Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

DAPATKAH PERJUMPAAN DENGAN ALLAH TERJADI MELALUI TEKNOLOGI?

 

Ricky Nelson Tampubolon, Timotius Shandery, Gilbert Emanuel Lumoindong, Gernaida K. R. Pakpahan

STT Bethel Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Perjumpaan dengan Allah dialami oleh seseorang sebagai perwujudan dari kasih Allah yang dinyatakan secara unik dan spesifik kepada pribadi tersebut. Perjumpaan dengan Allah tersebut dibuktikan dengan terjadinya perubahan dalam diri pribadi yang mengalaminya. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan mengamati fenomena yang ada, dituliskan pengalaman dari dua orang yang mengalami perjumpaan dengan Allah melalui teknologi (siaran TV dan video YouTube) yang tervalidasi dengan terjadinya perubahan hidup dari dua pribadi ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya fenomena perjumpaan dengan Allah yang terjadi dengan perantaraan teknologi. Sebagai kesimpulan penulis memaparkan saran-saran untuk pelayan Tuhan yang ingin melayani pemberitaan Injil melalui media teknologi.

 

Kata Kunci: perjumpaan dengan Allah, teknologi, internet, perubahan hidup.

 

Abstract

An encounter with God is experienced by a person as an embodiment of God's love which is expressed uniquely and specifically to that person. This encounter with God is validated by a change in the person who experiences it. This study uses a qualitative-descriptive approach by observing existing phenomena that is experienced by two people who have encountered God through technology (TV broadcasts and YouTube videos). The encounters are validated by the changes in the lives of these two individuals. The purpose of this study is to show the phenomenon of an encounter with God that occurs through technology. In conclusion, the author presents suggestions for God's servants who want to serve the preaching of the gospel through technology media.

 

Keywords: encounter with God, technology, internet, life changes.

 

Pendahuluan

Perjumpaan dengan Allah adalah suatu peristiwa supranatural yang dialami secara pribadi, di mana Allah dalam kemahakuasaan-Nya berkenan untuk menyatakan diri-Nya secara khusus dan spesifik kepada satu orang pribadi. Mahahadir adalah salah satu karakteristik Allah di mana Allah ada di mana-mana, pada setiap waktu (lihat Mazmur 139:7-10). Namun, di sisi lain Alkitab menuliskan peristiwa-peristiwa khusus ketika pribadi-pribadi tertentu secara supranatural berhadapan muka dan mengalami perjumpaan dengan Allah. Dalam Perjanjian Lama Musa berhadapan dengan Allah di gunung Horeb (Kel 3:1-6), di gunung Sinai (Kel 19). Dikatakan bahwa Musa berhadap-hadapan dengan Allah (Bil 12:6-8). Adapun dampak perjumpaan dengan Allah itu membuat kulit muka Musa bercahaya dan orang-orang Israel takut mendekat padanya (Kel 34:29, 30).

Perjanjian Baru menuliskan mengenai Saulus, seorang Farisi yang dengan berkobar-kobar ingin melenyapkan para pengikut Kristus yang ada. Namun, dalam perjalanannya ke Damsyik, Saulus mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus. Hal itu mengubahkan kehidupan Saulus sepenuhnya. Saulus yang juga disebut Paulus (Kisah 13:9) kemudian menjadi seorang misionaris yang memberitakan tentang Yesus. Setiap kali seseorang mengalami perjumpaan dengan Allah, maka selalu ditemukan perubahan-perubahan terjadi dalam kehidupan orang tersebut.

Kelompok Pentakosta percaya bahwa semua yang tertulis di dalam Alkitab, dalam hal ini adalah perubahan hidup orang percaya oleh karena mengalami perjumpaan dengan Allah, masih dapat terjadi pada masa kini. Perjumpaan dan perubahan tersebut adalah karya dari Roh Kudus yang telah hadir pada hari Pentakosta, setelah Tuhan Yesus naik ke Surga (Kis 1:8-9; 2:1-4).

Pengalaman perjumpaan dengan Roh Kudus yang dialami oleh 120 orang murid Tuhan Yesus di kamar loteng Yerusalem mengubahkan kehidupan mereka. Sebagai contoh: Petrus yang sekitar 50 hari sebelumnya menyangkal Yesus karena ketakutan (Mat 26:69-75; Mark 14:66-72; Luk 22:56-62; Yoh 18:25-27) setelah dipenuhi dengan Roh Kudus berdiri dan berkhotbah dengan suara nyaring (Kis 2:14), berbicara dengan berani tentang Yesus sekalipun menghadapi ancaman, ditangkap dan dimasukkan ke dalam tahanan (Kis 4:3, 8, 19-20). Kelompok Pentakosta percaya bahwa perjumpaan dengan Allah yang membawa perubahan melalui kuasa Roh Kudus masih terus terjadi.

Pengalaman perjumpaan dengan Roh Kudus juga memberi dampak pada orang lain saat diberitakan (lihat Kis 2). Petrus yang mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus saat menjelaskan fenomena itu kepada orang-orang di Yerusalem yang kebingungan, bahkan mengejek dengan mengatakan bahwa mereka mabuk anggur manis (2:13). Setelah menjelaskan fenomena yang terjadi itu kepada orang-orang di Yerusalem yang adalah penggenapan dari nubuat nabi Yoel (2:16-21), Petrus menjelaskan bagaimana hal itu berhubungan dengan Yesus yang mati disalibkan, dibangkitkan pada hari yang ketiga (2:22-24) dan naik ke surga (2:33-36). Setelah itu Petrus menasihati orang-orang banyak itu supaya memberi diri mereka untuk diselamatkan (2:40). Hasil dari pemberitaan dan kesaksian Petrus itu, kira-kira 3.000 orang percaya dan memberi diri untuk dibaptis (2:41).

Pengalaman Petrus menunjukkan bahwa proses pemberitaan Injil Yesus Kristus yang menjawab kebingungan dan kesalahan penafsiran di dalam masyarakat memiliki potensi yang besar untuk membawa banyak orang untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Saat ini telah tersedia berbagai teknologi yang dapat digunakan untuk mendukung pemberitaan Injil. Namun, ada juga kelompok orang Kristen yang mengganggap teknologi adalah buatan iblis dan menggunakan teknologi akan membuat mereka jauh dari Tuhan bahkan murtad. Bagi kelompok ini pemanfaatan teknologi dalam penyebaran Injil tidak dapat dibenarkan.

Dalam sikapnya terhadap pemanfaatan teknologi, kelompok Pentakosta terbagi menjadi dua ekstrim, satu kelompok menganggap teknologi adalah berkat dari Tuhan dan yang lain memandangnya sebagai pekerjaan iblis yang membawa orang percaya untuk jauh dari Tuhan. Sebagai contoh mengenai penggunaan vaksin COVID-19. Satu kelompok Pentakosta menganggap vaksin COVID-19 sebagai alat setan untuk memasukkan microchip ke dalam tubuh orang percaya, kelompok lain melihatnya sebagai berkat Tuhan supaya terlindungi dari penularan penyakit COVID-19. Lihat juga City of Faith Medical and Research Center suatu pusat riset biologi di kampus Oral Roberts University yang didirikan oleh penginjil kesembuhan Pentakosta yang bernama Oral Roberts

Dalam tulisan ini penulis meneliti kelompok yang melihat teknologi sebagai berkat dari Tuhan yang dapat digunakan untuk mendukung pemberitaan Injil. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana pemberitaan Injil yang disampaikan dengan perantaraan teknologi baik berupa media cetak dan elektronik seperti siaran TV dan radio, juga internet dapat memberikan kesempatan untuk seseorang mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi, bukan hanya di gedung gereja atau tempat kudus lainnya, tetapi di manapun dan kapanpun.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengamati fenomena yang terjadi pada dua orang pendeta yang mengalami pertobatan sebagai akibat dari perjumpaan dengan Allah melalui teknologi, dalam hal ini berupa program penyegaran rohani yang ditayangkan di TV dan cuplikan video kebaktian kebangunan rohani yang ditayangkan di YouTube. Penulis mengenal kedua sumber secara langsung setelah mereka aktif melayani sebagai hamba Tuhan (pendeta) sehingga perubahan hidup yang dialami kedua sumber dituliskan dalam penelitian ini dari hasil wawancara langsung (J. K. A. S. and A. Yong, 2010).

Penulis fokus pada kesamaan yang dialami oleh objek penelitian saat mereka mengalami perjumpaan dengan Allah melalui teknologi. Tujuan dari penelitian fenomenologi ini adalah untuk mereduksi pengalaman individu dengan suatu fenomena menjadi deskripsi esensi universal ("pegangan pada hakikat sesuatu"). Untuk tujuan ini, peneliti mengidentifikasi sebuah fenomena, sebuah "objek" dari pengalaman sumber, dalam hal ini yaitu pengalaman pribadi perjumpaan dengan Allah yang mengubahkan kehidupannya.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengalaman perjumpaan dengan Allah sungguh dialami oleh kedua objek penelitian. Pengalaman tersebut menjadi satu titik balik perubahan dalam kehidupan mereka. Namun, perubahan hidup yang dialaminya tidak terjadi secara tiba-tiba dan instan. Proses perubahan yang mereka alami berlangsung selama bertahun-tahun dalam usaha melawan kecenderungan dosa yang masih ada dalam diri mereka.

 

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menuliskan perjumpaan dengan Allah yang dialami oleh Fandy Mulya Latif dari kota Bandung dan Dedy Yanto Putra Deli Zega dari kota Medan.

Fandy Mulya Latif

Fandy mengalami perjumpaan dengan Allah pada suatu hari di bulan Juli/Agustus tahun 1995 karena tidak sengaja menyaksikan tayangan penyegaran rohani Kristen di salah satu stasiun TV. Pada kesempatan tersebut, Fandy mengalami suatu perjumpaan dengan Tuhan melalui acara TV tersebut di mana Pdt. Niko Njotorahardjo sedang menyanyikan lagu pujian bagi Tuhan. Hari minggu berikutnya Fandy mendapatkan dirinya hadir di satu pertemuan ibadah yang kemudian secara rutin diikutinya.

Januari 1996 Fandy menerima Tuhan Yesus dalam hatinya dan mengalami kelahiran kembali. Peristiwa itu adalah titik balik yang mempercepat proses transformasi diri yang dialaminya. Selama perjalanan kerohaniannya, Fandy terlibat dalam berbagai kegiatan dan pemuridan yang ada di gerejanya. Saat tulisan ini dibuat, Fandy adalah seorang hamba Tuhan sepenuh waktu di bawah naungan GBI Sukawarna Bandung, sebagai Wakil Gembala Rayon 2 di bawah penggembalaan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo.

Dedy Yanto Putra Deli Zega

Dedy mengalami perjumpaan dengan Allah pada suatu malam sekitar tahun 2013. Dalam keadaan mabuk berat dan over dosis, malam itu Dedy mencoba menenangkan diri dengan mendengarkan lagu beat tinggi dari situs YouTube. Saat mencari-cari lagu secara tidak sengaja Dedy menyaksikan satu video di mana Pdt. Ricky Nelson Tampubolon sedang menyanyikan lagu More, More, I want More.RIcky Nelson Tampubolon, “KKR 10 Malam Pencurahan Roh Kudus (GBI-ICC),” YouTube, last modified 2013,

https://www.youtube.com/watch?v=TDB6jFAKziQ. Tidak menyadari bahwa itu adalah lagu rohani, Dedy terus mendengarkannya karena beat dari lagu tersebut yang cukup tinggi. Saat mendengarkan lagu itu Dedy merasakan rasa tenang, damai dan sukacita yang berbeda dari yang pernah dialaminya. Hal tersebut membuatnya tersentak dan terbangun dari mabuknya. Setelah mencari informasi mengenai lagu tersebut, ditemukan bahwa ternyata lagu itu adalah lagu rohani.

Pengalaman perjumpaan dengan Allah yang dialami Dedy pada malam itu mengubahkan hidupnya. Kehidupan masa lalu Dedy yang sangat erat dengan pergaulan bebas, narkoba, dan penuh kekerasan, diubahkan Tuhan melalui proses pertobatan dan pemurnian. Saat penelitian ini dituliskan, Dedy menggembalakan sebuah gereja di kota Medan di bawah naungan GBI Glow Community, Medan, dalam pengembalaan Gembala Senior Pdt. Gilbert Emanuel Lumoindong. Dedy juga melayani dalam wadah For Jesus Mission Ministry.

Pengalaman Perjumpaan dengan Allah

Kasih dan anugerah yang tersedia di dalam Tuhan Yesus Kristus secara nyata dapat dialami dan dirasakan oleh semua orang yang mengalami perjumpaan dengan Allah. Rasa penerimaan yang membawa satu perasaan damai dan sukacita yang tidak terkatakan menggerakkan individu tersebut untuk mencari Allah lebih lagi.

Dari kedua pengalaman di atas terbukti bahwa teknologi dapat menjadi satu sarana untuk seseorang mendengar berita Injil Yesus Kristus sehingga mengalami perjumpaan dengan Allah sebagai akibat dari penerimaan terhadap berita Injil tersebut. Pemberitaan tersebut dapat berupa lagu pujian kepada Tuhan sebagaimana yang dialami oleh kedua sumber di atas. Perjumpaan dengan Allah sendiri memberikan satu dorongan yang sangat kuat dari dalam diri untuk berubah sesuai dengan kehendak Allah. Perubahan dalam hidup kedua sumber divalidasi dengan pengakuan dari keduanya. Selain itu kedua sumber sudah menunjukkan buah pertobatan mereka dengan tetap setia melayani Tuhan yang dapat diamati baik secara langsung maupun melalui media internet.

Perjumpaan dengan Tuhan dapat dialami melalui khotbah, lagu pujian, atau apapun juga yang memuliakan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa perjumpaan dengan Allah bukan bergantung pada metode lahiriah yang nampak, tetapi sepenuhnya berdasarkan kehendak dan kedaulatan dari Allah Roh Kudus sendiri. Khotbah dapat berfungsi sebagai alat bagi pemimpin dalam mengajar umat. Selain itu khotbah juga menolong orang percaya untuk memahami kehendak Allah. Oleh karena itu khotbah sangat berperan dalam pertumbuhan iman dan juga untuk mempersiapkan umat mengalami perjumpaan-perjumpaan dengan Allah yang selanjutnya.(Parningotan & Siskawaty, 2021)

Perjumpaan dengan Allah pasti mengubahkan. Pengalaman ini adalah sesuatu yang menyenangkan yang dirindukan setiap orang percaya. Salah satu tugas dari pemimpin jemaat, guru, dan orang tua adalah untuk menaruh kerinduan, mendorong, dan mengajar supaya umat yang dipimpinnya, murid-murid, dan anak-anak mereka mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi. Dengan sungguh-sungguh belajar dan merindukan hal tersebut akan ada pimpinan Tuhan yang akan mendorong setiap orang percaya untuk mencari Allah dan kehendak-Nya sehingga sikap dan perilaku orang percaya dapat diubahkan dan berdampak pada peningkatan kualitas hidupnya.(Hermina Maroa, 2019) Pengalaman perjumpaan dengan Allah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.     Pengalaman perjumpaan dengan Allah bersifat mengubahkan.

Perubahan pada manusia yang mengalami perjumpaan dengan Allah terjadi karena Allah adalah terang dunia (Yoh :12). Keberadaan Allah sebagai terang menghilangkan kegelapan dalam diri manusia, bahkan sisi gelap yang tersembunyi dan tidak disadari oleh manusia tersebut sekalipun (1 Yoh 1:5-9).

2.     Pengalaman perjumpaan dengan Allah dapat terjadi berulang kali.

Dalam Perjanjian Lama dituliskan bahwa Musa mengalami perjumpaan dengan Allah berulang kali. Daniel mengalami pengalaman supranatural perjumpaan dengan Allah berulang kali. Pengalaman perjumpaan dengan Allah di Perjanjian Lama hanya dapat dialami oleh orang-orang tertentu, khususnya dari kelompok nabi atau yang dekat dengan nabi (Bil 11:27; 1 Sam 10:5, 10, 13; 19:20, 23).

Perjanjian Baru menuliskan pengalaman perjumpaan dengan Allah terjadi berulang dalam hidup dan pelayanan Rasul Paulus (Kis 9:3-8; 16:6-10; 2 Cor 12:1-5). Hal yang sama juga dengan pencurahan Roh Kudus dicatatkan dalam Kisah Para Rasul terjadi berulang (Kis 2:4; 4:31; 8:17; 10:44; 19:8).

Di antara satu perjumpaan dengan perjumpaan berikutnya seringkali tidak dapat dipastikan waktunya. Untuk menjaga kehidupan kerohaniannya tetap kuat di hadapat Allah, setiap orang percaya perlu berIbadah untuk dapat mengalami perjumpaan dengan Allah berikutnya. Ibadah mempersiapkan umat Allah untuk masuk dalam perjumpaan dengan Allah, dan mengetahui kehendak-Nya. Meresponi perjumpaan dengan Allah, umat-Nya perlu untuk melaksanakan misi Allah bagi dunia. Integritas dari ibadah adalah mengenai mengenal kehendak Allah untuk misi-Nya di dunia yang diwujudkan melalui gereja, serta orang-orang percaya.(Sumarto, 2019)

3.     Pengalaman perjumpaan dengan Allah bersifat progresif.

Rasul Paulus menuliskan mengenai pengalaman rohani di dalam Tuhan yang mengubahkan menjadi serupa dengan gambaran Kristus dalam kemuliaan yang semakin besar (2 Kor 3:18). Hal yang sama juga disampaikan oleh Salomo dalam kitab Amsal di mana jalan hidup orang benar semakin bertambah terang hingga rembang tengah hari (Ams 4:18).

Perjumpaan melalui teknologi tidak dapat menggantikan perjumpaan secara fisik melalui ibadah di gereja. Teknologi juga tidak dapat menggantikan peran dari Firman Allah yang tertulis atau Alkitab. Amos Yong dalam bukunya Spirit-Word-Community memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana kelompok Pentakosta memandang perjumpaan dengan Allah secara pribadi dan unik melalui Roh Kudus tidak terlepas dari pentingnya berpegang pada Firman Allah sebagai sumber kebenaran yang absolut; kemudian pada akhirnya komunitas orang percaya atau gereja sendiri yang menjadi filter dan penentu dari kedua hal tersebut (A. Yong, 2006).

Pasca Perjumpaan dengan Allah Melalui Teknologi

Perjumpaan dengan Allah memberikan dorongan yang sangat kuat dalam diri orang percaya untuk berubah. Namun, perubahan tidak terjadi secara menyeluruh seketika saat seseorang mengalami perjumpaan dengan Allah. Perubahan perlu diusahakan oleh manusia itu dengan pertolongan Allah Roh Kudus. Perubahan yang terjadi bukanlah hasil kekuatan sendiri. Alkitab menuliskan cara-cara praktis untuk seseorang dapat mengalami perubahan dengan pertolongan Roh Kudus sebagai berikut:

- Melalui pengakuan dosa (1 Yoh 1:9).

- Dengan sungguh-sungguh berusaha (2 Pet 1:5-9).

- Bertahan dalam kasih karunia Allah (2 Kor 12:9).

Dengan melatih disiplin rohani seseorang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, berkomunikasi dengan berdoa di hadapan Allah. Hal-hal ini perlu terus dilakukan dalam ibadah orang percaya. Adapun esensi dari ibadah adalah perjumpaan pribadi dengan Allah.(MUTAK, 2020) Ibadah yang dimaksud tentu tidak hanya merujuk pada kegiatan kebaktian di hari Minggu saja. Ibadah mencakup waktu-waktu doa dan pembacaan Alkitab pribadi, juga waktu persekutuan bersama dalam suatu komunitas Kristen.

Selain disiplin rohani, orang percaya baik jemaat maupun pengerja gerejam perlu diajar mengenai hal-hal apa saja yang Allah kehendaki untuk diperbuat dan hal-hal apa saja yang harus dijauhi untuk dapat mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah. Lihat kisah Samuel yang diajar oleh imam Eli untuk bertumbuh ke dalam panggilannya (1 Sam 3).(Oci, 2020)

Setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi dan mengalami pemulihan hidup, orang percaya akan memiliki dorongan yang kuat untuk menyaksikan hal tersebut kepada orang-orang lain. Adapun tujuan dari bersaksi adalah untuk menceritakan kasih dan kebaikan Tuhan bagi hidupnya, yang juga tersedia untuk dialami oleh semua orang yang mau mengenal, percaya, dan menerima kasih dan anugerah-Nya di dalam Kristus Yesus. Demikian dapat terjadi siklus yang terus berputar di mana orang di luar Kristus yang percaya dan menerima kasih anugerah Yesus Kristus kemudian berpindah posisi menjadi seorang saksi yang membagikan anugerah yang diterimanya tersebut kepada orang lain lagi.(Pantas, 2016)

Begitu berharganya anugerah keselamatan yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus, membuat Rasul Paulus memberikan satu definisi hidupnya dalam Filipi 1:20-21, yaitu: “ … Karena bagiku hidup adalah Kristus…” Kristus adalah awal dari kehidupan setelah perjumpaan dengan Allah yang membawa pada pertobatan serta hidup untuk dipimpin Roh Kudus.(Simorangkir & Arifianto, 2020)

Hasil yang dapat diraih dari perjumpaan dengan Tuhan adalah perubahan karakter orang percaya menjadi serupa dengan Kristus. Manusia yang jatuh dalam dosa dikembalikan kepada hakikatnya yang sejati sebagai gambar dan rupa Allah yang berkuasa atas bumi ini. Banyak orang percaya tidak pernah berurusan dengan Allah secara pribadi. Mereka umumnya hanya berurusan dengan agama, gereja, dan pemimpin rohani atau pendeta. Untuk dapat berurusan dengan Tuhan secara benar, orang percaya perlu mengalami Tuhan secara pribadi, dan terlibat dalam proses pemuridan.(Perangin Angin & Yeniretnowati, 2021)

Salah satu manfaat yang dapat diamati dari seseorang yang telah mengikuti proses pemuridan adalah mengalami pertumbuhan rohani menuju pada kedewasaan. Kedewasaan rohani sangat esensial supaya kehidupan mereka mendemonstrasikan karakter Kristus. Salah satu karakter orang Kristen yang dewasa rohani adalah memiliki iman yang teguh di tengah berbagai pengaruh pengajaran sesat juga saat menghadapi berbagai tantangan badai kehidupan. Orang Kristen yang dewasa rohani akan memiliki kerinduan untuk sungguh-sungguh melayani Tuhan Yesus dengan setia sehingga banyak jiwa yang dapat dibawa kepada Kristus.(GUNAWAN, 2020)

Pelayanan Pemberitaan Injil melalui Internet

Untuk dapat melakukan pelayanan pemberitaan Injil secara efektif melalui internet, gereja perlu memahami siapa pengguna internet, hal-hal apa saja yang dilakukan pengguna internet, dan bagaimana cara yang baik untuk memberitakan Injil melalui internet.

Pengguna Internet di Indonesia

Sebagaimana Dedy mengalami perjumpaan dengan Allah melalui video di YouTube yang adalah suatu platform media sosial, gereja perlu menyadari tren peningkatan dalam jumlah pengguna internet di Indonesia. Tnternetworldstats menuliskan bahwa pengguna internet di Indonesia per Maret 2021 mencapai 212,35 juta orang. Indonesia adalah negara dengan pengguna internet terbanyak di Asia dan pengguna internet terbanyak ketiga di dunia, setelah Tiongkok dengan pengguna internet sebanyak 989,08 juta jiwa, dan India dengan pengguna internset 755,82 juta jiwa.(Kusnandar, 2021) Statistik menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia paling banyak berasal dari Jawa Barat.

Gereja perlu menyadari ada lebih dari 212 juta orang yang terkoneksi ke internet yang dapat dilayani secara bebas. Melalui internet gereja dapat menjangkau bahkan kepada kelompok yang paling tertutup terhadap Injil sekalipun. Namun, gereja perlu mempersiapkan diri untuk meningkatkan kompetensi literasi digital baik dari pihak para pelayan Tuhan, jemaat, dan juga masyarakat yang akan dilayani. Japelidi (jaringan pegiat literasi digital) memberikan 10 indeks dalam hal literasi digital, yakni: akses, seleksi, pemahaman, analisis, verifikasi, evaluasi, distribusi, produksi, partisipasi dan kolaborasi.(Ardiansyah & Yulianti, 2022)

Pandemi COVID-19 yang mulai menyebar di Indonesia pada bulan Maret 2020, telah membuat gereja semakin sadar akan pentingnya memiliki pelayanan online melalui media internet. Hal ini membuat tersedianya konten-konten rohani Kristen dalam berbagai bentuk, misalnya: khotbah, penginjilan, rekaman ibadah online, kebaktian kebangunan rohani, lagu-lagu pujian penyembahan, dsb dalam jumlah yang terus bertambah banyak. Semakin banyaknya konten rohani yang tersedia di internet ini memiliki potensi untuk semakin banyaknya orang-orang yang belum percaya untuk mendengar berita Injil Yesus Kristus dan percaya sehingga mengalami perjumpaan dengan Allah yang mengubahkan.

Hal-Hal yang Paling Banyak Dilakukan Pengguna Internet di Indonesia

Adapun pola perilaku pengguna internet di Indonesia mayoritas menggunakan internet untuk mengakses media sosial. Hal tersebut dalam satu hal bersifat baik karena melalui media sosial penyebaran berita Injil dapat dengan mudah terjadi. Media sosial sulit membedakan mana pengguna yang menampilkan identitasnya yang sebenarnya dan mana yang menggunakan identitas palsu. Tidak dapat dipungkiri bahwa mudah sekali untuk pengguna internet membuat identitas yang palsu bahkan dalam jumlah yang sangat banyak sekalipun.

Dalam kaitan dengan pemberitaan Injil di internet, mudah untuk seseorang tidak memberikan identitas aslinya saat membuat suatu tulisan atau konten di internet, khususnya di media sosial. Hal demikian tentu tidak sesuai dengan etika Kristen yang mengedepankan kesejatian relasi, pengolahan informasi, otoritas kebenaran, serta identitas dan integritas pengguna.(Alinurdin, 2018) Pelayan Tuhan yang menjangkau dalam dunia internet perlu menyadari bahwa besar kemungkinan nama tampil (username) dari orang yang dilayaninya bukanlah namanya yang sebenarnya. Namun, hal itu tentu tidak perlu menyurutkan semangat dalam pemberitaan Injil di internet.

Penggunaan internet sebagai sarana untuk memberitakan Injil kiranya tidak menghentikan penggunaan media teknologi komunikasi lainnya seperti TV dan radio. Survey Nielsen menyatakan bahwa jumlah pengguna radio di Indonesia sebanyak 20%, dibawah jumlah pengguna internet sebesar 33%. Gereja justru perlu memanfaatkan setiap sarana pemberitaan Injil yang ada untuk saling mendukung satu dengan lainnya, sehingga semakin banyak orang yang mendengar pemberitaan Injil dan semakin banyak yang diselamatkan.(Raymond Aufardo Yuris Soesatyo & Dede Lilis Chaerowati, 2022)

Dasar FIrman Tuhan Pelayanan Melalui Internet

Wahyu 14:6 Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,

Ayat ini dapat ditafsirkan secara alegoris sebagai proses pemberitaan Injil melalui teknologi (radio, TV, internet, dsb) yang disiarkan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum. Perwujudan proses pemberitaan Injil melalui teknologi sendiri adalah bukti penggenapan dari ayat berikut:

Yohanes 14:12 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; Tuhan Yesus selama hidupnya di dunia dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga Ia hanya dapat melayani di satu tempat saja. Namun, penggunaan teknologi memungkinkan hamba-hamba Tuhan yang saat ini di suatu tempat dapat pada saat yang bersamaan melayani orang-orang di belahan bumi lain. Suatu pekerjaan yang lebih besar daripada yang dilakukan Kristus.

Bagaimana Memberitakan Injil Melalui Teknologi?

-     Beritakan Injil Saja.

Seorang hamba Tuhan hanya berkewajiban untuk memberitakan Injil. Tidak seorangpun dapat memaksa seseorang untuk percaya kepada Tuhan Yesus dengan kekuatan dan kuasa manusia.

-     Percaya kuasa Roh Kudus.

Roh Kudus adalah kuasa dan pribadi Allah yang memungkinkan seseorang mengalami perjumpaan dengan Allah, mengalami kasih dan anugerah-Nya, dan percaya serta menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi (menerima keselamatan).

-     Hindari perbedaan doktrin.

Setiap denominasi gereja memiliki doktrin atau pengajaran yang mungkin berbeda dengan kelompok lainnya. Namun, di balik semuanya itu semua memiliki nilai-nilai yang mendasar tentang Yesus Kristus yang sama. Dalam pemberitaan Injil melalui media teknologi, perbedaan dan menyebabkan perpecahan perlu dihindari.

-     Fokus pada hal esensi.  

Gereja ada sebagaimana keberadaannya karena memiliki dasar yang satu yaitu Yesus Kristus. Firman Allah yang sama menjadi panduan hidup orang percaya, dan Roh Kudus yang sama yang memampukan setiap orang percaya mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.

-     Miliki kasih dan hati yang mau melayani

Pelayanan melalui media teknologi perlu dijalankan dengan dasar kasih supaya orang-orang yang dilayani dapat mengalami kasih Kristus. Pelayan Tuhan perlu memliki hati yang melayani. Pemberitaan Injil melalui teknologi bukan untuk membuat diri sendiri terkenal, tetapi untuk memperkenalkan Tuhan Yesus kepada khalayak ramai.

 

Kesimpulan

Pengalaman perjumpaan dengan Allah yang dialami seseorang tidak menunjukkan bahwa Allah tidak mahahadir. Pengalaman perjumpaan dengan Allah membuktikan kasih dan anugerah Allah yang nyata bagi seseorang. Pengalaman perjumpaan dengan Allah bersifat unik dan personal, yang menunjukkan bahwa setiap orang berarti dan penting bagi Allah. Perjumpaan dengan Allah dapat dialami seseorang melalui berbagai cara, seperti: khotbah, puji-pujian, doa, kesembuhan, mujizat, dsb; di mana tidak ada suatu metode dan formula yang spesifik mengenai bagaimana seseorang dapat mengalami perjumpaan dengan Allah. Semua tergantung sepenuhnya pada kehendak dan kedaulatan dari Allah Roh Kudus sendiri.

Melalui penelitian ini, terbukti bahwa Allah Roh Kudus dalam berbagai situasi dan keadaan juga berkenan menyatakan diri-Nya kepada umat yang dikasihi-Nya melalui perantaraan teknologi, dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi berupa siaran TV dan video yang disiarkan melalui media YouTube. Perjumpaan dengan Allah melalui teknologi ini bersifat melengkapi dan tidak dapat menggantikan berbagai pertemuan ibadah secara langsung.

Perjumpaan dengan Allah melalui teknologi membawa kepada suatu perubahan hidup yang radikal dari orang-orang yang mengalaminya. Namun, perubahan tersebut tidaklah terjadi secara instan dan menyeluruh seketika itu juga saat perjumpaan terjadi. Perjumpaan dengan Allah memberikan satu dorongan yang sangat kuat untuk seseorang memiliki hasrat untuk berubah sesuai dengan kehendak Allah; yang kemudian diwujudkan dalam suatu usaha sungguh-sungguh dari pribadi tersebut melalui disiplin rohani, hidup di dalam komunitas orang percaya dan bertekun mengerjakan keselamatan yang sudah diterimanya.

 

 


 

BIBLIOGRAFI

 

Alinurdin, D. (2018). Etika Kristen Dan Teknologi Informasi: Sebuah Tinjauan Menurut Perspektif Alkitab. Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 17(2). https://doi.org/10.36421/veritas.v17i2.309

 

Ardiansyah, A., & Yulianti. (2022). Literasi Digital pada Generasi Digital Natives. Bandung Conference Series: Communication Management, 2(1). https://doi.org/10.29313/bcscm.v2i1.810

 

Gunawan, A. (2020). Pemuridan Dan Kedewasaan Rohani. Sola Gratia: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika, 5(1). https://doi.org/10.47596/solagratia.v5i1.52

 

Hermina Maroa, N. R. (2019). Perjumpaan yang Mengubahkan Ditinjau dari Teori Behavioristik. OSF PREPRINTS.

 

Kusnandar, V. B. (2021). Pengguna Internet Indonesia Peringkat ke-3 Terbanyak di Asia. Databooks.Id.

 

Mutak, A. A. (2020). Disiplin Rohani Sebagai Praktek Ibadah Pribadi. Sola Gratia: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika, 4(1). https://doi.org/10.47596/solagratia.v4i1.45

 

Oci, M. (2020). Konsep kelahiran baru dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen. Veritas Lux Mea : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 2(1), 44–56.

 

Pantas, N. D. (2016). Bersaksi Tentang Kristus Sebagai Gaya Hidup Pemuda Gereja Masa Kini. Missio Ecclesiae, 5(2). https://doi.org/10.52157/me.v5i2.64

 

Parningotan, B., & Siskawaty. (2021). Peranan Khotbah Dalam Pertumbuhan Iman Jemaat. SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual, 11(1–2).

 

Perangin Angin, Y. H., & Yeniretnowati, T. A. (2021). Deskripsi Serupa Seperti Kristus Sebagai Tujuan Pendidikan Karakter Kristen. ELEOS: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1(1), 13–27. https://doi.org/10.53814/eleos.v1i1.2

 

Raymond Aufardo Yuris Soesatyo, & Dede Lilis Chaerowati. (2022). Penggunaan Instagram Sebagai Media Dalam Membangun Hubungan Radio dengan Khalayak. Bandung Conference Series: Communication Management, 2(1). https://doi.org/10.29313/bcscm.v2i1.751

 

Simorangkir, S. L. B. L., & Arifianto, Y. A. (2020). Makna Hidup Adalah Kristus Berdasarkan Filipi 1 : 21 Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya. CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika, 1(2). https://doi.org/10.46348/car.v1i2.26

 

Sumarto, Y. (2019). Tinjauan Teologis Tentang Ibadah Bagi Pelaksanaan Misi Allah Theological Review of Worship For the implementation of God ’ s Mission. Jaffray, 17(1), 57–72.

 

Tampubolon, Ri. N. (2013). KKR 10 Malam Pencurahan Roh Kudus (GBI-ICC). YouTube.

 

Yong, A. (2006). Spirit-Word-Community: Theological Hermeneutics in Trinitarian Perspective. Wipf and Stock Publishers.

 

Yong, J. K. A. S. and A. (2010). Science and the Spirit A Pentecostal Engagement with the Sciences. Bloomington, Indiana: Indiana University Press.

 

Copyright holder:

Ananda Anggie Nur Aini1), Rd. Rohmat Saedudin2), Umar Yunan Kurnia Septo Hediyanto3) (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: