Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG
TUA DALAM MEMOTIVASI MENGHAFAL AL-QUR’AN
PADA ANAK DI KELURAHAN SETERIO KECAMATAN BANYUASIN III
Idil Adha Nisa, Isnawijayani, Sri Lestari
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darman Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Email: [email protected],i[email protected], [email protected]
Abstrak
Kata
Kunci: komunikasi interpersonal, orang tua, motivasi
Abstract
Pendahuluan
Komunikasi
interpersonal (komunikasi antarpribadi) adalah komunikasi yang terjadi antara
dua orang atau lebih yang terhitung dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.
Komunikasi interpersonal dapat terjalin dalam keluarga yang melibatkan orang
tua dan anak. Orang tua mempunyai peran penting dalam membentuk kepribadian
anak. Tanggung jawab orang tua salah satunya, yaitu memberikan pendidikan bagi
anaknya. Dalam proses belajar perlu adanya motivasi dari orang tua. Dengan
adanya motivasi, anak akan menjadi lebih semangat selain itu, dapat melakukan
sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Bagi umat muslim mengahafal Al-Qur’an
sangat penting karena Al-Qur’an merupakan salah satu rukun iman yang ke-3.
Dimana bagi muslim, kita diwajibkan untuk mengimani setiap ayat dalam Al-Qur’an.
Lewat Al-Qur’an, kita mengetahui dasar-dasar dalam berperilaku di dunia
sebaik-baiknya sebagai seorang muslim (Ismawarni, 2019).
اخَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَه
Artinya:
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an
dan mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Bukhari).
Kegiatan
menghafal Al-Qur’an tidak hanya dilakukan oleh orang tua melainkan anak-anak
juga (Nugraha, 2020). Oleh karena itu, perlu ditanamkan
hafalan Al-Qur’an sejak dini dengan mengajarkan anak-anak menghafal Al-Qur’an
di sekolah atau tempat kegiatan menghafal Al-Qur’an. Kegiatan menghafal Al-Qur’an
tidak semudah yang pikirkan. untuk menghafal Al-Qur’an kita harus mempunyai
tekad dan keinginan yang kuat. Menghafal Al-Qur’an membutukan proses yang sangat
panjang dan membutuhkan ketekunan dan keikhlasan, membutuhkan usaha yang keras,
daya ingat yang kuat dan motivasi yang sesuai dengan kemampuan individu. Dalam
proses menghafal Al-Qur’an banyak sekali kendala dan permasalahan.
Masalah bisa datang
dari aspek psikologis dan aspek kognitif anak. salah satu masalah yang paling
terlihat adalah bagaimana meningkatkan hafalan Al-Qur’an yang selama ini
dianggap anak-anak sulit (Masduki, 2018). Hambatan atau permasalahan yang
sering terjadi, yaitu diantaranya malas, tidak bisa mengatur waktu, mudah lupa,
faktor lingkungan, internet dan media sosial. selain itu lemahnya
keinginan dan tekad, kurangnya motivasi dari dalam diri dan dari orang terdekat
terutama orang tua dan masalah terpenting bagi anak dalam menghafal Al-Qur’an
adalah istiqomah. Dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an tidak hanya peran
dari sekolah atau tempat kegiatan tersebut melainkan peran orang tua juga
dibutuhkan. Jadi, orang tua juga berperan besar dalam perkembangan anak,
membimbing anak, dan membantu daya ingat anak berjalan lancar. Orang tua harus
dapat mengingatkan, menasehati, membimbing dan memotivasi anaknya untuk tetap
mempertahankan dan meningkatkan hafalan
Al-Qur'an setiap saat dengan penuh kesadaran dan tanpa bosan (Adi, 2022). maka dari itu perlu adanya motivasi
dari orang tua agar hafalan anak dapat berjalan dengan baik. anak perlu
dimotivasi oleh orang tuanya untuk membaca Al-Qur’an, kerena membaca Al-Qur’an
memang membuhtuhkan kemauan dan disiplin yang kuat. Orang tua harus bias
memotivasi anaknya agar selalu semangat dalam menghafal Al-Qur’an.
Dari
permasalahan diatas akan diteliti Bagaimana komunikasi interpersonal orang tua
dalam memotivasi menghafal Al-Qur’an pada anak di Kelurahan Seterio Kecamatan
Banyusin III.
Metode Penelitian
Penelitian ini mneggunakan pendekatan
kualitatif-deskriftif. Penelitian kualitatif deskriftif adalah prosedur yang
menghasilkan deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
yang diamati. Data yang diperoleh, yaitu dari catatan selama dilapangan atau
observasi, wawancara, foto, dan dokumen resmi lainnya. Lokasi penelitian
bertempat di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin
III dengan subjek penelitiannya, yaitu orang tua dari anak yang menghafal Al-Qur’an, sementara objek penelitiannya adalah komunikasi interpersonal yang terjalin antara orang tua dan anak (Afrizal, Vebrianto, & Anwar,
2022).
Hasil dan Pembahasan
Komunikasi
interpersonal orang tua di Kelurahan Seterio Kecamatan Banyuasin III
Dari dua sampel
orang tua dikelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III komunikasi yang dilakukan,
yaitu sesekali berinteraksi mengenai penyampaian pesan-pesan motivasi kepada
anaknya secara langsung. Proses pelaksanaan komunikasi interpersonal antara
orang tua dan anak di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III
dilakukan dalam bentuk percakapan oleh kedua orang tua untuk memotivasi anaknya
dalam menghafal Al-Qur’an. motivasi dilakukan dengan metode percakapan langsung
dalam suasana yang baik agar pesan-pesan motivasi dapat tersampaikan dengan benar.
Selain itu keterbukaan menanggapi dan mendengarkan cerita dengan senang hati diterima
selama percakapan, anak-anak akan merasa nyaman dan anak-anak akan senag
bercerita dan dapat membuat menceritakan keluhan dilingkungannya.
Pelaksanaan
komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kedua orng tua di kelurahan
seterio Kecamatan Banyuasin III, menggunakan komunikasi diadik dan triadik.
Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal (antarpribadi) yang terjadi
antara Dua orang, satu sebagai komunikator yang menyampaikan informasi, dan
yang lainnya sebagai komunikan yang menerima informasi. Karena perilaku komunikasi
kedua orang tua tersebut, dialog yang berlangsungpun intens. Motivasi dilakukan
oleh orang tua dengan menggunakan metode percakapan yang berlangsung
dilingkungan yang nyaman agar pesan motivasi tersampaikan dengan benar. Sedangkan
komunikasi tradik adalah komunikasi antarpribadi yang terdiri dari tiga orang,
yaitu satu komunikator dan dua orang komunikan (Margahayu, 2021). Seorang komunikator dan komunikan
dilakukan oleh ayah, ibu, dan anak agar semua nilai motivasi dapat tertanam
dengan benar. dalam pendekatan motivasi triadik orang tua dapat memberikan rasa
aman kepada anak. sehingga proses penyampaian motivasi dapat berjalan dengan
baik (Aida, 2022).
Teori Skema
Hubungan Keluarga
Teori skema
hubungan keluarga mengenai interaksi seseorang dengan anggota keluarga lainnya
pada waktu tertentu (Sucipto & Luqman, 2021). Mengemukakan
bahwa skema keluarga mencakup beberapa jenis orientasi dalam komunikasi. yaitu
orientasi percakapan (conversation orientation) dan orientasi kepatuhan
(conformity orientation). Orientasi Percakapan (Conversation
Orientation) adalah Orientasi percakapan mengasumsikan bahwa setiap
anggota keluarga memliki kebebasan untuk menyampaikan ide dan pemikirannya.
Keluarga yang memiliki skema atau pola percakapan tinggi akan selalu senang
berbicara atau mengobrol. Sedangkan Orientasi Kepatuhan (Conformity Orientation)
adalah Orientasi kepatuhan menjelaskan bahwa keluarga memiliki dan menjalani
cara hidup, pendapat, perilaku, dan nilai-nilai hidup yang sama. keluarga
dengan skema yang sanagat patuh memiliki anak-anak yang cendrung sering
berkumpul dengan orang tua mereka (Azizah, 2022). Komunikasi keluarga tidak bersifat kasual, tetapi sangat
terstruktur berdasarkan skema atau pola-pola tertentu yang menentukan bagaimana
anggota keluarga berkomunikasi satu sama lain. Berbagai skema ini menciptakan
berbagai jenis keluarga. Perbedaan proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah
keluarga tentunya akan membentuk tipe keluarga yang berbeda pula (Aristi, Janitra, &
Prihandini, 2021). Fitzpatrick
telah mengidenfikasikan empat tipe keluarga (Bahfiarti,
Chotimah, Ilmi, & Anggriani, 2021).
1. Tipe
Konsensual
Keluarga yang
sangat sering melakukan percakapan tetapi juga memiliki kepatuhan yang tinggi. jenis
keluarga ini suka ngobrol tetapi otoritas keluarga, dalam hal ini adalah orang,
yaitu pihak yang membuat keputusan.“Orang tua jenis
ini biasanya mendengarkan apa yang dikatakan anaknya, kemudian orang tua
membuat keputusan, namun keputusan tesebut tidak
selalu sejalan dengan keinginan anak-anaknya, tetapi mereka selalu berusaha
menjelaskan alasan dari keputusan tersebut sehingga anak memahami alasan dari
suatu keputusan”
(Sucipto & Luqman, 2021).
2. Tipe
Pluralistis
Keluarga yang “sangat
sering melakukan percakapan tetapi juga memiliki kepatuhan yang rendah. Anggota
keluarga pada jenis ini sering berbicara secara terbuka, tetapi masing-masing
dalam keluarga akan membuat keputusan sendiri. Orang tua tidak merasa perlu
mengontrol anaknya , kerena setiap pendapat dinilai berdasarkan kemampuannya,
yaitu pendapat mana yang terbaik, dan setiap orang berpertisipasi dalam proses
pengambilan keputusan.”
3. Tipe
Protektif
Keluaga yang
jarang melakukan percakapan tetapi memiliki ketaatan yang tinggi, sehingga
banyak sifat penurut dalam keluarga tetapi sedikit komunikasi. Orang tua dari
jenis keluarga ini tidak melihat alasan penting mengapa mereka harus menjelaskan
keputusan yang telah mereka buat.
4. Tipe
Laissez-Faire
“Anggota
keluarga seperti ini tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan anggota
keluarga lainnya dan tentu tidak ingin membuang waktu untuk memberikannya.”
Pola Komunikasi
Keluarga
Konsep pola
komunikasi keluarga menekankan pada dua orientasi dalam fungsi komunikasi
keluarga, yaitu orientasi percakapan (conversation orientation) dan orientasi kepatuhan (conformity
orientation). orientasi percakapan menggambarkan bagaimana setiap anggota
keluarga menunjukkan keterbukaan dan minat untuk membahas topik atau isu
tertentu, sedangkan Orientasi kepatuhan menekankan bahwa anggota keluarga
menghindari konflik dengan memberikan berbagai tekanan pada kepatuhan (Emmanuela, Yoanita, &
Wijayanti, 2022).
Berdasarkan
hasil penelitian, kedua keluarga dalam penelitian ini memiliki pola yang hampir
sama dalam membangun komunikasi antara orang tua dan anak. Dalam hal orientasi
percakapan, setiap keluarga memiliki intensitas komunikasi cukup tinggi dan
baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterbukaan antara anggota keluarga melalui
percakapan ringan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hafalan Al-Qur’an atau
yang berkaitan dengan masa depan, anak juga diberikan kebebasan untuk mengemukakan
pendapatnya dan apa yang mereka inginkan. Selain itu keterbukaan menanggapi dan
mendengarkan cerita selama percakapan, membuat anak merasa nyaman dan anak-anak
akan senang menceritakan keluhan dilingkungannya.dalam proses interaksi kedua
keluarga ini memiliki keinginan yang kuat untuk berinteraksi dan orang tua yang
selalu memberikan hal-hal positif dan motivasi yang berdampak baik bagi anak.
Dari segi orientasi
kepatuhan, kedua keluarga dari anak yang menghafal Al-Qur’an memiliki tingkat kepatuhan
yang cukup tinggi. Sikap orang tua yang dalam hal selalu memberikan arahan
kepada anak mendorong pada sebuah kepatuhan, menjadikan anak memiliki sikap
yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah diterapkan oleh orang tua (Mardhiyah & Imran,
2019). Dalam
hal menghafal Al-Qur’an, orang tua selalu menerapkan dan memberikan pemahaman tentang
nilai-nilai agama, yang mana Al-Qur’an dijadikan pedoman bagi manusia dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat begitu pula dalam menghafal al’quran yang
merupakan sebuah amalan yang begitu mulia dalam kehidupan.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tipe pola komunikasi keluarga dari
anak yang menghafal Al-Qur’an, yaitu tipe keluarga konsensual (Rahmawati,
2022). Hal
ini dapat dilihar dari orientasi percakapan dan orientasi kepatuhan yang
tinggi.
Peran Orang Tua
Dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur’an Pada Anak
Peran orang tua
dalam memotivasi anak untuk mengahafal Al-Qur’an adalah salah satu cara agar
anak lebih giat dan semangat dalam menghafal Al-Qur’an. Dalam memberikan
motivasi tentunya diperlukan upaya yang dilakukan orang tua untuk memotivasi
anak dalam menghafal Al-Qur’an (Camma, Arnani, Ramdana, & Pambudi, 2020). Upaya tersebut dapat berupa:
Nasehat Kepada
Anak
Seperti yang
kita tahu bahwa menghafal Al-Qur’an adalah perbuatan yang baik dan mulia. Dari hasil
wawancara yang dilakukan dari pernyataan kedua orang tua dapat dipahami bahwa Al-Qur’an
merupakan perbuatan yang mulia, Al-Qur’an adalah pedoman dan petunjuk bagi umat
islam dalam kehidupan dunia dan akhirat. memberikan nasehat dan penjelasan
mengenai menghafal Al-Qur’an pada anak merupakan upaya atau usaha yang baik
karena ingin anaknya berada di jalan yang baik dan benar.
Memberikan
Dukungan
Hal terbaik yang
dapat dilakukan orang tua untuk anaknya adalah memberikan dukungan. Ada
beberapa cara dalam mendukung anak, seperti mendengarkan dan menanggapi apa
yang dikatakann anak, memberikan perhatian khusus serta meluangkan waktu untuk
anak. Dengan mendengarkan anak-anak, kita akan tahu apa yang mereka pikirkan
dan mereka rasakan, yang berarti itu adalah bentuk rasa menghargai dan
menghormati. Selain itu upaya orang tua dalam memberikan dukungan, yaitu dengan
menyediakan dan memberikan fasilitas untuk menghafal Al-Qur’an. Karena
menyediakan fasilitas untuk menghafal Al-Qur’an juga sangat penting dengan
adanya fasilitas untuk menghafal Al-Qur’an dapat membantu anak-anak dalam
mengahafal Al-Qur’an baik di tempat kegiatan menghafal Al-Qur’an maupun di rumah.
Memberikan
Hadiah
Motivasi terbagi
menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik, motivasi instrinsik berasal dari dalam
diri untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Motivasi ekstrinsik, yaitu timbul
karena adanya insentif atau pengaruh dari luar, seperti permintaan,
penghargaan, atau hukuman. Motivasi yang dilakukan kedua keluarga di kelurahan
seterio Kecamatan Banyuasin III menggunakan motivasi ekstrinsik yang
dilanjutkan dengan motivasi intrinsik.
Motivasi
ekstrinsik yang diberikan orang tua kepada anaknya bertujuan untuk mendorong
anak belajar menghafal Al-Qur’an atau meningkatkan tingkat bacaan dengan
harapan anak mencapai hasil yang baik, anak dapat mencapai tujuan yang
diharapkan bisa juga karena anak menghafal Al-Qur’an berdasarkan tujuan yang diinginkan
orang tuanya kemudian anak tersebut akan menerima reward atau hadiah
yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Pemberian hadiah atau reward dapat menimbulkan dorongan atau semangat bagi
anak untuk lebih giat dalam menghafal Al-Qur’an walaupun rewardnya
sederhana (Asmadi, Ikhwan, & Nuraini, 2021).
Dilihat dari
hasil obeservasi yang dilakukan di tempat kegiatan menghafal Al-Qur’an ustazah
juga meyediakan sebuah permainan dan akan memberikan hadiah kepada anak-anak
yang hafal Al-Qur’an dengan lancar dan mencapai target hafalan. hadiahnya
berupa pena dan permen. Bagi yang hafalannya masih kurang dan belum mencapai
target mendapatkan hukuman berupa diberikan coretan di muka dengan menggunakan
celak tapi tetapi anak tersebut tetap mendapatkan hadiah permen saja. Seseorang
melakukan sebuah usaha karena adanya motivasi. Begitu juga yang dilakukan oleh
kedua orang tua anak yang menghafal Al-Qur’an mereka memberikan sebuah hadia atau
imbalan walaupun sederhana.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka
kesimpulan dari penelitian ini mengenai Komunikasi interpersonal orang tua
dalam memotivasi menghafal Al-Qur’an pada anak di kelurahan seterio Kecamatan
Banyuasin III adalah memiliki pola komunikasi dari segi orientasi percakapan
dan orientasi kepatuhan yang cukup tinggi. Dalam hal orientasi percakapan,
dibuktikan dengan adanya keterbukaan antara anggota keluarga melaui percakapan
ringan, anak juga diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya dan apa
yang mereka inginkan. dalam proses interaksi kedua keluarga ini memiliki
keinginan yang kuat untuk berinteraksi dan orang tua yang selalu memberikan
hal-hal positif dan motivasi yang berdampak baik bagi anak. Dari segi orientasi
kepatuhan, kedua keluarga dari anak yang menghafal Al-Qur’an memiliki tingkat
kepatuhan yang cukup tinggi. Sikap orang tua yang dalam hal selalu memberikan
arahan kepada anak mendorong pada sebuah kepatuhan, menjadikan anak memiliki
sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah diterapkan oleh orang tua. dalam
proses komunikasi yang terjadi kedua keluarga dari anak-anak yang menghafal Al-Qur’an
memiliki tipe jenis keluarga konsensual.
Dalam
mendorong motivasi kedua keluarga di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III
senantiasa memberikan motivasi kepada anaknya.motivasi yang diberikan kepada
anak dengan cara menasehati, memberikan dukungan, Selain itu para orang tua
juga memberikan motivasi berupa sebuah imbalan memberikan sebuah hadiah dari
orang tua untuk anaknya. Hal ini dilakukan guna anak lebih semangat dalam
menghafal Al-Qur’an dan dapat mencapai target yang diharapkan serta mendapatkan
hasil yang memuaskan.
Adi, Prayogi. (2022). Komunikasi
Interpersonal Musyrif dan Santri Dalam Memotivasi Belajar Al-Qur’an (Studi di
Asrama SMPIT Harapan Bunda Purwokerto). UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri
Purwokerto.
Afrizal, Afrizal, Vebrianto, Rian, &
Anwar, Abu. (2022). Methods in the Learning Process: Case Studies on
Implementation. Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Unipa Surabaya, 18(1), 43–48.
Aida, Nurul Iedil. (2022). Penolakan Dan
Penerimaan Sosial terhadap Penderita Sindrom Tourette (Analisis Semiotika dari
Prespektif Hubungan Sosial Pada Film Front Of The Class). Universitas
Hasanuddin.
Aristi, Nindi, Janitra, Preciosa Alnashava,
& Prihandini, Puji. (2021). Fokus narasi kekerasan seksual pada portal
berita daring selama pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Komunikasi, 9(1),
121–137.
Asmadi, Asmadi, Ikhwan, Afiful, &
Nuraini, Nuraini. (2021). Implementasi Program Tahfidz dalam Meningkatkan Motivasi
Menghafal Al-Qur’an (Studi Komparatif di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Dan
Pondok Pesantren Darul Fikri Bringin Ponorogo). JMP: Jurnal Mahasiswa
Pascasarjana, 1(1), 1–36.
Azizah, Aranti. (2022). Komunikasi Orang
Tua dan Anak Korban Pelecehan Seksual. Medialog: Jurnal Ilmu Komunikasi,
5(1), 85–94.
Bahfiarti, Tuti, Chotimah, Isfaiqatul,
Ilmi, Dhia Naufalina, & Anggriani, Anggriani. (2021). Analisis Komunikasi
Keluarga dalam Mentransformasikan Nilai-Nilai Budaya To Lotang di Kabupaten
Sidrap. Jurnal Komunikasi, 15(2), 169–180.
Camma, Alimuddin, Arnani, Arnani, Ramdana,
Ramdana, & Pambudi, Suratman. (2020). Strategi Berbasis Motivasi dalam
Pengajaran Tahfidzul Quran di SMP IT Imam Syafi’i Samarinda. Tarbiyah Wa Ta’lim:
Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 7(1), 1–11.
Emmanuela, Celine Rea, Yoanita, Desi, &
Wijayanti, Chory Angela. (2022). Representasi Pola Komunikasi Keluarga Cina
Dalam Film Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings. Jurnal E-Komunikasi,
10(2).
Ismawarni, Ismawarni. (2019). Komunikasi
Interpersonal Kepala Desa dalam Membina Generasi Muda di Desa Passapa Kecamatan
Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. IAIN Parepare.
Mardhiyah, Annisa Nurul, & Imran, Ayub
Ilfandy. (2019). Motivasi Menghafal Al-Qur’an Pada Anak Melalui Komunikasi Interpersonal.
Nyimak: Journal Of Communication, 3(2), 97–105.
Margahayu, Armita. (2021). Strategi
Komunikasi Kiai dalam Membentuk Akhlak Santri di Pondok Pesantren Wali Songo
Ngawen Blora. IAIN Kudus.
Masduki, Yusron. (2018). Implikasi
Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an. Medina-Te: Jurnal Studi Islam, 14(1),
18–35.
Nugraha, Enung. (2020). Implementasi
Program Tahfizh Qur’an di PAUD Inklusif Dengan Model HOTS. As-Sibyan: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 95–106.
Rahmawati, Indah Nur. (2022). Pengaruh
Peran Orang Tua Terhadap Motivasi Menghafal Al Qur’an Siswa SD Tahfizh Al
Haramain Pekanbaru. Universitas Islam Riau.
Sucipto, Sisilia Mary Nuriko Tresia, &
Luqman, Yanuar. (2021). Proses Komunikasi Pada Extended Family dalam Membangun
Konsep Diri Anak. Interaksi Online, 10(1), 1–12.
Copyright holder: Idil Adha Nisa, Isnawijayani,
Sri Lestari (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |