Kemenperin. (2019). Kemenperin. Retrieved
from https://kemenperin.go.id website:
https://kemenperin.go.id/artikel/20539/Indonesia-Produsen-Alas-KakI-Terbesar-Keempat-Di-Dunia.
Google
Scholar
Kemenperin. (2020). Indonesia Produsen Alas
KakI Terbesar Keempat Di Dunia. Retrieved from https://bpipi.kemenperin.go.id
website: https://bpipi.kemenperin.go.id/en/dampak-pandemi-covid19-pada-ikm-alas-kaki/?lang=id.
Google
Scholar
Kominfo.jatimprov.go.id. (2022). upaya
Regenerasi Pengrajin Sepatu, Pemkot Mojokerto Gelar Pelatihan. Retrieved from Kominfo.jatimprov.go.id website:
https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/upaya-regenerasi-pengrajin-sepatu-pemkot-mojokerto-gelar-pelatihan.
Google
Scholar
Kotler, Philip. (2018). Prinsip-prinsip
pemasaran. Jakarta: Erlangga. Google
Scholar
Mankiw, Gregory. (2006). Pengantar
Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Salemba Empat. Jakarta. Google
Scholar
Mankiw, N. Gregory. (2006). Pengantar
Ekonomi Makro (Alih bahasa: Chriswan Sungkono). Jakarta: Salemba Empat. Google
Scholar
Neraca.co.id. (2017). Bahan Baku Sepatu
Masih Impor. Google
Scholar
Nuryani, Sitti. (2008). Analisis
Produktivitas Faktor Produksi pada Industri Alas Kaki di Indonesia. Google
Scholar
Nurzamzami, Ayatusyifa, & Siregar,
Edward Halomoan. (2014). Peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor dan implikasinya terhadap strategi pemasaran. Jurnal
Manajemen Dan Organisasi, 5(1), 15–29. Google
Scholar
Rangkuti, Freddy. (1998). Analisis SWOT
teknik membedah kasus bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Google
Scholar
Statistik., Badan Pusat. (2022). Neraca
Perdagangan Indonesia Total. Jakarta: Satudata Perdagangan. Google
Scholar
Supranto, Johanes. (2000). Teknik
Sampling Untuk Survei & Eksprimen. Google
Scholar
Terry, George, & Rue, Laslie W. (2003).
Dasar-Dasar Manajemen (Alih Bahasa GA Ticoalu). Jakarta: Bina Aksara. Google
Scholar
Waskito, M. A. (2017). Penerapan Teknik
Stilasi Pada Motif Ragam Hias Sebagai Metode Peningkatan Kemampuan Kreatif
Pelaku Usaha Ikm Alas Kaki. LP2M ITENAS, Bandung. Google
Scholar
Yunika,
Yunika, & Pazli, Pazli. (2017). Daya Saing Ekspor Industri Alas Kaki
Antara Indonesia Dan China Di Pasar Amerika Serikat Tahun 2011-2014. Riau
University. Google
Scholar
Copyright holder: Dimas Maya Silviani,
Indrawati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |