Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
IMPLEMENTASI SENI TARI RONGGENG PASER TERHADAP PERKEMBANGAN
SOSIAL EMOSIONAL AUD
Mika Aty, Darmiyati, Agus Rifani Syaifuddin
Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Tujuan pendidikan seni pada anak usia dini
dalam pelaksanaannya lebih mengutamakan proses daripada hasil, dengan penekanan segi proses maka sasaran belajar
pendidikan seni tidak mengharapkan anak didik menjadi seniman, melainkan sebagai wahana berekspresi dan berimajinasi, berkreasi sekaligus yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak. Seni tari tradisional merupakan
salah satu produk kebudayaan yang banyak dihasilkan masyarakat Indonesia di
masa lampau, Salah satu seni tari tradisional tersebut adalah tari ronggeng
paser. Tari Ronggeng sebagai media pembelajaran untuk
mendukung perkembangan sosial emosional PAUD dengan pertimbangan, Gerakan
sederhana dan sedikit, sehingga mudah dicontoh dan dilakukan anak-anak usia
dini baik perorangan maupun berkelompok, Berdasarkan hal tersebut, penggalian
data dengan, 1)Metode Pembelajaran, 2)Implementasi, 3)Strategi, 4)Perilaku
perkembangan yang muncul, peneliti memilih dua lembaga PAUD tersebut karna
memiliki program unggulan dalam Kurikulumnya yang
bermuatan seni tari ronggeng paser yaitu di TK Kartika V-14 Tanah Grogot dan TK Kuncup Harapan Tanah Grogot Kalimantan Timur.
Kata Kunci:
Seni, Tari Rongeng Paser, Perkembangan Sosial
Emosional
Abstract
The purpose of art education in early childhood in its implementation
prioritizes process over results, with the emphasis on aspects of the process,
the target of learning art education does not expect students to become
artists, but as a vehicle for expression and imagination, creation at the same time that can cause a sense of pleasure in
children. Traditional dance art is one of the cultural products that many Indonesians
produced in the past, one of the traditional dance arts is ronggeng paser dance. Ronggeng dance as a learning medium to support
the social emotional development of ECCE with considerations, simple and few
movements, so that it is easy to be modeled and carried out by early childhood
both individually and in groups, Based on this, data mining with, 1) Learning
Methods, 2) Implementation, 3) Strategies, 4) Developmental behaviors that
arise, researchers choose the two ECCE institutions because they have excellent
programs in their Curriculum which contains ronggeng paser
dance art, namely at Kartika V-14 Kindergarten Tanah Grogot
and TK Tunas Harapan Tanah Grogot East Kalimantan.
Keywords: Art, Rongeng
Paser Dance, Social Emotional Development
Pendahuluan
Pendidik dalam memfasilitasi kegiatan yang memungkinkan anak secara lancar
dapat mengungkapkan rasa keindahan serta mengapresiasikan gejala keindahan yang
ada disekeliling anak usia dini dengan perkembangan
sosial emosional yang baik sejak usia dini telihat,
memiliki sikap pemberani, mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain
dilingkungannya, tidak mudah terpengaruh oleh nilai nilai
budaya luar yang bernuansa negatif sehingga peneliti sangat merasa tertarik
melakukan penelitian Implementasi, strategi pembelajaran seni tari ronggeng di
kedua lembaga sekolah. menurut Aris Setiawan
Berdasarkan observasi awal, masih kurangnya anak
usia dini dalam Perkembangan sosial emosional terlihat
dibeberapa lembaga sekolah, namun peneliti melihat
perkembangan sosial emosional yang baik dilembaga sekolah yang memiliki program
unggulan seni tari, karna melalui
tari anak
dapat mengekpresikan perasaannya sesuai dengan keselarasan irama musik melalui
aktivitas gerak,
dalam mengembangkan perkembangan
sosial emosional sangatlah penting bagi anak usia
5-6 tahun, selain itu anak juga akan
merasa senang, serta
memahami aspek musikalitas dengan irama bunyi musik
tari yang dihadirkan dalam kegiatan menari.
Ibu kota Kabupaten
Paser terletak di daerah Tana Paser atau Grogot. Paser
memiliki kesenian tari daerah yang cukup unik. Ibu
kota Kabupaten Paser terletak di daerah Tanah Grogot. Dua
kabupaten ini memiliki suku dan seni budaya yang sama dan tidak sedikit yang berbeda, seperti misalnya suku yang ada di wilayah Penajam dominan adalah suku Bugis sedangkan di Paser penduduknya lebih dominan adalah suku Paser. Suku
Paser memiliki kesenian tari daerah yang cukup unik yaitu
Tari Ronggeng Paser.
Keunikan ini dapat dilihat
dari bentuk gerak yang selalu mengikuti musik atau lagu yang dibawakan, musik dan kostum yang digunakan. Gerak yang terdapat pada Tari
Ronggeng Paser menitik beratkan pada langkah kaki dan diikuti dengan liukan pinggul
sehingga membuat tari ini terlihat lincah
dan berbeda dengan tari
lain yang ada di Kabupaten Paser. Tari ini juga cukup terkenal di kalangan masyarakat Suku Paser maupun
suku lainya di Kabupaten Paser. Tari Ronggeng Paser merupakan kesenian yang masih ada dan terus berkembang
hingga saat ini di Kabupaten Paser.
Hal-hal yang dipertimbangkan
untuk memilih kedua lembaga tersebut adalah: Menggunakan tari sebagai program
unggulan sekolah. Berada di Kecamatan Grogot sehingga
memungkinkan pemantauan secara memadai. Penerimaan kepala sekolah dan guru atas
seni tari Ronggeng sebagai salah satu media pembelajaran, pemahaman potensi
perkembangan sosial emosional dengan pembelajaran tari Ronggeng paser yang
telah disadari oleh pendidik/Guru dilembaga paud
sebagai salah satu media belajar yang sesuai dengan karakteristik usia dini.
Metode Penelitian
Penelitian ini diambil dengan
penelitian kualitataif penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Corbin dan Strauss (2015) merupakan
bentuk penelitian dimana peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data menjadi bagian dari proses penelitian sebagai partisipan bersama informan yang memberikan data.
Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan data yang
diinginkan berupa informasi-informasi
deskriptif, dalam penelitian ini
peneliti akan mengumpulkan informasi yang berkenaaan
dengan Implementasi, strategi seni tari ronggeng paser dalam perkembangan
sosial emosional yang baik sejak usia dini seperti, memiliki sikap pemberani,
mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain dilingkungannya. tidak mudah mudah terpengaruh oleh nilai nilai
budaya luar yang bernuansa negatif dan sekolah mampu memfasilitasi, memenuhi
kebutuhan anak untuk mengekspresikan rasa keindahannya, dalam mengamati dan
mendapatkan data yang valid, dengan teknik pengumpulan data dengan trianggulasi dilembaga TK Kartika V-14 Tanah Grogot dan TK Kuncup Harapan Tanah Grogot,
dengan kisi- kisi pengalian data berikut:
Tabel 1
Kisi-kisi Pengalian Data
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Hasil
1.
Metode Pembelajaran Seni Tari Ronggeng Paser Bagi Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini
Kegiatan ini ditandai sebagai program unggulan dilembaga
sekolah dikarnakan Tari Ronggeng Paser adalah sebagai
identitas daerah paser yang baik dikenalkan sejak usia dini, lalu kepala
sekolah memuat dalam program pembelajaran disekolah, dengan perencanaan
semester yang dukungan seluruh warga sekolah untuk mencapai pendidikan yang
unggul bagi peserta didik, yang disepakati bersama guru dengan pembelajaran
dalam program rutin dan pengembangan minat bakat, ditandai program pengembangan
diri dan kegiatan rutin yang dimuat dalam pembelajaran mingguan yang ditugaskan
pada seluruh pendidik, dibantu dengan dukungan yayasan, orang tua, untuk saling
bersinergi dan berkomunikasi dalam melaksanakan dan mengajarkan tari ronggeng
paser.
2.
Implementasi Tari Ronggeng Paser Terhadap Perkembangan Sosial Emosional
anak usia dini.
Kegiatan ini ditandai dengan diadakan sarana prasarana
untuk terlaksananya proses pembelajaran tari ronggeng paser, seperti
ketersediaan lapangan yang cukup luas untuk berlatih, menyiapkan sound sistem, dan properti untuk kelancaran proses
pembelajaran disekolah, kepala sekolah membantu dan menemani rekan rekan guru saat pembelajaran, ditandai dengan diadakan dan
dikenalkan selama 30 menit dalam yang termuat dalam rencana semester dalam
program kelas minat bakat, dan pembelajaran rutin, guru sebagai peran utama
dalam memberikan pembelajaran tari ronggeng paser yang dilaksanakan dengan
properti dan musik yang dalam mengiringi saat menari, tari ronggeng paser, dan dengan
pembiasaan seperti anak terbiasa berbaris sendiri, mengambil air minumnya saat
istirahat dan mengajak anak anak bersama berhitung
ketika menari ronggeng paser, akan membuat anak mandiri dan mudah berkomunikasi
dengan teman teman yang lain, dikarnakan
tari ronggeng ini jenisnya berkelompok.
3.
Strategi Pembelajaran Dalam Menerapkan Tari Ronggeng Paser Bagi Peningkatan
Perkembangan Emosional Anak Usia Dini.
Kegiatan ini ditandai adanya Pra pengenalan
dengan membuat rasa nyaman akan membuat anak semangat menirukan gerak gerak sederhana yang dicontohkan, sebelum mengajak anak
untuk bergerak, guru juga membangkitkan semangat anak dengan berdiskusi
terlebih dulu, seperti bertanya, tari apa yang akan kita latih bersama?
bagaimana perasaan anak-anak dihari ini?, dan
menyampaikan peraturan yang harus ditaati, Pengenalan dengan bentuk-bentuk
gerak dasar. Seperti bertepuk tangan dengan berpola,
berjinjit, berputar, melompat, merunduk, bergoyang Anak akan memperhatikan dan mengikuti gerakan guru dengan bersama-sama, dan
melakukan evaluasi setelah 4-6 kali pertemuan dengan mengajak anak anak 2-3 orang secara bergantian untuk tampil didepan teman-teman yang lain, dan ditandai dengan Evaluasi/Penutup
setelah pertemuan minggu ke4-6, lalu mengevaluasi bersama sama secara
bergantian 3-5 anak untuk maju didepan teman-teman
yang lain, lalu pemaparan langsung yang disampaikan oleh guru dan melaporkan
hasil evaluasi kepada orang tua secara langsung tentang perkembangan anak.
4.
Perilaku Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Yang Muncul
Kegiatan ini ditandai
seperti melatih anak untuk berani berbarisan sendiri
saat akan dimulainya pembelajaran seni tari ronggeng paser, lalu bertahap untuk
mengajak anak berani tampil didepan kelas dan depan
teman-temannya, membiasakan anak untuk mampu mencari tempat atau menempatkan dirinya dalam barisan dan
mengkondisikan dirinya dengan barisan disamping kiri dan kanannya. anak juga sudah terbiasa untuk
tidak boleh ditunggui oleh orang tua saat proses pembelajaran disekolah
berlangsung. Kemandirian anak juga bisa terlihat ketika anak berani mengekpresikan gerak tari, anak langsung menirukan gerak
yang dicontohkan oleh gurunya, tanpa harus disuruh, walaupun ada saja anak anak yang tidak mau bergerak namun saya ajak dengan bahasa
dan rayuan, Mudah berinteraksi seperti pada awalnya anak yang takut menjawab
jika ditanya oleh ibu gurunya, lambat laun berani berbicara dan mejawab, banyak manfaat bagi peserta didik selain sebagai
penyalur ekspresi siswa, wadah komunikasi, tampak ketika anak sudah mampu
tampil didepan umum dengan ekspresi senyum, dan mampu
bergerak dengan percaya diri.
Pembahasan
Berdasarkan
temuan-temuan yang telah dipaparkan adalah pembahasan Implementasi seni tari
ronggeng paser dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini dengan studi multi situs pada TK Kartika V-14 Tanah Grogot
dan TK Kuncup Harapan Tanah Grogot.
Penetapan tujuan pembelajaran
adalah awal langkah yang penting dilakukan, dengan tujuan inilah pendidik dapat
menentukan apakah yang menjadi target perkembangan/perubahan perilaku anak apa
yang kan diharapkan dicapai oleh anak, dalam penentu materi ajar/ informasi apa
yang harus diperoleh anak dalam menjadi pembelajaran yang efektif bagi anak,
dan keberhasilan tujuan pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai
administrator yang memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas pengelolaan
penyusunan, pengadministrasian, dan pendokumentasi seluruh aktifivitas
program sekolah, secara sepesifik, kepala sekolah
harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi
peserta didik, mengelola sarana prasarana, administrasi kearsipan, kegiatan
tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efesien
agar menunjang produktivitas sekolah. (Fiqri, 2020) dalam hal ini kepala sekolah Merencanakan Seni
Tari Ronggeng Paser ini yang dimuat sebagai program unggulan dilembaga sekolah dikarnakan Tari Ronggeng Paser adalah sebagai identitas
daerah paser yang baik dikenalkan sejak usia dini.
Senada dengan yang dijelaskan
oleh Wiyani & Barnawi
Penciptaan kelarasan antara pendidikan orang tua dan pendidikan dilembaga
pendidikan sangat penting sehingga terjadi kesamaan perlakuan terhadap anak
dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang dimiliki secara optimal
Pengembangan program dilembaga PAUD yang melibatkan orang tua di dalamnya
akan mengembangkan suatu kaloborasi yang baik karena
program tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara orang tua dan
lembaga pendidikan sehingga anak meningkatkan kualitas penyelenggaraan program
pendidikan anak usia dini ke arah yang lebih baik
Program semester pembelajaran seni tari ronggeng dilembaga PAUD didesain dengan matang dan
terarah sejalan dengan tujuan pembelajaran seni memenuhi kebutuhan yang mendasar bagi anak dalam
mengaktualisasikan diri dilingkungan sekitar dimana
sejatinya tidak hanya beljar atau mempelajari tentang
gerak, tetapi sebagai alat atau sarana mengembangkan sosial emosional anak dan
media untuk mengungkapkan perasaan dan emosi anak dengan cara yang aman dan
positif.
Seni dalam pembelajaran PAUD,
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hal ini karena anak sejatinya
menyukai keindahan, kesenangan,
kegembiraan, dan Tujuan
mendasar dari seni menurut Humar
Sahman dalam
Mulyani
Wihterington mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam keperibadian yang mengatakan sebagai pola baru daripada reaksi berupa kecakapan, sikap, dan
kebiasaan
Saran prasarana dalam proses
pembinaan atau pembelajaran sangat dibutuhkan dalam memudahkan berjalannya
proses pendidikan dan pembinaan secara optimal sesuai dengan yang diharapkan. (Fiqri, 2020) dalam hal ini proses pembelajaran seni tari ronggeng
paser, Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nur Indah Fadila bahwa sarana
dan prasarana adalah penunjang dalam proses belajar mengajar, tim penyusun
pedoman pembukuan media pendidikan yang mana sarana pendidikan merupakan pasilitas yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar,
baik bergerak maupun tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dengan teratur, lancar, efektif dan efesien.(Fadila,2018) Keberhasilan program pendidikan pada
lembaga sekolah juga sangat dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana
pendidikan yang dimiliki sekolah dan harus di optimalisasi pengelolaannya dan
pemanfaatannya
Kelas minat dan bakat merupakan program internal dari sistem
pendidikan nasional melalui kehususan dalam pelayanan
pendidikan, anak ang memeperoleh
kesempatan yang maksimal untuk berkemabang sesuai
dengan potensinya, maka anak akan menjadi manusia yang mandiri, produktif dan
mampu memberi konribusi yang sangat berarti bagi peniangkatan kualitas kehidupan bersama. Maka setiap
jenjang pendidikan tidak dapat dilakukan secara beragam. (Prasetyo & Bashori,
2021) Dalam hal ini lembaga sekolah memilih tari ronggeng
paser sebagai kelas minat dan bakat siswa, salah satunya dalam mengembangkan
perkembangan sosial emosional anak usia dini.
Hal ini sejalan dengan yang
dinyatakan oleh plato dalam Lestiningrum bahwa
perkembangan sosial emosional anak dapat dikembangkan pada awal kehidupan anak,
anak dapat terbiasa dalam antri, sikap disiplin,
keadilan dan keberanian.
Secara alamiah, setiap anak
memiliki sifat yang unik, yang berarti setiap anak memiliki keberagaman,
berbeda satu dengan yang lain, seperti dalam hal bakat, keperibadiam
dan kondisi fisik jasmani (Kemendikbud, 2018). Borgata
mengemukakan Aspek
modernisasi tidak hanya sebatas melihat perubahan, namun akan lebih dari itu, misalnya, dalam hal efiensi suatu pembelajaran, meningkatkan interaksi dengan
sesama dan ruangan, sangat menentukan hubungan sosial lebih dari itu. (Prasetyo & Bashori,
2021).
Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat
menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan agar
kegiatan itu dapat dilakukan dalam suatu kegiatan, metode ini efektif dalam membetuk keterampilan sosial, Teori Operant
Conditioning, dalam dunia pisikologi yang membiasakan peserta didik untuk membiasaakan, disiplin giat belajar, bekerja kera dan
bertanggung jawab atas segala tugas yang dilakukan
Pembiasaan adalah suatu yang sengaja dilakukan berulang
agar sesuatu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan habituation
ini menitikan pada pengalaman, karena kebiasaan
ialah suatu yang diamalkan, dan inti kebiasaan adalah pergaulan, Anak
mengembangkan kemampuan sosial melalui interaksi dengan guru, bermain dengan
teman, bekerja sama dan intekasi didalam
maupun luar kelas. (Semrud-likmean,2016). Penanaman perilaku pembiasaan pada
anak saat peroses pembelajaran tari ronggeng paser
berupa mengambil dan menyimpan properti/alat tari kembali ketempat
semula, menyimpan botol minum, baris sesuai dengan aturan yang sudah disepakati
bersama, dan berbaris rapi, pembiasaan ini ditanamkan pada anak agar dapat
diterima orang sekitar sesuai dengan aturan yang berlaku disekelilignya,
dalam hal ini guru sebagai pendidiklah yang mengajarkan prilaku
yang baik, maka anak akan mudah melaksanakan dan menyesuaikan dirinya.
Keterampilan adalah bagian dari perkembangan anak, Hurlock dalam (Musyarofah,2018) mengemukaan
bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan untuk berperilaku sesuai tuntutan
sosial, anak yang baru dilahirkan tentu belum memiliki sifat sosial, anak belum
mampu untuk bergaul, untuk mencapai kematangan sosial anak harus belajar bagaimana cara menysuaikan
diri dengan orang lain. Sikap
kemandirian anak yang diperoleh melalui proses pengalaman seseorang anak dalam
perkembangannya dimana hal ini adalah proses menuju
kemandirian, individu anakn belajar untuk menghadapi
kemandirian, seperti pandangan teori Erikson faktor
sosial dan budaya berperan pada perkembangan manusia, termasuk dalam perkemabangan kemandirian anak
Mudah berinteraksi pada anak terlihat pada
beberapa anak yang awalnya penakut, dan tidak ingin berinteraksi dengan teman
temannya disekolah, kini sudah berinteraksi dengan teman teman
disekolah, dengan adaanya
pembelajaran seni tari yang yang menyenangkan dan
gerakan yang mudah dihapal dengan rasa senang munculah rasa nyaman pada anak yang ditunjukan
melalui cara anak menari bebas tanpa tekanan, selalu seyum
dan tatapan yang penuh dengan rasa percaya diri
Chapman menjelaskan bahwa studi aspek sosial dalam
pendidikan seni bagaimana kualitas sebuah karya seni mampu dalam mengekpresikan nilai-nilai sosial dan digunakan untuk mengekpresikannya dalam hal ini berarti memberikan
keterampilan dasar untuk beradaptasi dalam berbagai lingkungan sosial
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang Implementasi
Seni Tari Ronggeng Paser bagi perkembangan sosial emosional anak usia dini,
pembelajaran tari ronggeng paser pada anak usia dini dilaksanakan dengan mutan
kurikulum disekolah yaitu menjadi salah satu program unggulan yang dilaksakan dilembaga sekolah untuk mengembangkan sikap
percaya diri anak, mandiri dan mudah berinteraksi dengan orang lain. Sarana
prasarana dalam menujang proses pembelajaran seni
tari ronggeng paser pada anak usia dini, seperti ruang khusus tempat anak
berlatih, atau lapangan terbuka, sound sistem/tape recorder, buku/penilian dan
properti. Peran pendidik dalam menerapkan pembelajaran
tari ronggeng paser dilakukan dengan betahap,
memberikan arahan, contoh dan membangun komunikasi dengan anak untuk
menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan perkembanganya
khususnya sikap kemandirian, percaya diri dan mudah berinteraksi dengan orang
lain. Guru sebaiknya ikut serta dalam
setiap kegiatan, aktivitas anak disekolah, dan lebih berperan aktif dalam memberikan
pembelajaran, dan pengarahaan untuk anak, khususnya
dalam proses pembentukan sikap percaya diri anak, mandiri, dan mudah berinterkasi.
Ananda, R. (2018). Peningakatan Kemampuan Sosial Emisional
Melalui Permainann Kolaboratif Pada Anak KB. Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini , 20-26.
Anggito, A. &. (2018). Metododlogi Penelitian
Kualitataif. Jawa Barat: Cv. Jejak.
Arifin. (2013). Pengantar penelitian pendidikan,
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Malang: IKIP Budi Utomo.
Aris Setiawan, D. (2017). Pembelajaran Seni Tari Sebagai
Media Mengembangkan Kecerdasan Sosial, Emosional, dan Kognitif Pada Anak Usia
Dini. ISSN.
Dahlan, A. M. (2019). Perkembangan Sosial Emosional Anak
Usia Dini. Yogyakarta: CV Budi Utama.
dkk, A. S. (2017). Pembelajaran Seni Tari Sebagai Media
Mengembangkan Keecerdasan Sosial, Emosional dan Kognitif Pada Anak Usia Dini. “Membangun
Sinergitas Keluarga dan Sekolah Menuju PAUD Berkualitas, 186-192.
Dkk, I. G. (2018). Model Pembelajaran Tari Kreatif untuk
Meningkatkan Percaya Diri Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jurnak Pendidikan
Anak Usia Dini, 25.
Dr. Wahidmurni, M. (2017). Pemaparan Metode Peneltian
Kualitatif. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 1-9.
Dr.Umar Sidiq, M. (2019). Metode Penelitian Kualitataif di
Bidang Pendidikan. Ponorogo: Cv . Nata Karya.
Einon, D. (2016). Learning Early. Jakarta: Grasindo.
Fatimah Dkk. (2016). Penerapan Metode Bermain Peran Untuk
Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Di Tk Nurul Mubin Singaraja. Pendidikan
Anak Usia Dini Univeritas Pendidikan Ganesha.
Fitrah. (2017). Metode Penelitian Kualitataif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: Cv. Jejak .
Fitriani, D. (2016). Pemetaan Kompetensi Guru PAI di PAUD/TK
Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di Aceh . PIAUD FTK UIN.
Hidayat, A. (2021). Studi Kasus keperawatan. Surabaya:
Healty Book Publishing.
Hidayat, R. (2019). Tari Pendidikan Pengajaran Seni Tari
Pendidikan. Yogyakarta: Media Kreativ.
IIam, N. (2019). Tari Ronggeng Paser Sebagai Identitas
Masyarakat Suku Paser di Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Yogyakarta.
Lestariningrum, A. (2018). Pengaruh penggunaan media Vcd
Terhadap Nilai-Nilai Agama dan Moral Anak. Pendidikan Anak Usia dini Vol.8
No.2.
Mahmud. (2018). Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Manik. (2015). Metode Kualitataif. Sidoarjo: Zifatama
Publisher.
Maya Panorama, S. M. (2017). Pendekatan Metode Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.
Mulyani, N. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Gava Media.
Mulyani, N. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini .
Yogyakarta: Gava Media.
Murtanto, M. (2018). Pendekatan Belajar Aktif di TK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Nasir, M. F. (2021). Perkembangan Sosial emosional Siswa
Broken Home. Jurnal of Guidance and counseling, 256-288.
Novi, M. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Gava Media.
Nugraha, A. (2018). Pelibatan Orag Tua dan Masyarakat.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Nurhattati, F. (2016). Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan. Jakarta: PT. raja grafindo persada.
PAUD, T. P. (2016). Universitas Sriwijaya.
Prof, D. S. (2019). Metode Penelitian Kuantitaif,
Kualitataif dan R&D . Bandung: CV . ALFABETA.
Rachmi, T. (2017). Keteramilan Musik dan Tari.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Rachmi, T. (2017). Keterampilan Musik dan Tari.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sa'diyah, R. (2017). Pentingnya Melatih Kemandirian. Kordinat
Vol. XVI, 44.
Sinambela, P. N. (2016). Kurikulum 2013 dan Implementsinya
Dalam pembelajaran. Jurnal Unimed.
Suminah, E. P. (2018). Kerangka Dasar dan Strukut
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini.
Surtaningsih, F. (2020). Model Pembelajaran Kooperatif Dalam
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini . Introver, 72-81.
Waseso, I. (2015). Mateti Pokok Evaluasi Pembelajaran.
Tangeran Selatan: Universitas Terbuka.
Copyright
holder: Mika Aty, Darmiyati, Agus Rifani Syaifuddin (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |