Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
TIKTOK SEBAGAI INSTRUMEN MEDIA SOSIAL BARU DALAM KOMUNIKASI
POLITIK
Herdaru Purnomo, Mandra Adi Gunawan, Dinda Firda Anggraini
Universitas
Paramadina, Indonesia
Email: [email protected], gunawan.mandra@gmail.com, [email protected]
Abstrak
Salah satu bentuk
teknologi yang berkembang saat ini adalah teknologi komunikasi media sosial
berbasis digital. Media digital membuka ruang komunikasi dan partisipasi
politik dengan meningkatkan kemungkinan interaksi antara elemen penting di
dalamnya yakni partai dan institusi negara yang disebut sebagai elite dan
warga negara atau non-elite. Aplikasi TikTok adalah sebuah jaringan
sosial dan platform video musik Tiongkok yang diluncurkan pada pada
September 2016. Tiktok berpeluang jadi ruang diskusi dan wadah bagi aktivitas
politik oleh negara-negara di dunia, salah satunya di Indonesia. Jenis
penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif
dengan metode kepustakaan (library research). Tujuan dari penelitian ini
untuk menggambarkan dan menganalisisis pola komunikasi politik nasional yang dilakukan
menggunakan aplikasi TikTok, bagaimana efektifitas aplikasi TikTok yang
digunakan sebagai media komunikasi politik. TikTok yang merupakan media sosial
baru yang cukup banyak digemari masyarakat memiliki potensi yang baik digunakan
dalam melakukan komunikasi politik yang dilakukan bagi para komunkator politik.
Kata
Kunci: Media digital, TikTok, Komunikasi Politik
Abstract
One form of technology that is currently
developing is digital-based social media communication technology. Digital
media opens a space for communication and political participation by increasing
the possibility of interaction between important elements in it, namely parties
and state institutions referred to as elites and citizens or non-elite. The
TikTok application is a Chinese social network and music video platform that
was launched in September 2016. Tiktok has the opportunity to be a discussion
space and a forum for political activity by countries in the world, one of
which is Indonesia. This type of research is qualitative and quantitative
research with library research methods. The purpose of this study is to
describe and analyze the pattern of national political communication carried
out using the TikTok application, how effective the TikTok application is used
as a political communication medium. TikTok, which is a new social media that
is quite popular with the public, has good potential to be used in carrying out
political communication for political communicators.
Keywords: Digital media, TikTok, Political communication.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi,
dewasa ini telah berkembang dan merambah ke kehidupan manusia. Hampir semua
aktivitas yang dilakukan manusia saat ini tidak terlepas dari teknologi. Hal
tersebut berlangsung karena teknologi terkesan dapat membantu dan memudahkan manusia
dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Selain teknologi perangkat keras
yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan, ada pula teknologi
perangkat lunak seperti media sosial berbasis digital yang mengalami evolusi
dengan pesat. Salah satu bentuk teknologi yang berkembang saat ini adalah teknologi
komunikasi media sosial berbasis digital. Di mana media sosial berbasis digital
ini memberikan fasilitas kepada masyarakat penggunanya melakukan interaksi
sosial yang dapat dilakukan di manapun dan kapan pun waktuya tanpa harus
melakukan pertemuan secara langsung. Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar
terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju
telah banyak bermunculan. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses
suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari
teknologi digital dengan bebas dan terkendali (Wahyuni, 2020).
Saat ini banyak elemen
masyarakat yang menggunakan media digital sebagai sarana dalam menjalankan
aktivitas pekerjaannya, di antaranya adalah kegiatan perekonomian, pembelajaran,
kebudayaan dan lain sebagainya. Sehingga dapat di katakan media digital menjadi
sentral aktivitas masyarakat. Media digital juga menjadi alat yang masif
digunakan dalam perpolitikan di Indonesia. Belakangan ini, peran internet dalam
dunia politik Indonesia semakin penting, baik positif maupun negatif (Hia & Siahaan, 2021). Media digital
membuka ruang komunikasi dan partisipasi politik dengan meningkatkan kemungkinan
interaksi antara elemen penting di dalamnya yakni partai dan institusi negara
yang disebut sebagai elite dan warga
negara atau non-elite (Hasfi,
2019). Hal tersebut
dilandasi oleh karakter baru internet yang tidak dimiliki media masa tradisonal
yakni interaktif, aktif dan kreatif, langsung, menjamin kesetaraan dan
berjaringaan (Van Dijk, 2012).
Menurut Silih Agung Wasesa
dalam (Anshari, 2013). kehadiran
media baru berbasis digital membuat informasi politik tidak hanya semakin
masif, tetapi juga terdistribusi dengan cepat dan bersifat interaktif. Dampaknya adalah banyak aktor
politik di sejumlah negara termasuk di Indonesia melakukan proses kampanye
politik dengan memanfaatkan media sosial. Komunikasi politik dalam bentuk retorika, pidato
dan pesan-pesan politik seperti halnya kampanye di ruang publik maupun kelompok
kecil yang terjadi di Indonesa, dapat diamati melalui berbagai aspek yang
melekat dalam komunikasi politik (Susanto, 2013).Setiap aspek komunikasi
politik memiliki peran tersendiri, walaupun tetap
memliki hubungan secara langsung maupun tidak langsung dalam aplikasinya. Dalam komunikasi terdapat lima komponen politik, komponen
tersebut adala (1) pesan politik, (2) komunikator
politik, (3) media yang digunakan dalam komunikasi politik, (4) khalayak komunikasi
politik, dan (5) akibat yang ditimbulkan dari komunikasi dalam politik (Vieitez, Sänchez, García-Nimo,
& Ballester,
2007).
Berkembangnya teknologi
digital, ini juga dibarengi dengan munculnya berbagai macam platform aplikasi yang dapat
dimanfaatkan masyarakat dalam berkegiatan, salah satunya adalah aplikasi
TikTok. Aplikasi TikTok adalah sebuah jaringan sosial dan platform video musik Tiongkok yang diluncurkan pada pada September
2016. Aplikasi tersebut memperbolehkan penggunanya untuk membuat video musik
dengan durasi singkat (Bulele dan Wibowo,
2020). Aplikasi TikTok kini menjadi salah satu platform sosial media yang cukup
populer di kalangan masyarakat dunia. Fenomena TikTok tidak hanya populer di negara
asalya yaitu China, tetapi juga di seluruh dunia termasuk Indonesia
(Pebrianti, 2021).Sebagai salah satu aplikasi yang
populer di kalangan masyarakat Indonesia, TikTok juga menjadi media yang banyak
digunakan para praktisi politik untuk mekakukan komunikasi politik dengan masyarakat
yang menggunakan
media sosial sosial tersebut. Oleh sebab itu perlu
dilakukan analisis terkait pola komunikasi politik menggunakan aplikasi TikTok
ynag ada di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan
dan menganalisisis pola komunikasi politik nasional yang dilakukan menggunakan aplikasi
TikTok, bagaimana efektifitas aplikasi TikTok yang digunakan sebagai media
komunikasi politik. Manfaat dari penelitian ini, diharapkan meberikan sumbangan
pemikiran apa yang seharusnya dilakukan oleh para aktivis politik praktis,
aktor politik, wakil rakyat ataupun anggota legislatif dan pihak-pihak yang
bertanggung jawab terhadap pelaksana pemilihan umum yang demokratis dan
beradab.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian kombinasi yang
menggambungkan data kualitatif dan kuantitatif dengan metode kepustakaan (library research) (Indrawan & Jalilah, 2021). Hal ini berarti menjadikan bahan pustaka
sebagai sumber data utama. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri
dan menelaah berbagai literature terkait tema kajian. Data yang telah diperoleh
dijadikan sebagai teori untuk ditelaah, kemudian diorganisasi ke dalam sub-sub
pokok pembahasan yang relevan. Dalam menganalisis data digunakan metode
deskriptif dan komparatif. Metode deskriptif analitis digunakan dalam usaha
mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data
yang sudah ada. Selanjutnya, metode analisis komparatif
digunakan dalam usaha membandingkan pendapat dari beberapa
peneliti.
Gambar 1. Kerangaka alir
proses penelitian
Hasil dan Pembahasan
Peran Internet saat ini semakin dirasa krusial dalam dunia politik di
Indonesia, baik secara positif maupun negatif. Diskusi tentang komunikasi
politik di Indonesia kedepan dipastikan akan selalu bersinggungan dengan teori
komunikasi politik online. Hal ini dilandasi beberapa argumen; pertama, Internet
di Indonesia terus berkembang baik dari sisi jumlah pengguna maupun teknologinya (Hasfi,
2019). Internet membuka saluran komunikasi langsung antara publik (warga
negara) dan elit, yang semula harus
dimediasi oleh pers (Tim
O'Reilly, 2005). Adapun
perihal yang perlu diperhatikan terkait karakter yang secara drastis merubah pola komunikasi politik menurut (Vedel,
2003), yakni kemampuan internet dalam meng-update pesan secara cepat, frekuentif dan menjangkau luas khalayak
yang menjadi sasaran. Di media sosial pesan-pesan yang tersebar luas dan cepat
atau biasa disebut viral merupakan
pesan yang mendapat perhatian publik.
Terkait dengan publik sebagai elemen komunikasi politik, penting
memposisikan internet sebagai harapan baru masyarakat Indonesia ditengah
menipisnya kepercayaan masyarakat terhadap media/pers tradisional yang kini
lebih dikontrol kekuasaan pasar dan politik (Nugroho, 2012; Patria,
2013). Diketahui bahwa, Era Reformasi berhasil mengesahkan UU No 40 tahun 1999
tentang kebebasan pers yang membuka ruang luas pada masyarakat Indonesia untuk
mendirikan media massa. Pasca Reformasi, media massa di Indonesia mengalami apa
yang disebut euforia karena selama puluhan tahun media dibungkam
Soeharto, namun hingga saat ini, pasca Era Reformasi ini, media massa
mendapatkan tantangan yang berbeda. Kontrol atas media massa/ pers tetap
terjadi hanya berbeda aktor pengontrolnya saja. Jika di Era Orde Baru kontrol
dilakukan negara di Era Reformasi media dikontrol oleh kepentingan ekonomi dan
politik. Sistem media massa yang demikian, alih-alih memberikan ruang yang
memadahi bagi warga sipil untuk berekspresi, media massa/ pers justru
memberikan ruang pada kekuasaan
politik untuk para elite (Hasfi, 2019).
Karakter langsung antara komunikan dan komunikator
telah membuka kemungkinan komunikasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Masyarakat
dengan mudah dapat berkomunikasi langsung bahkan dengan calon presiden,
presiden, meneri dan anggota dewan yang sama-samam memiliki akun media sosiak
di Internet. Tim kampanye politik dapat dengan mudah mesuk ke ruag-ruang
pribadi calon pemilih (voter) dan
mendistribusikan pesan secara langsung. (Vedel,
2003), mengemukakan, namun karakter tersebut dapat membuka ruang propaganda yang
dilakukan pihak-pihak berkepentingan politis terhadap publik. Propaganda dapat
dengan mudah terjadi di internet karena tidak adanya mediator dari pesan yang
biasanya diperankan mainstream media
sebagai gatekeeper atau aktor yang
berperan menyeleksi informasi untuk menjamin faktualitas dan kebenarannya. Publik
dapat dengan mudah mendapatkan informmasi-informasi manipulatif di Internet,
salah satu contohnya adalah fenomena fakenews
dan hoax yang akhir-akhir ini
mewarnai proses komunikasi politik di Indonesia.
Saat ini terdapat berbagai macam jenis apliksai platform sosial yang
banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Banyak pengguna memanfaatkan
aplikasi yang dipunyai untuk melaksanakan kegiatannya sehari-hari, mulai
digunakan sebagai media hiburan, perdaganagn, edukasi dan lain sebagainya. Banyaknya
platform aplikasi sosial media yang digunakan oleh masyarakat di Indonesia,
salah satu aplikasi yang sangat popular adalah aplikasi TikTok. Aplikasi tikTok merupakan salah satu media
digital yang banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Aplikasi TikTok
kini sangat digandrungi dan menjadi trend semua kalangan di Indonesia, mulai
dai orang tua, kaum milenials, sampai anak-anak. Seiring dengan
perkembangannya, aplikasi TikTok tidak hanya memberikan hiburan, namun juga
sebagai media edukasi seperti digunakannya alikasi TikTok sebagai media
kampanye untuk kesehatan (Suryani, Zulfikri, &
Muhariani, 2021). Hal ini dapat juga dimanfaatkan sebagai
media yang digunakan dalam melakukan komunikasi politik terhadap khalayak umum.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh (Pebrianti, 2021), tentang tren penggunaan TikTok pada kalangan remaja Mahasiswa
Jurusan Sosiologi UPR diketahui bahwa bebrapa hal yang menjadi alasan responden
mengunduh TikTok yaitu 71% sebagai sarana hiburan, 19% mengunduh TikTok sebagai
media informasi dan pembelajaran. Disamping itu, mengikuti tren karena melihat
TikTok begitu populer meruakan salah satu motivasi utama pengunduhan TikTok
oleh sebanyak 8% responden. Hanya 2% responden yang mengunduh TikTok dengan
alasan ingin membuat konten TikTok. Dijelaskan juga oleh Pebrianti bahwa,
beberapa motivasi utama untuk mengakses internet diantaranya untuk mencari
informasi.
Irwansyah, Seorang Dosen Pascasarjana Ilmu komunikasi Unversitas
Indonesia, menyatakan dalam artikelnya yang terbit dalam media Harian Indonesia
edisi 27 Februari 2021 bahwa, Tiktok yang berpusat di Beijing dikenal
Bytedance, telah meningkat tajam di sebagian besar negara Asia, termasuk
Indonesia. Per 26 Februari 2021, Google Play Indonesia memiliki 9.031.265
unduhan, sedangkan akun resmi Tiktok, tiktokofficialindonesia, memiliki 3 juta
pelanggan. Menurut Selular.id, dengan total unduhan 8,5% pada Juli 2020,
Indonesia mengukuhkan posisinya sebagai negara dengan jumlah pengguna Tiktok
terbesar keempat di dunia dengan sekitar 30,7 juta pengguna. Sekitar 9% remaja
mengaku menggunakan platform Tiktok. TikTok digunakan oleh 2 juta (8,2 juta)
wanita berusia 18-2 tahun (1,9%) lebih banyak daripada pria (6,1 juta) di
Amerika Serikat. Tiktok menjadi sangat populer di kalangan Generasi Z dan
Milenial. Menariknya, orang tua juga sudah mulai berpartisipasi dan menggunakan
Tiktok di masa pandemi covid-19.
Irwansyah juga menilai Tiktok berpeluang menjadi ruang diskusi dan
forum kegiatan politik negara-negara di dunia, termasuk
Indonesia, seperti kisah asmara syur antara pengikut K-Pop dan mantan Presiden
AS Donald Trump. pada tahun 2020. Ratusan pengguna Tiktok remaja dan penggemar K-Pop mengatakan dia ikut bertanggung
jawab atas kegagalan kampanye Donald Trump di BOK Center, Tulsa, Ok. Pengguna
aplikasi Tiktok dan penggemar grup
pop Korea mengatakan bahwa mereka telah menyimpan ratusan ribu tiket
kampanye Trump potensial sebagai lelucon. Setelah akun resmi kampanye Trump
@TeamTrump memposting tweet yang meminta pendukung untuk mendaftar tiket gratis
menggunakan ponsel mereka pada 11 Juni, akun penggemar K-Pop mulai berbagi
informasi dengan pendukung, mendorong mereka untuk mendaftar ke rapat umum,
tetapi ini tidak terjadi. tidak ditampilkan. Kasus yang dialami
Trump menunjukkan bahwa,
jika digunakan dengan benar, Tiktok memiliki kemampuan untuk menjadi "batu
loncatan" bagi aktivitas politik skala kecil. Terutama di negara di mana kebebasan berbicara dibatasi. Media arus utama, seperti
media cetak dan online, juga mulai melihat konten Tiktok sebagai
berita. Algoritme unik Tiktok memperkuat konten
berdasarkan interaksi pengguna, minat, dan penemuan dalam aplikasi,
menjadikannya lebih viral daripada media sosial lainnya.
Pengguna aplikasi Tiktok dan penggemar grup pop Korea mengatakan bahwa mereka telah menyimpan
ratusan ribu tiket kampanye Trump potensial
sebagai lelucon. Setelah akun resmi kampanye Trump
@TeamTrump memposting tweet yang meminta pendukung untuk mendaftar tiket gratis
menggunakan ponsel mereka pada 11 Juni, akun penggemar K-Pop mulai berbagi
informasi dengan pendukung, mendorong mereka untuk mendaftar ke rapat umum,
tetapi ini tidak terjadi. tidak ditampilkan. Kasus yang dialami
Trump menunjukkan bahwa,
jika digunakan dengan benar, Tiktok memiliki kemampuan untuk menjadi "batu
loncatan" bagi aktivitas politik skala kecil. Terutama di negara di mana kebebasan berbicara dibatasi. Media arus utama, seperti
media cetak dan online, juga mulai memperlakukan konten Tiktok sebagai berita. Algoritme unik Tiktok memperkuat konten berdasarkan
interaksi pengguna, minat, dan penemuan dalam aplikasi, menjadikannya lebih
viral daripada media sosial lainnya.
Menurut (Jalli,
2021), dengan meluasnya popularitas Tiktok di Asia Tenggara, platform tersebut
menjadi platform terbaru bagi kaum muda untuk mengekspresikan aspirasi politik
mereka. Hasil penelitiannya menemukan sebuah keunikan pada algoritma Tiktok
yang membantu meningkatkan jumlah view melalui iklan organik. Teknik ini
membuat Tiktok berpotensi menjadi alat aktivisme politik
strategis. Algoritme tersebut memungkinkan audiens di
luar Asia Tenggara untuk terlibat secara aktif dengan konten tertentu, melalui
berbagai interaksi dan suka melalui halaman For You (fyp).
Kesimpulan
TikTok yang merupakan media
sosial baru yang cukup banyak digemari masyarakat memiliki potensi yang baik
digunakan dalam melakukan komunikasi politik yang dilakukan bagi para
komunkator politik. Hal tersebut dipengaruhi oleh menurunnya minat masyarakat
terhadap media/ pers tradisional, yang terkesan cenderung dikuasai oleh elite pemerintah yang mana materi yang
diberitakan hanya digunakan sebagai ruang kekeuasaan para elite, sehingga banyak masyarakat saat ini yang lebih
cenderung mencari informasi atau berita menggunakan media sosial berbasis
digital. Hal tersebut menjadikan TikTok
termasuk dalam aplikasi yang cukup banyak diminati oleh masyarakat memiliki
potensi yang baik dimanfaatkan sebagai media yang digunakan dalam melakukan
komunikasi politik terhadap khalayak. Hal yang menjadi
perlu diperhatikan adalah terkait dengan dampak positif dan negatif dari penggunaan
TikTok sebagai media Komunikasi politik karena sifatnya yang sangat rentan, terhadap
informasi-informasi manipulative seperti fakenews
dan hoax.
BIBLIOGRAFI
Anshari, Faridhian. (2013). Komunikasi politik di era
media sosial. Jurnal Komunikasi, 8(1), 91–101.
Hasfi, Nurul. (2019). Komunikasi Politik Di
Era Digital. POLITIKA, 10(1).
Hia, Emilina Fransiska, & Siahaan,
Chontina. (2021). Komunikasi Politik Di Era Digital. Humantech: Jurnal
Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 1(1), 6–18.
Indrawan, Deni, & Jalilah, Siti Rahmi.
(2021). Metode Kombinasi/Campuran Bentuk Integrasi Dalam Penelitian. Jurnal
Studi Guru Dan Pembelajaran, 4(3), 735–739.
Jalli, Nuurrianti. (2021). How TikTok Can
be the New Platform for Political Activism: Lessons from Southeast Asia. The
Conversation.
Pebrianti, Anisa. (2021). Tren Penggunaan
TikTok Pada Kalangan Remaja Mahasiswa Jurusan Sosiologi Angkatan 2021 FISIP
UPR. Journal SOSIOLOGI, 4(1), 46–51.
Suryani, Ita, Zulfikri, Akhmad, &
Muhariani, Wulan. (2021). Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Kampanye Untuk
Pencegahan Penyebaran Covid-19. J-IKA, 8(1), 93–101. https://doi.org/10.31294/kom.v8i1.10542
Susanto, Eko Harry. (2013). Dinamika komunikasi
politik dalam pemilihan umum. Jurnal Kajian Komunikasi, 1(2), 163–172.
Van Dijk, JAGM. (2012). Digital democracy:
Vision and reality. Public Administration in the Information Age: Revisited,
19, 49.
Vedel, Thierry. (2003). Political
Communication in New Era: Political Communication in The Edge of Internet
(Chapter 3). London & New York: Routledge.
Vieitez, A. M., Sänchez, M. C., García-Nimo,
M. L., & Ballester, Antonio. (2007). Protocol for micropropagation of
Castanea sativa. In Protocols for micropropagation of woody trees and fruits
(pp. 299–312). Springer.
Wahyuni, Dewi. (2020). Meningkatkan
Pembelajaran Sastra Melalui Perkembangan Era Digital. Jurnal Edukasi
Kultura: Jurnal Bahasa, Sastra Dan Budaya, 7(1).
Copyright holder: Herdaru Purnomo,
Mandra Adi Gunawan, Firda Anggraini (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |