Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No.
10, Oktober 2022
PERENCANAAN STRATEGI DALAM ADAPTASI
KEBENCANAAN TANAH LONGSOR: STUDI KASUS DI DESA GUNUNGSARI, KOTA BATU
Rosyidatuzzahro Anisykurlillah
Prodi
Administrasi Publik, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Jika dilihat dari kondisi fisiknya, Desa Gunungsari Kota Batu termasuk dalam daerah yang rawan
bencana tanah longsor.
Hal ini diperparah dengan aktivitas masyarakat dalam pengembangan pertanian dan
wisata alam yang kurang memperhatikan lingkungan. Alih fungsi lahan pada lahan kritis dapat memicu terjadinya bencana tanah
longsor.
Apalagi, pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan
masih kurang. Bencana memang tidak bisa dihindari, tapi kita bisa meminimalisir resiko atau dampak
yang ditimbulkan. Adaptasi bencana merupakan upaya untuk meningkatkan ketahanan
masyarakat sehingga dapat meminimalisir dampak yang
dirasakan masyarakat jika terjadi bencana. Perencanaan strategis adalah salah
satu cara untuk membantu organisasi dan masyarakat mengatasi perubahan lingkungan
mereka. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan alternatif
strategi dalam perencanaan adaptasi kebencanaan
bencana alam di Desa Gunungsari, Kota
Batu. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori analisis SWOT, karena dianggap sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu memperhatikan kekuatan dan kelemahan (internal) serta tantangan dan peluang (eksternal). Dengan adanya strategi perencanaan dalam adaptasi
bencana diharapkan dapat membantu organisasi/masyarakat dalam meminimalkan
risiko bencana alam hingga ketidakpastian.
Kata Kunci: Adaptasi Bencana;
Bencana Tanah Longsor; Perencanaan Strategis
Abstract
When viewed from its physical
condition, Gunungsari Village, Batu City is included in an area prone to
landslides. This is exacerbated by community activities in the development of
agriculture and nature tourism which do not pay attention to the environment.
Land conversion on critical land can trigger landslides. Moreover, public
knowledge about disasters is still lacking. Disasters cannot be avoided, but we
can minimize the risks or impacts. Disaster adaptation is an effort to increase
community resilience so as to minimize the impact felt by the community in the
event of a disaster. Strategic planning is one way to help organizations and
communities cope with their changing environment. This study aims to formulate
alternative strategies in planning adaptation to natural disasters in
Gunungsari Village, Batu City. This study uses a descriptive study using a
qualitative approach. This study uses SWOT analysis theory, because it is
considered in accordance with the research objectives, namely paying attention
to strengths and weaknesses (internal) as well as challenges and opportunities
(external). With the planning strategy in disaster adaptation, it is hoped that
it can help the organization/community in minimizing the risk of natural
disasters to uncertainty.
Keywords: Disaster adaption; Landslide
disaster; Strategic Planning
Pendahuluan
Bencana alam merupakan fenomena yang bisa terjadi
kapan saja dan tidak bisa dihindari.
Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
mendefinisikan bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan longsor. Wilayah
Indonesia merupakan wilayah rawan bencana karena keragaman morfologi mulai dari
daratan hingga pegunungan yang banyak dipengaruhi faktor geologi terutama
aktivitas pergerakan lempeng tektonik aktif di sekitar perairan.
Salah satu Kota di Indonesia yang termasuk daerah
dengan zona rawan bencana alam yaitu Kota Batu. Kota Batu memiliki kondisi
geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya
bencana yang disebabkan oleh faktor alam.
Desa Gunungsari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu yang termasuk dalam kategori wilayah rawan tanah longsor. Dwikorita (2005) menyebutkan bahwa longsor adalah gerakan menuruni
atau keluar lereng oleh massa
tanah atau batuan penyusun lereng ataupun percampuran keduanya sebagai bahan rombakan, akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusunnya.
Kondisi
topografi Desa Gunungsari adalah kawasan pegunungan dan perbukitan dengan
kemiringan lebih dari 40%. Hal ini diperparah dengan banyaknya alih fungsi
lahan yang termasuk dalam kriteria lahan kritis beralih fungsi menjadi kawasan
pertanian bunga mawar dan pengembangan pariwisata alam “desa petik mawar”. Desa
Gunungsari merupakan salah satu penghasil bunga mawar terbesar di Indonesia.
Kegiatan wisata alam dan pertanian yang kurang
memperhatikan alam dan lingkungan akan menyebabkan degradasi lingkungan. Di
Desa Gunungsari beberapa kali terjadi tanah longsor yang mengakibatkan kerugian
material dan non material. Pada lahan pariwisata dan pertanian mawar di Desa
Gunungsari sering dijumpai adanya longsoran kecil yang dapat menjadi pemicu
terjadinya bencana yang lebih besar. Sayangnya masyarakat kurang menyadari
bahwa hal ini akan menyebabkan bencana tanah longsor yang besar.
Adaptasi dapat digambarkan sebagai kemampuan dalam
menanggulangi keadaan eksisiting atau mengantisipasi faktor eksternal. Adaptasi
bencana merupakan upaya untuk meningkatkan ketahanan masyarakat sehingga dapat
meminimalisir dampak yang dirasakan masyarakat jika terjadi bencana.
Perencanaan strategis adalah salah satu cara untuk membantu organisasi dan
komunitas mengatasi lingkungan mereka yang telah berubah (Bryson, 2011).
Menurut Siagian (2008) arti dari analisis SWOT adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk mengetahui keunggulan/kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat) yang nantinya dapat
membantu dalam menentukan strategi yang akan diambil. Kekuatan dan kelemahan
terdapat dalam tubuh organisasi, sedangkan peluang dan ancaman merupakan
faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau
satuan bisnis yang bersangkutan. Jika dikatakan bahwa analisis SWOT dapat
merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis strategik, keampuhan
itu terletak pada kemampuan para penentu strategi organisasi untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga
sekaligus berperan sebagai alat untuk minimalisasi kelemahan yang terdapat
dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus
dihadapi. Jika para penentu strategi organisasi mampu melakukan kedua hal
tersebut dengan tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menentukan strategi
yang efektif membuahkan hasil yang diharapkan.
Menurut Rangkuti (2008) analisis SWOT dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis. Dari
keempat analisis tersebut, yakni analisis kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) kemudian akan
memunculkan empat model strategi yaitu: Strategi SO (Strength-Opportunity),
Strategi WO (Weakness-Opportunity), Strategi ST (Strength-Weakness), dan
Strategi WT (WeaknessThreat). Menurut
Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan
informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan
internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan
ancaman). Dengan
adanya strategi perencanaan dalam adaptasi kebencanaan diharapkan dapat
membantu organisasi/komunitas dalam meminimalisir resiko bencana alam terhadap
ketidakpastian.
Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor strategis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan
lingkungan eksternal (Ancaman dan Peluang) dalam manajemen bencana alam tanah
longsor di Desa Gunungsari Kota Batu. Dari identifikasi faktor strategis
lingkungan internal dan eksternal tersebut akan digunakan untuk merumuskan
alternatif strategi dalam perencanaan adaptasi kebencanaan bencana alam di Desa
Gunungsari Kota Batu.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan menggunakan studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Identifikasi lingkungan strategis internal dan eksternal,
dan 2. Merumuskan alternatif
strategi dalam adaptasi Kebencanaan di Desa Gunungsari, Kota Batu. Menurut Sugiyono (2019), fokus penelitian diperlukan untuk memahami lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial. Fokus penelitian dilakukan untuk membatasi penelitian ini dalam kerangka
yang jelas sehingga peneliti tidak terjebak pada data yang berlimpah
yang diperoleh di lapangan.
Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interactive model
analysis Miles, Hubermana, dan Saldana (2014) yang terdiri dari kondensasi,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan teori analisis SWOT,
karena dianggap sesuai dengan tujuan penelitian yaitu memperhatikan kekuatan
dan kelemahan (internal). Hal ini dikarenakan analisis SWOT mampu mendeteksi
kelemahan kelemahan organisasi manakah
yang perlu diperkuat dan penguatan-penguatan seperti apakah yang dapat
diupayakan untuk menciptakan nilai. Lalu peluang-peluang manakah yang memang
berguna untuk dimanfaatkan oleh organisasi dan yang manakah dicermati sebagai
ancaman-ancaman dimana organisasi atau
komunitas
perlu bersiap-siap mempersenjatai diri untuk menghadapinya.
Hasil Dan Pembahasan
Identifikasi Faktor-Faktor Lingkungan Strategis Internal dan Eksternal
Lingkungan internal merupakan faktor
yang berada di dalam suatu organisasi/komunitas. Lingkungan internal meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Adapun yang menjadi
kekuatan dalam adaptasi kebencanaan tanah longsor di Desa Gunungsari yaitu:
a.
Rasa
gotong royong yang masih terjalin
kuat
Sifat alami masyarakat
desa yaitu gotong royong masih sangat baik. Dalam hal ini
sifat saling membantu dan gotong royong sangat berperan
aktif untuk mengantisipasi bencana yang memungkinkan terjadi.
b.
Banyaknya usia produktif
Penduduk Desa Gunungsari banyak yang berusia di atas 17 tahun ke
atas. Mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian, yaitu sebagai petani
bunga mawar. Sebagian besar sawah atau ladang milik warga desa
ditanami bunga mawar potong. Oleh karena itu desa
ini merupakan sentra bunga mawar
potong di kota Batu.
c.
Adanya tokoh
masyarakat yang dianggap berpengaruh
Adanya tokoh
masyarakat yang dipercaya
yang disebut Kamituwo yang memiliki peran penting dalam menghubungkan
warga dan perangkat desa. Dengan adanya
hubungan yang kondusif pada
pemerintah desa hal ini dapat
membantu perencaanaan dalam hal kesiapsiagaan
bencana.
d.
Komitmen pemerintah desa dalam adaptasi kebencanaan
Pemerintah desa sendiri menyediakan
tempat untuk pengungsian masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Tempat yang disediakan yaitu aula tempat kantor Kepala Desa.
Sedangkan yang menjadi kelemahan
(Weakness) dalam adaptasi kebencanaan tanah longsor di Desa Gunungsari yaitu:
1.
Minimnya
Pendidikan tentang bencana
Masyarakat Desa Gunungsari
masih kurang memiliki kesadaran terhadap bencana. Ini terlihat dari
anggapan masyarakat yang menilai bencana kecil bukan merupakan
sebuah bencana. Padahal bencana kecil tersebut dapat menjadi pemicu
bencana yang lebih besar.
2.
Kurangnya sarana dan prasarana dalam Pra Bencana
serta adanya alat Early Warning System yang tidak
terawat
Di dusun Brau terdapat dua alat
pendeteksi getaran tanah yaitu Early Warning System.
Tetapi alat ini tidak terawat.
Untuk mengantisipasi bencana tanah longsor
yang terjadi sewaktu-waktu
di kawasan Dusun Pagergunung
Desa Gunungsari, sempat ada rencana
untuk memasang alat pendeteksi gerakan tanah (Early Warning
System/EWS) sehingga memudahkan
untuk mendeteksi longsor secara dini. Lahan untuk
pemasangan alat tersebut sudah ditinjau oleh Pemerintah Kota
Batu. Andai kata ada longsor, alat ini
akan bunyi. Ternyata pada saat Pemerintah Pusat meninjau lokasi tersebut, Pemerintah Pusat tidak menyetujui pemasangan alat deteksi tanah
longsor di dusun Pagergunug karena dianggap tidak memenuhi syarat. Takut apabila dipaksakan
untuk dipasang, apabila sewaktu-waktu diperiksa oleh Pemerintah Pusat dapat menyalahi prosedur.
3.
Jalan yang
masih banyak yang rusak dan belum maksimal
Jalan sebagai media aktivits
warga yang pertama banyak yang rusak dan belum diaspal. Hal ini menjadi kendala
dalam melaksanakan perencanaan kesiapsiagaan karena hal ini
menjadi hal yang terpenting ketika menjalani evakuasi saat bencana terjadi.
4.
Alih fungsi
lahan di lahan kritis
Jika ditinjau dari segi ekonomi dan keterkaitan dengan bencana, pada zaman dulu sebagian masyarakat melakukan perusakan hutan untuk memanfaatkan
potensi sumber daya alamnya sebagai
mata pencaharian. Di dusun Kapru, ada
beberapa lahan yang dianggap kritis digunakan untuk pembangunan rumah penduduk sehingga tepat di jendela rumah di sampingnya merupakan tebing yang dapat longsor sewaktu-waktu.
Ada pula jalan setapak warga menuju lahan
pertanian yang sepanjang jalan tersebut disampingnya terdapat tebing tinggi sehingga
dikhawatirkan ketika hujan deras warga
melewati jalan setapak tersebut dapat terjadi longsor
tiba-tiba.
Lingkungan eksternal merupakan
faktor yang berada di luar suatu organisasi/komunitas. Lingkungan eksternal meliputi peluang (opportunity) dan ancaman
(threat). Adapun yang menjadi peluang
dalam adaptasi kebencanaan tanah longsor di Desa Gunungsari yaitu:
a.
Terbukanya peluang kerjasama kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam hal penanggulangan
bencana maupun sektor lainnya
b.
Dukungan dan komitmen pemerintah untuk melarang penebangan pohon secara liar dengan mengeluarkan undang - undang dan sanksi yang tegas
c.
Berkembangnya ilmu teknologi
Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu organisasi (Sedarmayanti, 2018). Adapun
yang menjadi ancaman
(threat) dalam adaptasi kebencanaan tanah longsor di Desa Gunungsari yaitu:
1.
Bencana alam yang susah diprediksi dapat meningkatkan resiko MultiHazard (Kombinasi Bahaya)
2.
Multihazard merupakan kombinasi
bencana yang bisa terjadi seperti pada saat bersamaan terjadi gempa, tanah
longsor, dan banjir secara bersamaan.
3.
Lemahnya perencanaan pemerintah
tentang kesiapsiagaan terhadap bencana Alam
4.
Beberapa program pemerintah
daerah tentang kesiapsiagaan bencana belum maksimal seperti program pendidikan
siaga bencana.
5.
Cuaca ekstrim (Angin kencang dan
curah hujan yang tinggi)
Analisis SWOT
Dengan mencermati faktor strategis lingkungan internal dan
eksternal yang dihadapi dalam peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan di Desa Gunungsari Kota Batu, maka dapat dikembangkan
4 (empat) set kemungkinan alternatif strategi melalui analisis SWOT, strategi SO, WO, ST dan WT, sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini. Untuk mempermudah
penganalisisan dengan matriks SWOT, maka diberikan kode pada faktor-faktor strategis lingkungan internal dan eksternal
yaitu Strengths (S), Weaknesses (W), Opportunies (O), Treaths (T)
Tabel 1
Matriks SWOT
Internal Ekternal |
Kekuatan (S) S1 Rasa gotong royong yang masih
terjalin kuat S2 Banyaknya usia produktif S3 Adanya tokoh masyarakat yang dianggap
berpengaruh S4 Komitmen pemerintah desa dalam adaptasi
kebencanaan |
Kelemahan (W) W1 Minimnya
Pendidikan
tentang bencana W2 Kurangnya sarana dan prasarana dalam Pra Bencana serta Adanya alat Early Warning System yang tidakcterawat W3 Jalan yang masih banyak yang rusak dan belum
maksimal W4 Alih
fungsi lahan di lahan
kritis |
Peluang (O) O1 Terbukanya peluang
kerjasama kemitraan
dengan berbagai lembaga pemerintah
dannon pemerintah dalam hal penanggulangan bencana
maupun sector lainnya O2 Dukungan dan komitmen pemerintah
untuk melarang penebangan pohon secara liar dengan mengeluarkan
undang
- undang dan sanksi
yang tegas O3
Berkembangnya ilmu teknologi |
SO (maxi-
maxi) S3- O1 Optimalisasi peran tokoh masyarakat
dalam hal penanganan lingkungan hidup dan penanggulangan bencana S2 – O1, O3 Pengembangan SDM
pada usia produktif degan berbasis teknologi dalam hal penanggulangan bencana S1, S4 – O2 Penyeleksian izin pembangunan (alih fungsi lahan
yang tidak sesuai justru menimbulkan bencana) S1, S2 – O1 Pemerintah melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan termasuk pra-disater S4 – O1,O3 Memberikan
informasi sikap tanggap bencana kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Batu S1, S2, S3, S4 – O1, O3 Mengadakan
kegiatan penyuluhan serta pelatihan kebencanaan serta melakukan stimulasi
evakuasi |
WO (mini
- maxi) W1 – O1, O3 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kesadaran terhadap lingkungan, dan pendidikan bencana. W4- O2, O3 Melakukan pengawasan / monitoring baik lingkungan alam maupun aktivitas penduduknya dalam kaitannya dengan pembukaan lahan sehingga dapat menimbulkan ancaman bencana W2, W3 – O1 Penambahan
alat EWS di beberapa titik dan perawatan terhadap alat tersebut W1, W2, W3 – O1, 02 Pemetaan
jalur evakuasi yang melibatkan masyarakat |
Ancaman (T) T1
Bencana alam yang susah diprediksi dapat meningkatkan resiko MultiHazard
(Kombinasi Bahaya) T2
Lemahnya perencanaan pemerintah tentang kesiapsiagaan terhadap bencana Alam T3
Cuaca ekstrim (Angin kencang dan curah hujan yang tinggi) |
ST
(maxi-mini) S1, S2, S3, S4 - T1, T3 Menjalin kerjasama dengan beberapa element masyarakat untuk menanggani dengan cepat bila sewaktu-waktu terjadi bencana |
WT
(mini-mini) W1, W2, W3,W4 - T1, T2,T3 Pembentukan desa tangguh bencana yang mempunyai tim di masing-masing dusun W2 – T1, T3 Optimalisasi
dan maintanance alat EWS yang sudah ada |
*) Sumber: Data diolah
Setelah
ditentukan strategi-strategi yang digunakan sebagai upaya dalam menangani
kebencanaan tanah longsor di Desa Gunungsari, yang disesuaikan dengan hasil
analisis Strength, Weakness, Opportunity, and Threath, maka selanjutnya
strategi-strategi tersebut diklasifikasikan kedalam empat kelas tipologi
adaptasi bencana, yaitu mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan rehabilitasi.
Tabel 2
Klasifikasi Adaptasi Bencana
Mitigasi |
Kesiapsiagaan |
Respon |
Rehabilitasi |
Pemetaan
jalur evakuasi dengan melibatkan masyarakat. |
Mengadakan
kegiatan penyuluhan dan pelatihan terkait kebencanaan serta melaksanakan
simulasi evakuasi. Pembentukan
desa tangguh bencana |
Membangun
tempat dan sarana transportasi pengungsian yang aman |
Optimalisasi
dan maintanance alat EWS yang sudah ada Penyeleksian
izin pembangunan diperketat serta Melakukan pengawasan / monitoring baik
lingkungan alam maupun aktivitas penduduknya |
*) Sumber : Data diolah
Setelah
di klasifisikasikan ke dalam keempat kelas tipologi
bencana tersebut, maka ditetapkan prioritas strategi yang dilakukan untuk
menangani kebencanaan tanah longsor di Desa Gunungsari Kota
Batu, yaitu : Mengadakan
Kegiatan Penyuluhan dan Pelatihan Terkait Kebencanaan serta Melaksanakaan
Simulasi Evakuasi Kegiatan
penyuluhan dan pelatihan terkait kebencanaan serta melaksanakan simulasi
evakuasi pra bencana yang dilakukan oleh pemerintah Kota Batu. Kegiatan
penyuluhan dan pelatihan ini dilaksanakan di desa yang di fasilitasi oleh BPBD
Kota Batu. Dengan penyuluhan yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan
dapat meningkatkan pendidikan kebencanaan agar dapat
diantisipasi
Kesimpulan
Berdasarkan analisis lingkungan strategis internal
dan eksternal, maka ditemukan sebuat strategi yang kemudian diklasifikasikan
dalam tipologi adaptasi bencana. Strategi-strategi tersebut kemudian ditentukan
skala prioritasnya untuk
menjadi rekomendasi dalam manajemen bencana tanah longsor.
BIBLIOGRAFI
Bryson,
John M. (2011). Strategic
Planning For Public and Non Profit Organization; A Guide to Strengthening and
Sustaining Organization Achievement. San Fransisco: Jossey
Bass.
Dwikorita
Karnawati. (2005). Bencana
Alam Gerak Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Ferrel,
O.C & D, Harline. (2005). Marketing Strategy. South Western: Thomson
Corporation
Miles,M.B,
Huberman,A.M, and Saldana,J. (2014). Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications.
Rangkuti,
Freddy.(2008).Analisis
SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama
Sedarmayanti.
(2018). Sumber
Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV.Mandar Maju
Siagian,
Sondang P. (2004). Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono
(2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alphabet
Rosyidatuzzahro Anisykurlillah (2022) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |