Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
10, Oktober 2022
HUBUNGAN
ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS PADA
WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN ILIR BARAT I PALEMBANG
Gabriela
Miracle1, Christian Wijaya2
1Program Studi Sarjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta
2Bagian Obstetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Jakarta
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Kanker serviks
adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) akibat pertumbuhan jaringan epitel serviks yang tidak normal. Dalam beberapa tahun terakhir kanker serviks masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di
dunia, termasuk di Inonesia.
Di mana diperoleh kanker serviks menempati urutan kedua setelah
kanker payudara di
Indonesia, dengan angka insiden kasus baru
menurut data GLOBOCAN, 2020 sebesar
36.633 kasus (17,2%) dan dengan
angka kematian sebesar 21.003. Kasus kanker serviks yang masih cukup banyak
tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
tingkat pendidikan masyarakat yang rendah sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan terkait kanker serviks. Penelitian observasional dengan desain potong lintang
ini dilakukan dengan menggunakan rumus analitik katagorik tidak berpasangan dan didapatkan 200
orang subyek penelitian dengan cara simple random
sampling. Data yang dikumpulkan yaitu identitas responden beserta jawaban kuesioner yang diberikan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden penelitian mengenai kanker serviks secara umum (definisi,
faktor risiko, pencegahan, gejala, dan sebagainya). Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil yang didapatkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur
(p = 0,0001), wanita usia subur dengan tingkat
pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD, SMP). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur di Kecamatan
Ilir Barat I Palembang.
Kata Kunci:
tingkat pendidikan, pengetahuan tentang kanker serviks, wanita usia subur.
Abstract
Cervical cancer is a form of
malignancy that occurs in the cervix due to the growth of abnormal cervical
epithelial tissue. In recent years cervical cancer is still one of the
significant health problems in the world, including in Indonesia. Where cervical
cancer was obtained second place after breast cancer in Indonesia, with a new
case incidence according to Globocan data, 2020 of
36,633 cases (17.2%) and with a mortality rate of 21,003. Cases of cervical
cancer that are still quite a lot are certainly influenced by several things
such as low level of education, causing lack of knowledge and information
obtained related to cervical cancer. This observational study with a
cross-sectional design was conducted using an unpaired categorical analytical
formula and 200 subjects were obtained using simple random sampling. Data include subject identity
and knowledge of respondents about cervical cancer in general (definitions,
risk factors, prevention, symptoms, etc.). Data were analyzed by Chi-Square. The results there is a
relationship between education level and knowledge about cervical cancer in
women of childbearing age (p = 0,0001), women of childbearing age with higher
education levels (senior high school, college) have better knowledge than those
who have low education levels (elementary school, junior high school). The
conclusion of this study is that there is a relationship between education
level and knowledge about cervical cancer in women of childbearing age in Ilir Barat District I Palembang.
Keywords: Level
of education, knowledge about cervical cancer, women of childbearing age
Pendahuluan
Kanker serviks
adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) akibat pertumbuhan jaringan epitel serviks yang tidak normal.1
Kanker leher rahim merupakan kanker paling umum keempat pada wanita. Diperoleh data tahun 2018, diperkirakan wanita di dunia yang
terdiagnosis kanker serviks sebanyak 570.000 wanita dan 311.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut.2 Kanker
serviks menempati urutan kedua setelah
kanker payudara di
Indonesia, dengan angka insiden kasus baru
menurut data GLOBOCAN, 2020 sebesar
36.633 kasus (17,2%) dan dengan
angka kematian sebesar 21.003.3 Kanker
serviks dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, seperti infeksi
dari Human papillomavirus (faktor
risiko utama terjadinya kanker serviks), riwayat seksual, merokok, mempunyai sistem imun yang rendah, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, dan sebagainya.4
Faktor risiko
utama terjadinya kanker serviks yaitu infeksi dari
Human papillomavirus (HPV).4 HPV dapat diklasifikasikan menjadi Low
Risk-HPV (LR-HPV), potential High Risk-HPV (pHR-HPV),
dan High Risk-HPV (HR-HPV).5 HPV tipe 16
dan 18 merupakan HPV tipe risiko tinggi yang menyebabkan kanker serviks lebih dari
75 persen kasus. Sebelum berkembang menjadi suatu keganasan,
infeksi HPV pada beberapa
orang tertentu sudah dapat dieliminasi oleh sistem kekebalan tubuh. Namun, dalam
kondisi tertentu, HPV dapat menghindar dari sistem kekebalan
host dan berkembang menjadi
kanker. Kanker serviks tidak terjadi
secara langsung karena dari awal
infeksi hingga berkembang menjadi kanker invasif membutuhkan waktu sekitar 5-10 tahun.1
Kanker serviks
sering terdapat pada wanita antara usia
14-44 tahun6 yang termasuk dalam usia subur.
Di mana wanita usia subur menurut WHO yaitu wanita yang masih dalam usia
reproduktif (15-49 tahun).7
Sebuah jurnal penelitian yang dilakukan pada wanita usia subur
di Puskesmas Kambesko Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu tahun
2018 menyimpulkan bahwa secara umum gambaran
pengetahuan wanita usia subur tentang
kanker serviks mayoritas baik sebanyak 82 orang (82%).8 Lalu suatu penelitian yang dilakukan di kota Hossana, Ethiopia terhadap 583 responden menunjukkan bahwa 46,3% responden memiliki pengetahuan komprehensif yang buruk mengenai kanker serviks, 34,8% memiliki sikap negatif terhadap
variabel. Responden tidak pernah mendapat
informasi mengenai kanker serviks dan cara pencegahannya, juga tidak aktif mencari
informasi kesehatan tentang kanker serviks.9
Sedangkan, pada sebuah penelitian yang dilakukan pada ibu di wilayah
Jakarta Timur pada tahun 2019, didapatkan
bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang
kanker serviks yaitu sebanyak 78 orang (75,7%)
dan yang memiliki pengetahuan
yang cukup sebanyak 25
orang (24,3%) yang dikaitkan dengan
tingkat pendidikan responden tersebut, ditunjang juga dari nilai p-value = 0.000 yang lebih
kecil dari 0.05 sehingga membuktikan pada penelitian tersebut bahwa tingkat pendidikan
ada hubungannya dengan pengetahuan tentang kanker serviks. Pada penelitian tersebut juga terdapat berbagai faktor lain yang diujikan kepada pengetahuan mengenai kanker serviks (seperti usia, status pernikahan, suku, pekerjaan), namun hasil yang didapatkan bahwa tidak adanya
hubungan baik usia (p = 0.325), pekerjaan (p =
0.909), suku (p = 0.324), pernikahan
(p = 0.867), dan faktor lain terhadap
pengetahuan mengenai kanker leher rahim
karena didapatkan nilai p yang lebih besar dari 0.05.10 Hal
ini membuktikan kalau tingkat pendidikan
sangat berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang dibandingkan dengan faktor lainnya ditunjang juga bahwa kapasitas intelektual, kapasitas untuk memahami dan berpikir kritis seseorang ditentukan dari tingkat pendidikan nya untuk mengolah
suatu informasi. Hal ini juga didukung dari penelitian di Yogyakarta terhadap wanita usia subur tahun
2012, diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan
akan berpengaruh pada keikutsertaan pap test yang menjadi
indikator deteksi dini kanker leher
rahim (nilai signifikan 0.010).11
Dan dari beberapa data yang didapatkan, karena tidak semua wanita
terutama wanita usia subur mendapat
pengetahuan maupun informasi mengenai kanker serviks baik berupa bagaimana
pencegahannya, apa yang menyebabkan terjadinya kanker serviks, dan bagaimana tatalaksana yang sebaiknya dilakukan yang menjadi indikator kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks. Serta masih ada beberapa orang yang mempunyai sikap negatif untuk melaksanakan
deteksi dini kanker serviks.1
Berdasarkan beberapa
penelitian di atas, menjadi alasan bagi peneliti untuk
menilai hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur
di Kecamatan Ilir Barat I,
Kota Palembang dengan menyediakan
kuesioner berisi pertanyaan yang dijawab oleh responden.
Metode Penelitian
Penelitian analitik
observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan
pada Januari – Maret 2022 menggunakan 200 subjek penelitian yaitu wanita usia subur
(15–49 tahun) di Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan mengambil data dari kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dengan menggunakan uji statistic chi-square.
Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik responden
Dari hasil penelitian didapatkan dari 200 responden wanita usia subur di Kecamatan
Ilir Barat I Palembang, paling banyak
pada rentang usia 21-30 tahun yaitu 62 orang (31%), diikuti responden dengan rentang usia 31-40 tahun berjumlah 53 orang (26,5%), rentang
usia 41-49 tahun sebanyak 45 orang (22,5%), dan yang paling sedikit responden pada rentang usia 15-20 tahun sebanyak 40 orang (20%) (Tabel 1).
Berdasarkan tingkat
pendidikan bahwa semua responden tidak ada yang tidak bersekolah, dan berdasarkan data pendidikan terakhir yang diperoleh yang terbanyak yaitu SMA, 97 orang (48,5%), kemudian diikuti perguruan tinggi, 49 orang (24,5%), SMP sebanyak
39 orang (19,5%), dan 15 orang (7,5%) yang memiliki tingkat pendidikan SD (Tabel 2).
Pada pekerjaan responden beragam, untuk yang paling banyak yaitu ibu
rumah tangga (90 orang, dengan persentase 45%), dan sisanya ada yang sebagai jurnalis (1 orang, persentase 0,5%), pelajar (20
orang, persentase 10%), wiraswasta
(17 orang, persentase 8,5%), guru (4 orang, persentase 2%), dan sebagainya. Namun, ada juga subyek penelitian yang belum bekerja sebanyak
8 orang (4%) (Tabel 3). Lalu untuk
status pernikahan pada subyek
penelitian diperoleh lebih banyak yang sudah menikah, 125 orang (62,5%) dibandingkan dengan yang belum menikah yaitu sebanyak
75 orang (37,5%) (Tabel 4).
Tabel 1
Sebaran Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
N |
Persentase (%) |
|
15-20 tahun |
40 |
20 |
21-30 tahun |
62 |
31 |
31-40 tahun |
53 |
26,5 |
41-49 tahun |
45 |
22,5 |
Total |
200 |
100,0 |
Tabel 2
Sebaran Frekuensi Karakteristik
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan |
N |
Persentase (%) |
SD |
15 |
7,5 |
SMP |
39 |
19,5 |
SMA |
97 |
48,5 |
Perguruan
Tinggi |
49 |
24,5 |
Total |
200 |
100,0 |
Sebaran Frekuensi Karakteristik
Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan |
N |
Persentase (%) |
Admin |
4 |
2 |
Belum kerja |
8 |
4 |
Bidan |
1 |
0,5 |
Dokter |
2 |
1 |
Fashion stylist |
1 |
0,5 |
Freelancer |
1 |
0,5 |
|
|
|
Guru |
4 |
2 |
Ibu RT |
1 |
0,5 |
IRT |
90 |
45 |
Jurnalis |
1 |
0,5 |
Karyawan |
25 |
12,5 |
Mahasiswi |
12 |
6 |
Pegawai honorer |
2 |
1 |
Pelajar |
20 |
10 |
Pembantu rumah tangga |
3 |
1,5 |
PNS |
7 |
3,5 |
PT Permodalan
Nasional Madani |
1 |
0,5 |
Wiraswasta |
17 |
8,5 |
Total |
200 |
100,0 |
Tabel 4
Sebaran Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Status Pernikahan
Status
Pernikahan |
N |
Persentase (%) |
Belum menikah |
75 |
37,5 |
Menikah |
125 |
62,5 |
Total |
200 |
100,0 |
Hubungan antara
tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks
Pada penelitian mengenai pengetahuan tentang kanker serviks didapatkan hasil baik sebanyak 116 orang (58%) sedangkan yang kurang sebanyak 84 orang (42%) (Tabel
5). Dari hasil analisis statistik, diketahui terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden yang dikelompokkan menjadi tingkat pendidikan rendah (SD, SMP) dan pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) terhadap pengetahuan tentang kanker serviks. Responden dengan tingkat pendidikan rendah hanya 18 orang (33,3%) yang memiliki
pengetahuan baik tentang kanker serviks, sedangkan 36 orang
(66,7%) responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki pengetahuan kurang tentang kanker serviks. Selanjutnya responden dengan tingkat pendidikan tinggi terdapat 98 orang (58%) memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker
serviks, dan hanya 48 orang
(32,9%) memiliki pengetahuan
yang kurang tentang kanker serviks.
Prevalence
ratio
yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu 2,028. Berdasarkan interpretasi dari hasil yang didapatkan, prevalence ratio menunjukkan
bahwa prevalensi tingkat pendidikan rendah 2,028 kali lebih berisiko memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh
nilai Sig. 2-tailed adalah
0,0001 (p-value < 0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur berdasarkan
tingkat pendidikannya (Tabel 6). Hal tersebut berarti wanita usia subur dengan
tingkat pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
dengan yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD, SMP).
Distribusi Tingkat Pengetahuan
Wanita Usia Subur tentang Kanker Serviks
Tingkat
Pengetahuan |
N |
Persentase (%) |
Kurang |
84 |
42 |
Baik |
116 |
58 |
Total |
200 |
100,0 |
Hubungan antara Tingkat
Pendidikan terhadap Pengetahuan
Kanker Serviks
Tingkat
Pendidikan |
Pengetahuan Kanker Serviks |
Nilai
p |
RP |
|||
Kurang |
Baik |
|||||
N |
% |
N |
% |
|||
Pendidikan
Rendah (SD, SMP) |
36 |
66,7 |
18 |
33,3 |
0,0001* |
2,028 |
Pendidikan
Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) |
48 |
32,9 |
98 |
58,0 |
*Chi-Square
RP
= Rasio Prevalens
Pembahasan
Karakteristik responden
Dari data di
atas mengenai usia responden didapatkan bervariasi dari rentang usia
15-49 tahun. Jumlah responden mayoritas pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebesar
21,4%, sedangkan jumlah responden yang paling sedikit terdapat pada kelompok usia 15-20 tahun dengan persentase 20%. Dilihat dari tingkat
pendidikan diperoleh bahwa subyek penelitian
terbanyak berada pada tingkat pendidikan SMA dengan persentase 48,5%. Dan tingkat pendidikan yang paling sedikit dari responden
penelitian ini yaitu SD sebesar 7,5%. Untuk status pernikahan pada subyek penelitian ini, didapatkan kebanyakan sudah menikah dengan persentase 62,5% dan sisanya
(37,5%) belum menikah.
Pada responden penelitian, bahwa pekerjaan yang dimiliki responden yang paling sedikit adalah pada profesi bidan, fashion stylist,
freelancer, ibu RT, dan jurnalis,
dengan persentase semuanya yaitu 0,5%. Dan yang terbanyak didapatkan pada responden penelitian ini yaitu sebagai
ibu rumah tangga dengan persentase
90%. Pekerjaan responden akan berpengaruh terhadap pengetahuan mereka mengenai kanker serviks. Menurut Notoadmojo (2005) perkejaan juga berpengaruh terhadap pengetahuan. Pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks kemungkinan disebabkan oleh informasi yang tidak merata tentang
kanker serviks, karena hampir sebagaian
besar waktu keseharian responden dihabiskan untuk bekerja, sehingga kemungkinan besar responden tidak menerima informasi tentang kanker serviks, namun apabila pekerjaan responden dibidang kesehatan seperti dokter atau bidan
kemungkinan akan mendapatkan pengetahuan yang baik mengenai kanker
serviks. Hal ini didukung dari penelitian
Masrusoh dan Cahyaningrum
(2018) di mana terdapat hubungan
pekerjaan dengan pengetahuan wanita usia subur tentang
deteksi dini kanker serviks yang termasuk pada pengetahuan mengenai kanker serviks.13
Namun tidak sejalan dengan penelitian Hartati dan Winarti (2019) karena dari hasil penelitian
tersebut pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan tentang kanker serviks.10
Hubungan antara
tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks
Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan bahwa 66,7% responden yang berpendidikan rendah (SD, SMP) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kanker serviks, sedangkan 33,3% responden dengan tingkat pendidikan rendah (SD, SMP) memiliki pengetahuan yang baik mengenai kanker
serviks. Untuk responden dengan pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi), diperoleh sebanyak 32,9% memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dan 58% responden memiliki pengetahuan baik mengenai kanker
serviks. Kemudian diperoleh adanya hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks yang ditunjang dari nilai p-value <
0,05, serta diperoleh bahwa responden dengan tingkat pendidikan rendah lebih berisiko memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yang ditunjang dari hasil prevalence ratio.
Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani Hartati dan Retno Winarti pada tahun 2019 di wilayah Jakarta Timur menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang kanker serviks, dilihat dari nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari
0.05.10 Kemudian, penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Pristihana Putro Wicaksono pada tahun 2013 di Desa Kauman Kecamatan
Tangen, di mana semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin baik
juga pengetahuannya (didapatkan
responden pada tingkat pendidikan tinggi atau sarjana sebanyak
71,4% memiliki pengetahuan
yang baik).14 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwin Syahputra tahun 2016 di Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru,
di mana mayoritas dari responden memiliki pengetahuan kanker serviks yang kurang yaitu sebanyak 78,1%, dengan mayoritas responden pada penelitian tersebut adalah pada tingkat pendidikan rendah (SD,SMP) sebanyak 28 orang
(87,5%) dan sisanya 4 orang dengan
tingkat pendidikan tinggi (12,5%).15
Hal ini ditunjang karena
untuk mendorong seseorang agar mau peduli serta mau
termotivasi dalam meningkatkan derajat kesehatan dirinya diperlukan faktor penting yaitu pendidikan.
Pendidikan menjadikan seseorang
untuk memiliki pola fikir dan pengetahuan yang baik terhadap suatu hal. Sehingga dengan
adanya pendidikan yang tinggi, otomatis wawasan serta pola
pikir seseorang akan makin luas,
serta informasi yang didapat akan lebih
banyak terutama dalam hal kesehatan
seperti kanker serviks yang akan menunjang mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik. Kemudian
orang yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi akan dituntut untuk
lebih berpikir kritis, sehingga masyarakat tersebut dapat mencari tahu
lebih informasi yang diperoleh (misalnya mengenai kanker serviks), maka pengetahuan mengenai kanker serviks yang didapat pun akan lebih baik serta
informasi yang didapat betul adanya, tidak
mudah percaya dengan informasi yang kurang benar karena
dituntut untuk berpikir secara kritis.
Kesimpulan
1.
Sebanyak 116 orang (58%) wanita usia subur
memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker
serviks, sedangkan 84 orang
(42%) memiliki pengetahuan
yang kurang.
2.
Tingkat
pendidikan wanita usia subur di Kecamatan
Ilir Barat I, Kota Palembang mayoritas
SMA sebanyak 97 orang (48,5%), dilanjutkan
dengan Perguruan Tinggi
(24,5%), SMP (19,5%), SD (7,5%).
3.
Terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur
di Kecamatan Ilir Barat I,
Kota Palembang (p=0,0001) dan wanita usia subur yang tingkat pendidikannya rendah 2,028 kali lebih berisiko memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks.
BIBLIOGRAFI
Rosa PE, Andi Y. Patogenesis
human papillomavirus (hpv) pada kanker
serviks. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2019
(cited 2021 Jul 19);8(1): Available from: https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/2580/1309.
World Health Organization (WHO). Global strategy to
accelerate the elimination of cervical cancer as a public health problem.
Geneva: World Health Organization; 2020.
World Health Organization (WHO). Globocan
2020: indonesia. (Updated 2021 march; cited 2021 Jul
15). Available from: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf.
American Cancer Society. Cervical cancer causes, risk
factors, and prevention. (Updated 2020 Jan 3; cited 2021 Jul 15). Available
from: https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/causes-risks-prevention/risk-factors.html.
Munoz N, Bosch FX, de Sanjose S, Herrero R, Castellsague
X, Shah KV, et al. Epidemiologic classification of human papillomavirus types
associated with cervical cancer. N Engl J Med. 2003
(cited 2021 Jul 19);348(6): Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12571259/.
World Health Organization (WHO). Cervical cancer. (Updated
-; cited 2021 Jul 15). Available from: https://www.euro.who.int/en/health-topics/Life-stages/sexual-and-reproductive-health/areas-of-work/cervical-cancer.
World Health Organization (WHO). Maternal, newborn, child
and adolescent health and ageing. (Updated 2021; cited 2021 Jul 19). Available
from: https://www.who.int/data/maternal-newborn-child-adolescent-ageing/indicator-explorer-new/mca/women-of-reproductive-age-(15-49-years)-population-(thousands).
Rismawanti
V. Gambaran pengetahuan wanita
usia subur (wus) tentang bahaya
kanker serviks di puskeskmas kambesko. LPPM UMSB.
2020 (cited 2021 Jul 15);14(1): Available from: file:///C:/Users/ASUS%20X409FA/Downloads/2007-5418-1-PB.pdf.
Aweke YH, Ayanto SY, Ersado TL. Knowledge, attitude and practice for cervical
cancer prevention and control among women of childbearing age in hossana town, hadiya zone,
southern ethiopia: community-based cross-sectional
study. PLoS One. 2017 (cited 2021 Jul 15);12(7):
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5526548/.
Hartati S, Retno W. Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit kanker serviks di wilayah Jakarta
timur. 2019 (cited 2022 Mei 13). Available from: https://akper-manggala.e-journal.id/JIKA/article/download/43/43/132/.
Muliyani
Y, Isti H, Liberty B. Hubungan
tingkat pendidikan dengan keikutsertaan melakukan pemeriksaan pap smear
pada wanita usia subur di dusun barongan desa banyurejo
kecamatan tempel sleman Yogyakarta tahun 2012.
2012 (cited 2022 Mei 30): Available from: http://repository.unjaya.ac.id/1244/1/Yati%20Mulyani_1309148_nonfull.pdf.
Samrotun
S, Elisa U, Fitriani ND. Gambaran pengetahuan
dan sikap wanita usia subur mengenai
deteksi dini kanker leher rahim
dengan pap smear di kelurahan
mangunharjo kota semarang. Jurnal Kebidanan. 2014 (cited 2021 Jul 15);3(2): Available from: file:///C:/Users/ASUS%20X409FA/Downloads/1083-2276-1-SM.pdf.
Masruroh, Cahyaningrum. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan wus tentang deteksi dini kanker serviks
melalui iva di wikayah puskesmas bergas. Universitas Ngudi Waluyo. 2018 (cited 2022 Jul 7): Available from: http://journal.uwhs.ac.id/index.php/psnwh/article/view/267/248.
Putro PW.
Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pap smear di desa kauman kecamatan tangen kabupaten sragen. 2013 (cited
2022 Mei 13): Available from: http://eprints.ums.ac.id/25596/11/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdf.
Syahputra
E, Wiwit A, Suyanto. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap Tindakan wanita pekerja seksual tidak langsung
tentang pap smear dan iva sebagai deteksi dini kanker serviks
di hotspot x kecamatan paying sekaki
pekanbaru. 2016 (cited 2022 Mei 13);3(2): Available
from: https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/9761/9425.
Copyright holder: Gabriela
Miracle1, Christian Wijaya2 (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |