Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 10, Oktober 2022
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP IMPLEMENTASI BEHAVIOR BASED SAFETY DI PT INDOSPEC
ASIA
Widi Asrining Puri, Erislan, Sugiarto
Universitas Sahid Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Menteri Tenaga Kerja menyampaikan
bahwa jumlah kecelakaan kerja selama tahun 2019 berjumlah 130.923 orang atau
setiap jam di Indonesia terjadi kecelakaan sebanyak kurang lebih 14 orang. Agar pelaksanaan K3 dapat terus diperkuat di tengah gerak
perubahan masyarakat dan revolusi industry yang kian melesat. Sebagai
organisasi jasa penunjang di sektor Energi khususnya Minyak dan Gas Bumi PT.
Indospec Asia wajib memiliki dan menjalankan sistim Manajemen K3. Penelitian
ini ingin mengetahui 1) Bagaimana implementasi Behavior Based Safety (BBS) di
PT Indospec Asia? 2) Bagaimana faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
implementasi Behavior Based Safety (BBS) di PT Indospec Asia.
Metode pengujian hipotesis komparatif
hasil pengamatan kartu observasi pada tahun 2019-2021 untuk pekerja kantor dan
pekerja lapangan. Hasil dari
implementasi kedua area tersebut dilakukan analisis faktor yang mempengaruhi
terhadap jumlah kartu observasi dengan kuesioner tentang BBS. Faktor-faktor utama yang berhubungan dengan implementasi
kartu observasi adalah umur (usia) budaya dan perilaku, kondisi pekerjaan,
keterbatasan sumber daya, komunikasi dan pelatihan. Dengan Populasi 124
Karyawan, dan diambil sampel menggunakan rumus Slavin sebesar 95 orang untuk
mengasilkan data yang valid.
Hasil penelitian ini terdapat
perbedaan implementasi kartu observasi antara pekerja kantor dan pekerja
lapangan dengan nilai rata-rata diperoleh
implementasi kartu observasi pada pekerja lapangan lebih tinggi dibandingkan
dengan pekerja kantor. Faktor budaya dan perilaku, kondisi pekerjaan, sumber
daya, komunikasi, dan pelatihan berhubungan secara signifikan dan positif
terhadap implementasi kartu observasi di PT Indospec Asia. Berdasarkan hasil korelasi
diperoleh bahwa koefisien korelasi faktor budaya perilaku dan pelatihan
memiliki koefisien korelasi paling tinggi termasuk didalamnya komitmen
manajemen, sehingga kedua faktor tersebut merupakan faktor utama yang
menentukan implementasi kartu observasi di PT Indospec Asia.
Kata Kunci: analisis faktor-faktor, behavior based safety, PT. Indospec Asia
Abstract
The Minister of Manpower said that
the number of work accidents during 2019 was 130,923 people or every hour in
Indonesia there were approximately 14 accidents. So that the implementation of
K3 can continue to be strengthened in the midst of changes in society and the
increasingly rapid industrial revolution. As a supporting service organization
in the Energy sector, especially Oil and Gas, PT. Indospec Asia is required to
have and operate an OHS Management system. This study wants to know 1) How is
the implementation of Behavior Based Safety (BBS) at PT Indospec Asia? 2) What
are the factors that influence the implementation of Behavior Based Safety
(BBS) at PT Indospec Asia.
Comparative hypothesis testing
method based on observation card observations in 2019-2021 for office workers
and field workers. The results of the implementation of the two areas analyzed
the factors that affect the number of observation cards with a questionnaire
about BBS. The main factors related to the implementation of the observation
card are age (age) culture and behavior, working conditions, limited resources,
communication and training. With a population of 124 employees, 95 samples were
taken using the Slavin formula to produce valid data.
The results of this study show
that there are differences in the implementation of observation cards between
office workers and field workers with the average value obtained by the
implementation of observation cards for field workers is higher than for office
workers. Cultural and behavioral factors, working conditions, resources,
communication, and training are significantly and positively related to the
implementation of the observation card at PT Indospec Asia. Based on the
correlation results, it is found that the correlation coefficient of behavioral
and training culture factors has the highest correlation coefficient including
management commitment, so that these two factors are the main factors that
determine the implementation of the observation card at PT Indospec Asia.
Keywords: analysis of factors, behavior
based safety, PT. Indospec Asia.
Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya penting yang
ada dalam proses operasional dalam perusahaan, khususnya pada masyarakat yang
beralih dari kebiasaan lama kepada kebiasaan yang baru. Perubahan ini dapat
menimbulkan berbagai masalah yang bila tidak ditanggulangi dapat menimbulkan
akibat yang lebih besar. Kejadian hampir
celaka atau near miss disebabkan oleh
faktor tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) yang dapat
meningkatkan kecelakaan kerja menjadi lebih serius. Penelitian yang dilakukan
oleh US National Safety Council (NSC) menyatakan bahwa 88% penyebab kecelakaan
kerja dikarenakan adanya unsafe act, sebanyak 10% dikarenakan unsafe
condition dan 2% tidak diketahui (Council, 2013).
Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAB I Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat 2 berbunyi “Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja”. Karena Peraturan Menteri tersebut dianggap belum cukup
maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, yang kandungannya
sama dengan Permen 06/PER/1996 tetapi isinya lebih mempertegas akan kewajiban
setiap organisasi dengan pekerja seratus orang atau lebih dan atau mempunyai
tingkat potensi bahaya yang tinggi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
Sertifikat Sistem Manajemen K3 ini menjadi syarat untuk mengikuti tender-tender
di proyek-proyek pemerintah.
Identifikasi unsafe act
dan unsafe condition dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan pendekatan perilaku yaitu Behavior Based Safety (BBS). Behavior Based
Safety (BBS) adalah sebuah proses yang menciptakan kemitraan keamanan
antara manajemen dan tenaga kerja dengan fokus yang berkelanjutan terhadap
perhatian dan tindakan setiap orang serta perilaku manusia (Saodah et al.,
2014; Irawati, Karyatibrata and Herdianti, 2020). Keselamatan lebih menekankan pada pola perilaku dalam
menciptakan keselamatan kerja (Dorgan, 2013), sehingga pelaksanaan BBS di perusahaan dapat dijadikan
salah satu solusi untuk mencegah dan mengurangi kejadian kecelakaan kerja
termasuk di industri minyak and gas. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam
industri minyak dan gas adalah PT Indospec Asia.
PT Indospec Asia atau bisa disingkat menjadi PTIA sebagai
organisasi yang bergerak dibidang penunjang energi khususnya Minyak dan Gas
Bumi (MIGAS) adalah salah satu organisasi yang pekerjaannya masuk dalam
kategori dengan tingkat potensi bahaya yang tinggi sehingga termasuk dalam
kategori organisasi yang wajib memiliki Sistem Manajemen K3. Selain itu, dalam mengimplementasikan
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, setiap perusahan yang bergerak dibidang
energi selain menerapkan sistem Manajemen K3 bagi perusahannya sendiri, mereka
juga melakukan seleksi/audit implementasi sistem Manajemen K3 atas
organisasi-organisasi calon rekan kerja dikarenakan organisasi mitra kerja harus
memiliki pengetahuan tentang K3 yang sama dengan organisasi pemberi kerja itu
menjadi salah satu persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang
Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Industri dalam paragraph Menimbang
point;
“b. bahwa setiap orang
lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya”.
“ c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien”
“d. bahwa berhubungan dengan itu perlu diadakan segala
daya-upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja”
“e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan
teknologi”
PT Indospec Asia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
jasa sertifikasi dan inspeksi peralatan minyak dan gas di Indonesia. PTIA
memiliki sistem manajemen K3 yaitu ISO 45001:2018 dan telah memiliki sertifikat
CSMS di beberapa klien. PTIA memiliki dua sertifikat CSMS yang berlaku sampai
tahun 2023 dengan kategori resiko pekerjaan tinggi. Sertifikat CSMS tersebut
dikeluarkan oleh K3S Pertamina Hulu Energi – WK Rokan dengan nilai 71,2% (No.
038/I50600/2021-S0) dan Pertamina Persero dengan nilai 79,55% (No: 109/PQ/CHESM/MZ/V/22).
PT Indospec Asia memiliki sistem audit sendiri dimana
elemen-elemen yang terkandung minimal harus memenuhi persyaratan yang tertulis
dalam peraturan yang diterbitkan oleh Regulator terkait dalam hal ini
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Satuan Kerja Khusus MIGAS
(SKK-MIGAS) untuk pekerjaan-pekerjaan di hulu yang berhubungan dengan
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) MIGAS. Organisasi-organisasi penyedia
barang/jasa harus memenuhi persyaratan dengan mengisi kuesioner yang biasa
disebut dengan istilah Contractor Safety
Management Sistem (CSMS) meskipun sebagian elemennya tidak berhubungan
langsung dengan faktor K3. Organisasi-organisasi penyedia barang/jasa harus
melampirkan bukti implementasi sistem Manajemen mereka dan harus mencapai nilai
minimal yang ditentukan oleh organisasi pengelola MIGAS. Pada setiap saat bila
dirasa perlu organisasi pengelola MIGAS dapat melakukan audit ke organisasi
penyedia barang/jasa.
Pada penilaian CSMS PT Indospec Asia harus mendapatkan nilai
pekerjaan resiko tinggi untuk mengikuti tender atau bekerja diarea klien. Pada
implementasinya PT Indospec Asia telah mendapatkan nilai CSMS untuk resiko
pekerjaan resiko tinggi namun untuk hasil penilaian CSMS tersebut terdapat
beberapa komponen penilaian yang tidak maksimal. Hasil penilaian yang kurang
maksimal tersebut dapat mengakibatkan kegagalan tender yang tentunya
menyebabkan prosentase kemungkinan mendapatkan proyek baru jadi menurun yang
tentunya berdampak kepada revenue perusahaan.
Penilaian untuk tahun 2019-2021 data total kegagalan yang
dialami dapat dilihat di dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Data
Kegagalan tender dari PTIA dari Faktor CSMS tahun 2019-2021
Tahun |
Total
Kegagalan |
Total
Tender |
2019 |
4 |
41 |
2020 |
2 |
46 |
2021 |
5 |
43 |
Sumber: Data primer
PT. Indospec Asia
Data kegagalan mengikuti tender untuk mendapatkan pekerjaan
atau ketidak tercapaian mendapatkan pekerjaan pada tahun 2019 hingga 2021 salah
satunya disebabkan pada ketidaktercapaian hasil audit CSMS. Jika ditarik
kesimpulan untuk kegagalan tersebut adalah karena faktor CSMS mendekati 10%
(sepuluh persen) selama 3 tahun berturut-turut. Salah satu faktor dari
penilaian tersebut adalah terkait implementasi kartu observasi PT Indospec Asia
yang dinilai masih kurang. Dalam hal ini PT Indospec Asia memiliki permasalahan
dalam implementasi kartu observasi yaitu perbedaan yang terdapat
implementasinya pada pekerja area kantor dan pekerja area lapangan.
Implementasi pengisian kartu observasi pekerja kantor kurang maksimal
dibandingkan dengan pekerja lapangan. Hal ini berdampak pada beberapa tender
yang tidak bisa mencapai keberhasilan. Data hasil rekaman implementasi kartu
observasi oleh departemen Health and Safety Environment (HSE) diperoleh data
dari tahun 2019 hingga 2021 dapat dilihat dalam table 2 berikut.
Tabel 2
Rekaman Kartu
Observasi Pegawai PT. Indospec Asia Tahun 2019-2021
Jumlah Karyawan |
Total kartu Observasi |
|||
2019 |
2020 |
2021 |
||
Project
|
49
Orang |
178 |
338 |
488 |
Office |
75
Orang |
81 |
51 |
43 |
Sumber: Data
primer PT. Indospec Asia
Berdasarkan data rekaman kartu observasi pada tabel 1.2,
diketahui bahwa ada ketidakpatuhan dalam upaya melaksanakan safety dalam setiap project, terutama di bagian pegawai administrasi kantor. Kepatuhan
dalam mengisi dan kontrol menggunakan kartu observasi menjaga supaya adanya unsafe act atau unsafe condition. Dalam hal ini pekerja lapangan lebih banyak
melakukan perekaman dalam kartu observasi berdasarkan pada apa yang mereka
alami di lapangan, dari sini ada kesenjangan yang snagat besar antara pekerja
kantor dengan pekerja lapangan terutama dalam menerapkan Behavior Based
Safety (BBS) di PT. Indospec Asia. Untuk melihat perporma dalam K3 dari Health
and Safety Environment (HSE) dari tahun ke tahun di PT Indospec Asia dapat
diketahui pada tabel 3 berikut.
Tabel 3
Kinerja HSE
PT Indospec Asia Tahun 2019-2021
HSE
Performance |
Tahun
Penilaian |
||
2019 |
2020 |
2021 |
|
Total
safety Manhours |
376220 |
312819 |
91503 |
Sumber: Data
primer PT. Indospec Asia
Berdasarkan data penerapan K3 dilihat dari perporma HSE dari
tahun 2019 hingga 2020 secara statistis terlihat ada penurunan. Penurunan ini
di pengaruhi beberapa faktor terutama adanya pandemic Covid-19. Tentu performa
ini juga menjadi bahan atau dasar beberapa kemunduran jumlah tender yang ada di
PT Indospec Asia.
Oleh karena itu dalam upaya pemenuhan persyaratan
sebagai penyedia barang dan jasa di sektor industri Minyak dan Gas (MIGAS), maka di PT Indospec Asia perlu adanya
perubahan perilaku atau budaya yang dapat menunjang kinerja terutama dalam hal
peningkatan aspek keselamatan kerja. Dalam proses pembentukan dan perubahan
perilaku manusia terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
tersebut. Faktor-faktor tersebut di antaranya faktor umur (usia), lama kerja,
pendidikan, jabatan, sikap, reward and punishment, pengawasan, safety promotions, standard operating procedure (SOP), dan pelatihan K3 (Tanuwijaya and Tamtana, 2018).
Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam latar belakang,
maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi Behavior Based
Safety melalui kartu observasi di PT Indospec Asia. Dari hasil penelitian tersebut
diharapkan adanya perbaikan dalam implementasi Behavior Based Safety melalui kartu observasi yang dapat
meningkatkan revenue perusahaan.
Metode
Penelitian
1. Desain
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
pengujian hipotesis komparatif yaitu menguji parameter populasi berbentuk
perbandingan, dalam penelitian ini perbandingan hasil pengamatan kartu
observasi pada tahun 2022 untuk pekerja kantor dan pekerja lapangan. Hasil dari implementasi kedua area tersebut
dilakukan analisis faktor yang mempengaruhi terhadap jumlah kartu observasi.
Faktor-faktor utama yang berhubungan dengan implementasi kartu observasi adalah
umur (usia) budaya dan perilaku, kondisi pekerjaan, keterbatasan sumber daya,
komunikasi dan pelatihan.
Populasi dalam penelitian ini
adalah pekerja yang memiliki kontrak aktif dan bekerja di PT Indospec Asia,
yang dibagi dua populasi yaitu pekerja administrasi kantor dan pekerja
lapangan. Ukuran populasi pada penelitian ini adalah 124 orang terdiri dari
pekerja administrasi kantor 75 orang dan pekerja lapangan 49 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara
acak terhadap pekerja PT Indospec Asia dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling, dimana sampel diambil
untuk masing-masing strata pada populasi dalam jumlah yang proporsional kecuali
strata tertentu jika ada yang jumlahnya terlalu kecil maka diambil semuanya.
Ukuran sampel yang diambil berdasarkan rumus Slovin, jumlah sampel dari
populasi tertentu dengan taraf kesalahan 5%.
2.
Unit Analisis
Uji analisis dalam penelitian ini adalah kuisioner
dengan ukuran yang digunakan adalah skala ordinal, yaitu skala yang mengurutkan nilai atau skor dari tingkat paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dari indikator-indikator variabel
tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan nilai ordinal dengan 5 (lima) jenjang
atau yang lebih dikenal dengan skala Likert. Menurut Sugiyono (2015), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Secara
operasional skala Likert disajikan dalam Tabel 4 berikut:
Tabel 4
Skala Pengambilan Data Primer
Jawaban |
Kategori |
Skor Kalimat Positif |
Skor Kalimat Negatif |
SS |
Sangat Setuju |
5 |
1 |
S |
Setuju |
4 |
2 |
N |
Netral |
3 |
3 |
TS |
Tidak Setuju |
2 |
4 |
STS |
Sangat Tidak Setuju |
1 |
5 |
Kuesioner yang digunakan di
antaranya adalah sikap, pendapat, persepsi dan pertanyaan tertutup yang
berskala lima atau dengan kata lain jawaban atas kuesioner diberi skor 1 sampai
5 pemberian skor sesuai dengan alternatif jawabanyang disediakan pada setiap
item kuesioner.
Dengan skala pengukuran Likert yang digunakan pada kuisioner yang tergolong skala ordinal, maka data sampel yang akan diperoleh diasumsikan memiliki populasi bebas distribusi (tidak harus berdistribusi normal).
Adapun metode analisis yang
cocok dalam hal ini adalah
statistik inferensial non-parametris (Sugiyono, 2015). Untuk menguji hipotesis penelitian ini yang berdasarkan kerangka pikir dan model diagram hubungan antar variabel penelitian serta definisi and operasionalisasi variabel-variabel penelitaian di atas, digunakan berbagai teknik. Teknik analisis ini digunakan untuk
menguji hipotesis deskriptif satu sampel, bila dalam populasi terdiri atas dua
atau lebih kelas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Yang dimaksud
hipotesis deskriptif di sini bisa merupakan estimasi/dugaan terhadap ada
tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu dan kategori lain dalam
sebuah sampel tentang sesuatu hal (Sugiyono, 2015).
Rumus dasar Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:
(3.3)
Di
mana :
χ2 = Chi kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
Dasar pengambilan teknik
analisis ini, karena hipotesis deskriptif pada penelitian ini memiliki beberapa
data nominal yang masing-masing dibagi dalam berbagai kelas yaitu:
1.
Perusahaan tempat responden bekerja yang terbagi menjadi dua kelas
yaitu: pekerja kantor dan pekerja lapangan
2.
Pendidikan responden yang terbagi menjadi empat kelas
yaitu: S2 atau lebih tinggi, S1, SLTA / STM, dan
SMP atau lebih rendah.
Korelasi kendall Tau digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis
antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau rangking.
Kelebihan teknik ini bila digunakan untuk menganalisis sampel yang jumlah
anggotanya lebih dari 10, dan dapat dikembangkan untuk mencari koefisien
korelasi parsial (Sugiyono, 2015). Rumus dasar yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Di mana :
Ʈ = Koefisien korelasi Kendal Tau yang
besarnya (-1 < 0 < 1)
A = Jumlah rangking atas
B = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
Uji signifikansi koefisien korelasi
menggunakan rumus z, karena distribusinya dianggap mendekati normal. Rumusnya
sebagai berikut:
Korelasi Kendall Tau akan digunakan
untuk menguji hipotesis asosiatif berikut ini yaitu faktor budaya dan perilaku,
kondisi pekerjaan, sumber daya, komunikasi, dan pelatihan berhubungan secara
signifikan terhadap implementasi program BBS.
Hasil
Dan Pembahasan
Analisis
deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran data hasil penelitian. Pada penelitian ini, analisis deskriptif
disajikan berdasarkan nilai frekuensi jawaban dan rata-rata.
Tabel 5
Hasil Deskriptif Variabel Budaya
dan Perilaku
Item |
Pernyataan |
Distribusi Frekuensi |
Mean |
||||
STS |
TS |
N |
S |
SS |
|||
bp1 |
Terdapat keterlibatan dan dukungan yang kuat dari manajemen
untuk menjalankan program
kartu observasi |
0 |
4 |
7 |
44 |
40 |
4.26 |
bp2 |
Implementasi
program safety seperti kartu
observasi tidak hanya untuk memenuhi
tuntutan persyaratan kantor saja |
2 |
2 |
25 |
44 |
22 |
3.86 |
bp3 |
Penyusunan
program safety seperti kartu
observasi tidak tergantung pada departemen
safety saja |
0 |
1 |
35 |
42 |
17 |
3.79 |
bp4 |
Manajer mengalokasikan waktu khusus secara berkala untuk memikirkan dan memperhatikan pelaksanaan implementasi kartu observasi |
3 |
7 |
10 |
51 |
24 |
3.91 |
bp5 |
Pekerja selalu aktif dalam pengisian kartu observasi |
2 |
7 |
15 |
56 |
15 |
3.79 |
bp6 |
Pekerja mengisi kartu observasi karena sadar akan pentingnya
keselamatan kerja |
2 |
0 |
22 |
39 |
32 |
4.04 |
bp7 |
Penghargaan dan sanksi terhadap pekerja yang tidak mengisi kartu observasi sudah sesuai |
2 |
3 |
33 |
47 |
10 |
3.63 |
Sumber : Data Primer Diolah
(2022)
Hasil deskriptif
variable budaya dan perilaku
pekerja PT Indospec Asia diperoleh
bahwa item paling rendah yaitu item ke 7 dengan rata-rata 3,63 yang mengartikan
bahwa pemberian penghargaan dan sanksi belum sepenuhnya berjalan maksimal. Item
rata-rata peling tinggi yaitu item ke 6 dengan rata-rata 4,04 yang mengartikan
bahwa pekerja mengisi kartu observasi karena sadar akan
pentingnya keselamatan kerja.
Tabel 6
Hasil Deskriptif Variabel Kondisi Pekerjaan
Item |
Pernyataan |
Distribusi Frekuensi |
Mean |
||||
STS |
TS |
N |
S |
SS |
|||
kp1 |
Pekerja sering akrab dengan resiko-resiko safety ditempat kerja baru sehingga memicu kecelakaan |
2 |
21 |
10 |
48 |
14 |
3.54 |
kp2 |
Para pekerja
sering kali bekerja
sangat keras, melelahkan,
dengan jam kerja yang panjang untuk mengejar target, namun pengisian kartu observasi tidak diabaikan |
3 |
8 |
10 |
57 |
17 |
3.81 |
Sumber : Data Primer Diolah
(2022)
Hasil deskriptif
variable kondisi pekerjaan pekerja PT Indospec Asia diperoleh
bahwa item paling rendah yaitu item ke 1 dengan rata-rata 3,54, walaupun item
ini lebih rendah dari item 2 namun nilai rata-ratanya cukup tinggi sehingga
dapat mengartikan bahwa pekerja sudah cukup paham dengan
resiko-resiko safety ditempat
kerja baru sehingga memicu kecelakaan. Item rata-rata paling tinggi yaitu item ke 2 dengan
rata-rata 3,81 yang mengartikan bahwa walaupun pekerja
sering kali bekerja sangat keras, melelahkan, dengan jam kerja yang panjang untuk mengejar
target, namun pengisian kartu observasi tidak diabaikan sehingga tidak berpotensi pada kecelakaan kerja.
Tabel 7
Hasil Deskriptif Variabel Sumber Daya
Item |
Pernyataan |
Distribusi Frekuensi |
Mean |
||||
STS |
TS |
N |
S |
SS |
|||
sd1 |
Karyawan yang berpengalaman dan kompeten terbatas ketersediaanya sehingga mempengaruhi kinerja safety dalam pemantauan dan pelaksaan pengisian kartu observasi |
1 |
22 |
37 |
32 |
3 |
3.15 |
sd2 |
Peralatan yang memadai untuk pengisian kartu observasi |
2 |
18 |
41 |
31 |
3 |
3.16 |
sd3 |
Karena keterbatasan tenaga kerja safety, peran safety
officer sering dirangkap
oleh supervisor |
3 |
16 |
15 |
56 |
5 |
3.46 |
Sumber : Data Primer Diolah
(2022)
Hasil deskriptif
variable sumber daya pekerja PT Indospec Asia diperoleh
bahwa item paling rendah yaitu item ke 1 dengan rata-rata 3,15, walaupun item
ini lebih rendah dari 2 item lainnya namun nilai rata-ratanya cukup tinggi
sehingga dapat mengartikan bahwa karyawan
yang berpengalaman dan kompeten
terbatas ketersediaanya sehingga mempengaruhi kinerja safety dalam pemantauan dan pelaksaan pengisian kartu observasi. Item rata-rata paling tinggi yaitu item ke 3 dengan
rata-rata 3,46 yang mengartikan bahwa adanya
keterbatasan tenaga kerja safety, peran safety
officer sering dirangkap
oleh supervisor.
Tabel 8
Hasil Deskriptif Variabel Komunikasi
Item |
Pernyataan |
Distribusi Frekuensi |
Mean |
||||
STS |
TS |
N |
S |
SS |
|||
kk1 |
Program kartu observasi telah disampaikan dan dimengerti oleh semua karyawan |
1 |
16 |
29 |
42 |
7 |
3.40 |
kk2 |
Kampanye dan promosi tentang program safety seperti kartu observasi (spanduk, pamflet, papan penanda,papan pengumuman,
gathering, dll.) telah memadai |
2 |
11 |
16 |
60 |
6 |
3.60 |
kk3 |
Safety meeting, audit,
dan inspeksi telah rutin dan konsisten dilakukan oleh manajer, staff,
dan supervisor |
2 |
3 |
18 |
63 |
9 |
3.78 |
kk4 |
Prosedur kerja atau JSA sering dibuat tanpa melibatkan pekerja dilapangan yang berpengalaman sehingga kurang memadai |
0 |
20 |
38 |
32 |
5 |
3.23 |
kk5 |
Prosedur kerja atau JSA kadang tidak dipahami oleh pekerja sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan |
4 |
8 |
21 |
58 |
4 |
3.53 |
kk6 |
Terdapat jalur komunikasi yang baik antara karyawan
dan para manajer menyangkut
masalah safety di lapangan |
0 |
24 |
33 |
33 |
5 |
3.20 |
Sumber : Data Primer Diolah
(2022)
Hasil deskriptif
variable komunikasi pekerja
PT Indospec Asia diperoleh bahwa item paling
rendah yaitu item ke 6 dengan rata-rata 3,20, walaupun item ini lebih rendah
dari item lainnya namun nilai
rata-ratanya cukup tinggi sehingga dapat mengartikan bahwa terdapat jalur komunikasi yang baik antara karyawan dan para manajer menyangkut masalah safety di lapangan. Item
rata-rata paling tinggi yaitu item ke 3 dengan rata-rata 3,78yang mengartikan
bahwa safety meeting, audit, dan inspeksi telah rutin dan konsisten dilakukan oleh manajer, staff,
dan supervisor.
Tabel 9
Hasil Deskriptif Variabel Pelatihan
Item |
Pernyataan |
Distribusi Frekuensi |
Mean |
||||
STS |
TS |
N |
S |
SS |
|||
pl1 |
Sebelum bekerja, karyawan telah mengikuti orientasi dan mengerti mengenai pengenalan bahaya, persyaratan dan standar safety terkait kartu observasi |
2 |
0 |
12 |
54 |
27 |
4.09 |
pl2 |
Sebelum bekerja, karyawan telah mengikuti dan lulus
training safety sesuai kebutuhan |
0 |
8 |
7 |
63 |
17 |
3.94 |
pl3 |
Perusahaan secara rutin dan konsisten melakukan penyegaran (refresh) orientasi
dan training safety kepada karyawannya
di semua level |
2 |
10 |
15 |
52 |
16 |
3.74 |
Sumber : Data Primer Diolah
(2022)
Hasil deskriptif
variable pelatihan pekerja
PT Indospec Asia diperoleh bahwa item paling
rendah yaitu item ke 3 dengan rata-rata 3,74, walaupun item ini lebih rendah
dari item lainnya namun nilai
rata-ratanya cukup tinggi sehingga dapat mengartikan bahwa perusahaan secara rutin dan konsisten melakukan penyegaran (refresh) orientasi
dan training safety kepada karyawannya
di semua level. Item rata-rata paling tinggi
yaitu item ke 1 dengan rata-rata 4,09 yang mengartikan bahwa sebelum bekerja, karyawan telah mengikuti orientasi dan mengerti mengenai pengenalan bahaya, persyaratan dan standar safety terkait kartu observasi.
Tabel 10
Hasil Deskriptif Variabel Implementasi Kartu Observasi
Item |
Pernyataan |
Distribusi Frekuensi |
Mean |
||||
STS |
TS |
N |
S |
SS |
|||
ip1 |
Organisasi unit pelaksana program kartu observasi telah disiapkan dengan baik |
0 |
2 |
20 |
70 |
3 |
3.78 |
ip2 |
Koordinasi pelaksanaan program kartu observasi telah dilakukan dengan baik |
2 |
2 |
24 |
64 |
3 |
3.67 |
ip3 |
Peran dari
masing-masing aktor/komponen
pelaksana terkait program
kartu observasi telah dilaksanakan dengan baik |
2 |
2 |
29 |
52 |
10 |
3.69 |
ip4 |
Monitoring pelaksanaan program kartu observasi telah dilakukan dengan baik (terukur, teratur, terjadwal dan konsisten) |
2 |
8 |
19 |
60 |
6 |
3.63 |
ip5 |
Kriteria penilaian keberhasilan pelaksanaan program kartu observasi telah disiapkan, jelas, dan diterapkan dengan baik |
2 |
2 |
28 |
48 |
15 |
3.76 |
Sumber : Data Primer Diolah
(2022)
Hasil deskriptif
variable implementasi kartu
observasi pada pekerja PT Indospec Asia diperoleh bahwa item paling
rendah yaitu item ke 4 dengan rata-rata 3,63, walaupun item ini lebih rendah
dari item lainnya namun nilai
rata-ratanya cukup tinggi sehingga dapat mengartikan bahwa monitoring pelaksanaan
program kartu observasi telah dilakukan dengan baik (terukur,
teratur, terjadwal dan konsisten). Item rata-rata paling tinggi yaitu item ke 1 dengan
rata-rata 3,78 yang mengartikan bahwa organisasi unit pelaksana program kartu
observasi telah disiapkan dengan baik.
1.
Uji Beda Implementasi Kartu Observasi Pada Pekerja Kantor dan
Lapangan
Uji beda yang digunakan untuk mengetahui apakah implementasi kartu
obervasi di PT Indospec Asia untuk pekerja lapangan lebih bagus dibandingkan
pekerja kantor. Metode yang digunakan yaitu Mann Whitney. Hal
ini dikarenakan data pada
variable independen merupakan
rasio (numerik) dan data implementasi kartu observasi adalah jenis data rasio (numerik) dan data penelitian ini tidak berdistribusi
normal. Terdapat perbedaan
yang signifikan jika nilai signifikansi dibawah 0,05. Selain uji beda, dilakukan pula uji korelasi pada kedua variable ini. Uji korelasi antara bagian kerja dengan
implementasi kartu observasi menggunakan metode korelasi Kendall’s Tau b.
Hal ini karenakan data pada
bagian kerja merupakan ordinal dan data implementasi
kartu observasi adalah jenis data rasio (numerik). Terdapat korelasi yang signifikan jika nilai signifikansi dibawah 0,05.
Tabel 11
Korelasi Variabel Independen Dengan Implementasi Kartu
Observasi
Bagian |
Rata-Rata |
Korelasi |
Z statistic |
Signifikansi |
Keterangan |
Kantor
(n=46) |
3.45 |
0.498 (sig=0.000) |
-5.452 |
0.000 |
Ada Beda |
Lapangan (n=49) |
3.94 |
Sumber : Data Primer Diolah (2022)
Terdapat perbedaan
implementasi kartu observasi antara pekerja kantor dan pekerja lapangan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai rata-rata
diperoleh implementasi kartu observasi pada pekerja lapangan lebih tinggi dibandingkan
dengan pekerja kantor. Secara ideal, nilai rata-rata akan bernilai 1 hingga 5 dimana semakin mendekati 5 akan semakin baik. Selisih
rata-rata antara pekerja kantor dan pekerja lapangan dinilai signifikan sehingga terdapat perbedaan implementasi kartu observasi antara pekerja kantor dan pekerja lapangan atau dapat dikatakan
implementasi kartu observasi antara pekerja kantor dan pekerja lapangan adalah berbeda. Hasil korelasi diperoleh bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara bagian kerja
dengan implementasi kartu observasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05. Hasil ini mengartikan bahwa antara pekerja lapangan dan kantor menentukan implementasi kartu observasi.
2.
Uji Korelasi Variabel Independen dengan Implementasi Kartu Observasi
Uji
korelasi antara karakteristik responden dengan implementasi kartu observasi menggunakan metode korelasi spearman. Hal ini dikarenakan data pada variable independen
merupakan rasio (numerik) dan data implementasi kartu observasi adalah jenis data rasio (numerik) namun data penelitian ini tidak berdistribusi
normal sehingga uji korelasi
yang digunakan adalah korelasi spearman. Terdapat korelasi yang signifikan jika nilai signifikansi
dibawah 0,05.
Tabel 12
Korelasi Variabel Independen Dengan Implementasi Kartu
Observasi
Variabel |
Koefisien Korelasi |
Signifikansi |
Keterangan |
Budaya & Perilaku |
0.537 |
0.000 |
Ada Korelasi |
Kondisi Pekerjaan |
0.444 |
0.000 |
Ada Korelasi |
Sumber Daya |
0.432 |
0.000 |
Ada Korelasi |
Komunikasi |
0.527 |
0.000 |
Ada Korelasi |
Pelatihan |
0.575 |
0.000 |
Ada Korelasi |
Sumber : Data Primer Diolah
(2022)
Hasil perhitungan adanya pengaruh antar variable independen diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya dan perilaku dengan implementasi kartu observasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05. Hasil ini mengartikan bahwa budaya dan perilaku menentukan bagaimana implementasi kartu observasi. Nilai koefisien korelasi yaitu 0,537 yang menunjukkan adanya pengaruh positif, artinya semakin baik budaya dan perilaku pekerja, maka implementasi kartu observasi semakin juga baik. Hasil korelasi diperoleh bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kondisi pekerjaan dengan implementasi kartu observasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05. Hasil ini mengartikan
bahwa kondisi pekerjaan menentukan bagaimana implementasi kartu observasi. Nilai koefisien korelasi yaitu 0,444 yang menunjukkan adanya korelasi positif, artinya semakin baik kondisi
pekerjaan pekerja, maka implementasi kartu observasi semakin baik.
Hasil korelasi diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sumber daya dengan
implementasi kartu observasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05. Hasil ini mengartikan
bahwa sumber daya menentukan bagaimana implementasi kartu observasi. Nilai koefisien korelasi yaitu 0,432 yang menunjukkan adanya korelasi positif, artinya semakin baik sumber
daya pekerja, maka implementasi kartu observasi semakin baik.
Hasil korelasi diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi dengan implementasi kartu observasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05. Hasil ini mengartikan
bahwa komunikasi menentukan bagaimana implementasi kartu observasi. Nilai koefisien korelasi yaitu 0,527 yang menunjukkan adanya korelasi positif atau dapat dikatakan
berpengaruh, artinya semakin baik komunikasi
pekerja, maka implementasi kartu observasi semakin baik.
Hasil korelasi diperoleh bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pelatihan dengan implementasi kartu observasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05. Hasil ini mengartikan
bahwa pelatihan menentukan bagaimana implementasi kartu observasi. Nilai koefisien korelasi yaitu 0,575 yang menunjukkan adanya korelasi positif, artinya berpengaruh besar adanya program pelatihan, yakni semakin baik pelatihan
pekerja, maka implementasi kartu observasi semakin baik.
Berdasarkan perolehan data yang ada diketahui bahwa
implementasi kartu observasi pada tahun 2022 sudah semakin baik.
Hal ini diketahui dari hubungan setiap
variable yang saling mendukung
baik dari pekerja kantor dan pekerja lapangan. Implementasi dalam menggunakan kartu obervasi dari hasil
kuesioner yang mendukung bahwa BBS dengan menggunakan kartu observasi menjadi proritas yang utama terutama bagi pekerja
lapangan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja..
Hasil
implementasi BBS jika dilihat dari data kuesioner yang diperoleh dari responden PT Indospec Asia bahwa setiap responden yang bekerja di dalam perusahaan memahami apa yang menjadi tugasnya, dan memperhatikan keselamatan dalam bekerja (Suardi, 2005; Saodah et al., 2014).
Keselamatan bekerja menjadi penting sebagai upaya penangan
atau adanya penurunan produktivitas karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Dengan data yang ada menunjukkan ada perbedaan implementasi dari penggunaaan kartu observasi baik pada karyawan yang bekerja di kantor, maupun karyawan yang bekerja di lapangan. Jika dilihat pada hasil atau data yang diperoleh bahwa nilai-rata-rata dari penggunaan kartu observasi karyawan lapangan lebih tinggi di bandingkan karyawan yang ada di kantor. Hal ini disebabkan pekerja lapangan lebih banyak terlibat langsung dengan resiko-resiko yang akan muncul jika melewatkan
kartu observasi salah satunya adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Perbedaan implementasi kartu observasi antara pekerja kantor dan pekerja lapangan, berdasarkan nilai rata-rata diperoleh implementasi kartu observasi pada pekerja lapangan lebih tinggi dibandingkan
dengan pekerja kantor. Hal ini membuktikan teori Katz (Notoatmodjo, 2012) tentang perilaku,
asumsinya dimana salah satunya menyebutkan bahwa “perilaku berfungsi sebagai penerimaaan objek, dalam perannya seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya”. Lokasi pekerja lapangan PT Indospec Asia mayoritas berada di minyak dan gas bumi yang memiliki commitment keselamatan
yang tinggi termasuk pengisian kartu observasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pada masa
pandemic terjadi penurun dalam pengisian kartu dan tender yang diperoleh menjadikan PT Indospec Asia perlu meningkatkan kinerja dalam pola
implementasi dari BBS yang
juga menjadi bagian dari kegagalan tender yang diperoleh. Berdasarakan hasil penelitian ini, dapat ditarik
garis besar bahwa klien dalam memberikan
tender kepada perusahaan tetap mengedepan aspek terutama dalam keselamatan kerja yang dilakukan oleh perusahaan calon pemenang tender.
Karakteristik
responden berdasarkan tingkatan pendidikan dari sarjana atau
lebih, Diploma, dan SLTA memiliki
pengaruh yang cukup signifikan. Responden dengan pendidikan yang lebih tinggi, memberikan
persepsi yang lebih positif terhadap implementasi kartu observasi. Hal ini disebabkan responden yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, cenderung
memiliki pemikiran yang lebih cermat, dan kritis dalam implementasi
kartu observasi, serta memahami pentingnya penggunaan kartu observasi dalam safety.
Hasil dari kompetensi pekerja diketahui bahwa karyawan yang berpengalaman dan memiliki kompetensi masih terbatas. Sehingga kinerja dari safety atau safety officer sering dirangkap
oleh supervisor. Pendidikan meski tidak
menjamin dalam peningkatan kompetensi tapi turut andil
dalam mengelola dan menyikapi setiap pola kerja yang diberikan oleh manajemen sebagai satu keharusan
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan revenue perusahaan.
Hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif terhadap implementasi penggunaan kartu observasi. Faktor-faktor budaya dan perilaku, kondisi pekerjaan, sumber daya, komunikasi,
dan pelatihan berhubungan secara signifikan dan positif terhadap implementasi kartu observasi di PT Indospec Asia. Berdasarkan hasil korelasi diperoleh bahwa koefisien korelasi faktor komunikasi dan pelatihan memiliki koefisien korelasi paling tinggi, sehingga kedua faktor tersebut merupakan faktor utama yang menentukan implementasi kartu observasi di PT Indospec Asia.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Atkinson, (2006) yaitu: implementasi
terhadap suatu program dapat mengalami kegagalan yang dipengaruhi oleh komitmen pemangku kepentingan, pengabdian dari puncak manajemen,
tugas pokok yang tidak jelas, kemampuan
komunikasi tidak efektif, gagal dalam menganalisis kemajuan, ketidak sabaran terhadap reward dan punishment (Saodah et al.,
2014).
Suatu organisasi dapat menjadi kuat
atau lemah tergantung pada kemampuan dalm mengelola manajemen, sistem organisasi dan sumberdaya yang tidak memadai, ketidakpedulian, tidak ada koordinasi, dan tidak ada pembagian
tugas yang jelas sebagai bentuk tanggung jawab, serta faktor-faktor lingkungan yang tidak memadai.
Hasil
implementasi kartu observasi di PT Indospec Asia memberikan respon positif (setuju dan sangat setuju) bahwa penggunaan
kartu sudah sangat memadai. Data indikator yang diuji pada kuesioner yang positif dalam menanggapi
pengorganisasian, koordinasi,
pelaksanaan, pemantauan hingga proses evaluasi sudah terstruktur dengan baik. Hasil tersebut memberikan makna bahwa mayoritas
responden yang mengisi kuesioner menyetujui adanya penggunaan kartu observasi, terutama pekerja yang ada di lapangan. Hal ini dikaitkan dengan
pekerja lapangan yang memahami betul apa yang menjadi permasalahan dalam pekerjaan di lapangan. Bentuk persetujuan tersebut telah memadai dan memenuhi kriteria yang dirumuskan oleh (Maryono, 2010), yaitu:
1.
Setiap unit pelaksana di dalam kantor telah
disiapkan dengan baik;
2.
Pelaksana kebijakan telah memahami rencana, tujuan, dan sasaran dari kebijakan
yang dibangun;
3.
Setiap personil utama telah ditetapkan
dan siap menerima tanggung jawab pelaksana kebijakan tersebut;
4.
Koordinasi pelaksanaan telah dilakukan dnegan baik;
5.
Hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab telah diberikan
dan dipahami serta dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana kebijakan;
6.
Kriteria penilaian keberhasilan pelaksanaan kebijakan telah ada, jelas, dan diterapkan dengan baik.
Implementasi BBS dalam PT Indospec Asia secara umum berdasarkan
indikator dalam faktor –faktor
berjalannya BBS seperti budaya dan perilaku (X1), kondisi pekerjaan (X2), sumber daya (X3), komunikasi (X4), pelatihan (X5),
dan Implementasi kartu observasi (Y) dapat dinyatakan sudah tinggi untuk masing-masing komponen. Untuk indikator secara umum faktor budaya
dan perilaku, komunikasi,
dan pelatihan berhubungan erat dengan pola
manajemen dalam menjalankan komitmen. Segi komitmen dari
PT Indospec Asia memenuhi komitmen dan keinginan dari pekerja baik
dari segi reward maupun punistme. Hasil penelitian ini menjadi bahan dasar
dalam menentukan kebijakan baru sebagai upaya peningkatan
kepercayaan klien terhadap PT Indospec Asia sebagai perusahaan Minyak dan Gas yang sangat mementingkan
aspek keselamatan terhadap pekerjanya. Dengan hasil kajian
dan penelitian ini, dapat menjadi pedoman
arah kebijakan sesuai alur dan pola BBS yang minimal harus dipenuhi sebuah perusahaan Minyak dan Gas.
Setiap
indikator dalam penerapan BBS di PT Indospec Asia
sudah berjalan positif sesuai kaidah safety berdasarkan hasil respon dan data yang di dapat selama kegaitan penelitian. Namun salah satu indikator yang ada dapat ditingkatkan
atau dapat menjadi prioritas ditingkatkan supaya setiap komponen untuk menjalankan BBS di PT Indospec Asia dapat lebih kredibel lagi untuk menjalankan
setiap proyek. Dengan kredibilitas yang tinggi dari PT Indospec Asia mampu memacu revenue perusahaan sesuai dengan target yang diharapkan.
Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap implementasi Behavior Based Safety (BBS) melalui
kartu observasi di PT Indospec Asia, dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:
a.
Budaya dan perilaku di PT Indospec Asia sudah baik dan memadai,
b.
Kondisi pekerja di PT Indospec Asia sudah baik dan memadai,
c.
Sumber daya di PT Indospec Asia sudah baik dan memadai,
d.
Komunikasi di PT Indospec Asia sudah baik dan memadai,
e.
Pelatihan di PT Indospec Asia sudah baik dan memadai.
2.
Implementasi behavior based safety
(BBS) melalui kartu observasi di PT Indospec Asia
pada pekerja lapangan sudah tinggi dibandingkan
dengan pekerja administrasi di kantor.
3.
Faktor-faktor Budaya dan Perilaku, Kondisi Pekerjaan, Sumber Daya, Komunikasi dan pelatihan berpengaruh terhadap Implementasi behavior
based safety (BBS) melalui kartu
observasi di
PT Indospec Asia
BIBLIOGRAFI
Aaltonen, P., &
Ikävalko, H. (2002). Implementing strategies successfully. Integrated
Manufacturing Systems, 13(6), 415–418.
https://doi.org/10.1108/09576060210436669
Atkinson, H. (2006). Strategy Implementation: A Role for the
Balanced Scorecard. Management Decision, 1441–1460.
https://doi.org/10.1108/00251740610715740
Choudhry, R. M. (2012). Implementation of BBS and the impact
of site-level commitment. Journal of Professional Issues in Engineering
Education and Practice, 138(4), 296–304.
https://doi.org/10.1061/(ASCE)EI.1943-5541.0000111
Council, N. S. (2013). NSC Safety training catalog. Train.Nsc.Org/St2013.
Dorgan, M. (2013). UCC Library and UCC researchers have made
this item openly available . Please let us know how this has helped you .
Thanks ! Exploring the Needs for Social Inclusion in Rural Ireland : Ballinora
a Case Study Martin Dorgan M Soc Sc Social Policy National U.
Endroyo, B. (2010). Faktor-Faktor yang Berperan terhadap
Peningkatan Sikap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Para Pelaku Jasa
Konstruksi di Semarang. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, Nomor
2 Vo(1993), 111–120.
International Labour Organization (ILO). (2011). OSH
Management System: A tool for continual improvement. International Training
Centre of the ILO, Turin, 2, 1–30.
http://www.ilo.int/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/---safework/documents/publication/wcms_153930.pdf
Irawati, I., Karyatibrata, F., & Herdianti. (2020).
Analisis Penerapan Behavior Based Safety Sebagai Upaya Penurunan Unsafe Action.
Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), 4(02), 63–69.
https://doi.org/10.36352/jt-ibsi.v4i02.47
Maryono. (2010). Menakar Kebijakan RSBI: Analisis Kritis
Studi Implementasi. Magnum Pustaka.
Novianti, S., Lubis, H. S., & Tarigan, L. (2012).
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Dengan
Kejadian Kecelakaan Kerja Di Threat And Ship Operations-Facility Operations PT
Chevron Pacific Indonesia Duri. Jurnal Universitas Sumatera Utara, 1(13),
1–10.
Osman, R., Awang, N., & Yusof, S. A. H. S. H. N. M.
(2015). Level of awareness BBS in manufacturing industry towards reducing
workplace incidents. International Journal of Education and Research, 3(1),
77–88.
Rahmantya, K. F., Asianto, A. D., Wibowo, D., Wahyuni, T.,
& Somad, W. A. (2015). Kelautan dan Perikanan dalam Angka Tahun 2015 Marine
and Fisheries in Figure 2015. In R. ray Damayanti & M. Nirmalanti (Eds.), Pusat
Data, Statistik dan Informasi (Vol. 9, Issue 1).
Sahab, S. (1997). Teknik manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Bina Sumber Daya Manusia.
Saodah, S., Silaban, G., Lubis, A. M., Keselamatan, M. D.,
Kerja, K., Usu, F., & Keselamatan, D. D. (2014). Penerapan Program Behavior
Based Safety (BBS) dan Kecelakaan Kerja Di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2014. Departemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja FKM USU, 9.
Skowron-Grabowska, B., & Sobociński, M. D. (2018).
Behaviour Based Safety (BBS) - Advantages and Criticism. Production
Engineering Archives, 20(20), 12–15.
https://doi.org/10.30657/pea.2018.20.03
Suardi, R. (2005). Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Penerbit PPM.
Sucofindo. (1989). Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Bahan Peserta Pelatihan K3 (Keempat). PT. Sucofindo.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Hukum Kuantitative,
Kualitative, dan R&D. Alfabeta.
Tanuwijaya, E., & Tamtana, J. S. (2018). Analisis
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kontraktor Utama Dalam Pemilihan Subkontraktor
Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi. JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil, 1(2),
111. https://doi.org/10.24912/jmts.v1i2.2667
Tarwaka. (2015). Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Ergonomi
(K3E) Dalam Perspektif Bisnis. Harapan Press.
Tarwaka. (2016). Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta
Pencegahan Kecelakaan Di Tempat Kerja. Harapan Press.
Copyright holder: Widi Asrining Puri, Erislan, Sugiarto (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |