Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
9, September 2022
CLOSER ENVIRONMENTAL FACTORS, SELF-EFFICACY, DAN
ENTREPRENEURIAL INTENTION: PERAN INDIVIDUAL ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SEBAGAI
MEDIATOR
Didacus Pindho
Bismoko, Anny Nurbasari
Universitas Kristen Maranatha, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Pekerja senior dengan usia 50 tahun merupakan
pekerja yang sedang mempersiapkan masa tuanya. Survei menunjukkan bahwa pekerja
di Indonesia khawatir pada kesejahteraannya. 54% dari responden survei tersebut
memilih untuk menjadi entrepreneur apabila sudah
memasuki masa pensiun. Beberapa penelitian menunjukkan kenaikan minat berwirausaha
pada kategori usia ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
metode pengumpulan data survei kepada seluruh populasi yang berjumlah 118
responden. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS). dengan melakukan uji inner
dan outer model. Penelitian ini meneliti apakah close environmental factors (yang terdiri dari Closer
Valuation of Entrepreneurship dan Closer
Stigma of Entrepreneurship Failure) dan Self-Efficacy
terhadap Entrepreneurial Intention. Selain itu penelitian ini juga menguji peran
mediasi Individual Entrepreneurial Orientation pada hubungan close
environmental factors dan
Entrepreneurial Intention.
Ditemukan bahwa Closer Stigma of Entrepreneurship Failure tidak berpengaruh negatif terhadap Entrepreneurial Intention
dan hipotesis tentang peran mediasi Individual Entrepreneurial
Orientation ditolak.
Kata Kunci: close environmental factors, Individual Entrepreneurial
Orientation, Self-efficacy,
Entrepreneurial Intention
Abstract
Senior workers with the
age of 50 years are workers who are preparing for their old
age. Surveys show that workers
in Indonesia are concerned about
their welfare. 54% of the survey
respondents chose to become entrepreneurs
when they entered retirement. Several studies show an increased
interest in entrepreneurship
at this age.
This study is a quantitative study with survey data collection methods to the
entire population of 118 respondents. The data analysis method in this study used Partial Least Square
(PLS). by testing the inner and outer
models. This study examines whether environmental factors are closely related (consisting of Closer
Valuation of Entrepreneurship and Closer Stigma of Entrepreneurship Failure) and Self-Efficacy on Entrepreneurial Intention. In addition, this study also examines the mediating
role of Individual Entrepreneurial Orientation on the close
relationship between environmental factors and Entrepreneurial Intention. It was
found that the Closer Stigma of Entrepreneurial Failure had no negative effect on Entrepreneurial Intention and the
hypothesis about the mediating role
of Individual Entrepreneurship
Orientation was rejected.
Keywords: close environmental factors, Individual Entrepreneurial
Orientation, Self-efficacy,
Entrepreneurial Intention
Pendahuluan
Banyak penelitian membahas tentang
minat pelajar atau mahasiswa untuk berwirausaha, namun penelitian tentang
pekerja senior yang mempersiapkan masa pensiun untuk berwirausaha tidak dapat
diabaikan. Kewirausahaan adalah proses melakukan sesuatu dengan menciptakan
ide-ide baru yang berguna untuk memecahkan permasalahan dan tantangan masyarakat
untuk memberikan keuntungan individu maupun memberi nilai baru bagi masyarakat.
Pensiun secara harfiah diartikan
sebagai tidak bekerja karena masa tugasnya sudah habis. Namun tidak semua
pekerja siap untuk menghadapi pensiun. Survei yang dilakukan oleh HSBC Global
bertajuk Future of Retirement,
Bridging the Gap
merupakan survei terhadap 17,405 orang di 16 negara. Di Indonesia, survei
dilakukan pada 1.050 orang yang terdiri dari usia produktif dan pensiun.
Survei tersebut menunjukkan bahwa 86%
dari responden khawatir akan dapat hidup dengan nyaman, 83% khawatir akan
meningkatnya kebutuhan biaya kesehatan, dan 77% khawatir akan kehabisan dana
pensiun. Dikutip dari Kompas
Kekhawatiran yang muncul diantara pekerja tersebut dialami juga oleh pekerja senior
di Universitas X. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan
Mutu (LPM) universitas tersebut, ditemukan bahwa manfaat dana pensiun yang
diberikan kepada pegawai purna bakti kurang memuaskan. Hal ini dikonfirmasi oleh kepala biro yang
mengelola sumber daya manusia di universitas tersebut melalui wawancara yang
dilakukan oleh peneliti. Kepala divisi kesejahteraan menambahkan bahwa beberapa
pegawai purnabakti menggunakan manfaat dana pensiun tersebut untuk hal
konsumtif. Kepala biro yang mengelola sumber daya manusia di universitas
tersebut menganggap bahwa ini bisa menjadi “potential
problem”.
Peneliti berpendapat bahwa memahami
bagaimana pekerja di atas 50 tahun (yang sedang mempersiapkan masa pensiun)
memiliki Entrepreneurial Intention sangatlah penting. Entrepreneurial
Intention adalah kondisi pikiran yang mengarahkan
perhatian, pengalaman, dan tindakan seseorang untuk mengambil peluang
menjalankan konsep bisnis dalam mendirikan perusahaan baru atau menciptakan
nilai baru di perusahaan yang sudah ada.
Interaksi lingkungan sosial dengan individu
menjadi peran penting dalam pembentukan Entrepreneurial
Intention
H1: Closer valuation of entrepreneurship (CVE) berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial Intention
(EI)
Selain penilaian terhadap kegiatan
kewirausahaan itu sendiri, closer stigma of entrepreneurial failure memiliki implikasi terhadap persepsi tentang
risiko dan tingkat aktivitas wirausaha
H2: Closer
Stigma of Entrepreneurial Failure (CSEF) berpengaruh negatif terhadap Entrepreneurial Intention (EI)
Faktor eksternal memiliki peran yang
cukup penting, namun tidak dapat dimungkiri bahwa orientasi individu
masing-masing juga menjadi penentu dalam pembentukan Entrepreneurial
Intention. Kewirausahaan
menjadi konsep multidimensi yang terdiri dari tiga dimensi: innovativeness,
proactiveness, dan risk-taking
Peneliti kini memiliki ruang baru
dalam mengembangkan penelitian tentang entrepreneurial
orientation. Beberapa tahun terakhir ini para
peneliti menyarankan bahwa entrepreneurial orientation dapat dianggap sebagai konstruksi pada
tingkat individu
Rauch et al.,
(2009) mendefinisikan ketiga dimensi tersebut seperti di bawah ini:
1. Innovativeness
merupakan kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam kreativitas dan
eksperimen melalui pengenalan produk atau layanan baru serta kepemimpinan yang
mengadopsi teknologi melalui penelitian dan pengembangan dalam membentuk proses
baru.
2. Risk-taking
merupakan kecenderungan seseorang untuk mengambil tindakan berani dengan
menjelajah ke suatu keadaan atau tempat yang tidak diketahui, meminjam banyak
(modal), dan/atau memakai sumber daya yang signifikan untuk usaha di lingkungan
yang tidak pasti.
3. Proactiveness
adalah kecenderungan mencari peluang, perspektif berwawasan ke depan yang
ditandai dengan pengenalan produk dan layanan baru di antara persaingan dan
mengambil tindakan untuk mengantisipasi permintaan di masa depan.
Penelitian sebelumnya
H3: Individual Entrepreneurial
Orientation (IEO) berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial Intention.
(EI)
Selain orientasi, keyakinan individu
terhadap kemampuan dirinya berperan juga dalam pembentukan Entrepreneurial
Intention. Self-efficacy
yang ditemukan dalam bidang studi psikologi kini telah digunakan di banyak
bidang studi termasuk kewirausahaan
Penelitian terdahulu
H4: Self
efficacy (SE) berpengaruh terhadap Entrepreneurial Intention
(EI)
Seperti yang sudah digambarkan
sebelumnya, bahwa lingkungan terdekat memiliki pengaruh terhadap Entrepreneurial Intention
seseorang, begitu juga Individual Entrepreneurial Orientation. Seseorang yang memiliki Individual Entrepreneurial Orientation cenderung
bermental yang berbeda dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki Individual
Entrepreneurial Orientation.
Berdasarkan bukti empiris wirausahawan menunjukkan kepribadian yang dapat
dibedakan dan ciri-ciri psikologi yang memengaruhi pengambilan keputusan mereka
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
Individual Entrepreneurial Orientation
memediasi hubungan antara closer environmental factors dan Entrepreneurial Intention.
Pengaruh positif Closer Valuation
of Entrepreneurship
terhadap Entrepreneurial Intention akan lebih tinggi apabila pekerja senior
memiliki Individual Entrepreneurial Orientation. Begitu pula dengan pengaruh negatif closer stigma of entrepreneurial failure
terhadap Entrepreneurial Intention akan lebih tinggi apabila pekerja senior memiliki Individual
Entrepreneurial Orientation.
Merujuk pada hal tersebut peneliti
mengajukan hipotesis H5 dan H6. Pertama-tama, untuk menguji mediasi, harus
ditunjukkan bahwa variabel prediktor (Closer Valuation of Entrepreneurship dan closer stigma of entrepreneurial failure)
terkait dengan mediator Individual Entrepreneurial
Orientation. H5a dan H6a akan menguji hubungan
tersebut. Kemudian, juga harus ditunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara
variabel prediktor dan Entrepreneurial
Intention dipengaruhi secara signifikan ketika
mediator ditambahkan ke model (H5b dan H6b). Berikut ini adalah hipotesis yang
dapat disusun:
H5a. Closer valuation of entrepreneurship (CVE)
berhubungan positif dengan Individual Entrepreneurial
Orientation.(IEO)
H5b. Individual
entrepreneurial orientation
(IEO) secara positif memediasi hubungan antara Closer
Valuation of Entrepreneurship (CSEF) dan Entrepreneurial
Intention (EI).
Pada penelitian yang sama
H6a. Closer stigma of entrepreneurial failure (CSEF)
berhubungan positif dengan Individual Entrepreneurial
Orientation.(IEO)
H6b. Individual
entrepreneurial orientation
(IEO) secara positif memediasi hubungan antara closer
stigma of entrepreneurial failure (CSEF) dan Entrepreneurial
Intention. (EI)
Berikut ini adalah model kerangka
konseptual yang dapat disusun sesuai dengan penelitian yang sudah ada
sebelumnya:
Gambar 1.
Gambar Kerangka Konseptual
Penelitian ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
1. Apakah Closer Valuation of Entrepreneurship
berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial
Intention?
2. Apakah closer stigma of entrepreneurial failure berpengaruh negatif terhadap Entrepreneurial Intention?
3. Apakah Self-efficacy berpengaruh
terhadap Entrepreneurial Intention?
4. Apakah Individual Entrepreneurial Orientation berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial Intention?
5. Apakah Closer Valuation of Entrepreneurship
berhubungan positif terhadap Individual Entrepreneurial
Orientation?
6. Apakah Individual Entrepreneurial Orientation memediasi hubungan antara Closer Valuation of Entrepreneurship terhadap Entrepreneurial Intentions
yang dimediasi oleh?
7. Apakah Closer Stigma of Entrepreneurial Failure berhubungan positif terhadap Individual Entrepreneurial
Orientation?
8. Apakah Individual Entrepreneurial Orientation secara positif memediasi hubungan antara Closer Stigma of Entrepreneurial Failure dan Entrepreneurial Intention?
Metode Penelitian
Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini memiliki tiga variabel
yang terdiri dari empat exogenous latent variable yaitu, Closer Valuation of Entrepreneurship, Closer Stigma of Entrepreneurship Failure, Individual
Entrepreneurial Orientation
(IEO), Self-efficacy (SE) dan
satu endogenous latent
variable yaitu, Entrepreneurial
Intention. Individual entrepreneurial
orientation (IEO) memiliki 3 dimensi yaitu, innovativeness, risk-taking,
dan proactiveness. Operasionalisasi variabel
terlampir pada tabel 1.
Populasi, Sampel, Teknik
Sampling, Dan Metode Pengumpulan Data
Populasi pada penelitian ini adalah
pekerja senior pada universitas X yang berjumlah 118 orang. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sensus, sehingga
seluruh populasi dengan kriteria yang ditentukan memiliki kesempatan yang sama
dalam mengisi kuesioner.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner.
Peneliti juga melakukan wawancara sebelum penelitian kepada kepala pengelola
sumber daya manusia pada universitas X untuk menemukan permasalahan yang ada di
dalam institusi tersebut. Data sekunder dalam penelitian didapatkan melalui
studi pustaka untuk mendukung teori dalam penelitian ini. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei.
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan bantuan
aplikasi SmartPLS versi 3. Pada aplikasi tersebut,
peneliti melakukan uji outer model (measurement model) yang menguji hubungan antara
variabel laten (biasa digambarkan dengan lingkaran) dengan variabel indikator
(biasa digambarkan dengan persegi panjang).
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Responden
Penelitian direncanakan menggunakan
teknik sampling sensus dengan responden 118 orang. Setelah peneliti melakukan
penyebaran kuesioner, ada beberapa orang yang menolak mengisi kuesioner dan
beberapa yang berhalangan karena sakit atau cuti. Jumlah responden yang mengisi
kuesioner adalah 97 orang. Dari 97 responden tersebut, semua item pertanyaan
diisi dengan lengkap, oleh karena itu seluruh kuesioner dapat diolah
seluruhnya. Berikut ini karakteristik responden yang mengisi kuesioner.
Tabel 1
Data Responden
Karakteristik |
Jumlah |
Persentase |
|
Jenis Kelamin |
Laki-Laki |
78 |
80% |
Perempuan |
19 |
20% |
|
Usia |
50 - 55 Tahun |
55 |
57% |
56- 60 Tahun |
42 |
43% |
|
Masa Kerja |
< 20 Tahun |
7 |
7% |
20 - 30 Tahun |
71 |
73% |
|
> 30 Tahun |
19 |
20% |
|
Pendidikan |
SMA |
62 |
64% |
D1/D2/D3 |
13 |
13% |
|
S1 |
18 |
19% |
|
S2 |
4 |
4% |
|
Penghasilan |
< 5 Juta |
4 |
4% |
5 – 10 Juta |
65 |
67% |
|
> 10 Juta |
28 |
29% |
Sumber: Data primer yang telah
diolah
Hasil
Partial Least
Square (PLS) digunakan untuk memprediksi hubungan antar konstruk. Estimasi
parameter dengan PLS (Partial Least Square) memiliki
tiga kategori. Pertama, weight estimate yang
digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua estimasi jalur (path estimate)
yang menghubungkan variabel laten. Terakhir, antara variabel laten dan blok
indikatornya (loading). Untuk memperoleh ketiga estimasi tersebut,
PLS (Partial Least Square) menggunakan proses iterasi tiga tahap dan dalam
setiap tahapnya menghasilkan estimasi yaitu sebagai berikut:
1. Menghasilkan weight estimate.
2. Menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model.
Pengujian ini dilakukan dengan SmartPLS 3.0.
Model yang dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 2.
Model Penelitian
Uji Outer Model
Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa instrumen pengukuran yang digunakan layak (valid dan reliabel). Analisa model ini digunakan untuk melihat
hubungan antar variabel laten dengan indikator-indikatornya. Hasil pengujian
model dengan Uji Outer Model adalah sebagai berikut:
Gambar 3.
Hasil
Uji Outer Model
Analisa outer model dapat dilihat dari beberapa indikator:
a. Convergent Validity merupakan indikator yang dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score. Hal
tersebut dapat dilihat dari standardized loading factor yang
menggambarkan besarnya hubungan antar setiap item pengukuran (indikator) dengan konstruknya.
Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi > 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur, sedangkan menurut
Tabel 2
Uji Validitas Item
|
CSEF |
CVE |
EI |
IEO |
SE |
CSEF_01 |
0.945 |
|
|
|
|
CSEF_02 |
0.963 |
|
|
|
|
CSEF_03 |
0.959 |
|
|
|
|
CVE_01 |
|
0.835 |
|
|
|
CVE_02 |
|
0.935 |
|
|
|
CVE_03 |
|
0.946 |
|
|
|
EI_01 |
|
|
0.894 |
|
|
EI_02 |
|
|
0.907 |
|
|
EI_03 |
|
|
0.872 |
|
|
EI_04 |
|
|
0.877 |
|
|
IN_01 |
|
|
|
0.723 |
|
IN_02 |
|
|
|
0.703 |
|
IN_03 |
|
|
|
0.751 |
|
IN_04 |
|
|
|
0.762 |
|
PA_02 |
|
|
|
0.692 |
|
PA_03 |
|
|
|
0.623 |
|
RT_01 |
|
|
|
0.691 |
|
RT_02 |
|
|
|
0.607 |
|
SE_01 |
|
|
|
|
0.722 |
SE_02 |
|
|
|
|
0.663 |
SE_03 |
|
|
|
|
0.706 |
SE_04 |
|
|
|
|
0.777 |
SE_05 |
|
|
|
|
0.839 |
SE_06 |
|
|
|
|
0.852 |
SE_07 |
|
|
|
|
0.771 |
SE_08 |
|
|
|
|
0.886 |
SE_09 |
|
|
|
|
0.813 |
SE_10 |
|
|
|
|
0.755 |
Dari pengujian convergent validity, didapat 2 item (PA01 dan RT03) yang memiliki nilai loading
factor di bawah 0.5, sementara didapat 4 nilai (PA02, PA03, RT01, dan RT02) yang memiliki nilai marjinal tetapi dapat digunakan karena mendekati nilai
0.700. Dengan demikian, mayoritas item
dapat diterima dan digunakan.
b. Discriminant Validity adalah model pengukuran dengan refleksif indicator
dinilai menurut crossloading
pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran
konstruk lainnya, maka ukuran blok tersebut lebih baik
dibandingkan dengan blok lainnya. Sedangkan menurut metode lain untuk menilai discriminant validity
yaitu dengan membandingkan nilai squareroot of average variance
extracted (AVE)
Tabel 3
Uji Validitas Variabel
Variabel |
Closer Stigma |
Closer Valuation |
Individual Enterpreneurial orientation |
Enterpreneurial Intention |
Self Efficacy |
Closer Stigma |
0.955 |
|
|
|
|
Closer Valuation |
-0.026 |
0.907 |
|
|
|
Individual Enterpreneurial
Orientation |
-0.220 |
0.206 |
0.649 |
|
|
Enterpreneurial Intention |
-0.191 |
0.452 |
0.542 |
0.887 |
|
Self Efficacy |
-0.267 |
0.169 |
0.506 |
0.466 |
0.781 |
Berdasarkan kecenderungan discriminant validity,
didapatkan bahwa terdapat perbedaan nilai korelasi konstruk
satu dengan yang lain, yang berarti setiap konstruk
memiliki kemampuan yang baik untuk dapat dibedakan satu dengan yang lain. Analisis dengan AVE menunjukkan nilai:
Tabel 4
Uji Discriminant Validity
Variabel |
AVE |
Cronbach Alpha |
Composite Reliability |
Closer Stigma |
0.913 |
0,954 |
0,969 |
Closer Valuation |
0.822 |
0,891 |
0,933 |
Individual Enterpreneurial
Orientation |
0.421 |
0,801 |
0,850 |
Enterpreneurial Intention |
0.788 |
0,910 |
0,937 |
Self Efficacy |
0.611 |
0,930 |
0,940 |
Dengan demikian, didapat nilai AVE relatif tinggi, dan berarti bahwa
kemampuan diskriminasi dari setiap variabel sudah cukup baik.
c. Cronbach’s Alpha adalah uji reliabilitas yang dilakukan untuk memperkuat
hasil dari composite reliability. Variabel
dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,7. Terlihat pada tabel,
semua variabel memiliki nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7, artinya seluruh variabel
reliabel.
d. Composite Reliability adalah indikator untuk mengukur konstruk yang dilihat dari view latent variable coefficients. Composite reliability memiliki dua alat ukur untuk evaluasi yaitu
internal consistency
dan cronbach’s alpha. Apabila
dalam pengukuran tersebut nilai yang dicapai adalah > 0,70 maka konstruk tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi.
Terlihat pada tabel bahwa nilai Composite Reliability lebih besar dari 0,70, artinya seluruh
variabel reliabel.
Uji Inner Model
Analisa Inner model biasanya juga disebut dengan (inner relation, structural
model dan substantive theory)
yang mana menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory.
Berikut merupakan hasil uji inner model:
Gambar 4.
Hasil Uji Inner Model
Uji Goodness of Fit Model
Uji Goodness of
Fit Model (GOF) merupakan salah satu pengujian untuk menguji hipotesis penelitian. Analisisnya
menggunakan PLS dengan bantuan Software Smartpls 3.0.
Salah satu syarat untuk memenuhi kriteria Uji GOF adalah dengan melihat nilai SRMR. Apabila nilai SRMR-nya kurang dari 0,10 serta dikatakan Perfect Fit jika nilai SRMR <
0,08.
Tabel
5
Uji GOF
|
Saturated Model |
Estimated Model |
SRMR |
0.104 |
0.138 |
d_ULS |
4.413 |
7.699 |
d_G |
1.551 |
1.628 |
Chi-Square |
736.045 |
738.819 |
NFI |
0.683 |
0.682 |
Dengan demikian, didapatkan nilai SRMR mendekati 0.10, karena itu dapat dikatakan bahwa model yang
diuji good fit.
Nilai NFI Juga berada di atas
0.300, yang berarti model dianggap mampu menggambarkan kecenderungan yang ada
dalam lingkungan penelitian.
Analisis R-square
Pada penelitian ini analisis inner model dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk
konstruk dependen. Pengevaluasian inner model dengan PLS (Partial Least Square) dimulai dengan cara melihat R-square untuk
setiap variabel laten dependen.
Tabel 6
Uji R Square
|
R Square |
Adjuted R Square |
Individual Enterpreneurial Orientation |
0.113 |
0.094 |
Enterpreneurial Intention |
0.443 |
0.418 |
Dengan demikian, dapat dianggap bahwa
kontribusi dari variabel-variabel eksogen terhadap Individual Entrepreneurial Orientation adalah sebesar 9.4%,
sementara kontribusi dari variabel lain terhadap Entrepreneurial Intention adalah sebesar 41.8%.
Uji t (Uji Hipotesis)
Pengujian hipotesis dapat dilihat dari
nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Pada pengujian hipotesis dengan
menggunakan nilai statistik, maka pada alpha 5% nilai
t-statistik yang digunakan adalah 1,96. Penerimaan atau penolakan hipotesis (Ha
diterima dan H0 ditolak) ketika t-statistik
> 1,96. Penerimaan dan penolakan hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha
diterima jika nilai p < 0,05.
Hipotesis yang diuji adalah:
· H1: Closer Valuation of Entrepreneurship
berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial Intention.
· H2: Closer Stigma of Entrepreneurial Failure
berpengaruh negatif terhadap Entrepreneurial Intention.
· H3: Individual Entrepreneurial Orientation
berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial Intention.
· H4: Self Efficacy
berpengaruh terhadap Entrepreneurial Intention.
· H5a. Closer Valuation of Entrepreneurship
berhubungan positif dengan Individual Entrepreneurial Orientation.
· H6a. Closer Stigma of Entrepreneurial Failure
secara positif terkait dengan Individual Entrepreneurial Orientation.
Tabel 7
Uji Hipotesis
Uji pengaruh |
Original Sample |
T-value (p-value) |
Keterangan |
CVE terhadap EI |
0.329 |
3.088 (0.002) |
Hipotesis diterima |
CSEF terhadap EI |
-0.049 |
0.619 (0.536) |
Hipotesis ditolak |
IEO terhadap EI |
0.326 |
3.891 (0.000) |
Hipotesis diterima |
SE terhadap EI |
0.231 |
2.165 (0.031) |
Hipotesis diterima |
CVE terhadap IEO |
0.255 |
2.272 (0.024) |
Hipotesis diterima |
CSEF terhadap IEO |
-0.213 |
2.402 (0.017) |
Hipotesis diterima |
Berdasarkan tabel di atas, hasil
pengujian untuk uji hipotesis (uji t) ditemukan sebagai berikut:
· Hipotesis 1 menguji pengaruh antara CVE terhadap EI,
ditemukan koefisien sebesar 0.329 dan nilai t hitung dan p value sebesar 3.088 (0.002). Berdasarkan data tersebut, hipotesis diterima,
yang berarti CVE berpengaruh positif
terhadap EI.
· Hipotesis 2 menguji pengaruh antara CSEF terhadap EI. Pada
pengujian tersebut ditemukan koefisien sebesar -0.049 dan nilai t hitung
dan p value
sebesar 0.619 (0.536), dengan demikian hipotesis
ditolak, yang berarti CSEF tidak
berpengaruh negatif terhadap EI.
· Hipotesis 3 menguji pengaruh antara IEO terhadap EI. Pada
pengujian tersebut ditemukan koefisien sebesar 0.326 dan nilai t hitung
dan p value
sebesar 3.891 (0.000), dengan demikian hipotesis diterima, yang berarti IEO berpengaruh positif terhadap EI.
· Hipotesis 4 menguji pengaruh antara SE terhadap EI. Pada
pengujian ditemukan koefisien sebesar 0.231 dan nilai t hitung dan p value sebesar 2.165 (0.031),
dengan demikian hipotesis diterima. Artinya, SE berpengaruh terhadap EI.
· Hipotesis 5a yang menguji pengaruh antara CVE terhadap IEO. Pada
pengujian tersebut ditemukan koefisien sebesar 0.255 dan nilai t hitung dan p value
sebesar 2.272 (0.024), dengan demikian hipotesis diterima. Artinya, CVE berhubungan positif dengan IEO.
· Hipotesis 6a menguji pengaruh antara CSEF terhadap IEO. Pada
pengujian tersebut ditemukan koefisien sebesar -0.213 dan nilai t hitung
dan p value
sebesar 2.402 (0.017). Hipotesis diterima, yang berarti CSEF secara positif terkait dengan IEO.
Uji Mediasi :
· H5b. IEO secara positif
memediasi hubungan antara CVE yang
lebih dekat dan EI.
· H6b. IEO secara positif
memediasi hubungan antara CSEF dan EI.
Tabel 8
Uji
Hipotesis Mediasi
Uji Pengaruh |
Original Sample |
T-value (p-value) |
Keterangan |
CVE terhadap EI yang
dimediasi oleh IEO |
0.084 |
1.896 (0.058) |
Hipotesis ditolak |
CSEF terhadap EI yang
dimediasi oleh IEO |
-0.070 |
1.915 (0.056) |
Hipotesis ditolak |
Berdasarkan pengujian pengaruh
mediasi di atas, ditemukan bahwa :
• Hipotesis 5b, yaitu pengaruh CVE terhadap EI yang dimediasi oleh IEO didapat
koefisien sebesar 0.084 dan didapat nilai t
hitung dan p value
sebesar 1.896 (0.058). Hipotesis ditolak.
Artinya, bahwa tidak terdapat pengaruh penilaian orang-orang terdekat terhadap
niat berwirausaha yang dimediasi oleh orientasi kewirausahaan individu.
• Hipotesis 6b, yaitu pengaruh CSEF terhadap EI yang dimediasi oleh IEO didapat
koefisien sebesar -0.070 dan didapat nilai t
hitung dan p value
sebesar 1.915 (0.056). Hipotesis ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh stigma
orang di sekitar tentang kegagalan berwirausaha terhadap niat berwirausaha yang dimediasi oleh
orientasi kewirausahaan individu.
Tabel 9
Nilai
Koefisien
No Item |
Item |
Nilai
Koefisien |
CVE_01 |
Keluarga
dekat saya lebih menghargai aktivitas sebagai wirausahawan dibandingkan
aktivitas dan karier lainnya. |
0.835 |
CVE_02 |
Teman-teman
saya lebih menghargai aktivitas sebagai wirausahawan daripada aktivitas dan
karier lainnya. |
0.935 |
CVE_03 |
Kolega saya
menghargai aktivitas sebagai wirausahaan
dibandingkan aktivitas dan karier lainnya. |
0.946 |
CSEF_01 |
Stigma
(cap) kegagalan kewirausahaan dari keluarga saya, sangat penting bagi saya. |
0.945 |
CSEF_02 |
Stigma
(cap) kegagalan kewirausahaan dari teman-teman saya, sangat penting bagi
saya. |
0.963 |
CSEF_03 |
Stigma
(cap) kegagalan kewirausahaan dari kolega saya, sangat penting bagi saya. |
0.959 |
IN_01 |
Saya lebih suka melakukan
pendekatan yang unik. |
0.732 |
IN_02 |
Saya senang melakukan
eksperimen dan pendekatan asli. |
0.703 |
IN_03 |
Saya mencoba aktivitas
baru dan tidak biasa. |
0.751 |
IN_04 |
Saya mencoba cara unik
saya sendiri. |
0.762 |
PA_02 |
Saya lebih suka melangkah
dan menyelesaikan segala hal. |
0.499 |
PA_03 |
Saya mengambil tindakan
untuk mengantisipasi masalah di masa depan. |
0.623 |
RT_01 |
Saya melakukan tindakan
dengan berani. |
0.491 |
RT_02 |
Saya menginvestasikan
waktu / uang pada sesuatu yang menghasilkan pengembalian tinggi. |
0.607 |
EI_01 |
Saya
memiliki niat untuk mendirikan perusahaan di masa depan. |
0.894 |
EI_02 |
Saya akan
memilih karir sebagai wirausaha. |
0.907 |
EI_03 |
Saya lebih
suka menjadi wirausahawan daripada menjadi karyawan di perusahaan atau
organisasi. |
0.872 |
EI_04 |
Saya akan
menggunakan ide saya pada saat saya mempunyai bisnis sendiri. |
0.877 |
SE_01 |
Saya selalu dapat menyelesaikan
masalah yang sulit jika berusaha cukup keras. |
0.722 |
SE_02 |
Jika seseorang menentang
saya, saya dapat menemukan cara dan jalan untuk mendapatkan apa yang saya
inginkan. |
0.663 |
SE_03 |
Mudah bagi saya untuk
tetap berpegang pada tujuan dan mencapai tujuan saya. |
0.706 |
SE_04 |
Saya yakin bahwa saya
dapat menangani peristiwa tak terduga secara efisien. |
0.777 |
SE_05 |
Berkat akal saya, saya
tahu bagaimana menangani situasi yang tidak terduga. |
0.839 |
SE_06 |
Saya dapat
memecahkan sebagian besar masalah jika saya menginvestasikan upaya yang
diperlukan. |
0.852 |
SE_07 |
Saya bisa
tetap tenang ketika menghadapi kesulitan karena saya dapat mengandalkan
kemampuan yang saya miliki dalam mengatasinya. |
0.771 |
SE_08 |
Ketika saya
dihadapkan dengan masalah, saya biasanya dapat menemukan beberapa solusi. |
0.886 |
SE_09 |
Jika saya
dalam masalah, saya biasanya dapat memikirkan solusi. |
0.813 |
SE_10 |
Saya
biasanya dapat menangani apa pun yang datang dengan cara saya. |
0.799 |
Pembahasan
Penilaian tentang aktivitas
kewirausahaan dari kolega menjadi hal yang terpenting bagi pekerja senior di
universitas X. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien yang paling tinggi pada
variabel CVE. Stigma kegagalan kewirausahaan dari teman-teman juga yang paling
penting bagi responden. Indikator tersebut menjadi yang paling tinggi nilai
koefisiennya pada variabel CSEF. Responden yang mencoba aktivitas baru dan
tidak biasa menjadi indikator yang memiliki nilai koefisien tertinggi pada
variabel IEO. Responden memilih karir
sebagai wirausaha menjadi yang paling tinggi nilai koefisiennya pada variabel EI. Responden menemukan solusi pada saat
dihadapkan masalah menjadi indikator dengan nilai koefisien tertinggi pada
variabel SE.
Pada uji hipotesis 1, yang menguji
pengaruh antara CVE terhadap EI, ditemukan koefisien sebesar 0.329
dan nilai t hitung dan p value
sebesar 3.088 (0.002). Dari angka tersebut hipotesis diterima, artinya CVE berpengaruh positif terhadap EI. Hal ini sejalan dengan pendapat
penelitian sebelumnya
Pada uji hipotesis 2, yang menguji
pengaruh antara CSEF terhadap EI, ditemukan koefisien sebesar -0.049
dan nilai t hitung dan p value
sebesar 0.619 (0.536). Hipotesis ditolak, artinya CSEF tidak berpengaruh negatif terhadap EI. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian, dimana
semakin besar tekanan sosial yang diharapkan oleh pengusaha baru dan pengaruh
sistematis dalam kesediaan individu untuk memulai usaha baru atau
berpartisipasi dalam kegiatan yang melibatkan risiko
Pada uji hipotesis 3, yang menguji
pengaruh antara IEO terhadap EI, ditemukan koefisien sebesar 0.326
dan nilai t hitung dan p value
sebesar 3.891 (0.000). Hipotesis diterima, yang berarti IEO berpengaruh positif terhadap EI. Hal ini sejalan penelitian sebelumnya
Pada uji hipotesis 4, yang menguji
pengaruh antara SE terhadap EI, ditemukan koefisien sebesar 0.231
dan nilai t hitung dan p value
sebesar 2.165 (0.031). Hipotesis diterima, yang berarti SE berpengaruh terhadap EI.
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu
Pada uji hipotesis 5a, yang menguji
pengaruh antara CVE terhadap IEO, ditemukan koefisien sebesar 0.255
dan nilai t hitung dan p value
sebesar 2.272 (0.024). Hipotesis diterima, yang berarti CVE berhubungan positif dengan IEO. Sama dengan pengujian pada hipotesis 5a,
pengujian pada hipotesis 6a, yang menguji pengaruh antara CSEF terhadap IEO,
ditemukan koefisien sebesar -0.213 dan nilai t hitung dan p value sebesar 2.402 (0.017. Hipotesis diterima, artinya
CSEF secara positif terkait dengan IEO. Dua pengujian ini sejalan dengan
penelitian terdahulu
Pada uji hipotesis 5b, yaitu pengaruh CVE terhadap EI yang dimediasi oleh IEO,
didapat koefisien sebesar 0.084, dan didapat nilai t hitung dan p value sebesar 1.896 (0.058). Hipotesis ditolak, artinya
tidak terdapat pengaruh CVE terhadap EI yang dimediasi oleh IEO. Begitu juga dengan pengujian hipotesis
6b, yaitu pengaruh CSEF terhadap EI yang dimediasi oleh IEO, didapat koefisien sebesar -0.070,
dan didapat nilai t hitung dan p value
sebesar 1.915 (0.056). Hipotesis ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh CSEF terhadap EI yang dimediasi oleh IEO.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai Closer Environmental Factors, Self-Efficacy, dan Entrepreneurial
Intention: Peran Individual Entrepreneurial Orientation
sebagai Mediator maka dapat disimpulkan:
· CVE berpengaruh positif
terhadap EI. Artinya, penilaian orang terdekat terhadap kegiatan
berwirausaha bisa menjadi dorongan juga hambatan bagi seseorang untuk membentuk
niat berwirausaha.
· CSEF tidak berpengaruh negatif
terhadap EI. Artinya, stigma
orang terdekat pada kegagalan berwirausaha tidak memengaruhi niat berwirausaha
responden.
· IEO berpengaruh positif
terhadap EI. Artinya, orientasi seseorang dalam hal ini innovativeness, risk-taking,
dan proactiveness memiliki pengaruh
terhadap niat berwirausaha.
· SE berpengaruh terhadap EI.
Artinya, semakin tinggi keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
melakukan dan menyelesaikan sesuatu, semakin tinggi niat berwirausaha
· CVE berhubungan positif
dengan IEO. Artinya penilaian lingkungan terdekat terhadap kegiatan
berwirausaha memengaruhi orientasi seseorang.
· CSEF secara positif terkait
dengan IEO. Artinya stigma lingkungan terdekat tentang kegagalan
wirausaha berpengaruh positif bagi orientasi seseorang.
· CVE tidak berpengaruh terhadap EI
yang dimediasi oleh IEO. Artinya,
orientasi seseorang tidak memediasi hubungan antara penilaian tentang kegiatan
berwirausaha dan niat berwirausaha.
· CSEF tidak berpengaruh terhadap EI
yang dimediasi oleh IEO. Artinya,
orientasi seseorang tidak memediasi hubungan antara stigma tentang kegagalan
berwirausaha dan niat berwirausaha.
Implikasi Penelitian
Di dalam penelitian ini penilaian
keluarga terhadap aktivitas keluarga memiliki nilai koefisien terendah pada
variabel CVE. Perlu dukungan dari keluarga pegawai senior universitas X
yang sedang mempersiapkan masa pensiun agar aktivitas wirausahanya lebih dihargai
apabila minat berwirausaha hendak ditingkatkan. Sama dengan variabel CVE,
pada variabel CSEF stigma keluarga juga memiliki nilai koefisien yang
rendah. Oleh karena itu keluarga harus memberikan dukungan dengan tidak terlalu
memberi stigma negatif tentang kegagalan berwirausaha melainkan mendukung,
terutama bila niat berwirausaha hendak ditingkatkan.
Pada variabel IEO, melakukan
Tindakan berani menjadi indikator terendah nilai koefisiennya. Perlu
meningkatkan keberanian pada pekerja senior ini jika hendak diarahkan untuk
menjadi wirausaha, misalnya dengan cara memberi tantangan-tantangan dalam
pekerjaan. Pada variabel SE seseorang mudah terpengaruh dengan
penentangan dari orang lain. Diharapkan bahwa para pekerja senior ini memiliki
kecenderungan untuk memiliki kesungguhan dan tidak mudah dipengaruhi oleh
pendapat orang lain. Perlu meningkatkan kepercayaan diri bagi para pekerja
senior.
Pada pekerja senior universitas X
pilihan menjadi wirausahawan daripada menjadi karyawan menjadi indikator dengan
nilai koefisien terendah pada variabel EI. Melihat kecenderungan tersebut,
para pekerja senior harus memiliki kebanggaan saat menjadi wirausahawan. Perlu
diberikan kesadaran peluang wirausaha pada institusi tersebut, jika hendak
meningkatkan niat berwirausaha pada pegawai masa persiapan pensiunnya.
Keterbatasan Penelitian dan
Saran
Pada pengujian hipotesis mediasi
didapatkan hasil bahwa Individual Entrepreneurial Orientation tidak memediasi hubungan antara Closer Valuation of Entrepreneurship dan Entrepreneurial
Intention. Hal yang sama juga terjadi pada Closer Stigma of Entrepreneurial Failure dan Entrepreneurial Intention.
Perlu dilakukan penelitian dengan
sampel yang lebih besar dalam menguji peran mediasi dari Individual Entrepreneurial Orientation. Peneliti
menyarankan bahwa dalam penelitian mendatang dilakukan studi komparasi dengan
institusi yang memiliki karakteristik sejenis atau dibandingkan dengan dua
institusi yang memiliki bidang yang berbeda. Selain dua institusi yang berbeda
mungkin juga bisa dengan membandingkan dari kategori umur yang berbeda.
Selain hal tersebut peneliti juga
melihat bahwa baik apabila peran mediasi Self-Efficacy
terhadap hubungan Individual Entrepreneurial Orientation dengan Entrepreneurial
Intention dapat diuji. Pada penelitian lain
Bagi universitas X, peneliti
menyarankan untuk melakukan pemetaan terhadap pekerja yang memiliki niat untuk
berwirausaha, terutama pada pekerja senior yang menyiapkan masa pensiunnya.
Apabila sudah dipetakan, kemudian universitas tersebut dapat memberikan
pembinaan kepada mereka yang benar-benar memiliki minat tersebut.
BIBLIOGRAFI
Aldrich, H. E.,
& Cliff, J. E. (2003). The pervasive effects of family
on entrepreneurship: Toward a family embeddedness perspective. Journal of Business Venturing, 18(5), 573–596. https://doi.org/10.1016/S0883-9026(03)00011-9
Pavón, A. J.
T. (2009). Kyne Solutions-Entrepreneurship
and the Business Plan.
Högskolan i Jönköping.
Anggadwita, G.,
Ramadhanti, N., & Ghina, A. (2022). Pengaruh Persepsi Sosial Dan Orientasi
Kewirausahaan Terhadap Niat Wirausaha Wanita di Bandung. AdBispreneur,
6(3), 269. https://doi.org/10.24198/adbispreneur.v6i3.35063
Bandura, A.
(1977). Self-Efficacy: Toward
a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, 84(2), 191–215.
Bird, B.
(1988). Implementing Entrepreneurial
Ideas: The Case for Intention. The Academy of Management
Review, 13(3), 442. https://doi.org/10.2307/258091
Bolton, D. L.,
& Lane, M. D. (2012). Individual entrepreneurial orientation:
Development of a measurement
instrument. Education
and Training, 54(2–3),
219–233. https://doi.org/10.1108/00400911211210314
Drnovšek, M., Wincent, J., & Cardon, M. S.
(2010). Entrepreneurial self-efficacy
and business start-up: Developing a multi-dimensional definition. International
Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 16(4),
329–348. https://doi.org/10.1108/13552551011054516
Farrukh, M.,
Khan, A. A., Shahid Khan, M., Ravan
Ramzani, S., & Soladoye,
B. S. A. (2017). Entrepreneurial intentions:
the role of family factors,
personality traits and self-efficacy. World Journal of Entrepreneurship,
Management and Sustainable Development, 13(4), 303–317. https://doi.org/10.1108/wjemsd-03-2017-0018
Fauzia, M. (2019, February 12). Sebagian Besar Orang Indonesia Tak Siap
Finansial untuk Pensiun? Kompas.Com. https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/12/143803926/sebagian-besar-orang-indonesia-tak-siap-finansial-untuk-pensiun
Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Konsep, Teknik, Aplikasi Menggunakan Smart PLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris. BP Undip.
Hair Jr., J.
F., Hult, G. T. M., Ringle,
C. M., Sarstedt, M., Danks,
NicholasP., & Ray, S. (2021). Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) Using
R. Springer, Cham. http://www.
Iakovleva, T., Kolvereid, L., & Stephan, U. (2011). Entrepreneurial intentions in developing and developed countries. Education and Training, 53(5), 353–370. https://doi.org/10.1108/00400911111147686
Koe, W.-L. (2016). The relationship between Individual Entrepreneurial Orientation
(IEO) and entrepreneurial intention. Journal of Global Entrepreneurship Research, 6(1). https://doi.org/10.1186/s40497-016-0057-8
Kolvereid, L.,
& Isaksen, E. (2006). New business
start-up and subsequent entry into self-employment. Journal of Business Venturing, 21(6), 866–885. https://doi.org/10.1016/J.JBUSVENT.2005.06.008
Lumpkin, G. T.,
& Dess, G. G. (1996). Clarifying the Entrepreneurial Orientation Construct and Linking It
to Performance. Academy
of Management Review, 21(1), 135–172. http://www.jstor.orgURL:http://www.jstor.org/stable/258632Accessed:30/06/200809:17
Manik, H. F. G. G., & Kusuma,
A. S. (2021). Entrepreneurial orientation
and entrepreneurial intention: When more learning exposures are efficacious. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 24(2), 271–288. https://doi.org/10.24914/jeb.v24i2.4181
Martins, I., & Perez, J. P.
(2020). Testing mediating effects
of individual entrepreneurial
orientation on the relation between
close environmental factors and entrepreneurial
intention. International Journal
of Entrepreneurial Behaviour and Research, 26(4), 771–791. https://doi.org/10.1108/IJEBR-08-2019-0505
Miller, D. (1983). The Correlates of Entrepreneurship in Three Types Of Firms.
Management Science,
29(7), 770–791. https://doi.org/https://doi.org/10.1287/mnsc.29.7.770
Monica, D., & Wijaya, A.
(2021). Pengaruh Close Environmental
Factors Terhadap. In Jurnal Manajerial dan
Kewirausahaan: Vol. III (Issue 2).
Scarborough, N. M.,
& Cornwall, J. R. (2016). Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management, Global Edition
(Global Edition). Pearson.
Ortega-Lapiedra,
R. (2020). Why Senior Workers
Are Becoming Entrepreneurs:
Necessity or Passion? In The Entrepreneurial
Behaviour: Unveiling the cognitive and emotional aspect of entrepreneurship
(pp. 271–280). Emerald Publishing
Limited. https://doi.org/10.1108/978-1-78973-507-920201018
Pruett, M., Shinnar, R., Toney, B., Llopis, F., & Fox, J.
(2009). Explaining entrepreneurial
intentions of university students: A cross-cultural study. International Journal
of Entrepreneurial Behaviour and Research, 15(6), 571–594. https://doi.org/10.1108/13552550910995443
Purwana, D. E., Ferry Wibowo, S.,
& Hajat, N. (2016). Efikasi Diri dan Pengaruhnya
Terhadap Intensi Berwirausaha Karyawan. Jurnal Ilmiah Econosains,
14(1), 43–57. https://doi.org/10.21009/econosains.014.1.4
Ratten, V.
(2019). Older entrepreneurship:
a literature review and research agenda. Journal of Enterprising Communities, 13(1–2),
178–195. https://doi.org/10.1108/JEC-08-2018-0054
Şahin, F., Karadağ, H., & Tuncer, B.
(2019). Big five personality
traits, entrepreneurial self-efficacy and entrepreneurial intention: A configurational approach. International
Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 25(6), 1188–1211.
https://doi.org/10.1108/IJEBR-07-2018-0466
Saputro, F. R. A. (2019). Hubungan
Antara Efikasi Diri dengan Minat Berwirausaha pada
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Setyawati, C. Y., & Ricky, G.
(2021). The Effect of Entrepreneurial Orientation On Entrepreneurial Intention: Self-Efficiency As A Mediatior (Case Study on Young Entrepreneurs in Surabaya). Business and Accounting Research (IJEBAR) Peer Reviewed-International Journal,
5, 57–73. https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/IJEBAR
Untu, Y. I., Oey,
D., & Widjaja, H. (2019). Pengaruh Need For Achievement Dan Self-Efficacy
Terhadap Entrepreneurial Intention
Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara.
Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, I(2), 374–382.
Wardoyo, T. W., Mujiasih,
E., & Soedarto Tembalang
Semarang, J. S. (2015). Efikasi Diri dan Minat
Berwirausaha Pada Pegawai Masa Persiapan Pensiun di Pemerintah Kota Cirebon. Jurnal
Empati, 4(4), 315–319.
Wijangga, J.,
& Sanjaya, E. L. (2019). The Relationship between Entrepreneurial Self-Efficacy and Entrepreneurial Intention among University Students. Journal of Entrepreneur and Entrepreneurship, 8(1),
19–24.
Copyright holder: Didacus Pindho Bismoko, Anny Nurbasari (2022) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |