Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
11, November 2022
Analisis
Sifat Fisis Kayu Aren (Arenga Pinnata)
Lydia Riekie Parera
Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh posisi batang terhadap
kadar air dan penyusutan batang pohon Aren
asal desa Hative Besar, kota
Ambon. Dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
2 (dua) faktor yaitu, faktor A (posisi aksial) dan faktor B (posisi radial) dengan ulangan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kadar air tertinggi pada arah aksial bagian
ujung sebesar 78,61% dan terendah pada arah radial bagian perifer sebesar 63,54%. Kadar air kering udara tertinggi pada arah aksial bagian
ujung sebesar 23,75% dan terendah pada arah radial bagian perifer sebesar 22,09%. Kerapatan segar tertinggi pada arah aksial bagian perifer sebesar 0.95 gr/cm3 dan
terendah pada arah aksial bagian ujung
sebesar 0,52 gr/cm3. Kerapatan
kering oven tertinggi pada arah radial bagian perifer sebesar 0,68 gr/cm3
dan terendah pada arah
radial bagian dalam sebesar 0,61 gr/cm3. Penyusutan
radial kondisi segar ke kering udara tertinggi
pada arah radial bagian dalam sebesar 12,75% dan terendah pada arah radial batang bagian perifer
sebesar 7,66%. Penyusutan
tangensial kondisi segar ke kering udara
tertinggi pada arah radial bagian dalam sebesar
14,01% dan terendah pada arah
radial batang bagian perifer sebesar 7,11%. Penyusutan radial kondisi segar ke kering oven tertinggi pada bagian dalam sebesar 15,55% dan terendah pada bagian perifer sebesar 12,10%. Penyusutan tangensial kondisi segar ke kering oven tertinggi pada arah radial bagian dalam sebesar 16,47% dan terendah pada bagian perifer dengan 10,78%.
Kata Kunci: aren (arenga pinnata);
kadar air; kerapatan; penyusutan
Abstract
The aim
of the study was to analyze the effect of stem position on the moisture content
and shrinkage of Aren stems from Hative
Besar village in Ambon city. The Research applied
complete random design with 2 (two) factors were factor A (axial position) and
factor B (radial position) with 3 (three) times replication. The results showed that the highest water content
in the axial direction of the tip was 78.61%, and the lowest was in the
peripheral radial direction of 63.54%. The highest air dry
moisture content was in the axial direction at the tip of 23.75%, and the
lowest was at the radial direction at the periphery of 22.09%. The highest
fresh density in the axial direction of the periphery was 0.95 gr/cm3 and the
lowest in the axial direction of the tip was 0.52 gr/cm3. The highest oven dry
density was in the radial direction of the periphery of 0.68 gr/cm3 and the
lowest was in the inner radial direction of 0.61 gr/cm3. The radial shrinkage
of fresh to the highest dry air in the inner radial direction was 12,75%, and
the lowest in the radial direction of the peripheral was 7.66%. Tangential
shrinkage of fresh to the highest dry air in the inner radial direction was
14.01%, and the lowest in the radial direction of the peripheral was 7.11%. The
radial shrinkage of fresh to dry oven was highest in the inner radial direction
was 15.55%, and the lowest in the radial direction of the peripheral was
12.10%. The fresh tangential shrinkage to the highest oven dry inner radial
direction was 16.47%, and lowest in the radial direction of the peripheral was
10.78%.
Keywords:
aren (arenga pinnata);
moisture content; shrinkag
Pendahuluan
Pohon Aren
atau Enau (Arenga pinnata) merupakan
pohon yang menghasilkan bahan-bahan industri yang sudah sejak lama kita kenal dan hampir semua bagian
atau produk tanaman ini dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat akan bahan-bahan alami dari hutan
terus meningkat dan kayu adalah bahan
alami yang banyak diminati. Dari segi manfaatnya, kayu dinilai mempunyai berbagai kelebihan yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan manusia.
Batang Aren
sebagai salah satu hasil hutan yang belum banyak dikenal
oleh masyarakat, merupakan
salah satu alternatif yang mungkin dapat menggantikan
peran kayu solid sebagai bahan baku
untuk keperluan industri perkayuan. Melihat kebutuhan masyarakat akan kayu yang terus meningkat, batang Aren diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. (Sunanto, 1993) mengatakan,
batang Aren sebagai salah satu bahan yang diperoleh dari tumbuhan Aren
yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan
dan peralatan.
Di desa Hative Besar, tumbuhan
Aren tersebar di seluruh kawasan hutan dan perkebunan, namun dengan seiringnya
waktu, tanaman ini hampir tidak
dilirik sama sekali untuk pengunaan
batang kayunya selain diambil hasil niranya.
Metode Penelitian
Pengambilan sampel
dilakukan di desa Hative Besar, Kecamatan
Teluk Ambon, kota Ambon. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Teknoligi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.
Alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain: gergaji rantai., parang, meter
roll, timbangan analitik,
caliper, gergaji tangan, gergaji besi, oven, desikator, kamera digital dan alat tulis menulis.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: batang pohon Aren (Arenga pinnata) berdiameter 36.5 cm yang sudah dewasa dan tidak bercacat. Contoh uji berukuran 10x3x3 cm.
Pengujian sifat
fisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perhitungan
kadar air, kerapatan dan penyusutan. Metode pengujian yang digunakan adalah standar ASTM D 143-83 (Anonim, 1993) dan dipadukan
dengan standar ASTM D
143-52 (Anonim, 1993) dalam (FRANSZ, 1997).
Contoh uji untuk
masing-masing pengujian diambil
dari bagian perifer dan bagian dalam batang aren,
pada bagian batang yang berbeda (pangkal, tengah dan ujung). Penentuan kadar air dilakukan pada kondisi kayu segar. Kerapatan yang dihitung adalah kerapatan berdasarkan volume
segar dan volume kering udara.
Besarnya penyusutan kayu diukur pada arah tangensial dan radial, dari kondisi segar ke kondisi kering
udara dan dari kondisi segar ke kondisi kering oven. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor yang diteliti yaitu faktor A (posisi batang dalam arah
aksial) dan faktor B (posisi batang dalam
arah radial).
Hasil dan Pembahasan
1. Kadar Air Batang Aren
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung di dalam kayu, yang diukur pada berbagai kondisi seperti kondisi segar, kondisi kering udara dan kondisi kering oven.
2. Kadar Air Kondisi
Segar
Kadar air
kayu bervariasi menurut ketinggian batang. Nilai kadar air segar arah aksial rata-rata tertinggi pada bagian ujung dan terendah pada bagian pangkal sedangkan pada arah radial, tertinggi pada bagian dalam batang dan terendah pada bagian perifer. Hal ini disebabkan karena pada bagian pangkal menyimpan jumlah kadar air yang lebih sedikit dibandingkan bagian ujung batang.
Bagian perifer kayu adalah bagian luar
dari batang yang memiliki jumlah kadar air lebih sedikit dibandingkan bagian dalam batang.
Bagian dalam batang memiliki jumlah kadar air lebih tinggi karena proses pertumbuhan pohon terjadi di dalam batang sehingga memiliki jumlah kadar air lebih tinggi.
Menurut Prayitno (1991), berdasarkan kemampuannya dalam menyerap dan menahan air, berkas-berkas vaskuler lebih rendah dibandingkan
dengan jaringan parenkim. Dengan demikian, batang Aren pada kondisi segar memiliki tingkat kadar air yang lebih rendah pada bagian pangkal dan bagian perifer batang, akan lebih tinggi
pada bagian ujung dan bagian dalam batang.
3. Kadar Air Kondisi Kering
Udara
Kadar air kondisi kering udara adalah
banyaknya air yang keluar dari batang namun
tidak merubah proporsi variasi kadar air pada batang seperti pada kadar air kondisi segar.
Nilai rata-rata Kadar Air kering
udara dalam arah aksial, tertinggi
pada bagian ujung dan terendah pada bagian pangkal, sedangkan pada arah radial, tertinggi pada bagian dalam dan terendah pada bagian perifer. Dari hasil analisis, kadar air kondisi kering udara menunjukkan bahwa dalam arah
aksial, arah radial dan interaksinya memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini dikarenakan, pada proses kering udara, kadar air batang aren kondisi
kering udara masih memiliki variasi nilai kadar
air yang sama dengan kadar air segar batang Aren. Air yang berada dalam kayu dikategorikan
menjadi 2 (dua) yaitu air bebas, yaitu air yang berada pada rongga sel, dan air terikat, yaitu air yang berada pada dinding sel. Pada
proses ini yang akan terjadi ialah air bebas yang terlepas dari rongga sel
sampai kayu berada pada titik jenuh serat, sedangkan
air terikat dapat terlepas dari dinding
sel melalui proses kering oven sampai kondisi kayu berada
di bawah titik jenuh serat.
4. Kerapatan Batang Aren
Batang Aren mempunyai tingkat kerapatan yang lebih tinggi pada bagian pangkal dan perifer batang, dan lebih rendah pada bagian ujung dan dalam batang. Hal ini terjadi pada kerapatan batang aren kondisi segar maupun kondisi kering udara.
5. Kerapatan Kondisi Segar
Nilai rata-rata kerapatan
segar dalam arah aksial tertinggi pada bagian pangkal sebesar 0,55 gr/cm3 dan terendah
pada bagian ujung sebesar 0,52 gr/cm3. Nilai rata-rata segar dalam arah radial tertinggi pada bagian perifer sebesar 0,59 gr/cm3
dan terendah pada bagian dalam batang sebesar
0,48 gr/cm3. Hal ini menunjukan
bahwa kayu pada kondisi segar, kayu berada pada volume maksimum, bagian perifer memiliki tingkat kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan bagian dalam batang.
Bagian perifer terhadap bagian dalam batang
berpengaruh sangat nyata. Adanya variasi kerapatan dikarenakan batang yang diambil untuk penelitian adalah dari posisi
yang berbeda-beda. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan dalam jumlah zat penyusun
dinding sel dan kandungan zat ekstraktif
per unit volume.
6. Kerapatan Kondisi Kering Udara
Hasil penelitian menunjukan bahwa arah aksial
batang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kerapatan batang kondisi kering udara dari
bagian pangkal, tengah dan ujung batang. Arah radial batang memberikan pengaruh yang sangat nyata juga terhadap kondisi kering udara dari
bagian perifer dan bagian dalam batang.
Sama halnya dengan berat jenis, nilai
kerapatan kayu akan naik dari hati kayu ke
arah kulit.
Pada
proses kerapatan kering udara, massa dan volume mencapai minimum sehingga kerapatan kondisi kering udara lebih
besar dari kerapatan kondisi segar. Hal ini dikarenakan perbandingan berat/massa terhadap volume. Berkurangnya volume dan massa terjadi karena adanya penyusutan, dimana proses kering udara melepaskan air yang menyebabkan susut dan juga berkurangnya massa.
7. Penyusutan Batang Aren
Penyusutan batang aren memiliki
tingkat yang lebih tinggi pada bagian ujung dan dalam batang, dan terendah pada bagian pangkat dan perifer. Hal ini terjadi pada penyusutan arah tangensial dan radial batang aren pada kondisi segar ke kondisi kering udara maupun kondisi
segar ke kondisi kering oven.
8. Penyusutan Arah radial Kondisi Segar ke Kering Udara
Nilai
rata-rata penyusutan radial segar ke
kering udara dalam arah aksial
tertinggi pada bagian ujung sebesar 10,57% dan terendah pada bagian pangkal sebesar 9,81%. Nilai
rata-rata penyusutan radial segar ke
kering udara tertinggi pada bagian dalam sebesar 12,75% dan terendah pada bagian perifer sebesar 7,66%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penyusutan radial kondisi segar ke kondisi kering udara dalam arah
radial memberikan pengaruh
yang nyata terhadap penyusutan tangensial, dari bagian perifer
dan bagian dalam batang. Hal ini disebabkan karena pada bagian dalam batang lebih
banyak melepaskan molekul-molekul air terikat dari molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa yang kemudian bergerak saling mendekat.
9. Penyusutan Tangensial Kondisi
Segar ke Kondisi Kering Udara
Nilai rata-rata penyusutan
tangensial kondisi segar ke kondisi kering
udara dalam arah aksial tertinggi
sebesar 11,27% terdapat
pada bagian ujung dan terendah sebesar 9,55% pada bagian pangkal. Nilai rata-rata penyusutan
tangensial kondisi segar ke kondisi kering
udara dalam arah radial tertinggi pada bagian dalam batang
sebesar 14,01% dan terendah
pada bagian perifer sebesar 7,11%.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pada arah radial memberikan pengaruh yang sangat nyata, dari bagian
perifer dan bagian dalam batang Enau.
Banyaknya penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel.
10. Penyusutan Radial Kondisi
Segar Ke Kering Oven
Nilai penyusutan batang Aren kondisi Segar ke kondisi kering
oven lebih besar dari penyusutan batang aren kondisi
segar ke kondisi kering udara. Nilai rata-rata penyusutan dalam arah aksial tertinggi
sebesar 14,71% dan terendah
sebesar 12,19%. Nilai penyusutan
radial sebesar 15,55% terdapat
pada bagian dalam batang dan terendah pada bagian pangkal sebesar 12,10%. Hasil Uji dalam penelitian ini menunjukkan bahwa arah radial batang memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyusutan kondisi segar ke kondisi kering
oven, dari bagian perifer dan bagian dalam batang. Hal ini menunjukan bahwa, jumlah air yang keluar dari batang
melalui proses pengeringan
oven lebih banyak dibandingkan proses pengeringan udara, yang dapat mengakibatkan dinding sel serat bergerak
lebih merapat dibandingkan penyusutan kondisi segar ke kondisi kering udara.
11. Penyusutan Tangensial Kondisi
Segar Ke Kondisi Kering Oven
Nilai rata-rata penyusutan
tangensial kondisi segar ke kondisi kering
oven dalam arah aksial tertinggi sebesar 15,19% pada bagian ujung dan terendah sebesar 12,34% pada bagian pangkal. Sedangkan dalam arah radial tertinggi sebesar 16,47% pada bagian dalam batang dan terendah sebesar 10,78 % pada bagian perifer.
Penyusutan tangensial dan radial sangat besar
ketika mengalami proses kering oven, dimana jumlah air yang terkandung akan dipaksa keluar
dengan kondisi pemanasan 103±20C. Jumlah
air yang terdapat pada rongga
sel maupun yang terdapat di dalam dinding sel semuanya
keluar sehingga rongga-rongga sel serta dinding-dinding sel semakin merapat
dan mengakibatkan penyusutan
yang besar. Pada proses ini
dapat dikatakan bahwa kadar air adalah nol atau
berada di bawak titik jenuh serat
dan sangat mempengaruhi volume dan juga penyusutan.
Posisi aksial batang memiliki
jumlah penyusutan yang
sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Perbandingan besar penyusutan batang aren pada arah radial dan tangensial yang didapat memiliki variasi, hal ini berbeda
dengan (Budianto, A, 2000) yang menyatakan bahwa penyusutan tangensial lebih besar dari
pada penyusutan radial dengan
suatu faktor antara atau setengah
dan tiga berbanding satu (beberapa ciri anatomis diduga
menjadi penyebab perbedaan ini, termasuk adanya jaringan jari-jari, penoktahan rapat pada dinding sel, dominasi
kayu musim panas dalam arah
tangensial dan perbedaan-perbedaan
dalam jumlah dinding sel secara
radial lawan tangensial.
Hal ini disebabkan karena batang pada tumbuhan monokotil berbeda dengan batang tumbuhan dikotil, yang mana batang tumbuhan monokotil tidak memiliki lingkaran tahun dan juga faktor-faktor lainnya.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut : 1) Kadar Air tertinggi terdapat pada bagian ujung (78,61%) dan terendah pada bagian pangkal (68,16%). Kadar
Air kondisi kering udara tertinggi pada bagian ujung (23,75%) dan terendah pada bagian pangkal (20,45%). Kerapatan kondisi segar tertinggi pada bagian pangkal (0,55 gr/cm3)
dan terendah pada bagian ujung (0,52 gr/cm3). Kerapatan
kondisi kering udara tertinggi pada bagian pangkal (0,67 gr/cm3)
dan terendah pada bagian ujung (0,63 gr/cm3). Penyusutan
arah radial (kondisi segar ke kondidi kering
udara), tertinggi pada bagian ujung (10,57%) dan terendah pada bagian pangkal (9,81%). Penyusutan arah tangensial (kondisi segar ke kondisi kering udara), tertinggi pada bagian ujung (11,27%) dan terendah pada bagian pangkal (9,55%). Penyusutan arah radial (kondisi segar ke kondisi kering
oven) tertinggi pada bagian
ujung (14,71%) dan terendah
pada bagian pangkal
(12,19%). Penyusutan arah tangensial (kondisi segar ke kondisi kering
oven), tertinggi pada bagian
ujung (15,19%) dan terendah
pada bagian pangkal
(12,34%). 2) Kadar air kondisi segar tertinggi pada bagian dalam (84,88%) dan terendah pada bagian perifer (63,54%). Kadar
air kondisi kering udara tertinggi pada bagian dalam (23,87%) dan terendah pada bagian perifer (22,09%). Kerapatan kondisi segar tertinggi pada bagian perifer (0,59 gr/cm3)
dan rendah pada bagian dalam (0,48 gr/cm3). Kerapatan
kondisi kering udara tertinggi pada bagian perifer (0,68 gr/cm3)
dan rendah pada bagian dalam (0,61 gr/cm3). Penyusutan
arah radial (kondisi segar ke kondisi kering
udara) tertinggi pada bagian dalam (12,57%) dan rendah pada bagian perifer (7,66%). Penyusutan arah tangensial (kondisi segar ke kondisi kering udara) tertinggi pada bagian dalam (14,01%) dan rendah pada bagian perifer (7,11%). Penyusutan arah radial (kondisi segar ke kondisi kering
oven) tertinggi pada bagian
dalam (15,55%) dan rendah
pada bagian perifer
(12,10%). Penyusutan arah tangensial (kondisi segar ke kondisi kering
oven) tertinggi pada bagian
dalam (16,47%) dan rendah
pada bagian perifer
(10,78%). 3) Faktor A (posisi
aksial batang) memberikan pengaruh terhadap perlakuan kadar air segar, dan kerapatan kering udara. 4) Faktor B (posisi radial batang) memberikan pengaruh terhadap perlakuan kadar air kondisi segar, kerapatan kondisi segar, kerapatan kondisi kering udara, penyusutan kondisi segar ke kondisi kering udara dan penyusutan kondisi segar ke kondisi kering oven. 5) Faktor Interaksi (AB) memberikan pengaruh terhadap perlakuan kadar air kondisi segar dan kerapatan kondisi kering udara.
Anonim.
(1993). Annual Book of ASTM Standards Section 4 Construction Colume 04.09
Wood. ASTM. Philadelphia: ASTM. Philadelphia. Google Scholar
Baharuddin,
Taskirawati I. (2009). Buku Ajar Hasil Hutan Bukan Kayu. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanudin. Google Scholar
Budianto,
A, D. (2000). Sistem Pengeringan Kayu. Penerbit kanasius. Yogyakarta.
Dumanauw,
J. F. (1990). Mengenal kayu. Kanisius. Google Scholar
FRANSZ,
Jimmy Johanson. (1997). Variabilitas struktur dan kualitas kayu nibung
(Caryota rumphiana Bl. ex Mart.). Universitas Gadjah Mada. Google Scholar
Gaspersz,
V. (1998). Metode Perancangan Untuk Ilmu-Ilmu Teknik dan Biologi.
Penerbit ARMICO, Jakarta. Google Scholar
Haygreen,
John G., & Bowyer, Jim L. (1996). Forest products and wood science: an
introduction. Iowa state university press. Google Scholar
Manuhuwa,
E. (2007). Kadar air dan berat jenis pada posisi aksial dan radial kayu sukun
(Arthocarpus communis, JR dan G. Frest). Jurnal Agroforestry, 2(1),
50. Google Scholar
Soeseno,
S. (1991). Bertanam Aren. PT. Penebar Suadaya. Jakarta. Google Scholar
Sunanto,
Hatta. (1993). Aren: Budidaya dan multigunanya. Penerbit Kanisius. Google Scholar
Copyright holder: Lydia Riekie Parera (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |