Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

IMPLEMENTASI SENI TARI RONGGENG PASER TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

 

Mika Aty, Darmiyati, Agus Rifani Syaifuddin

Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Tujuan pendidikan seni pada anak usia dini dalam pelaksanaannya lebih mengutamakan proses daripada hasil, dengan penekanan segi proses maka sasaran belajar pendidikan seni tidak mengharapkan anak didik menjadi seniman, melainkan sebagai wahana berekspresi dan berimajinasi, berkreasi sekaligus yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak. Seni tari tradisional merupakan salah satu produk kebudayaan yang banyak dihasilkan masyarakat Indonesia di masa lampau, Salah satu seni tari tradisional tersebut adalah tari ronggeng paser. Tari Ronggeng sebagai media pembelajaran untuk mendukung perkembangan sosial emosional PAUD dengan pertimbangan, Gerakan sederhana dan sedikit, sehingga mudah dicontoh dan dilakukan anak-anak usia dini baik perorangan maupun berkelompok, Berdasarkan hal tersebut, penggalian data dengan, 1)Metode Pembelajaran, 2)Implementasi, 3)Strategi, 4)Perilaku perkembangan yang muncul, peneliti memilih dua lembaga PAUD tersebut karna memiliki program unggulan dalam Kurikulumnya yang bermuatan seni tari ronggeng paser yaitu di TK Kartika V-14 Tanah Grogot dan TK Kuncup Harapan Tanah Grogot Kalimantan Timur.

 

Kata Kunci: Seni, Tari Rongeng Paser, Perkembangan Sosial Emosional

 

Abstract

The purpose of art education in early childhood in its implementation prioritizes process over results, with the emphasis on aspects of the process, the target of learning art education does not expect students to become artists, but as a vehicle for expression and imagination, creation at the same time that can cause a sense of pleasure in children. Traditional dance art is one of the  cultural products that many Indonesians produced in the past, one of the traditional dance arts is ronggeng paser dance. Ronggeng dance as a learning medium to support the social emotional development of ECCE with considerations, simple and few movements, so that it is easy to be modeled and carried out by early childhood both individually and in groups, Based on this, data mining with, 1) Learning Methods, 2) Implementation, 3) Strategies, 4) Developmental behaviors that arise, researchers choose the two ECCE institutions because they have excellent programs in their Curriculum which contains ronggeng paser dance art, namely at Kartika V-14 Kindergarten Tanah Grogot and  TK Tunas Harapan Tanah Grogot East Kalimantan.

 

Keywords: Art, Rongeng Paser Dance, Social Emotional Development

 

Pendahuluan

Pendidik dalam memfasilitasi kegiatan yang memungkinkan anak secara lancar dapat mengungkapkan rasa keindahan serta mengapresiasikan gejala keindahan yang ada disekeliling anak usia dini dengan perkembangan sosial emosional yang baik sejak usia dini telihat, memiliki sikap pemberani, mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain dilingkungannya, tidak mudah terpengaruh oleh nilai nilai budaya luar yang bernuansa negatif sehingga peneliti sangat merasa tertarik melakukan penelitian Implementasi, strategi pembelajaran seni tari ronggeng di kedua lembaga sekolah. menurut Aris Setiawan (2017), Perkembangan sosial merupakan peningkatan kemampuan individu dalam berinteraksi dengan orang lain, sedangkan perkembangan emosional adalah kemampuan individu untuk mengelola dan mengekspresikan perasaannya dalam bentuk ekspresi tindakan yang dinampakkan melalui mimik wajah maupun aktivitas lainnya (verbal atau non verbal) sehingga orang lain dapat mengetahui dan bahkan memahami kondisi atau keadaan yang dialami

Berdasarkan observasi awal, masih kurangnya anak usia dini dalam Perkembangan sosial emosional terlihat dibeberapa lembaga sekolah, namun peneliti melihat perkembangan sosial emosional yang baik dilembaga sekolah yang memiliki program unggulan seni tari, karna melalui tari anak dapat mengekpresikan perasaannya sesuai dengan keselarasan irama musik melalui aktivitas gerak, dalam mengembangkan perkembangan sosial emosional sangatlah penting bagi anak usia 5-6 tahun, selain itu anak juga akan merasa senang, serta memahami aspek musikalitas dengan irama bunyi musik tari yang dihadirkan dalam kegiatan menari.

Ibu kota Kabupaten Paser terletak di daerah Tana Paser atau Grogot. Paser memiliki kesenian tari daerah yang cukup unik. Ibu kota Kabupaten Paser terletak di daerah Tanah Grogot. Dua kabupaten ini memiliki suku dan seni budaya yang sama dan tidak sedikit yang berbeda, seperti misalnya suku yang ada di wilayah Penajam dominan adalah suku Bugis sedangkan di Paser penduduknya lebih dominan adalah suku Paser. Suku Paser memiliki kesenian tari daerah yang cukup unik yaitu Tari Ronggeng Paser.

Keunikan ini dapat dilihat dari bentuk gerak yang selalu mengikuti musik atau lagu yang dibawakan, musik dan kostum yang digunakan. Gerak yang terdapat pada Tari Ronggeng Paser menitik beratkan pada langkah kaki dan diikuti dengan liukan pinggul sehingga membuat tari ini terlihat lincah dan berbeda dengan tari lain yang ada di Kabupaten Paser. Tari ini juga cukup terkenal di kalangan masyarakat Suku Paser maupun suku lainya di Kabupaten Paser. Tari Ronggeng Paser merupakan kesenian yang masih ada dan terus berkembang hingga saat ini di Kabupaten Paser.

Hal-hal yang dipertimbangkan untuk memilih kedua lembaga tersebut adalah: Menggunakan tari sebagai program unggulan sekolah. Berada di Kecamatan Grogot sehingga memungkinkan pemantauan secara memadai. Penerimaan kepala sekolah dan guru atas seni tari Ronggeng sebagai salah satu media pembelajaran, pemahaman potensi perkembangan sosial emosional dengan pembelajaran tari Ronggeng paser yang telah disadari oleh pendidik/Guru dilembaga paud sebagai salah satu media belajar yang sesuai dengan karakteristik usia dini.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini diambil dengan penelitian kualitataif penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Corbin dan Strauss (2015) merupakan bentuk penelitian dimana peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data menjadi bagian dari proses penelitian sebagai partisipan bersama informan yang memberikan data.

            Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan data yang diinginkan berupa informasi-informasi  deskriptif,  dalam penelitian ini peneliti akan mengumpulkan informasi yang berkenaaan dengan Implementasi, strategi seni tari ronggeng paser dalam perkembangan sosial emosional yang baik sejak usia dini seperti, memiliki sikap pemberani, mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain dilingkungannya. tidak mudah mudah terpengaruh oleh nilai nilai budaya luar yang bernuansa negatif dan sekolah mampu memfasilitasi, memenuhi kebutuhan anak untuk mengekspresikan rasa keindahannya, dalam mengamati dan mendapatkan data yang valid, dengan teknik pengumpulan data dengan trianggulasi dilembaga TK Kartika V-14 Tanah Grogot dan TK Kuncup Harapan Tanah Grogot, dengan kisi- kisi pengalian data berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel  1

Kisi-kisi Pengalian Data

 

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Hasil

1.   Metode Pembelajaran Seni Tari Ronggeng Paser Bagi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Kegiatan ini ditandai sebagai program unggulan dilembaga sekolah dikarnakan Tari Ronggeng Paser adalah sebagai identitas daerah paser yang baik dikenalkan sejak usia dini, lalu kepala sekolah memuat dalam program pembelajaran disekolah, dengan perencanaan semester yang dukungan seluruh warga sekolah untuk mencapai pendidikan yang unggul bagi peserta didik, yang disepakati bersama guru dengan pembelajaran dalam program rutin dan pengembangan minat bakat, ditandai program pengembangan diri dan kegiatan rutin yang dimuat dalam pembelajaran mingguan yang ditugaskan pada seluruh pendidik, dibantu dengan dukungan yayasan, orang tua, untuk saling bersinergi dan berkomunikasi dalam melaksanakan dan mengajarkan tari ronggeng paser.

2.   Implementasi Tari Ronggeng Paser Terhadap Perkembangan Sosial Emosional anak usia dini.

Kegiatan ini ditandai dengan diadakan sarana prasarana untuk terlaksananya proses pembelajaran tari ronggeng paser, seperti ketersediaan lapangan yang cukup luas untuk berlatih, menyiapkan sound sistem, dan properti untuk kelancaran proses pembelajaran disekolah, kepala sekolah membantu dan menemani rekan rekan guru saat pembelajaran, ditandai dengan diadakan dan dikenalkan selama 30 menit dalam yang termuat dalam rencana semester dalam program kelas minat bakat, dan pembelajaran rutin, guru sebagai peran utama dalam memberikan pembelajaran tari ronggeng paser yang dilaksanakan dengan properti dan musik yang dalam mengiringi saat menari, tari ronggeng paser, dan dengan pembiasaan seperti anak terbiasa berbaris sendiri, mengambil air minumnya saat istirahat dan mengajak anak anak bersama berhitung ketika menari ronggeng paser, akan membuat anak mandiri dan mudah berkomunikasi dengan teman teman yang lain, dikarnakan tari ronggeng ini jenisnya berkelompok.

3.   Strategi Pembelajaran Dalam Menerapkan Tari Ronggeng Paser Bagi Peningkatan Perkembangan Emosional Anak Usia Dini. 

Kegiatan ini ditandai adanya Pra pengenalan dengan membuat rasa nyaman akan membuat anak semangat menirukan gerak gerak sederhana yang dicontohkan, sebelum mengajak anak untuk bergerak, guru juga membangkitkan semangat anak dengan berdiskusi terlebih dulu, seperti bertanya, tari apa yang akan kita latih bersama? bagaimana perasaan anak-anak dihari ini?, dan menyampaikan peraturan yang harus ditaati, Pengenalan dengan bentuk-bentuk gerak dasar. Seperti bertepuk tangan dengan berpola, berjinjit, berputar, melompat, merunduk, bergoyang Anak akan memperhatikan dan mengikuti gerakan guru dengan bersama-sama, dan melakukan evaluasi setelah 4-6 kali pertemuan dengan mengajak anak anak 2-3 orang secara bergantian untuk tampil didepan teman-teman yang lain, dan ditandai dengan Evaluasi/Penutup setelah pertemuan minggu ke4-6, lalu mengevaluasi bersama sama secara bergantian 3-5 anak untuk maju didepan teman-teman yang lain, lalu pemaparan langsung yang disampaikan oleh guru dan melaporkan hasil evaluasi kepada orang tua secara langsung tentang perkembangan anak.

4.   Perilaku Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Yang Muncul  

Kegiatan ini ditandai seperti melatih anak untuk berani berbarisan sendiri saat akan dimulainya pembelajaran seni tari ronggeng paser, lalu bertahap untuk mengajak anak berani tampil didepan kelas dan depan teman-temannya, membiasakan anak untuk mampu mencari tempat atau menempatkan dirinya dalam barisan dan mengkondisikan dirinya dengan barisan disamping kiri dan kanannya. anak juga sudah terbiasa untuk tidak boleh ditunggui oleh orang tua saat proses pembelajaran disekolah berlangsung. Kemandirian anak juga bisa terlihat ketika anak berani mengekpresikan gerak tari, anak langsung menirukan gerak yang dicontohkan oleh gurunya, tanpa harus disuruh, walaupun ada saja anak anak yang tidak mau bergerak namun saya ajak dengan bahasa dan rayuan, Mudah berinteraksi seperti pada awalnya anak yang takut menjawab jika ditanya oleh ibu gurunya, lambat laun berani berbicara dan mejawab, banyak manfaat bagi peserta didik selain sebagai penyalur ekspresi siswa, wadah komunikasi, tampak ketika anak sudah mampu tampil didepan umum dengan ekspresi senyum, dan mampu bergerak dengan percaya diri.

 

Pembahasan

Berdasarkan temuan-temuan yang telah dipaparkan adalah pembahasan Implementasi seni tari ronggeng paser dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini dengan studi multi situs pada TK Kartika V-14 Tanah Grogot dan TK Kuncup Harapan Tanah Grogot.

Penetapan tujuan pembelajaran adalah awal langkah yang penting dilakukan, dengan tujuan inilah pendidik dapat menentukan apakah yang menjadi target perkembangan/perubahan perilaku anak apa yang kan diharapkan dicapai oleh anak, dalam penentu materi ajar/ informasi apa yang harus diperoleh anak dalam menjadi pembelajaran yang efektif bagi anak, dan keberhasilan tujuan pembelajaran.  (Nugraha, 2018). Dalam hal ini kepala sekolah menetapkan tari ronggeng paser sebagai program unggulan dilembaga sekolahnya sebagai program pembentukan perkembangan sosial emosionak anak usia dini.

Kepala sekolah sebagai administrator yang memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas pengelolaan penyusunan, pengadministrasian, dan pendokumentasi seluruh aktifivitas program sekolah, secara sepesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola sarana prasarana, administrasi kearsipan, kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efesien agar menunjang produktivitas sekolah. (Fiqri, 2020) dalam hal ini kepala sekolah Merencanakan Seni Tari Ronggeng Paser ini yang dimuat sebagai program unggulan dilembaga sekolah dikarnakan Tari Ronggeng Paser adalah sebagai identitas daerah paser yang baik dikenalkan sejak usia dini.

Senada dengan yang dijelaskan oleh Wiyani & Barnawi (Mulyani, 2016) bahwa pembelajaran yang berorientasi pada perkemabangan anak mengacu pada tiga hal penting,  berorientasi pada usia yang tepat, berorientasi pada individu yang tepat dan berorientasi pada konteks sosial budaya,  sebagai media pendidikan anak usia dini, seni tari dalam pelaksanaanya tidak lepas dari proses mengajarnya.

Penciptaan kelarasan antara pendidikan orang tua dan pendidikan dilembaga pendidikan sangat penting sehingga terjadi kesamaan perlakuan terhadap anak dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang dimiliki secara optimal  (Nugraha, 2018).

Pengembangan program dilembaga PAUD yang melibatkan orang tua di dalamnya akan mengembangkan suatu kaloborasi yang baik karena program tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara orang tua dan lembaga pendidikan sehingga anak meningkatkan kualitas penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini ke arah yang lebih baik  (Nugraha, 2018),Dalam hal ini kepala sekolah beserta dengan tenaga pendidiknya yang terlibat langsung dalam proses Implementasi  Seni Tari Ronggeng Paser sebagai media pembelajaran untuk mendukung perkembangan sosial emosional peserta didik.

Program semester pembelajaran seni tari ronggeng  dilembaga PAUD didesain dengan matang dan terarah sejalan dengan tujuan pembelajaran seni memenuhi kebutuhan  yang mendasar bagi anak dalam mengaktualisasikan diri dilingkungan sekitar dimana sejatinya tidak hanya beljar atau mempelajari tentang gerak, tetapi sebagai alat atau sarana mengembangkan sosial emosional anak dan media untuk mengungkapkan perasaan dan emosi anak dengan cara yang aman dan positif. (Mulyani, 2016).                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              

Seni dalam pembelajaran PAUD, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hal ini karena anak sejatinya menyukai keindahan,  kesenangan, kegembiraan, dan Tujuan mendasar dari seni menurut Humar Sahman dalam Mulyani (2016), yakni tujuan praktis dan tujuan teoritis. Tujuan praktis, dalam hal ini adalah karya seni yang berhubungan erat dengan kegunaan (applied art). seperti seni tari, umumnya  tari sebagai suatu pertunjukan yang dapat dinikmati, dalam hal ini seni tari ronggeng sebagai pertunjukan dan sebagai bentuk identitas masyarakat paser.

Wihterington mengatakan bahwa belajar adalah suatu  perubahan didalam keperibadian yang mengatakan sebagai pola baru daripada reaksi berupa kecakapan, sikap, dan kebiasaan (Rachmi, 2017). Program mingguan yang dimuat pada setiap pertemuan dalam waktu 30 menit tersebut, akan diajarkan fokus, disiplin, dalam pembelajaran seni anak tidak hanaya menghafal gerakan tari, tetapi belajar menaati dan melaksanakan perintah guru sehingga proses ini sebagai bentuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini (Novi, 2016).

Saran prasarana dalam proses pembinaan atau pembelajaran sangat dibutuhkan dalam memudahkan berjalannya proses pendidikan dan pembinaan secara optimal sesuai dengan yang diharapkan. (Fiqri, 2020) dalam hal ini proses pembelajaran seni tari ronggeng paser, Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nur Indah Fadila bahwa sarana dan prasarana adalah penunjang dalam proses belajar mengajar, tim penyusun pedoman pembukuan media pendidikan yang mana sarana pendidikan merupakan pasilitas yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, baik bergerak maupun tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dengan  teratur, lancar, efektif dan efesien.(Fadila,2018) Keberhasilan program pendidikan pada lembaga sekolah juga sangat dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah dan harus di optimalisasi pengelolaannya dan pemanfaatannya (Nurhattati, 2016) yang dalam hal ini adalah sarana prasarana yang dibutuhkan dalam program pembelajaran seni tari ronggeng paser.

Kelas minat dan bakat  merupakan program internal dari sistem pendidikan nasional melalui kehususan dalam pelayanan pendidikan, anak ang memeperoleh kesempatan yang maksimal untuk berkemabang sesuai dengan potensinya, maka anak akan menjadi manusia yang mandiri, produktif dan mampu memberi konribusi yang sangat berarti bagi peniangkatan kualitas kehidupan bersama. Maka setiap jenjang pendidikan tidak dapat dilakukan secara beragam. (Prasetyo & Bashori, 2021) Dalam hal ini lembaga sekolah memilih tari ronggeng paser sebagai kelas minat dan bakat siswa, salah satunya dalam mengembangkan perkembangan sosial emosional anak usia dini.

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh plato dalam Lestiningrum bahwa perkembangan sosial emosional anak dapat dikembangkan pada awal kehidupan anak, anak dapat terbiasa dalam antri, sikap disiplin, keadilan dan keberanian. (Lestariningrum, 2018) dalam hal ini pembiasaan dengan pembelajaran tari ronggeng paser yang dilaksanakan dengan program minat dan bakat agar anak terbiasa untuk tampil didepan umum percaya diri, mandiri, dan mudah berinteraksi dengan orang lain.

Secara alamiah, setiap anak memiliki sifat yang unik, yang berarti setiap anak memiliki keberagaman, berbeda satu dengan yang lain, seperti dalam hal bakat, keperibadiam dan kondisi fisik jasmani (Kemendikbud, 2018). Borgata mengemukakan Aspek modernisasi tidak hanya sebatas melihat perubahan, namun akan lebih dari itu, misalnya, dalam hal efiensi suatu pembelajaran, meningkatkan interaksi dengan sesama dan ruangan, sangat menentukan hubungan sosial  lebih dari itu. (Prasetyo & Bashori, 2021).

Pembiasaan menempatkan manusia  sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan agar kegiatan itu dapat dilakukan dalam suatu kegiatan, metode ini efektif dalam membetuk keterampilan sosial, Teori Operant Conditioning, dalam dunia pisikologi  yang membiasakan peserta didik untuk membiasaakan, disiplin giat belajar, bekerja kera dan bertanggung jawab atas segala tugas yang dilakukan (Mahmud, 2018).

Pembiasaan adalah suatu yang sengaja dilakukan berulang agar sesuatu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan habituation ini menitikan pada pengalaman, karena kebiasaan ialah suatu yang diamalkan, dan inti kebiasaan adalah pergaulan, Anak mengembangkan kemampuan sosial melalui interaksi dengan guru, bermain dengan teman, bekerja sama dan intekasi didalam maupun luar kelas. (Semrud-likmean,2016). Penanaman perilaku pembiasaan pada anak saat peroses pembelajaran tari ronggeng paser berupa mengambil dan menyimpan properti/alat tari kembali ketempat semula, menyimpan botol minum, baris sesuai dengan aturan yang sudah disepakati bersama, dan berbaris rapi, pembiasaan ini ditanamkan pada anak agar dapat diterima orang sekitar sesuai dengan aturan yang berlaku disekelilignya, dalam hal ini guru sebagai pendidiklah yang mengajarkan prilaku yang baik, maka anak akan mudah melaksanakan dan menyesuaikan dirinya.

Keterampilan adalah bagian dari perkembangan anak, Hurlock dalam (Musyarofah,2018) mengemukaan bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan untuk berperilaku sesuai tuntutan sosial, anak yang baru dilahirkan tentu belum memiliki sifat sosial, anak belum mampu untuk bergaul, untuk mencapai kematangan sosial anak harus  belajar bagaimana cara menysuaikan diri dengan orang lain. Sikap kemandirian anak yang diperoleh melalui proses pengalaman seseorang anak dalam perkembangannya dimana hal ini adalah proses menuju kemandirian, individu anakn belajar untuk menghadapi kemandirian, seperti pandangan teori Erikson faktor sosial dan budaya berperan pada perkembangan manusia, termasuk dalam perkemabangan kemandirian anak (Sa'diyah, 2017)

Mudah berinteraksi pada anak terlihat pada beberapa anak yang awalnya penakut, dan tidak ingin berinteraksi dengan teman temannya disekolah, kini sudah berinteraksi dengan teman teman disekolah,  dengan adaanya pembelajaran seni tari yang yang menyenangkan dan gerakan yang mudah dihapal dengan rasa senang munculah rasa nyaman pada anak yang ditunjukan melalui cara anak menari bebas tanpa tekanan, selalu seyum dan tatapan yang penuh dengan rasa percaya diri (Mulyani, 2016). Mudah Berinteraksi bagi anak dalam hal ini anak dapat beradaptasi dengan temannya, adaptasi anak dalam melihat keadaaan yang sedang berlangsung. Apabila keadaanya menarik hati maka tanpa ada rasa malu anak akan turut pada keadaan tersebut  (Dahlan, 2019).

Chapman menjelaskan bahwa studi aspek sosial dalam pendidikan seni bagaimana kualitas sebuah karya seni mampu dalam mengekpresikan nilai-nilai sosial dan digunakan untuk mengekpresikannya dalam hal ini berarti memberikan keterampilan dasar untuk beradaptasi dalam berbagai lingkungan sosial (Mulyani, 2016), teori dari prinsip pendekatan Develomentally Appropriate Paracties (DAP) yang dicetuskan oleh Bredekamp mengatakan bahwa anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa disekitarnya dan teman-teman sebayanya. (Dahlan, 2019). Anak dapat belajar berinteraksi dengan memberi kesempatan anak untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berkelompok, sehingga anak dapat berlajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan kwan-kawannya, termasuk juga dengan diskusi saat pembelajaran seni tari ronggeng paser yang dapat menjadi salah satu proses pembelajaran yang efektif untuk perkembangan anak dalam berinteraksi.

 

Kesimpulan  

            Berdasarkan pembahasan tentang Implementasi Seni Tari Ronggeng Paser bagi perkembangan sosial emosional anak usia dini, pembelajaran tari ronggeng paser pada anak usia dini dilaksanakan dengan mutan kurikulum disekolah yaitu menjadi salah satu program unggulan yang dilaksakan dilembaga sekolah untuk mengembangkan sikap percaya diri anak, mandiri dan mudah berinteraksi dengan orang lain. Sarana prasarana dalam menujang proses pembelajaran seni tari ronggeng paser pada anak usia dini, seperti ruang khusus tempat anak berlatih, atau lapangan terbuka, sound sistem/tape recorder, buku/penilian dan properti. Peran pendidik dalam menerapkan pembelajaran tari ronggeng paser dilakukan dengan betahap, memberikan arahan, contoh dan membangun komunikasi dengan anak untuk menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan perkembanganya khususnya sikap kemandirian, percaya diri dan mudah berinteraksi dengan orang lain.  Guru sebaiknya ikut serta dalam setiap kegiatan, aktivitas anak disekolah, dan lebih berperan aktif dalam memberikan pembelajaran, dan pengarahaan untuk anak, khususnya dalam proses pembentukan sikap percaya diri anak, mandiri, dan mudah berinterkasi.


 

BIBLIOGRAFI

Ananda, R. (2018). Peningakatan Kemampuan Sosial Emisional Melalui Permainann Kolaboratif Pada Anak KB. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 20-26.

 

Anggito, A. &. (2018). Metododlogi Penelitian Kualitataif. Jawa Barat: Cv. Jejak.

 

Arifin. (2013). Pengantar penelitian pendidikan, Pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Malang: IKIP Budi Utomo.

 

Aris Setiawan, D. (2017). Pembelajaran Seni Tari Sebagai Media Mengembangkan Kecerdasan Sosial, Emosional, dan Kognitif Pada Anak Usia Dini. ISSN.

 

Dahlan, A. M. (2019). Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini. Yogyakarta: CV Budi Utama.

 

dkk, A. S. (2017). Pembelajaran Seni Tari Sebagai Media Mengembangkan Keecerdasan Sosial, Emosional dan Kognitif Pada Anak Usia Dini. “Membangun Sinergitas Keluarga dan Sekolah Menuju PAUD Berkualitas, 186-192.

 

Dkk, I. G. (2018). Model Pembelajaran Tari Kreatif untuk Meningkatkan Percaya Diri Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jurnak Pendidikan Anak Usia Dini, 25.

 

Dr. Wahidmurni, M. (2017). Pemaparan Metode Peneltian Kualitatif. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 1-9.

 

Dr.Umar Sidiq, M. (2019). Metode Penelitian Kualitataif di Bidang Pendidikan. Ponorogo: Cv . Nata Karya.

 

Einon, D. (2016). Learning Early. Jakarta: Grasindo.

 

Fatimah Dkk. (2016). Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Di Tk Nurul Mubin Singaraja. Pendidikan Anak Usia Dini Univeritas Pendidikan Ganesha.

 

Fitrah. (2017). Metode Penelitian Kualitataif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: Cv. Jejak .

 

Fitriani, D. (2016). Pemetaan Kompetensi Guru PAI di PAUD/TK Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di Aceh . PIAUD FTK UIN.

 

Hidayat, A. (2021). Studi Kasus keperawatan. Surabaya: Healty Book Publishing.

 

Hidayat, R. (2019). Tari Pendidikan Pengajaran Seni Tari Pendidikan. Yogyakarta: Media Kreativ.

 

IIam, N. (2019). Tari Ronggeng Paser Sebagai Identitas Masyarakat Suku Paser di Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Yogyakarta.

 

Lestariningrum, A. (2018). Pengaruh penggunaan media Vcd Terhadap Nilai-Nilai Agama dan Moral Anak. Pendidikan Anak Usia dini Vol.8 No.2.

 

Mahmud. (2018). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

 

Manik. (2015). Metode Kualitataif. Sidoarjo: Zifatama Publisher.

 

Maya Panorama, S. M. (2017). Pendekatan Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.

 

Mulyani, N. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

 

Mulyani, N. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini . Yogyakarta: Gava Media.

 

Murtanto, M. (2018). Pendekatan Belajar Aktif di TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

 

Nasir, M. F. (2021). Perkembangan Sosial emosional Siswa Broken Home. Jurnal of Guidance and counseling, 256-288.

 

Novi, M. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

 

Nugraha, A. (2018). Pelibatan Orag Tua dan Masyarakat. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

 

Nurhattati, F. (2016). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: PT. raja grafindo persada.

 

PAUD, T. P. (2016). Universitas Sriwijaya.

 

Prof, D. S. (2019). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitataif dan R&D . Bandung: CV . ALFABETA.

 

Rachmi, T. (2017). Keteramilan Musik dan Tari. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

 

Rachmi, T. (2017). Keterampilan Musik dan Tari. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

 

Sa'diyah, R. (2017). Pentingnya Melatih Kemandirian. Kordinat Vol. XVI, 44.

 

Sinambela, P. N. (2016). Kurikulum 2013 dan Implementsinya Dalam pembelajaran. Jurnal Unimed.

 

Suminah, E. P. (2018). Kerangka Dasar dan Strukut Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

 

Surtaningsih, F. (2020). Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini . Introver, 72-81.

 

Waseso, I. (2015). Mateti Pokok Evaluasi Pembelajaran. Tangeran Selatan: Universitas Terbuka.

 

Copyright holder:

Mika Aty, Darmiyati, Agus Rifani Syaifuddin (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: