Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN ILIR BARAT I PALEMBANG

 

Gabriela Miracle1, Christian Wijaya2

1Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

2Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Kanker serviks adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) akibat pertumbuhan jaringan epitel serviks yang tidak normal. Dalam beberapa tahun terakhir kanker serviks masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Inonesia. Di mana diperoleh kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara di Indonesia, dengan angka insiden kasus baru menurut data GLOBOCAN, 2020 sebesar 36.633 kasus (17,2%) dan dengan angka kematian sebesar 21.003. Kasus kanker serviks yang masih cukup banyak tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tingkat pendidikan masyarakat yang rendah sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan terkait kanker serviks. Penelitian observasional dengan desain potong lintang ini dilakukan dengan menggunakan rumus analitik katagorik tidak berpasangan dan didapatkan 200 orang subyek penelitian dengan cara simple random sampling. Data yang dikumpulkan yaitu identitas responden beserta jawaban kuesioner yang diberikan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden penelitian mengenai kanker serviks secara umum (definisi, faktor risiko, pencegahan, gejala, dan sebagainya). Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur (p = 0,0001), wanita usia subur dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD, SMP). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur di Kecamatan Ilir Barat I Palembang.

 

Kata Kunci: tingkat pendidikan, pengetahuan tentang kanker serviks, wanita usia subur.

 

Abstract

Cervical cancer is a form of malignancy that occurs in the cervix due to the growth of abnormal cervical epithelial tissue. In recent years cervical cancer is still one of the significant health problems in the world, including in Indonesia. Where cervical cancer was obtained second place after breast cancer in Indonesia, with a new case incidence according to Globocan data, 2020 of 36,633 cases (17.2%) and with a mortality rate of 21,003. Cases of cervical cancer that are still quite a lot are certainly influenced by several things such as low level of education, causing lack of knowledge and information obtained related to cervical cancer. This observational study with a cross-sectional design was conducted using an unpaired categorical analytical formula and 200 subjects were obtained using simple random sampling. Data include subject identity and knowledge of respondents about cervical cancer in general (definitions, risk factors, prevention, symptoms, etc.). Data were analyzed by Chi-Square. The results there is a relationship between education level and knowledge about cervical cancer in women of childbearing age (p = 0,0001), women of childbearing age with higher education levels (senior high school, college) have better knowledge than those who have low education levels (elementary school, junior high school). The conclusion of this study is that there is a relationship between education level and knowledge about cervical cancer in women of childbearing age in Ilir Barat District I Palembang.

 

Keywords:  Level of education, knowledge about cervical cancer, women of childbearing age

 

Pendahuluan

Kanker serviks adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) akibat pertumbuhan jaringan epitel serviks yang tidak normal.1 Kanker leher rahim merupakan kanker paling umum keempat pada wanita. Diperoleh data tahun 2018, diperkirakan wanita di dunia yang terdiagnosis kanker serviks sebanyak 570.000 wanita dan 311.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut.2 Kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara di Indonesia, dengan angka insiden kasus baru menurut data GLOBOCAN, 2020 sebesar 36.633 kasus (17,2%) dan dengan angka kematian sebesar 21.003.3 Kanker serviks dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, seperti infeksi dari Human papillomavirus (faktor risiko utama terjadinya kanker serviks), riwayat seksual, merokok, mempunyai sistem imun yang rendah, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, dan sebagainya.4

Faktor risiko utama terjadinya kanker serviks yaitu infeksi dari Human papillomavirus (HPV).4 HPV dapat diklasifikasikan menjadi Low Risk-HPV (LR-HPV), potential High Risk-HPV (pHR-HPV), dan High Risk-HPV (HR-HPV).5 HPV tipe 16 dan 18 merupakan HPV tipe risiko tinggi yang menyebabkan kanker serviks lebih dari 75 persen kasus. Sebelum berkembang menjadi suatu keganasan, infeksi HPV pada beberapa orang tertentu sudah dapat dieliminasi oleh sistem kekebalan tubuh. Namun, dalam kondisi tertentu, HPV dapat menghindar dari sistem kekebalan host dan berkembang menjadi kanker. Kanker serviks tidak terjadi secara langsung karena dari awal infeksi hingga berkembang menjadi kanker invasif membutuhkan waktu sekitar 5-10 tahun.1

Kanker serviks sering terdapat pada wanita antara usia 14-44 tahun6 yang termasuk dalam usia subur. Di mana wanita usia subur menurut WHO yaitu wanita yang masih dalam usia reproduktif (15-49 tahun).7 Sebuah jurnal penelitian yang dilakukan pada wanita usia subur di Puskesmas Kambesko Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2018 menyimpulkan bahwa secara umum gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks mayoritas baik sebanyak 82 orang (82%).8 Lalu suatu penelitian yang dilakukan di kota Hossana, Ethiopia terhadap 583 responden menunjukkan bahwa 46,3% responden memiliki pengetahuan komprehensif yang buruk mengenai kanker serviks, 34,8% memiliki sikap negatif terhadap variabel. Responden tidak pernah mendapat informasi mengenai kanker serviks dan cara pencegahannya, juga tidak aktif mencari informasi kesehatan tentang kanker serviks.9 

Sedangkan, pada sebuah penelitian yang dilakukan pada ibu di wilayah Jakarta Timur pada tahun 2019, didapatkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang kanker serviks yaitu sebanyak 78 orang (75,7%) dan yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 25 orang (24,3%) yang dikaitkan dengan tingkat pendidikan responden tersebut, ditunjang juga dari nilai p-value = 0.000 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga membuktikan pada penelitian tersebut bahwa tingkat pendidikan ada hubungannya dengan pengetahuan tentang kanker serviks. Pada penelitian tersebut juga terdapat berbagai faktor lain yang diujikan kepada pengetahuan mengenai kanker serviks (seperti usia, status pernikahan, suku, pekerjaan), namun hasil yang didapatkan bahwa tidak adanya hubungan baik usia (p = 0.325), pekerjaan (p = 0.909), suku (p = 0.324), pernikahan (p = 0.867), dan faktor lain terhadap pengetahuan mengenai kanker leher rahim karena didapatkan nilai p yang lebih besar dari 0.05.10 Hal ini membuktikan kalau tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang dibandingkan dengan faktor lainnya ditunjang juga bahwa kapasitas intelektual, kapasitas untuk memahami dan berpikir kritis seseorang ditentukan dari tingkat pendidikan nya untuk mengolah suatu informasi. Hal ini juga didukung dari penelitian di Yogyakarta terhadap wanita usia subur tahun 2012, diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan akan berpengaruh pada keikutsertaan pap test yang menjadi indikator deteksi dini kanker leher rahim (nilai signifikan 0.010).11

Dan dari beberapa data yang didapatkan, karena tidak semua wanita terutama wanita usia subur mendapat pengetahuan maupun informasi mengenai kanker serviks baik berupa bagaimana pencegahannya, apa yang menyebabkan terjadinya kanker serviks, dan bagaimana tatalaksana yang sebaiknya dilakukan yang menjadi indikator kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks. Serta masih ada beberapa orang yang mempunyai sikap negatif untuk melaksanakan deteksi dini kanker serviks.1

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, menjadi alasan bagi peneliti untuk menilai hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur di Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang dengan menyediakan kuesioner berisi pertanyaan yang dijawab oleh responden.

 

Metode Penelitian

Penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan pada JanuariMaret 2022 menggunakan 200 subjek penelitian yaitu wanita usia subur (15–49 tahun) di Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dengan menggunakan uji statistic chi-square.

 

Hasil Dan Pembahasan

Karakteristik responden

Dari hasil penelitian didapatkan dari 200 responden wanita usia subur di Kecamatan Ilir Barat I Palembang, paling banyak pada rentang usia 21-30 tahun yaitu 62 orang (31%), diikuti responden dengan rentang usia 31-40 tahun berjumlah  53 orang (26,5%), rentang usia 41-49 tahun sebanyak 45 orang (22,5%), dan yang paling sedikit responden pada rentang usia 15-20 tahun sebanyak 40 orang (20%) (Tabel 1).

Berdasarkan tingkat pendidikan bahwa semua responden tidak ada yang tidak bersekolah, dan berdasarkan data pendidikan terakhir yang diperoleh yang terbanyak yaitu SMA, 97 orang (48,5%), kemudian diikuti perguruan tinggi, 49 orang (24,5%), SMP sebanyak 39 orang (19,5%), dan 15 orang (7,5%) yang memiliki tingkat pendidikan SD (Tabel 2).

Pada pekerjaan responden beragam, untuk yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga (90 orang, dengan persentase 45%), dan sisanya ada yang sebagai jurnalis (1 orang, persentase 0,5%), pelajar (20 orang, persentase 10%), wiraswasta (17 orang, persentase 8,5%), guru (4 orang, persentase 2%), dan sebagainya. Namun, ada juga subyek penelitian yang belum bekerja sebanyak 8 orang (4%) (Tabel 3). Lalu untuk status pernikahan pada subyek penelitian diperoleh lebih banyak yang sudah menikah, 125 orang (62,5%) dibandingkan dengan yang belum menikah yaitu sebanyak 75 orang (37,5%) (Tabel 4).

 

Tabel 1

 Sebaran Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia

N

Persentase (%)

15-20 tahun

40

20

21-30 tahun

62

31

31-40 tahun

53

26,5

41-49 tahun

45

22,5

Total

200

100,0

 

 

Tabel 2

Sebaran Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

N

Persentase (%)

SD

15

7,5

SMP

39

19,5

SMA

97

48,5

Perguruan Tinggi

49

24,5

Total

200

100,0

 

Tabel 1

Sebaran Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

N

Persentase (%)

Admin

4

2

Belum kerja

8

4

Bidan

1

0,5

Dokter

2

1

Fashion stylist

1

0,5

Freelancer

1

0,5

 

 

 

Guru

4

2

Ibu RT

1

0,5

IRT

90

45

Jurnalis

1

0,5

Karyawan

25

12,5

Mahasiswi

12

6

Pegawai honorer

2

1

Pelajar

20

10

Pembantu rumah tangga

3

1,5

PNS

7

3,5

PT Permodalan Nasional Madani

1

0,5

Wiraswasta

17

8,5

Total

200

100,0

 

Tabel 4

Sebaran Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan

N

Persentase (%)

Belum menikah

75

37,5

Menikah

125

62,5

Total

200

100,0

 

Hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks

Pada penelitian mengenai pengetahuan tentang kanker serviks didapatkan hasil baik sebanyak 116 orang (58%) sedangkan yang kurang sebanyak 84 orang (42%) (Tabel 5). Dari hasil analisis statistik, diketahui terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden yang dikelompokkan menjadi tingkat pendidikan rendah (SD, SMP) dan pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) terhadap pengetahuan tentang kanker serviks. Responden dengan tingkat pendidikan rendah hanya 18 orang (33,3%) yang memiliki pengetahuan baik tentang kanker serviks, sedangkan 36 orang (66,7%) responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki pengetahuan kurang tentang kanker serviks. Selanjutnya responden dengan tingkat pendidikan tinggi terdapat 98 orang (58%) memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker serviks, dan hanya 48 orang (32,9%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks.

Prevalence ratio yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu 2,028. Berdasarkan interpretasi dari hasil yang didapatkan, prevalence ratio menunjukkan bahwa prevalensi tingkat pendidikan rendah 2,028 kali lebih berisiko memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.

Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh nilai Sig. 2-tailed adalah 0,0001 (p-value < 0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur berdasarkan tingkat pendidikannya (Tabel 6). Hal tersebut berarti wanita usia subur dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD, SMP).

 

Tabel 5

Distribusi Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kanker Serviks

Tingkat Pengetahuan

N

Persentase (%)

Kurang

84

42

Baik

116

58

Total

200

100,0

 

Tabel 6

Hubungan antara Tingkat Pendidikan terhadap Pengetahuan Kanker Serviks

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan Kanker Serviks

Nilai p

RP

Kurang

Baik

N

%

N

%

Pendidikan Rendah (SD, SMP)

36

66,7

18

33,3

0,0001*

2,028

Pendidikan Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi)

48

32,9

98

58,0

*Chi-Square

RP = Rasio Prevalens

 

Pembahasan

Karakteristik responden

Dari data di atas mengenai usia responden didapatkan bervariasi dari rentang usia 15-49 tahun. Jumlah responden mayoritas pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebesar 21,4%, sedangkan jumlah responden yang paling sedikit terdapat pada kelompok usia 15-20 tahun dengan persentase 20%. Dilihat dari tingkat pendidikan diperoleh bahwa subyek penelitian terbanyak berada pada tingkat pendidikan SMA dengan persentase 48,5%. Dan tingkat pendidikan yang paling sedikit dari responden penelitian ini yaitu SD sebesar 7,5%. Untuk status pernikahan pada subyek penelitian ini, didapatkan kebanyakan sudah menikah dengan persentase 62,5% dan sisanya (37,5%) belum menikah.

Pada responden penelitian, bahwa pekerjaan yang dimiliki responden yang paling sedikit adalah pada profesi bidan, fashion stylist, freelancer, ibu RT, dan jurnalis, dengan persentase semuanya yaitu 0,5%. Dan yang terbanyak didapatkan pada responden penelitian ini yaitu sebagai ibu rumah tangga dengan persentase 90%. Pekerjaan responden akan berpengaruh terhadap pengetahuan mereka mengenai kanker serviks. Menurut Notoadmojo (2005) perkejaan juga berpengaruh terhadap pengetahuan. Pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks kemungkinan disebabkan oleh informasi yang tidak merata tentang kanker serviks, karena hampir sebagaian besar waktu keseharian responden dihabiskan untuk bekerja, sehingga kemungkinan besar responden tidak menerima informasi tentang kanker serviks, namun apabila pekerjaan responden dibidang kesehatan seperti dokter atau bidan kemungkinan akan mendapatkan pengetahuan yang baik mengenai kanker serviks. Hal ini didukung dari penelitian Masrusoh dan Cahyaningrum (2018) di mana terdapat hubungan pekerjaan dengan pengetahuan wanita usia subur tentang deteksi dini kanker serviks yang termasuk pada pengetahuan mengenai kanker serviks.13 Namun tidak sejalan dengan penelitian Hartati dan Winarti (2019) karena dari hasil penelitian tersebut pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan tentang kanker serviks.10

Hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa 66,7% responden yang berpendidikan rendah (SD, SMP) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kanker serviks, sedangkan 33,3% responden dengan tingkat pendidikan rendah (SD, SMP) memiliki pengetahuan yang baik mengenai kanker serviks. Untuk responden dengan pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi), diperoleh sebanyak 32,9% memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dan 58% responden memiliki pengetahuan baik mengenai kanker serviks. Kemudian diperoleh adanya hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks yang ditunjang dari nilai p-value < 0,05, serta diperoleh bahwa responden dengan tingkat pendidikan rendah lebih berisiko memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yang ditunjang dari hasil prevalence ratio.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani Hartati dan Retno Winarti pada tahun 2019 di wilayah Jakarta Timur menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang kanker serviks, dilihat dari nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari 0.05.10 Kemudian, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Pristihana Putro Wicaksono pada tahun 2013 di Desa Kauman Kecamatan Tangen, di mana semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin baik juga pengetahuannya (didapatkan responden pada tingkat pendidikan tinggi atau sarjana sebanyak 71,4% memiliki pengetahuan yang baik).14  Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwin Syahputra tahun 2016 di Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru, di mana mayoritas dari responden memiliki pengetahuan kanker serviks yang kurang yaitu sebanyak 78,1%, dengan mayoritas responden pada penelitian tersebut adalah pada tingkat pendidikan rendah (SD,SMP) sebanyak 28 orang (87,5%) dan sisanya 4 orang dengan tingkat pendidikan tinggi (12,5%).15

Hal ini ditunjang karena untuk mendorong seseorang agar mau peduli serta mau termotivasi dalam meningkatkan derajat kesehatan dirinya diperlukan faktor penting yaitu pendidikan. Pendidikan menjadikan seseorang untuk memiliki pola fikir dan pengetahuan yang baik terhadap suatu hal. Sehingga dengan adanya pendidikan yang tinggi, otomatis wawasan serta pola pikir seseorang akan makin luas, serta informasi yang didapat akan lebih banyak terutama dalam hal kesehatan seperti kanker serviks yang akan menunjang mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik. Kemudian orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan dituntut untuk lebih berpikir kritis, sehingga masyarakat tersebut dapat mencari tahu lebih informasi yang diperoleh (misalnya mengenai kanker serviks), maka pengetahuan mengenai kanker serviks yang didapat pun akan lebih baik serta informasi yang didapat betul adanya, tidak mudah percaya dengan informasi yang kurang benar karena dituntut untuk berpikir secara kritis.

 

Kesimpulan

1.   Sebanyak 116 orang (58%) wanita usia subur memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker serviks, sedangkan 84 orang (42%) memiliki pengetahuan yang kurang.

2.   Tingkat pendidikan wanita usia subur di Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang mayoritas SMA sebanyak 97 orang (48,5%), dilanjutkan dengan Perguruan Tinggi (24,5%), SMP (19,5%), SD (7,5%).

3.   Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan tentang kanker serviks pada wanita usia subur di Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang (p=0,0001) dan wanita usia subur yang tingkat pendidikannya rendah 2,028 kali lebih berisiko memiliki pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks.

 

 


 

BIBLIOGRAFI

 

Rosa PE, Andi Y. Patogenesis human papillomavirus (hpv) pada kanker serviks. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2019 (cited 2021 Jul 19);8(1): Available from: https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/2580/1309.

 

World Health Organization (WHO). Global strategy to accelerate the elimination of cervical cancer as a public health problem. Geneva: World Health Organization; 2020.

 

World Health Organization (WHO). Globocan 2020: indonesia. (Updated 2021 march; cited 2021 Jul 15). Available from: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf.

 

American Cancer Society. Cervical cancer causes, risk factors, and prevention. (Updated 2020 Jan 3; cited 2021 Jul 15). Available from: https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/causes-risks-prevention/risk-factors.html.

 

Munoz N, Bosch FX, de Sanjose S, Herrero R, Castellsague X, Shah KV, et al. Epidemiologic classification of human papillomavirus types associated with cervical cancer. N Engl J Med. 2003 (cited 2021 Jul 19);348(6): Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12571259/.

 

World Health Organization (WHO). Cervical cancer. (Updated -; cited 2021 Jul 15). Available from: https://www.euro.who.int/en/health-topics/Life-stages/sexual-and-reproductive-health/areas-of-work/cervical-cancer.

 

World Health Organization (WHO). Maternal, newborn, child and adolescent health and ageing. (Updated 2021; cited 2021 Jul 19). Available from: https://www.who.int/data/maternal-newborn-child-adolescent-ageing/indicator-explorer-new/mca/women-of-reproductive-age-(15-49-years)-population-(thousands).

 

Rismawanti V. Gambaran pengetahuan wanita usia subur (wus) tentang bahaya kanker serviks di puskeskmas kambesko. LPPM UMSB. 2020 (cited 2021 Jul 15);14(1): Available from: file:///C:/Users/ASUS%20X409FA/Downloads/2007-5418-1-PB.pdf.

 

Aweke YH, Ayanto SY, Ersado TL. Knowledge, attitude and practice for cervical cancer prevention and control among women of childbearing age in hossana town, hadiya zone, southern ethiopia: community-based cross-sectional study. PLoS One. 2017 (cited 2021 Jul 15);12(7): Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5526548/.

 

Hartati S, Retno W. Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit kanker serviks di wilayah Jakarta timur. 2019 (cited 2022 Mei 13). Available from: https://akper-manggala.e-journal.id/JIKA/article/download/43/43/132/.

 

Muliyani Y, Isti H, Liberty B. Hubungan tingkat pendidikan dengan keikutsertaan melakukan pemeriksaan pap smear pada wanita usia subur di dusun barongan desa banyurejo kecamatan tempel sleman Yogyakarta tahun 2012. 2012 (cited 2022 Mei 30): Available from: http://repository.unjaya.ac.id/1244/1/Yati%20Mulyani_1309148_nonfull.pdf.

 

Samrotun S, Elisa U, Fitriani ND. Gambaran pengetahuan dan sikap wanita usia subur mengenai deteksi dini kanker leher rahim dengan pap smear di kelurahan mangunharjo kota semarang. Jurnal Kebidanan. 2014 (cited 2021 Jul 15);3(2): Available from: file:///C:/Users/ASUS%20X409FA/Downloads/1083-2276-1-SM.pdf.

 

Masruroh, Cahyaningrum. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan wus tentang deteksi dini kanker serviks melalui iva di wikayah puskesmas bergas. Universitas Ngudi Waluyo. 2018 (cited 2022 Jul 7): Available from: http://journal.uwhs.ac.id/index.php/psnwh/article/view/267/248.

 

Putro PW. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu rumah tangga tentang pap smear di desa kauman kecamatan tangen kabupaten sragen. 2013 (cited 2022 Mei 13): Available from: http://eprints.ums.ac.id/25596/11/02.NASKAH_PUBLIKASI.pdf.

 

Syahputra E, Wiwit A, Suyanto. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap Tindakan wanita pekerja seksual tidak langsung tentang pap smear dan iva sebagai deteksi dini kanker serviks di hotspot x kecamatan paying sekaki pekanbaru. 2016 (cited 2022 Mei 13);3(2): Available from: https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/9761/9425.

 


Copyright holder:

Gabriela Miracle1, Christian Wijaya2 (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: