Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI MENGHAFAL AL-QUR’AN  PADA ANAK DI KELURAHAN SETERIO KECAMATAN BANYUASIN III

 

Idil Adha Nisa, Isnawijayani, Sri Lestari

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darman Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

Email: [email protected],i[email protected], [email protected]

 

Abstrak

Orang tua berperan penting dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada anak. Termasuk dalam memotivasi anak menghafal Al-Qur’an. Dalam  kegiatan menghafal Al-Qur’an tidak hanya peran dari sekolah atau  tempat kegiatan menghafal Al-Qur’an melainkan peran orang tua juga dibutuhkan. Jadi, orang tua berperan besar dalam  keberhasilan menghafal  Al-Qur’an pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal orang tua dalam  memotivasi menghafal Al-Qur’an pada anak di Kelurahan Seterio Kecamatan Banyuasin III. Penelitian ini dilakukan pada orang tua dari anak yang menghafal Al-Qur’an di Kelurahan Seterio Kecamatan Banyuasin III. pada penelitian ini menggunakan Pendekatan kualitatif-deskriftif. Data yang diperoleh dari hasil obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori skema hubungan  keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua keluarga menerapkan pola komunikasi dari segi orientasi percakapan dan orientasi konformitas yang cukup tinggi, kedua keluarga dari anak yang menghafal Al-Qur’an memiliki tipe jenis keluarga konsensual. motivasi yang dilakukan oleh kedua keluarga di Kelurahan Seterio Kecamatan Banyuasin III, yaitu dengan cara memberikan  nasehat, memberikan dukungan, Selain itu para orang tua memberikan sebuah hadiah atau imbalan  untuk anaknya.

 

Kata Kunci: komunikasi interpersonal, orang tua, motivasi

 

Abstract

Parents play an important role in providing education and understanding to children. Including in motivating children to memorize the Koran. In memorizing the Qur'an, it is not only the role of schools or places for memorizing the Qur'an, but the role of parents is also needed. So, parents play a big role in the success of memorizing the Koran in children. This study aims to determine the interpersonal communication of parents in motivating memorizing the Qur'an in children in Setrio Village, Banyuasin III District. This research was conducted on parents of children who memorized the Koran in Setero Village, Banyuasin III District. in this study using a qualitative-descriptive approach. Data obtained from observations, interviews, and documentation. This study uses the theory of family relationship schemes. The results showed that the two families applied communication patterns in terms of orientation and conformity orientation which were quite high, both of the children who memorized the Koran had a consensual family type. The motivation carried out by the second family in Setero Village, Banyuasin III District, is by giving advice, providing support, besides that parents give gifts or imbalances for their children.

 

Keywords: interpersonal communication, parents, motivation

 

Pendahuluan

Komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang terhitung dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Komunikasi interpersonal dapat terjalin dalam keluarga yang melibatkan orang tua dan anak. Orang tua mempunyai peran penting dalam membentuk kepribadian anak. Tanggung jawab orang tua salah satunya, yaitu memberikan pendidikan bagi anaknya. Dalam proses belajar perlu adanya motivasi dari orang tua. Dengan adanya motivasi, anak akan menjadi lebih semangat selain itu, dapat melakukan sesuatu yang dilakukan orang tuanya. Bagi umat muslim mengahafal Al-Qur’an sangat penting karena Al-Qur’an merupakan salah satu rukun iman yang ke-3. Dimana bagi muslim, kita diwajibkan untuk mengimani setiap ayat dalam Al-Qur’an. Lewat Al-Qur’an, kita mengetahui dasar-dasar dalam berperilaku di dunia sebaik-baiknya sebagai seorang muslim (Ismawarni, 2019).

 

اخَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَه

 

Artinya: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan  mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Bukhari).

Kegiatan menghafal Al-Qur’an tidak hanya dilakukan oleh orang tua melainkan anak-anak juga (Nugraha, 2020). Oleh karena itu, perlu ditanamkan hafalan Al-Qur’an sejak dini dengan mengajarkan anak-anak menghafal Al-Qur’an di sekolah atau tempat kegiatan menghafal Al-Qur’an. Kegiatan menghafal Al-Qur’an tidak semudah yang pikirkan. untuk menghafal Al-Qur’an kita harus mempunyai tekad dan keinginan yang kuat. Menghafal Al-Qur’an membutukan proses yang sangat panjang dan membutuhkan ketekunan dan keikhlasan, membutuhkan usaha yang keras, daya ingat yang kuat dan motivasi yang sesuai dengan kemampuan individu. Dalam proses menghafal Al-Qur’an banyak sekali kendala dan permasalahan.

Masalah bisa datang dari aspek psikologis dan aspek kognitif anak. salah satu masalah yang paling terlihat adalah bagaimana meningkatkan hafalan Al-Qur’an yang selama ini dianggap anak-anak sulit (Masduki, 2018). Hambatan atau permasalahan yang sering terjadi, yaitu diantaranya malas, tidak bisa mengatur waktu, mudah lupa, faktor lingkungan, internet dan media sosial. selain itu lemahnya keinginan dan tekad, kurangnya motivasi dari dalam diri dan dari orang terdekat terutama orang tua dan masalah terpenting bagi anak dalam menghafal Al-Qur’an adalah istiqomah. Dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an tidak hanya peran dari sekolah atau tempat kegiatan tersebut melainkan peran orang tua juga dibutuhkan. Jadi, orang tua juga berperan besar dalam perkembangan anak, membimbing anak, dan membantu daya ingat anak berjalan lancar. Orang tua harus dapat mengingatkan, menasehati, membimbing dan memotivasi anaknya untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan  hafalan Al-Qur'an setiap saat dengan penuh kesadaran dan tanpa bosan (Adi, 2022). maka dari itu perlu adanya motivasi dari orang tua agar hafalan anak dapat berjalan dengan baik. anak perlu dimotivasi oleh orang tuanya untuk membaca Al-Qur’an, kerena membaca Al-Qur’an memang membuhtuhkan kemauan dan disiplin yang kuat. Orang tua harus bias memotivasi anaknya agar selalu semangat dalam menghafal Al-Qur’an.

Dari permasalahan diatas akan diteliti Bagaimana komunikasi interpersonal orang tua dalam memotivasi menghafal Al-Qur’an pada anak di Kelurahan Seterio Kecamatan Banyusin III.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini mneggunakan pendekatan kualitatif-deskriftif. Penelitian kualitatif deskriftif adalah prosedur yang menghasilkan deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Data yang diperoleh, yaitu dari catatan selama dilapangan atau observasi, wawancara, foto, dan dokumen resmi lainnya. Lokasi penelitian bertempat di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III dengan subjek penelitiannya, yaitu orang tua dari anak yang menghafal Al-Qur’an, sementara objek penelitiannya adalah komunikasi interpersonal yang terjalin antara orang tua dan anak (Afrizal, Vebrianto, & Anwar, 2022).

 

Hasil dan Pembahasan

Komunikasi interpersonal orang tua di Kelurahan Seterio Kecamatan Banyuasin III

Dari dua sampel orang tua dikelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III komunikasi yang dilakukan, yaitu sesekali berinteraksi mengenai penyampaian pesan-pesan motivasi kepada anaknya secara langsung. Proses pelaksanaan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III dilakukan dalam bentuk percakapan oleh kedua orang tua untuk memotivasi anaknya dalam menghafal Al-Qur’an. motivasi dilakukan dengan metode percakapan langsung dalam suasana yang baik agar pesan-pesan motivasi dapat tersampaikan dengan benar. Selain itu keterbukaan menanggapi dan mendengarkan cerita dengan senang hati diterima selama percakapan, anak-anak akan merasa nyaman dan anak-anak akan senag bercerita dan dapat membuat menceritakan keluhan dilingkungannya.

Pelaksanaan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kedua orng tua di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III, menggunakan komunikasi diadik dan triadik. Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal (antarpribadi) yang terjadi antara Dua orang, satu sebagai komunikator yang menyampaikan informasi, dan yang lainnya sebagai komunikan yang menerima informasi. Karena perilaku komunikasi kedua orang tua tersebut, dialog yang berlangsungpun intens. Motivasi dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan metode percakapan yang berlangsung dilingkungan yang nyaman agar pesan motivasi tersampaikan dengan benar. Sedangkan komunikasi tradik adalah komunikasi antarpribadi yang terdiri dari tiga orang, yaitu satu komunikator dan dua orang komunikan (Margahayu, 2021). Seorang komunikator dan komunikan dilakukan oleh ayah, ibu, dan anak agar semua nilai motivasi dapat tertanam dengan benar. dalam pendekatan motivasi triadik orang tua dapat memberikan rasa aman kepada anak. sehingga proses penyampaian motivasi dapat berjalan dengan baik (Aida, 2022).

 

Teori Skema Hubungan Keluarga

Teori skema hubungan keluarga mengenai interaksi seseorang dengan anggota keluarga lainnya pada waktu tertentu (Sucipto & Luqman, 2021). Mengemukakan bahwa skema keluarga mencakup beberapa jenis orientasi dalam komunikasi. yaitu orientasi percakapan (conversation orientation) dan orientasi kepatuhan (conformity orientation). Orientasi Percakapan (Conversation Orientation) adalah Orientasi percakapan mengasumsikan bahwa setiap anggota keluarga memliki kebebasan untuk menyampaikan ide dan pemikirannya. Keluarga yang memiliki skema atau pola percakapan tinggi akan selalu senang berbicara atau mengobrol. Sedangkan Orientasi Kepatuhan (Conformity Orientation) adalah Orientasi kepatuhan menjelaskan bahwa keluarga memiliki dan menjalani cara hidup, pendapat, perilaku, dan nilai-nilai hidup yang sama. keluarga dengan skema yang sanagat patuh memiliki anak-anak yang cendrung sering berkumpul dengan orang tua mereka (Azizah, 2022).  Komunikasi keluarga tidak bersifat kasual, tetapi sangat terstruktur berdasarkan skema atau pola-pola tertentu yang menentukan bagaimana anggota keluarga berkomunikasi satu sama lain. Berbagai skema ini menciptakan berbagai jenis keluarga. Perbedaan proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga tentunya akan membentuk tipe keluarga yang berbeda pula (Aristi, Janitra, & Prihandini, 2021). Fitzpatrick telah mengidenfikasikan empat tipe keluarga (Bahfiarti, Chotimah, Ilmi, & Anggriani, 2021).

1. Tipe Konsensual

Keluarga yang sangat sering melakukan percakapan tetapi juga memiliki kepatuhan yang tinggi. jenis keluarga ini suka ngobrol tetapi otoritas keluarga, dalam hal ini adalah orang, yaitu pihak yang membuat keputusan.“Orang tua jenis ini biasanya mendengarkan apa yang dikatakan anaknya, kemudian orang tua membuat keputusan, namun keputusan tesebut tidak selalu sejalan dengan keinginan anak-anaknya, tetapi mereka selalu berusaha menjelaskan alasan dari keputusan tersebut sehingga anak memahami alasan dari suatu keputusan” (Sucipto & Luqman, 2021).

2. Tipe Pluralistis

Keluarga yang “sangat sering melakukan percakapan tetapi juga memiliki kepatuhan yang rendah. Anggota keluarga pada jenis ini sering berbicara secara terbuka, tetapi masing-masing dalam keluarga akan membuat keputusan sendiri. Orang tua tidak merasa perlu mengontrol anaknya , kerena setiap pendapat dinilai berdasarkan kemampuannya, yaitu pendapat mana yang terbaik, dan setiap orang berpertisipasi dalam proses pengambilan keputusan.”

3. Tipe Protektif

Keluaga yang jarang melakukan percakapan tetapi memiliki ketaatan yang tinggi, sehingga banyak sifat penurut dalam keluarga tetapi sedikit komunikasi. Orang tua dari jenis keluarga ini tidak melihat alasan penting mengapa mereka harus menjelaskan keputusan yang telah mereka buat.

4. Tipe Laissez-Faire

“Anggota keluarga seperti ini tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan anggota keluarga lainnya dan tentu tidak ingin membuang waktu untuk memberikannya.”  

 

Pola Komunikasi Keluarga

Konsep pola komunikasi keluarga menekankan pada dua orientasi dalam fungsi komunikasi keluarga, yaitu orientasi percakapan (conversation orientation)  dan orientasi kepatuhan (conformity orientation). orientasi percakapan menggambarkan bagaimana setiap anggota keluarga menunjukkan keterbukaan dan minat untuk membahas topik atau isu tertentu, sedangkan Orientasi kepatuhan menekankan bahwa anggota keluarga menghindari konflik dengan memberikan berbagai tekanan pada kepatuhan (Emmanuela, Yoanita, & Wijayanti, 2022).

Berdasarkan hasil penelitian, kedua keluarga dalam penelitian ini memiliki pola yang hampir sama dalam membangun komunikasi antara orang tua dan anak. Dalam hal orientasi percakapan, setiap keluarga memiliki intensitas komunikasi cukup tinggi dan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterbukaan antara anggota keluarga melalui percakapan ringan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hafalan Al-Qur’an atau yang berkaitan dengan masa depan, anak juga diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya dan apa yang mereka inginkan. Selain itu keterbukaan menanggapi dan mendengarkan cerita selama percakapan, membuat anak merasa nyaman dan anak-anak akan senang menceritakan keluhan dilingkungannya.dalam proses interaksi kedua keluarga ini memiliki keinginan yang kuat untuk berinteraksi dan orang tua yang selalu memberikan hal-hal positif dan motivasi yang berdampak baik bagi anak.

Dari segi orientasi kepatuhan, kedua keluarga dari anak yang menghafal Al-Qur’an memiliki tingkat kepatuhan yang cukup tinggi. Sikap orang tua yang dalam hal selalu memberikan arahan kepada anak mendorong pada sebuah kepatuhan, menjadikan anak memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah diterapkan oleh orang tua (Mardhiyah & Imran, 2019). Dalam hal menghafal Al-Qur’an, orang tua selalu menerapkan dan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama, yang mana Al-Qur’an dijadikan pedoman bagi manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat begitu pula dalam menghafal al’quran yang merupakan sebuah amalan yang begitu mulia dalam kehidupan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tipe pola komunikasi keluarga dari anak yang menghafal Al-Qur’an, yaitu tipe keluarga konsensual (Rahmawati, 2022). Hal ini dapat dilihar dari orientasi percakapan dan orientasi kepatuhan yang tinggi.

 

Peran Orang Tua Dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur’an Pada Anak

Peran orang tua dalam memotivasi anak untuk mengahafal Al-Qur’an adalah salah satu cara agar anak lebih giat dan semangat dalam menghafal Al-Qur’an. Dalam memberikan motivasi tentunya diperlukan upaya yang dilakukan orang tua untuk memotivasi anak dalam menghafal Al-Qur’an (Camma, Arnani, Ramdana, & Pambudi, 2020). Upaya tersebut dapat berupa:

Nasehat Kepada Anak

Seperti yang kita tahu bahwa menghafal Al-Qur’an adalah perbuatan yang baik dan mulia. Dari hasil wawancara yang dilakukan dari pernyataan kedua orang tua dapat dipahami bahwa Al-Qur’an merupakan perbuatan yang mulia, Al-Qur’an adalah pedoman dan petunjuk bagi umat islam dalam kehidupan dunia dan akhirat. memberikan nasehat dan penjelasan mengenai menghafal Al-Qur’an pada anak merupakan upaya atau usaha yang baik karena ingin anaknya berada di jalan yang baik dan benar.

Memberikan Dukungan

Hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua untuk anaknya adalah memberikan dukungan. Ada beberapa cara dalam mendukung anak, seperti mendengarkan dan menanggapi apa yang dikatakann anak, memberikan perhatian khusus serta meluangkan waktu untuk anak. Dengan mendengarkan anak-anak, kita akan tahu apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan, yang berarti itu adalah bentuk rasa menghargai dan menghormati. Selain itu upaya orang tua dalam memberikan dukungan, yaitu dengan menyediakan dan memberikan fasilitas untuk menghafal Al-Qur’an. Karena menyediakan fasilitas untuk menghafal Al-Qur’an juga sangat penting dengan adanya fasilitas untuk menghafal Al-Qur’an dapat membantu anak-anak dalam mengahafal Al-Qur’an baik di tempat kegiatan menghafal Al-Qur’an maupun di rumah.

Memberikan Hadiah

Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik, motivasi instrinsik berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Motivasi ekstrinsik, yaitu timbul karena adanya insentif atau pengaruh dari luar, seperti permintaan, penghargaan, atau hukuman. Motivasi yang dilakukan kedua keluarga di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III menggunakan motivasi ekstrinsik yang dilanjutkan dengan motivasi intrinsik.

Motivasi ekstrinsik yang diberikan orang tua kepada anaknya bertujuan untuk mendorong anak belajar menghafal Al-Qur’an atau meningkatkan tingkat bacaan dengan harapan anak mencapai hasil yang baik, anak dapat mencapai tujuan yang diharapkan bisa juga karena anak menghafal Al-Qur’an berdasarkan tujuan yang diinginkan orang tuanya kemudian anak tersebut akan menerima reward atau hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Pemberian hadiah atau reward  dapat menimbulkan dorongan atau semangat bagi anak untuk lebih giat dalam menghafal Al-Qur’an walaupun rewardnya sederhana (Asmadi, Ikhwan, & Nuraini, 2021).

Dilihat dari hasil obeservasi yang dilakukan di tempat kegiatan menghafal Al-Qur’an ustazah juga meyediakan sebuah permainan dan akan memberikan hadiah kepada anak-anak yang hafal Al-Qur’an dengan lancar dan mencapai target hafalan. hadiahnya berupa pena dan permen. Bagi yang hafalannya masih kurang dan belum mencapai target mendapatkan hukuman berupa diberikan coretan di muka dengan menggunakan celak tapi tetapi anak tersebut tetap mendapatkan hadiah permen saja. Seseorang melakukan sebuah usaha karena adanya motivasi. Begitu juga yang dilakukan oleh kedua orang tua anak yang menghafal Al-Qur’an mereka memberikan sebuah hadia atau imbalan walaupun sederhana.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan dari penelitian ini mengenai Komunikasi interpersonal orang tua dalam memotivasi menghafal Al-Qur’an pada anak di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III adalah memiliki pola komunikasi dari segi orientasi percakapan dan orientasi kepatuhan yang cukup tinggi. Dalam hal orientasi percakapan, dibuktikan dengan adanya keterbukaan antara anggota keluarga melaui percakapan ringan, anak juga diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya dan apa yang mereka inginkan. dalam proses interaksi kedua keluarga ini memiliki keinginan yang kuat untuk berinteraksi dan orang tua yang selalu memberikan hal-hal positif dan motivasi yang berdampak baik bagi anak. Dari segi orientasi kepatuhan, kedua keluarga dari anak yang menghafal Al-Qur’an memiliki tingkat kepatuhan yang cukup tinggi. Sikap orang tua yang dalam hal selalu memberikan arahan kepada anak mendorong pada sebuah kepatuhan, menjadikan anak memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah diterapkan oleh orang tua. dalam proses komunikasi yang terjadi kedua keluarga dari anak-anak yang menghafal Al-Qur’an memiliki tipe jenis keluarga konsensual.

   Dalam mendorong motivasi kedua keluarga di kelurahan seterio Kecamatan Banyuasin III senantiasa memberikan motivasi kepada anaknya.motivasi yang diberikan kepada anak dengan cara menasehati, memberikan dukungan, Selain itu para orang tua juga memberikan motivasi berupa sebuah imbalan memberikan sebuah hadiah dari orang tua untuk anaknya. Hal ini dilakukan guna anak lebih semangat dalam menghafal Al-Qur’an dan dapat mencapai target yang diharapkan serta mendapatkan hasil yang memuaskan.

 

 

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Adi, Prayogi. (2022). Komunikasi Interpersonal Musyrif dan Santri Dalam Memotivasi Belajar Al-Qur’an (Studi di Asrama SMPIT Harapan Bunda Purwokerto). UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri Purwokerto.

 

Afrizal, Afrizal, Vebrianto, Rian, & Anwar, Abu. (2022). Methods in the Learning Process: Case Studies on Implementation. Buana Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unipa Surabaya, 18(1), 43–48.

 

Aida, Nurul Iedil. (2022). Penolakan Dan Penerimaan Sosial terhadap Penderita Sindrom Tourette (Analisis Semiotika dari Prespektif Hubungan Sosial Pada Film Front Of The Class). Universitas Hasanuddin.

 

Aristi, Nindi, Janitra, Preciosa Alnashava, & Prihandini, Puji. (2021). Fokus narasi kekerasan seksual pada portal berita daring selama pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Komunikasi, 9(1), 121–137.

 

Asmadi, Asmadi, Ikhwan, Afiful, & Nuraini, Nuraini. (2021). Implementasi Program Tahfidz dalam Meningkatkan Motivasi Menghafal Al-Qur’an (Studi Komparatif di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Dan Pondok Pesantren Darul Fikri Bringin Ponorogo). JMP: Jurnal Mahasiswa Pascasarjana, 1(1), 1–36.

 

Azizah, Aranti. (2022). Komunikasi Orang Tua dan Anak Korban Pelecehan Seksual. Medialog: Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(1), 85–94.

 

Bahfiarti, Tuti, Chotimah, Isfaiqatul, Ilmi, Dhia Naufalina, & Anggriani, Anggriani. (2021). Analisis Komunikasi Keluarga dalam Mentransformasikan Nilai-Nilai Budaya To Lotang di Kabupaten Sidrap. Jurnal Komunikasi, 15(2), 169–180.

 

Camma, Alimuddin, Arnani, Arnani, Ramdana, Ramdana, & Pambudi, Suratman. (2020). Strategi Berbasis Motivasi dalam Pengajaran Tahfidzul Quran di SMP IT Imam Syafi’i Samarinda. Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 7(1), 1–11.

 

Emmanuela, Celine Rea, Yoanita, Desi, & Wijayanti, Chory Angela. (2022). Representasi Pola Komunikasi Keluarga Cina Dalam Film Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings. Jurnal E-Komunikasi, 10(2).

 

Ismawarni, Ismawarni. (2019). Komunikasi Interpersonal Kepala Desa dalam Membina Generasi Muda di Desa Passapa Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. IAIN Parepare.

 

Mardhiyah, Annisa Nurul, & Imran, Ayub Ilfandy. (2019). Motivasi Menghafal Al-Qur’an Pada Anak Melalui Komunikasi Interpersonal. Nyimak: Journal Of Communication, 3(2), 97–105.

 

Margahayu, Armita. (2021). Strategi Komunikasi Kiai dalam Membentuk Akhlak Santri di Pondok Pesantren Wali Songo Ngawen Blora. IAIN Kudus.

 

Masduki, Yusron. (2018). Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur’an. Medina-Te: Jurnal Studi Islam, 14(1), 18–35.

 

Nugraha, Enung. (2020). Implementasi Program Tahfizh Qur’an di PAUD Inklusif Dengan Model HOTS. As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 95–106.

 

Rahmawati, Indah Nur. (2022). Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Motivasi Menghafal Al Qur’an Siswa SD Tahfizh Al Haramain Pekanbaru. Universitas Islam Riau.

 

Sucipto, Sisilia Mary Nuriko Tresia, & Luqman, Yanuar. (2021). Proses Komunikasi Pada Extended Family dalam Membangun Konsep Diri Anak. Interaksi Online, 10(1), 1–12.

                                                

Copyright holder:

Idil Adha Nisa, Isnawijayani, Sri Lestari (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: