Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
REPRESENTASI
ANDROGINI DALAM FILM PENDEK KADO (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Alamanda Maulidya Adireza, Agus Aprianti
Program Studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom
Bandung, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Era globalisi menjadi sebuah pengaruh besar dalam kehidupan
manusia sekarang, salah satunya dalam cara
berpakaian serta berpenampilan yang disesuaikan dengan jenis kelaminnya.
Permasalahan perbedaan
gender laki-laki maupun perempuan di masyarakat telah mengakar kepada budaya patriaki.
Dengan adanya kontruksi itu gender didefinisikan sebagai bentuk keyakinan kepada seseorang dalam memilih dan menjalani peran gender maskulin serta feminin yang telah menjadi hal umum
dalam kehidupan sosialnya. Seiring dengan berkembangnya zaman nilai mengenai gender mengalami perubahan yang disadari bahwa maskulinitas serta feminitas merupakan dua sifat yang saling melengkapi untuk dapat mencapai
keutuhan diri seseorang, hal tersebutlah yang disebut Androgini. Terkait dengan fenomena tersebut, salah satu film pendek Kado yang menampilkan gender androgini dalam tokoh Isfi
yang merepresentasikan maskulin
saat bertemu teman laki-lakinya dan feminin saat bertemu
teman perempuannya. Dalam penelitian ini peneliti berfokus
pada representasi androgini
dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes
yang terbagi menjadi 3 yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil penelitian menemukan bahwa representasi androgini secara makna denotasi ditampilkan melalui tampilan serta sifat maskulin. Secara makna konotasi
terepresentasi ungkapan ekspresi serta dialog Isfi yang mengiginkan diterima dan tidak di diskriminasi karena tampilannya. Secara makna mitos terepresentasi
saat di tampar oleh ayahnya bahwa perempuan
haruslah memasak.
Kata Kunci: Androgini, Film, Gender, Semiotika
Roland Barthes
Abstract
The era of globalization has become a major influence in human life today,
one of which is in the way of dressing and appearance that is adjusted to the
gender. The problem of gender differences between men and women in society has
its roots in patriarchal culture. With this construction, gender is defined as
a form of one's belief in choosing and carrying out masculine and feminine
gender roles that have become common in their social life. Along with the
development of the era regarding gender, it is realized that masculinity and
femininity are two complementary traits to be able to achieve one's wholeness,
this is what is called Androgyny. Related to this phenomenon, one of Kado's short films shows the androgynous gender in the
character Isfi who represents masculine when he meets
his male friends and feminine when he meets his female friends. In this study,
the researcher focuses on androgynous representation using Roland Barthes'
semiotic analysis which is divided into 3, namely
denotation, connotation, and mitosis. The results of the study found that the
representation of androgyny in denotative meaning is displayed through
masculine appearance and characteristics. In terms of connotation, it is
represented by Isfi's expressions and dialogues who
want to be accepted and not discriminated against because of their appearance.
The meaning of the myth is represented when the father slaps her and tell that she have to cook.
Keywords:
Androgyny, Film, Gender, Semiotics Roland Barthes
Dalam
era globalisasi informasi memberikan pengaruh besar dalam tatanan
kehidupan manusia. Terlebih budaya barat dengan modernisasi dan juga budaya timur yang mengedepankan unsur tradisional membuat masyarakat salah satu nya di Indonesia mengadopsi ilmu pengetahuan, teknologi hingga gaya maupun budaya
nya. Adapun hal itu masih saja
menjadi hal pro dan kontra bagi masyarakat
di Indonesia, salah satunya dalam
cara berpakaian, tampilan, dan kegiatannya menurut jenis kelaminnya
(Nahak, 2019).
Permasalahan mengenai gender di Indonesia sudah
menjadi hal yang klasik. Hal ini telah mengakar dalam permasalahan perbedaan gender laki-laki maupun perempuan dan juga sudah melalui proses yang panjang. Terciptanya bentuk perbedaan ini lantaran oleh beberapa hal yakni
proses pembentukan, sosialisasi,
penguatan, dan juga kontruksi
sosial dan ajaran keagamaan (Dewantara, 2019).
Menurut
Fakih dalam (Evarisna, 2020) dijelaskan bahwa konsep mengenai gender adalah satu sifat
yang telah melekat dalam diri laki-laki
maupun perempuan. Sifat tersebut adalah hasil dari konstruksi
yang dilakukan secara sosial ataupun secara kultural. Peran gender dipercayai masyarakat telah terbiasa menyesuaikan dengan budaya patriaki. Karena hal tersebut masyarakat
memiliki keharusan untuk mengikuti kesesuaian mengenai identitas gender. Dengan adanya kontruksi itu gender didefinisikan sebagai bentuk keyakinan kepada seseorang dalam memilih dan menjalani peran gender maskulin serta feminin yang telah menjadi hal
umum dalam kehidupan sosialnya.
Maskulin yaitu sifat yang dikaitkan dengan kekuatan otot dan segala hal yang mengacu pada kekuatan fisik, hal tersebut
biasanya dikaitkan kepada laki-laki dikarenakan laki-laki dinilai selama ini memiliki kekuatan
lebih dibanding perempuan. Feminin yaitu sifat yang dikaitkan dengan lemah lembut dan bersifat lemah secara fisik, hal
ini biasanya dikaitkan kepada perempuan. Hal ini merupakan presepsi yang dikonstruksikan secara terus menerus oleh masyarakat. Sehingga perempuan selalu menjadi pihak yang lemah. Pemahaman tentang gender ini membuat kepercayaan yang terus turun menurun
kepada masyarakat, dan apabila hal itu
tidak sesuai dengan keyakinan tentang kepercaayaan masyarakat mengenai gender, maka hal tersebut
dianggap menyimpang.(Parashakti, 2015).
Perbedaan antara perempuan dan laki-laki ditinjau berdasarkan jenis kelamin. Seperti manusia yang memiliki jenis kelamin perempuan
pasti memiliki alat reproduksi rahim, memproduksi sel telur, dan menyusui, Adapun yang berjenis kelamin laki-laki, pasti memiliki penis dan juga memproduksi sperma, hal ini baru
dikatakan sebagai kodrat tuhan yang tidak bisa diubah
ataupun bersifat permanen dan sudah ketentuan biologis. Adapun konsep gender yaitu sifat yang didapatkan melalui konstruksi sosial yang ada di sekitar masyarakat. (Agus, 2019).
Menurut
Butler (1990) dalam (Sumardiono, 2022) identitas gender suatu individu tidak dapat ditentukan berdasarkan orang tersebut melainkan dilihat berdasarkan perilakunya. Karena itu gender dipandang sebagai apa yang seseorang lakukan pada konteks sosial. Meskipun ada saja contoh
yang dapat diamati dalam setiap individu,
namun Butler menganggap bahwal hal itu
tidak ada yang tetap. Identitas selalu terbentuk pada proses melalui hubungan sosial. Seiring dengan berkembangnya zaman nilai mengenai gender mengalami perubahan yang disadari bahwa maskulinitas serta feminitas merupakan dua sifat yang saling melengkapi satu sama lain. Adapun untuk dapat mencapai
keutuhan diri, seseorang harus menyatukan dualitas tersebut yang saling bertentangan dan mencapai kesatuan dalam dirinya. Hal tersebutlah yang disebut Androgini (Setyaningsih & Supratiknya, 2019).
Menurut Bem (1974) dalam (Adelina, 2020) androgini yaitu dimana suatu individu
ada dalam keadaan sifat maskulinitas
dan femininitas pada waktu
yang sama, hal ini dijelaskan bahwa individu yang mempunyai sifat androgini cenderung lebih fleksibel dan memiliki keleluasan dalam kegiatannya, namun berbeda dengan
individu yang hanya menunjukan sifat maskulin atau feminin
saja. Individu feminin memiliki nilai angka yang rendah dari sifat
maskulin, individu maskulin yaitu sesorang yang memiliki nilai angka yang tinggi pada sifat maskulin serta memiliki nilai angka yang rendah pada sifat feminin. Selain itu individu
androgini memiliki nilai angka yang sama-sama tinggi pada sifat maskulin serta sifat feminin.
Fenomena androgini dimulai pada tahun 1970-an yang dikarenakan ketidakpuasan antar laki-laki dan perempuan yang hanya memiliki dua ekspresi gender sehingga memiliki batasan dan tidak mampu mendefinisikan fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar. Sehingga Bem membuat
empat ekspresi gender yaitu maskulin, feminin, androgini, serta undifferented yaitu nilai angka
maskulin dan feminin sama-sama rendah. Bem juga menjelaskan bahwa individu yang memiliki karakteristik androgini dapat membuat solusi secara feminin dan beradaptasi secara maskulin. Sehingga androgini dinilai lebih fleksibel serta kompenten dibanding dengan individu yang hanya memiliki sifat maskulin ataupun feminin (Elia Natanael Santoso, 2021).
Keberadaan androgini di Indonesia masih menuai pro dan kontra. Hal ini dikarenakan masyarakat di Indonesia masih menerapkan peraturan hak serta kewajiban
berdasarkan seks biologisnya yang diatur oleh
agama serta adat dan budaya. Kendati demikian eksistensi androgini di Indonesia sebenarnya
sudah ada kebudayaan memperkenalkan keberadaan gender ataupun jenis kelamin selain
laki-laki dan perempuan. Dalam suku Bugis, Sulawesi
Selatan terdapat lima jenis
kelamin yaitu calalai atau perempuan lemah gemulai, calabai atau perempuan
tomboi, bissu atau androgini, serta laki-laki, dan perempuan. (Evarisna, 2020). Tidak hanya itu
androgini di Indonesia mulai
dipopulerkan oleh salat satu
influencer dalam suatu
media sosial yaitu adalah Jovi Adhiguna. Ia mengakui dirinya
sebagai salah satu individu androgini, hal tersebut direpresentasikan
olehnya melalui visualisasi dirinya dalam berbagai fashion. Tidak hanya pada Jovi saja namun adapun artis asal Amerika yang merepresentasikan
dirinya kedalam penampilan androgini yaitu Harry Styles, Lil Nas,
Kristen Stewart, Millen Cyrus, dan juga asal
Indonesia seperti Kimmy Jayanti, Jovi Adhiguna, dan lainnya.
Representasi menurut mulyana (2014) dalam bahasa Inggris
adalah representation yang diartikan
sebagai gambaran, atau penggambaran. Pada dasarnya representasi merupakan gambaran tentang suatu hal
yang dapat dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari dan ditampilkan melalui sebuah media. Hubungan antar konsep serta bahasa
yang memperlihatkan pada dunia melalui
suatu objek, realitas atupun pada dunia khayalan tentang objek fiktif, makna
tersebut diproduksikan dalam konsep-konsep dipikiran sesorang. Representasi yang dilakukan dengan cara mengkonstrusikan
sosial yang menghasilkan eksplorasi pembentukan suatu makna tekstual
dan mencari mengenai cara bagaimana dapat dihasilkannya makna kedalam beragam
konteks. Umumnya representasi dapat ditemukan dalam objek, citra, buku,
maupun film. (Giovani, 2019).
Androgini
juga ditampilkan dalam film
pendek Kado yang di produksi tahun 2018 dan di sutradarai oleh
Aditya Ahmad yang akan dijadikan
bahan untuk melakukan penelitian. Film ini bercerita tentang
kisah Isfi mahasiswi SMA yang berkumpul dengan gerombolan laki-laki, dengan tampilan rambut pendek dan memakai celana panjang yang dimana hal tersebut
mencerminkan pakaian dan tampilan pada laki laki. Isfi berhasil
menggambarkan dirinya sebagai seorang androgini. Disaat berkumpul Isfi dan kawan-kawan berbincang mengenai rencana dalam memberikan kejutan ulang tahun
kepada salah satu teman nya. Di waktu
lain Isfi melihat sahabat nya Nita yang berpenampilan rapih dan memakai kerudung, setelah itu Isfi
pun izin untuk pulang bersama Nita. Untuk datang ke
rumah Nita, Isfi harus memakai pakaian
yang memperlihatkan perempuan
secara umum, seperti memakai kerudung dan rok panjang. Hal tersebut bertolak belakang dengan penampilan Isfi yang berambut pendek dan memakai celana. Orang tua Nita yang taat dengan agama membuat peraturan di rumah sangat ketat, seperti tiidak boleh pulang malam,
selalu mengabari, sholat berjamaah dirumah, dan makan bersama.
Seperti perempuan pada umumnya, Isfi pun mengalami masa menstruasi atau haid. Dan disaat bersamaan Isfi menginap di rumah Nita, disana Isfi menyiapkan
beberapa kejutan untuk ulang tahun
sahabatnya yaitu Nita yang bertepatan dengan ulang tahun teman
laki-laki nya hal itu dilakukan
nya lantaran Isfi tidak bisa
menemani Nita dikarenakan sudah berjanji kepada teman teman
nya. Disaat yang bersamaan Isfi. Namun disaat pulang
ke rumah Isfi diperlakukan kasar dan diperintah oleh orang tua nya untuk
membuat makanan karena pada umum nya masyarakat di Indonesia seringkali percaya bahwa peran perempuan
yaitu diharuskan feminin, dan peran pria diharuskan maskulin. Hal itu pun berpengaruh kepada pola berfikir masyarakat
dalam kegiatannya. pada umum nya dimana
pekerjaan rumah tangga dan memasak harus lah perempuan,
dan yang pekerjaan mencari nafkah adalah lelaki.
Terkadang hal tersebut juga membentuk keyakinan bahwa jenis kelamin dan gender adalah serupa atau
sama, dan menganggap hal tersebut merupakan
kodrat.
Gambar 1
Poster
Film Pendek Kado
Sumber: https://www.imdb.com/title/tt8967928/ diakses
pada 21 September 2021 pukul 10.13 WIB
Film
pendek Kado memenangkan banyak penghargaan bergengsi baik dalam negeri maupun kancah internasional.
Yaitu seperti dalam ajang festival film
Indonesia terbaik tahun
2018, Venice international film festival tahun
2018, Vladivostok “Pacific Meriden” international film festival tahun 2018, Fribourg fil festival, Buenos aires international film festival tahun
2020, dan masih banyak lagi. Aditya Ahmad selaku sutradara dalam proses pembuatan film kado mengangkat cerita berdasarkan inspirasi dari teman lama nya, yang sekaligus menjadi pemeran utama yaitu Isfi.
Sutradara yang merangkap menjadi penulis naskah merasakan bahwa Isfi yang tidak percaya diri
lantaran merasa dibeda-bedakan berdasarkan indentitas gender nya, dan dalam film ini Aditya Ahmad membuat adegan dimana representasi seperti halnya Isfi dalam menemukan
identitasnya.
Gambar 2
Film Kado menerima penghargaan
Venice International Film Festival 2018
Sumber : https://kompas.com diakses
pada 14 April 2022
pukul 14.50 WIB
Di
Indonesia bidang perfilman telah menunjukan eksistensinya dalam beberapa tahun terakhir, hal ini
juga terlihat bahwa perfilman Indonesia sudah lebih banyak berkembang.
Selain film layar lebar dalam bioskop
adapun film pendek yang dibuat oleh PH (Production House) atau rumah produksi
yang membuat film pendek dengan durasi dibawah
30 menit. Salah satunya
yang diproduksi oleh miles film. Berdasarkan
website miles film (diakses dari
https://milesfilms.net/tentang/miles-films/
pada tanggal 21 September 2021 pukul
09.28 WIB) miles film didirikan pada tahun 1995, perusahaan tersebut dikelola oleh Mira Lesmana yang menjabat sebagai founder dan chief executive officer,
Riri Riza sebagai creative director, dan Toto Prasetyo sebagai chief
operational officer. Miles films ini telah membuat banyak
karya film yang sukses baik di Indonesia maupun dalam perfilman dunia atau internasional. Film layar lebar produksi miles film yang sukses mendobrak perfilm antara lain adalah laskar Pelangi pada tahun 2008 serta ada apa dengan
cinta 2 tahun 2016, film tersebut berhasil menempati posisi 10 besar sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Tidak hanya film layar lebar saja
yang miles film produksi, adapun
film pendek.
Penulis memilih untuk meneliti
film pendek ini karena ingin menganalisis
tanda-tanda androgini yang ada serta direpresentasikan
dalam setiap adegan. Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti film pendek kado karya Aditya Ahmad dikarenakan gender masih menjadi topik utama
dalam kehidupan baik menurut tampilan,
maupun kegiatan. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes
dalam mengkaji tanda-tanda androgini yang dimunculkan dalam setiap adegan. Seperti yang dikemukakan oleh
Roland Barthes dalam (Riwu & Pujiati, 2018) semiotika merupakan suatu metode dalam
menganalisis untuk tujuan mengkaji tanda dalam gambar,
teks, ataupun kejadian didalam film. Semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu seemeion yang diartikan tanda ataupun simbol. semiotika merupakan tataran makna dimana
penanda (signifier) dan petanda
(signified) dimaknai dengan
pemaknaan secara denotasi, konotasi dan mitos.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Menurut Taylor dalam (Rachman, 2020) kualitatif merupakan metode yang mempunyai kebijakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berdasarkan peninjauan terhadap kehidupan sosial, termasuk perilaku keseharian manusia yang ditampilkan melalui film sebagai sarana penyampaian pesan.
Pada
saat adanya pergeseran paradigma, realitas sosial dapat dilihat dan dipahami dengan kompleks, dinamis, dan juga penuh dengan pemaknaan.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
yang tidak dapat diambil (diperoleh) dengan metode statitstik
ataupun cara kuantifikasi (pengukuran) lainnya untuk mendapatkan
hasil adapun tujuan yaitu dalam
menemukan dan mencerna apa yang tersembunyi dibalik fenomena. (Mekarisce, 2020).
Objek penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan representasi androgini dalam film pendek kado dengan menggunakan
analisis semiotika Roland
Barthes. Terlihat dari banyaknya masyarakat di Indonesia
yang hanya mengetahui
gender feminis dan maskulin
saja yang membuat persepsi bahwa individu harus melakukan sesuai dengan klasifikasi gender pada umumnya. Namun sebetulnya adapun gender androgini yang terlihat disetiap kegiatan yang kita lakukan dan mudah untuk dijumpai
seperti dalam film kado ini. Oleh sebab itu penulis
ingin dapat mengetahui bagaimana penggambaran gender androgini dalam film pendek kado.
Hasil
dan Pembahasan
Scene 1 (00:00:21 –
00:00:36) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Pada
saat jam sekolah usai, Isfi bergegas
mengganti pakaian sekolah nya, yang awal nya memakai
rok menjadi celana. Hal itu di lakukan karena teman-teman Isfi akan datang dan berbincang untuk merencanakan ulang tahun temannya. |
Setting dalam
scene berada pada gedung
lama dekat sekolah yang sudah tidak dipakai
dan digunakan sebagai tempat mereka berkumpul. |
1. Makna Denotasi
Makna denotasi yang terdapat dalam gambar pertama
adalah munculnya setengah badan Isfi yang memakai kaos merah
dan memakai celana panjang serta sepatu
berwarna hitam sedang mengganti pakaiannya di dalam gedung lama sekolah. terlihat juga rok seragam sekolah serta celana yang sedang digantung pada pinggiran tangga serta tas sekolah
yang tergeletak dilantai.
Teknik pengambilan gambar
yang pertama memakai teknik medium shot dengan sudut kamera high angle. karena hanya memperlihatkan
perut hingga kaki yang menonjolkan bahasa tubuh dalam adegan.
Kemudian dalam gambar kedua
memperlihatkan Isfi yang terlihat memakai seragam sekolah menyambut kawanan teman laki-lakinya yang terlihat juga memakai seragam sekolah dengan bersalaman, kemudian salah satu temannya yang terlihat memakai jaket biru
jeans serta membawa tas hitam di pundak kanannya sambil menyapa Isfi dengan
mengatakan “yang paling tampan Isfi”
dan menghampiri serta bersalaman. Pada gambar kedua, teknik pengambilan
gambar memakai teknik framing over shoulder shot yaitu pengambilan gambar yang memperlihatkan adanya interaksi antara tokoh satu
dan lainnya dengan sudut eye level yaitu posisi netral
atau sejajar dengan objek.
Selanjutnya
pada gambar ketiga, memperlihatkan Isfi yang terlihat memberikan ekspresi tersenyum dan dua temannya yang sedang berbincang sambil bersandar pada pegangan tangga. Pada adegan tersebut Isfi terlihat menggunakan
seragam putih serta celana abu
serta menggunakan jam tangan hitam. Teknik pengambilan gambar yang digunakan merupakan teknik medium shot dalam satu frame dengan menggunakan sudut kamera low angle dimana objek pada frame berada di
atasnya agar terlihat lebih dominan.
2.
Makna Konotasi
Makna konotasi yang terdapat dalam gambar pertama
yaitu terlihat rok serta celana
seragam sekolah yang sedang digantungkan pada pinggiran tangga dan memperlihatkan Isfi yang sedang berganti pakaiannya. Hal tersebut memperlihatkan dua jenis pakaian seragam
sekolah menengah atas yang umumnya digunakan sesuai jenis kelaminnya yaitu untuk peserta
didik putra memakai kemeja putih beserta celana
dan pakaian seragam sekolah untuk peserta
didik putri adalah kemeja putih
beserta rok. Dalam gambar tersebut
Isfi terlihat sedang terburu-buru untuk memakai baju kemeja serta celana
sekolah yang awalnya memakai rok. Hal tersebut memiliki makna bahwa Isfi
yang akan berkumpul dengan teman laki-lakinya
akan lebih nyaman dengan pakaian
yang sama dengan mereka. Selain itu rambut Isfi
yang pendek dan bergaya seperti laki-laki memperlihatkan kesamaan Isfi dengan teman-temannya
dan memperjelas bahwa Isfi berbeda dengan
perempuan yang lainnya yang
biasanya memiliki rambut panjang.
Pada
gambar kedua terdapat dialog “Isfi yang paling
tampan”, adapun makna yang terkandung dalam dialog tersebut menggambarkan bahwa teman Isfi
mengakui Isfi dalam lingkungan mereka yang berjenis kelamin laki-laki, dan menerima penampilannya walaupun ia mengetahui
bahwa Isfi merupakan perempuan. Hal itu dilakukan sambil
melakukan sapaan serta dibalas dengan
sebutan “my man” yang diibaratkan
dengan candaan kepada teman dekatnya.
Kemudian dalam gambar ketiga
diperlihatkan Isfi yang sedang berbincang bersama teman-temannya sambil tertawa, hal tersebut karena
Isfi yang memberikan ide untuk merencanakan kejutan kepada temannya sehingga rencana tersebut akan dilakukan sesuai rencana bersama teman-temannya nanti. Hal itu memperlihatkan bahwa Isfi diberikan hak untuk bersuara
dan tidak dibeda-bedakan
oleh kawanan laki-lakinya. Terlihat juga Isfi yang menggunakan jam tangan hitam sport besar terlihat menyerupai dengan dua temannya
menandakan maskulinitas berbeda dengan jam tangan perempuan yang biasanya kecil dan terlihat feminin dengan warna warna
cerah.
Scene 2 (00:02:38 –
00:03:03) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Pada
scene ini Isfi ingin bermain ke rumah temannya
Nita, tetapi ia harus mengganti rok dengan celana
dan memakai kerudung terlebih dahulu. |
Setting dalam scene
tersebut berada dalam rumah kosong
yang sudah lama tidak ditinggali. |
1. Makna Denotasi
Dalam scene kedua ini memperlihatkan
Isfi yang sedang terburu-buru mengganti celananya dengan rok serta dibantu
oleh Nita untuk memakaikan kerudung berwarna putih. Adegan tersebut
dilakukan dalam rumah kosong dan sudah tidak ada
penghuninya yang terlihat banyaknya coretan di dinding serta lantai
yang kotor oleh banyaknya tumbuhan dan juga atap yang sudah
tidak ada lagi genting.
Pada
gambar pertama Nita yang sedang sibuk merapihkan
kerudung untuk Isfi sedangkan Isfi yang sibuk memakai rok dengan
terburu-buru karena ayah
Nita sudah menelepon namun dimatikan oleh Nita, kemudian Nita memberitahu Isfi agar mempercepat gerakannya. Teknik pengambilan gambar pertama menggunakan teknik full shot dimana adegan memperlihatkan
gestur menyeluruh dari atas hingga
bawah dan menyisakan ruang untuk background dan
dengan sudut eye level.
Dalam gambar kedua terlihat
Nita yang sedang memakaikan
kerudung berwarna putih untuk Isfi
tiba-tiba tertawa, melihat hal itu
Isfi pun mengatakan cepat jangan tertawa
namun ia juga ikut tertawa. Kemudian
Nita memakaikan pentul untuk dipakaiakan pada kerudung Isfi. Terlihat Isfi yang menaikan kepala untuk memudahkan Nita dalam memakaikan pentul untuk kerudungnya,
Nita juga memperlihatkan ekspresi
ternsenyum ditandai dengan lesung pipinya.
Teknik pengambilan gambar kedua menggunakan close up yang
memperlihatkan detail ekspresi
pada objek dengan sudut eye level.
2.
Makna Konotasi
Makna konotasi yang terdapat dalam scene yang kedua terlihat pakaian yang digunakan Nita memakai baju seragam panjang, kerudung serta membawa tas. Hal tersebut menunjukan bahwa keluarga Nita merupakan keluarga yang meyakini ajaran agama islam. Dalam ketentuan
agama islam, untuk perempuan diwajibkan untuk menutup aurat
atau seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangannya sehingga diwajibkan untuk mengenakan kerudung. Karena itulah Isfi yang memiliki tampilan rambut pendek harus
memakai kerudung sehingga menampilkan diri menjadi wanita
agar bisa bermain bersama Nita dirumahnya.
Pada
gambar pertama Nita yang sudah di telepon oleh ayahnya seketika menunjukan ekspresi panik dan terburu-buru dikarenakan waktu yang sudah sore ditandai dengan langit yang sudah gelap terlihat
dari gambar pertama serta kedua.
Hal tersebut dimaknai bahwa ayah Nita yang khawatir karena anak perempuannya
yang belum pulang kerumah. Latar yang digunakan dalam adegan juga adalah rumah kosong yang banyak coretan pada dindingnya, Isfi mengganti pakaiannya disana dilakukan agar orang-orang
tidak ada yang melihat perubahannya yang awalnya berpenampilan seperti laki-laki berubah menjadi perempuan yang berkerudung. Dalam sekejap Isfi
yang memakai rok serta kerudung tampak terlihat feminin saat memakainya.
Pada gambar kedua Isfi dan Nita memberikan ekspresi tertawa dalam adegannya
saat memakai kerudung, Isfi yang terlihat tidak piawai dalam memakai
kerudung dibantu oleh Nita.
tampilannya yang berubah membuat mereka berdua tertawa akan penampilannya yang berbeda.
Tabel 3
Scene 3 (00:04:16 –
00:05:10) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Pada
adegan ini Isfi terlihat mengerutkan dahi sambil memegang perut. Hal tersebut dikarenakan ia mengalami datang bulan. |
Setting dalam gambar pertama yaitu pada ruang makan, dan pada gambar kedua didalam kamar mandi. |
1. Makna Denotasi
Pada scene ketiga memperlihatkan adegan Isfi yang menggunakan seragam, kerudung putih serta jaket hitam
sedang makan bersama keluarga Nita. Terlihat dari tangan
Nita yang sedang mengambil lauk dari piring-piring
yang sudah disediakan di meja makan. Dalam
adegan tersebut Isfi tampak memegang
terus perutnya dan mengerutkan dahi sambil memberikan ekspresi tidak nyaman sambil mengunyah
makanan yang ada dalam mulutnya. Teknik pengambilan gambar dalam gambar pertama
dan kedua adalah medium
shot yang ditandai dengan
pengambilan gambar yang hanya memperlihatkan dari sekitar perut
hingga kepala dengan sudut eye level.
Kemudian dalam gambar kedua
memperlihatkan Isfi yang menggunakan kaos marun dan kalung berwarna hitam pendek yang memegang celana dalam berwarna
biru serta pembalut. Dalam adegan tersebut terlihat Isfi yang sedang memakaikan pembalut pada celana dalamnya karena baru datang bulan.
Kemudian dalam gambar kedua memperlihatkan
sebuah setting latar didalam kamar mandi yang terlihat dari adanya
bak mandi, gayung berwarna pink, serta sabun.
2. Makna Konotasi
Pada
scene ketiga ini Isfi terlihat masih
menggunakan kerudung, seragam serta jaketnya
berbeda dengan Nita yang sudah melepas pakaian
seragamnya menjadi pakaian biasa menggambarkan
bahwa adanya aurat untuk menjaga
dari pandangan ayahnya Nita yang merupakan lawan jenis selain
itupun untuk menyembunyikan tampilan Isfi yang seperti laki-laki. kemudian makna dari muka
yang mengerutkan dahi dengan ekspresi tidak nyaman sambil
memegang perut karena terjadinya nyeri saat akan
mengalami datang bulan.
Setelah makan bersama keluarga
Nita, Isfi kembali berganti tampilannya dengan tampilan rambut pendek dengan
pakaian kaos lengan pendek berwarna
marun serta memakai kalung namun hal tersebut
dilakukan pada saat dikamar Nita saja yang tidak dilihat oleh kedua orang tua Nita. Pada gambar kedua Isfi
sedang memakaikan pembalut pada celana dalam birunya, namun berbeda dengan
celana dalam seperti perempuan lainnya yang banyak berenda justru Isfi memakai celana
dalam boxer yang diperuntukan
untuk laki-laki. makna yang ada dalam gambar kedua
memperlihatkan bahwa meskipun Isfi memiliki
tampilan seperti laki-laki, hal tersebut tidak dapat mengubah kodrat perempuannya salah satunya saat mengalami
datang bulan.
Tabel 4
Scene 4 (00:05:44 –
00:06:00) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Dalam adegan percakapan antara Isfi dan Nita, Isfi mengatakan mengapa ia dilahirkan
seperti Isfi sekarang, jika dilahirkan kembali Isfi ingin memiliki
rambut ikal dan mempunyai badan yang bagus sambil menggambarkannya dengan badannya. |
Setting dalam scene
tersebut berada di kamar Nita. |
1. Makna Denotasi
Pada
scene keempat memperlihatkan
Isfi yang memakai kaos berwarna marun
dan Nita yang menggunakan kaos
berwarna biru sedang berbincang dengan posisi terlentang.
Terlihat juga dalam adegan tersebut terdapat lampu tidur yang menyala serta langit yang gelap menandakan bahwa waktu sudah
malam. Pada adegan tersebut Isfi mengatakan
mengapa ia terlahir menjadi Isfi dan ia berangan
jika ingin terlahir kembali, ia ingin bisi
memilih sambil memperagakan dengan rambut ikal serta
lekuk tubuh yang bagus. Nita yang mendengarkan pun
tersenyum mendengar ucapan Isfi serta
ikut menggambarkan dengan menatap langit sambil berkhayal.
Berbeda dengan Isfi, jika terlahir
kembali Nita hanya ingin bisa terbang. Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dalam scene ini merupakan close up ditandai dengan teknik yang memperlihatkan ekspresi Isfi pada saat berbicara dengan sudut eye level.
2. Makna Konotasi
Makna konotasi yang terdapat dalam scene keempat terjadi saat Isfi
yang mengatakan bahwa mengapa ia dilahirkan
seperti Isfi yang sekarang. Menandakan bahwa Isfi yang tidak percaya diri
dengan penampilannya yang berbadan kurus serta berambut pendek yang kelimis. Kemudian Isfi pun mengatakan jika ia bisa
memilih, ia akan memilih dilahirkan
memiliki rambut ikal serta lekuk
tubuh yang bagus. Makna dari kata-kata tersebut merupakan pandangan Isfi yang mengikuti standar kecantikan yang ada. Selain dengan warna
kulit yang putih, tentu saja lekuk
tubuh yang ideal pun menjadi
salah satunya. Isfi yang berbeda dari standar
kecantikan tersebut merasa hal itu
merupakan suatu keharusan agar dirinya dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya sehingga ia merasa
diterima dalam lingkungan maskulin karena merasa diterima..
Hal tersebut menciptakan pandangan masyarakat akan dianggap cantik
jika memiliki tubuh yang proposional. Sehingga Isfi menampilkan
sisi maskulinitasnya dalam kesehariannya karena menganggap bahwa dengan itu
ia diterima dalam lingkungan pertemanannya.
Tabel 5
Scene 5 (00:09:38 –
00:09:50) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Setelah pulang dari rumah
Nita, Isfi terlihat mengganti pakaian seragam sekolahnya menjadi pakaian serba hitam yang terlihat seperti laki-laki. |
Setting dalam scene
beada di jalanan komplek Isfi. |
1. Makna Denotasi
Pada
scene kelima memperlihatkan
Isfi yang sedang berjalan menuju rumahnya dengan memakai baju hitam serta celana panjang
hitam dengan tas dengan posisi
kedepan. Selain itu terlihat Isfi
yang sedang berjalan sedang memasukan pakaian seragam sekolah berupa rok, baju, dan kerudungnya kedalam tasnya yang sebelumnya ia pakai
sambil memperlihatkan ekspresi bahagia sambil tersenyum senang karena telah
berhasil menyiapkan kejutan untuk Nita. Adapun teknik pengambilan gambar yang dilakukan dalam scene kelima ini adalah teknik
medium shot dimana memperlihatkan
gambar dari sekitar perut hingga
kepala dengan sudut eye level.
2. Makna Konotasi
Konotasi
yang terdapat dalam scene
kelima memperlihatkan Isfi yang sedang berjalan setelah pulang dari rumah
Nita. Berbeda pada saat Isfi di rumah Nita, Isfi saat pulang
mengganti pakaian seragamnya menjadi pakaian hitam serta
celana panjang hitam dengan ekspesi
tersenyum sambil memasukan pakaian seragamnya kedalam tas. Makna dari
adegan tersebut Isfi yang pada saat dirumah Nita memakai kerudung terlihat diam dan malu, berubah menjadi Isfi yang bebas dan berekspresif. Pakaian hitam yang ia pakai
menggambarkan bahwa Isfi tidak begitu
memperdulikan penampilan karena baju hitam bersifat simpel serta santai. Melalui
tampilan rambut pendek serta memakai
baju lengan pendek berwarna hitam dan celana berwarna hitam ia menunjukan
perbedaan pakaian tersebut bahwa ia memakai
pakaian sesuai dengan keinginannya dan menjadikan Isfi menunjukan jati diri sesungguhnya dengan penampilan maskulin.
Tabel 6
Scene 6 (00:11:25 –
00:11:39) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Pada
adegan ini digambarkan bahwa ayah dari Isfi tidak
setuju dan tidak menyukai penampilannya yang seperti laki-laki dan tidak menggambarkan perempuan feminin. Ia menampar Isfi
dan meminta untuk kembali menjadi perempuan yang tugasnya memasak. |
Setting dalam scene
berada dalam halaman luar rumah Isfi. |
1. Makna Denotasi
Pada
scene keenam memperlihatkan
Isfi yang sedang tertawa melihat video kejutannya untuk Nita berhasil, pada saat yang bersamaan Isfi dipanggil oleh ayahnya yang menggunakan sarung sebagai bawahannya dengan intonasi tinggi dan memperlihatkan ekspresi marah dikarenakan Isfi tidak masak. Dalam
adegan tersebut Isfi ditampar oleh ayahnya yang berbicara bahwa Isfi merupakan
perempuan dan harus kembali untuk memasak.
Isfi yang kesakitan berdiri didepan pintu sambil terdiam
dan memegang pipinya. Teknik
pengambilan gambar yang dilakukan medium shot dimana
terlihat potongan gambar antara ayah dan Isfi yang hanya memperlihatkan dari kepala hingga lutut
dengan sudut eye level.
2.
Makna Konotasi
Dalam scene keenam konotasi terlihat pada saat dialog “kamu tidak masak
hari ini” dengan eksperesi marah, dimaknai bahwa Isfi yang memiliki kewajiban memasak sebagai perempuan didalam rumah tidak sempat
memasak karena baru saja pulang
dari rumah Nita yang membuat ayah Isfi memarahinya. Terlihat saat ayahnya melakukan
kekerasan fisik dengan menamparnya dan berbicara “ingat kau perempuan, cepat masak” menandakan bahwa masih adanya
perilaku perbedaan menurut jenis kelamin
yang dianut bahkan konotasi perempuan masih dianggap memiliki kewajiban untuk memasak, bersih-bersih bahkan sebagainya. Makna dari adegan tersebut
memperlihatkan karakakter sifat feminin serta
maskulin yaitu pada saat Isfi yang hanya terdiam tanpa
melawan merupakan bentuk patuh dan menerima hukuman tersebut tanpa melawan serta Isfi
yang mengalami bentuk kekerasan tidak menangis menunjukan karakter sifat maskulin yaitu kuat. Selain itu
ayah Isfi tidak menerima Isfi dengan
penampilan Isfi yang terlihat seperti laki-laki karena ayah Isfi menganggap bahwa perempuan harusnya berpenampilan feminin yang berambut panjang, serta rajin memasak.
Tabel 7
Scene 7 (00:12:12 –
00:12:35) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Pada
adegan ini Isfi sedang menunggu
kedatangan teman-temannya
untuk memberikan kejutan ulang tahun pada Ricky. |
Setting dalam scene
berada pada halaman gedung lama sekolah. |
1. Makna Denotasi
Pada
scene ketujuh memperlihatkan
Isfi yang berada di halaman lama gedung sekolah yang terlihat banyaknya coreatan pada dinding serta rumput
liar yang tumbuh disekitar gedung. Dalam adegan
tersebut Isfi sedang melakukan telepon dengan teman laki-lakinya untuk memberikan kejutan pada Ricky. Terlihat Isfi memakai kaos
abu berlengan pendek serta celana
hitam sambil membawa jaket jeans berwana hitam. Pada adegan tersebut Isfi sedang menunggu
teman-temannya untuk memberikan kejutan kepada Ricky, namun temannya Isfi memerintahkan
Isfi untuk pergi terlebih dahula, tetapi Isfi menolak karena
tidak ada alasan untuk meninggalkan
teman-temannya tersebut.
Teknik pengambilan gambar
pada adegan tersebut adalah long shot yang memperlihatkan
seluruh tubuh subjek tanpa terpotong
oleh frame dengan sudut eye
level.
2. Makna Konotasi
Dalam scene ketujuh konotasi yang terlihat adalah saat Isfi yang terlihat memakai pakaian baju lengan pendek abu, celana
panjang hitam, dan memegang jaket. Dengan postur badan yang tegap memperlihatkan tampilan seperti laki-laki. Pada umumnya seseorang yang berjenis kelamin perempuan akan memakai baju berwarna cerah, bermotif, serta memakai rok. Berbeda
dengan Isfi yang memakai baju polos serta berwarna gelap serta memakai celana
yang seperti maskulin, hal itu dimaknai bahwa
Isfi yang tidak repot dalam memilih pakaian
untuk dipakai serta tidak peduli
dalam berpenampilan.
Sikap Isfi yang tercermin ketika mengenakan pakaian feminin dan pakaian maskulin juga cenderung berbeda. Ketika Isfi telah berganti
pakaian, ia terlihat lebih nyaman dan dengan bebas menendang-nendang kerikil. Sikap yang terbebas itu juga tercermin dalam bentuk komunikasinya dengan teman-temannya. Dalam dialognya, teman Isfi menyuruhnya
untuk pergi duluan saja namun
Isfi menolak dengan alasan “aku tidak memiliki
alasan untuk meninggalkan kamu” memberikan gambaran bahwa Isfi yang tidak tega meninggalkan
teman-temannya menggambarkan
solidaritas pertemanan antara Isfi serta
teman-temannya terlepas dari berbedanya jenis kelamin mereka
tersebut. Terdapat tendensi bagi Isfi
untuk bersifat lebih protektif terhadap teman-temannya, yang
mana sikap protektif merupakan sikap yang secara asumtif dikorelasikan dengan maskulinitas.
Scene 8 (00:13:33 –
00:14:15) |
|
|
|
Adegan |
Setting/ Latar |
Dalam adegan ini Isfi
bersama teman-temannya melihat seorang lady boy
dan mengolok ngoloknya,
pada saat yang bersamaan Isfi pun tersadar bahwa hal tersebut
terjadi pada dirinya
juga. |
Setting dalam scene
berada dalam mobil temannya |
1. Makna Denotasi
Pada
scene kedelapan Isfi
dan teman laki-lakinya sedang berada didalam
mobil untuk memberikan kejutan ulang tahun kepada
Ricky yang matanya sedang ditutup oleh kain berwarna hitam. Dalam adegan tersebut
terlihat Isfi yang sedang berbincang bersama teman-temannya. Dalam gambar pertama
Isfi dan empat teman laki-lakinya itu memberikan kejutan kepada Ricky dengan cara berbincang
dengan seorang pengamen lady boy. Pengamen
lady boy tersebut terlihat
berambut panjang berwarna hitam dengan sedikit
berwarna pirang, berbaju dress putih bunga-bunga, serta terlihat memakai bedak serta lipstik
berwarana merah. Sambil mencubit pipi teman-teman Isfi, Lady boy tersebut menggoda dengan ekspresi tersenyum dan teman-teman Isfi pun terlihat tertawa. Pada gambar pertama teknik pengambilan gambar pertama menggunakan teknik close up terlihat lady
boy yang hanya menunjukan
kepala hingga bahunya dengan sudut eye level.
Dalam gambar kedua terlihat
Isfi yang awalnya tersenyum perlahan menunjukan ekspresi datar, berbeda dengan teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak sambil membicarakan lady boy tersebut. Terlihat juga Ricky
yang bingung serta penasaran karena matanya masih tertutup
oleh kain, Ricky juga terlihat
menggunakan pakaian kemeja bermotif daun dan berwarna cerah. Teknik pengambilan gambar tersebut menggunakan teknik close up yang
terlihat detail ekspresi Isfi dengan sudut
eye level.
2. Makna Konotasi
Konotasi
yang terjadi dalam scene
kedelapan adalah saat Isfi yang sedang bersenang-senang bersama teman-temannya pada saat memberi kejutan
kepada Ricky, gambar yang pertama terlihat seorang pengamen lady boy yaitu seorang laki-laki
yang berpenampilan seperti perempuan dan memakai dress berwarna putih, rambut panjang
lurus serta riasan tebal dengan
lipstik berwarna merah sedang menggoda
teman laki-laki Isfi dengan dialog “hai manis” sambil
menyentuh kepala serta bahunya, teman-teman Isfi tersebut terlihat refleks menjauh saat disentuh oleh lady boy
tersebut. Makna dari gambar tersebut
adalah penampilan lady boy yang
mencolok membuat teman-teman Isfi tertawa karena penampilannya yang asing dan pada
saat disentuh oleh lady
boy, teman-teman Isfi menjauh karena tidak ingin disentuh
menunjukan gambaran diskriminasi terhadap keberadaan lady boy tersebut.
Makna pemakaian lipstik di masyarakat biasanya cenderung penggunaanya oleh wanita, ketidaksesuaian nuansa film dengan asumsi sosial
saat ini menunjukan pertentangan pandangan dalam adegan tersebut dengan konstruksi sosial pada saat ini.
Hal
tersebut juga ditunjukkan pada
adegan di mana Isfi dan teman-teman sedang menertawakan lady boy, adapun
dialog teman Isfi yang mengatakan “hei kalian tahu tidak, itu
beneran wanita maskulin” setelah dialog tersebut mereka tertawa terlihat dalam gambar ekspresi
teman Isfi yang tertawa lebar bersamaan
dengan Isfi yang tertawa perlahan menurunkan bibir dengan ekspresi datar. Hal tersebut memiliki makna bahwa tutur kata yang diungkapkan temannya tersebut termasuk tertuju padanya, karena Isfi yang berpenampilan maskulin menunjukan kesamaan dengan penampilan lady boy yang berpenampilan feminin serta hal tersebut
tidak sesuai dari gambaran masyarakat
yang didasari oleh jenis kelaminya. Kemudian meski Isfi merasa
diterima dalam lingkungan teman-temannya tersebut tidak dipungkiri bahwa hal tersebut masih
menjadi hal awam untuk yang lain. Nuansa ini mengindikasikan
bahwa fenomena perempuan yang mengenakan pakaian maskulin atau laki-laki yang mengenakan pakaian feminin masih dianggap
sebagai fenomena yang aneh dan lucu, sehingga memunculkan suatu bentuk gangguan
terhadap konstruksi sosial saat ini.
Mitos merupakan semacam tuturan yang segalanya dapat menjadi mitos
asalkan hal tersebut disampaiakan lewat wacana. Melalui
penjabaran tersebut peneliti akan mengungkapkan
mitos yang terdapat dalam film pendek Kado dari beberapa
scene yang telah dipilih
serta dianalisis. Dalam penjelasan dalam makna denotasi
serta konotasi melalui scene-scene tersebut
dapat dilihat bahwa makna-makna yang terdapat pada analisis menghasilkan mitos androgini yang terjadi didalam film kado. Hal tersebut tergambarkan dalam beberapa scene-scene
didalam film Kado.
Pada
scence pertama Isfi yang menampilkan tampilan rambut pendek, mengganti pakaian rok seragamnya
menjadi celana, serta bergaul bersama
teman laki-laki meskipun Isfi merupakan
perempuan. Hal tersebut memperlihatkan gambaran maskulinitas. Berdasarkan mitos yang selama ini melekat yaitu
pada saat seseorang memiliki sifat yang tidak sesuai dengan
jenis kelaminnya maka individu tersebut
akan dinilai menyimpang oleh masyarakat.
Pada
scene kedua memperlihatkan
Isfi yang sedang berganti celana seragam sekolahnya menjadi rok dan kerudung agar dapat datang kerumah Nita, Isfi yang memiliki rambut pendek menampilkan
tampilan laki-laki yang membuat orang tua Nita tidak memperbolehkan untuk datang. Berdasarkan
mitos yang ada di masyarakat, perempuan umumnya memiliki rambut yang panjang dan jika berbeda dengan
gambaran tersebut akan dianggap menyimpang
dan berbeda dengan konstruksi dalam masyarakat.
Pada
scene ketiga Isfi
yang menggunakan pakaian kaos polos dengan warna gelap memiliki
mitos bahwa pakaian Isfi serta
tampilan seperti laki-laki yang bebeda pandangan masyarakat tentang pakaian perempuan dan memberikan kesan penyimpangan. hal tersebut dikarenakan
kepercayaan warna gelap adalah warna
yang sering digunakan oleh laki-laki sedangkan umumnya perempuan memakai pakaian yang berwarna cerah, memakai dress, serta memiliki rambut yang panjang.
Pada
scene keempat memperlihatkan
makna mitos bahwa Isfi yang bertanya mengapa ia dilahirkan seperti
ini dan jika memilih ia ingin
memiliki rambut ikal dan badan indah, merupakan standar kontruksi ideal yang telah dibentuk oleh masyarakat dalam berpenampilan.
Pada
scene kelima serta ketujuh memperlihatkan pakaian Isfi yang memakai kaos polos, celana berwarna hitam, dan sepatu hitam memiliki makna mitos yang berada di masyarakat bahwa umumnya perempuan
akan memilih warna cerah sebagai
pakaiannya berbanding dengan Isfi dalam
scene pertama hingga
delapan ia memilih kaos polos sebagai baju kesehariannya.
Pada
scene keenam Isfi
yang mengalami kekerasan fisik karena tidak
memasak menunjukan bahwa masih adanya
keyakinan bahwa memasak adalah kodrat untuk perempuan,
padahal sesungguhnya kodrat perempuan adalah menstruasi, melahirkan, serta menyusui.
Pada
scene kedelapan memiliki
makna mitos bahwa lady boy yang ditertawakan
merupakan sebuah hal yang tidak lazim dalam lingkungan
mereka dan mengangapnya sebagai perbedaan dari sesuatu yang telah dibuat dalam
konstruksi masyarakat dan tidak dapat diterima,
Isfi pun merasa diposisi yang sama dengan lady boy tersebut, karena sama-sama tidak menyerupai dengan konstruksi masyarakat yang ada mengenai tampilan menurut jenis kelamin
tersebut.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari total delapan scene dari film pendek Kado. Peneliti
melihat adanya bentuk representasi androgini yang terdapat dalam film pendek tersebut. Berikut merupakan beberapa pembahasan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes.
Dalam delapan scene yang ditemukan Isfi yang menampilkan gender androgini yaitu adanya karakter maskulin serta feminin pada satu individu secara bersamaan, hal tersebut dijumpai pada Isfi yang bersifat dominan atau maskulin
dalam beberapa adegan.
Dalam awal adegan Isfi
terlihat memiliki rambut berwarna hitam pendek dengan
adanya potongan tipis dalam setiap sisinya,
hal tersebut menunjukan identitas maskulin salah satunya ditunjukan dengan ciri memiliki rambut
pendek (Christie, Hadi, & Wahjudianata, 2020). Berbeda dengan tampilan perempuan yang biasanya memiliki rambut panjang yang diartikan sebagai simbol kehormatan serta lambang feminitas.
(Intan, Budaya, & Padjadjaran, 2021). Dalam adegan terdapat
pula tanda visual dalam berpakaian yaitu Isfi yang selalu mengganti pakaian sekolah roknya dengan celana pada saat ia akan bertemu
dengan teman-teman laki-lakinya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Nomor
45 Tahun 2014 Tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta
Didik Pada Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah pada Bab 3 pasal 3 ayat 2 dan 3, menjelaskan bahwa jenis pakaian seragam
sekolah untuk peserta didik putra
yaitu kemeja putih beserta celana
dan pakaian seragam sekolah untuk peserta
didik putri adalah kemeja putih
beserta rok.
Selain itu Isfi juga terlihat
seringkali menggunakan baju
polos berwarna gelap seperti merah serta
hitam. Terdapat pandangan bahwa warna merah diartikan
sebagai warna darah yang berhubungan dengan perang atau
kekuatan, sementara warna hitam diartikan
dengan kekuatan. Maka makna dari
dua warna tersebut condong kepada maskulinitas (Azizah & Wirawanda, 2019). Adanya representasi androgini dalam tanda yang ada dalam pakaian yang ditampilkan pada saat bersama teman laki-lakinya
memiliki anggapan bahwa hal itu
menunjukan identitas diri sesuai dengan
adanya interaksi yang dilakukan bersama orang lain (Anindya, 2018). Berbeda pada saat bertemu Nita teman perempuannya yang ada dalam scene kedua, Isfi menggunakan kerudung untuk bisa datang ke
rumah Nita, kerudung tersebut dalam islam digunakan oleh perempuan untuk menutup sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga tidak dilihat auratnya (Suhendra, 2013) dengan begitu Isfi
yang terlihat maskulin dengan sekejap berganti feminin agar dapat bermain bersama
Nita dirumahnya, namun demikian setelah pulang dari rumah
Nita, Isfi kembali dengan tampilan maskulinnya.
Adanya
dialog yang terdapat dalam
film Kado yang menggambarkan
adanya gambaran androgini yang diperlihatkan dalam dialog “yang paling tampan Isfi”.
Penggunaan kata tampan adalah
ungkapan kata memuji yang ditunjukan untuk laki-laki mengenai parasnya. Hal tersebut bertentangan dengan jenis kelamin Isfi
yaitu perempuan yang biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata cantik. Ungkapan tersebut menunjukan bahwa adanya tampilan
maskulinitas ketika tampilan wanita yang memiliki siluet busana pria, seperti
pada pakaian yang digunakan
dengan siluet gagah serta tegas
(Lautama, 2021). Selain itu konsep
maskulinitas dibentuk karena adanya sifat
kelelakian Isfi pada saat bergaul dengan
teman laki-lakinya serta tampilannya yang menonjol pada setiap adegan.
Dalam delapan scene yang dipilih oleh peneliti, terdapat salah satu adegan yang menonjolkan tampilan androgini yang paling dalam yaitu dalam scene ketiga. Dalam scene tersebut Isfi yang sedang baru saja
datang bulan terlihat sedang memakaikan pembalut pada celananya. Namun celana tersebut berbeda dengan pakaian dalam untuk
perempuan pada umumnya, celana dalam tersebut
adalah celana dalam yang diperuntukan untuk dipakai oleh laki-laki. Adanya hal tersebut menandakan
bahwa kodrat wanita salah satunya adalah mengalami datang bulan, yang dipertentangkan dengan bentuk pakaian dalam Isfi tersebut,
yang merupakan gambaran bahwa Isfi memiliki
selera pakaian maskulin dari luar
hingga dalam.
Dari
beberapa teknik pengambilan gambar yang ada, terdapat salah satu teknik pengambilan
gambar yang dominan yaitu teknik medium shot. Teknik pengambilan medium shot merupakan
teknik yang pengambil gambar objek mulai
dari pinggang hingga atas kepala
yang biasanya digunakan untuk menonjolkan detail bahasa tubuh serta
ekspresi (Kabelen, 2022). Dalam film teknik pengambilan medium shot bertujuan untuk memberikan kesan fokus kepada objek
serta dapat melihat ekspresi dan juga emosi dari adegan
yang sedang berlangsung.
Hal ini juga digunakan pada
saat penggunaan bahasa tubuh untuk
menjelaskan maksud dari pembicaraan di dalam adegan tersebut
(Wahyudi, 2021).
Dalam
film Kado adapun teknik pengambilan gambar dalam scene kedelapan dimana pada scene tersebut Isfi yang sedang tersenyum dengan teman laki-lakinya
tiba-tiba menurunkan senyumnya dan menampilkan ekspresi datar dan murung. Teknik pengambilan gambar tersebut menggunakan teknik close up yang bertujuan untuk memfokuskan detail dari ekspresi objek dalam menampilkan ekspresi, shot ini menunjukan objek hanya dari kepala
saja (Patel, 2019). Hal tersebut karena teman-teman Isfi yang menertawai tampilan lady boy yang
berbeda serta tidak disadari Isfi pun seperti lady boy yang tidak sesuai dengan
apa yang dianut menurut pandangan masyarakat mengenai tampilan serta perilaku menurut jenis kelaminnya.
Mitos
yang terdapat dalam film Kado ini memperlihatkan
gambaran androgini yang masih menjadi hal
awam dalam lingkungan masyarakat. Seperti pada saat ayahnya Isfi melakukan
kekerasan fisik dengan menampar dan berbicara “ingat kau perempuan, cepat masak” menandakan bahwa masih adanya
perilaku perbedaan menurut jenis kelamin
yang dianut bahkan konotasi perempuan masih dianggap memiliki kewajiban untuk memasak, bersih-bersih bahkan sebagainya. Menurut Boydell dan
Hammond (1993) dalam (Parashakti, 2015) menjelaskan karakteristik feminin, salah satunya yaitu bersifat patuh serta lunak.
Hal tersebut terlihat saat Isfi yang hanya terdiam tanpa
melawan merupakan bentuk patuh dan menerima hukuman tersebut tanpa melawan.
Adapun
mitos tersebut memperlihatkan bahwa identitas gender haruslah sama dengan jenis
kelamin yang telah diberikan sesuai dengan kodratnya seperti perempuan haruslah feminin dan laki-laki haruslah maskulin serta pada saat seseorang memiliki sifat yang tidak sesuai dengan
jenis kelaminnya maka individu tersebut
akan dinilai menyimpang oleh masyarakat (Adelina, 2020). Seringkali juga masyarakat memiliki pandangan bahwa androgini merupakan penganut gaya dari komunitas
LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) namun nyatanya androgini berbeda dengan hal tersebut
karena androgini merupakan sebuah identitas peran gender yang dimiliki oleh sebuah individu sedangkan LGBT adalah seseorang yang memiliki orientasi seksual (Lautama, 2021).
Fenomena androgini pada saat ini mulai berkembang
namun konsep androgini belum diketahui meluas oleh kebanyakan masyarakat di
Indonesia. Androgini biasanya
hanya dikenal dalam lingkup seni
dan fashion saja. Kurangnya
pengetahuan tentang gender androgini kadang kala membuat pandangan menyimpang dan menyimpulkan bahwa hal tersebut
adalah salah satu dari bagian transgender (Fadly WIjayakusuma, 2021). Menurut Bem (1977) dan Richmond
(1992) dalam (Setyaningsih & Supratiknya, 2019) menjelaskan bahwa seseorang yang androgini akan lebih leluasa
dalam menampilkan perilaku maskulin dan feminin dalam berbagai
situasi sosial yang berbeda. Seseorang androgini diindikasikan sebagai seseorang yang fleksibel serta dapat menyesuaikan diri dalam berbagai
situasi dibanding peran gender lainnya.
Banyak
mispersepsi terhadap intensi seseorang untuk bersikap androgini, kesalahpahaman yang
paling kentara adalah orang
yang bergender androgini sama dengan transpuan
ataupun trans laki-laki, bagaimana seseorang memilih gender yang bersebrangan dengan gender yang ditentukan namun androgini lebih cenderung ke mengamini bahwa
terdapat fitur-fitur baik maskulin maupun
feminin yang terdapat pada dirinya. Sehingga penonjolan fitur-fitur tersebut tidak disertai dengan pemilihan gender perempuan ataupun laki-laki secara keseluruhan. Salah satu contoh yang merepresentasikan androgini di
Indonesia adalah influencer Jovi Adhiguna.
Ia adalah salah satu influencer Indonesia yang berpakaian
feminin tetapi tetap mengindentifikasi dirinya sebagai laki-laki.
Jovi
menjelaskan bahwa ia mulai mengenakan
pakaian feminin saat ia duduk di bangku SMA. Ia mengenakan pakaian feminin sepulang sekolah, karena ia tidak mungkin
bisa mengenakannya di sekolah. Setelah ia lulus dari pendidikan
SMA, Jovi diizinkan oleh orang tuanya
memanjangkan rambutnya. Bahkan, orang tuanya melarangnya untuk potong rambut. Hal tersebut memberikan rasa lega dan bebas bagi Jovi karena ia sudah dapat
mengekspresikan apa yang telah dipendam. Jovi juga menjelaskan bahwa dirinya bukan seorang
perempuan, tetapi ia merasa fashion tidak terbatas oleh satu gender.
Dengan demikian
berdasarkan hasil analisis dan pengamatan, peneliti dapat melihat adanya representasi androgini ini terbukti di tampilkan dengan baik dalam film pendek Kado, terlihat
dalam film bagaimana peran androgini Isfi yang di representasikan baik secara langsung
maupun tidak langsung diperlihatkan dengan jelas pada makna denotasi serta makna konotasi hingga membangun gambaran androgini pada Isfi yang terlihat maskulin serta feminin yang bersamaan. Sehingga film ini dapat memenangkan penghargaan Best Short Film dalam
Venice international film festival tahun 2018.
Pada
bab ini peneliti akan memaparkan
hasil analisis semiotika Roland Barthes pada representasi
androgini dalam film pendek Kado. Gender androgini yang terdapat dalam film ini dianalisis berdasarkan visual dan
dialog yang terdapat dalam
scene yang terpilih. Androgini
yang ditampilkan dalam film
Kado memberikan gambaran bahwa individu androgini merasa ekspresif serta bebas dengan
jati dirinya dan meskipun diterima dalam pertemanannya tidak membuat adanya
rasa diterima oleh lingkungan
karena hal tersebut merupakan suatu penyimpangan. Berdasarkan analisis semiotika Roland Barthes, adegan
yang menunjukan adanya representasi androgini pada film Kado dapat peneliti
simpulkan yaitu:
Tanda denotasi
dalam adegan menunjukan gender androgini dalam film Kado. Hal tersebut didapat melalui penggambaran visual serta dialog. Penggambaran androgini menonjol dari tampilan serta
sifat maskulin melalui tokoh Isfi
yang memiliki jenis kelamin perempuan.
Makna konotasi dalam adegan menunjukan
gender androgini dalam film
Kado melalui tokoh Isfi menginginkan
tampilannya diterima dalam lingkungan tanpa merasa diskiriminasi
dari orang sekitar sebagaimana pemaknaan gender yang
harus sama dengan jenis kelamin
seperti yang diyakini oleh masyarakat.
Mitos yang muncul
dalam film Kado mengenai androgini didapat melalui dialog yang masih memberikan pemahaman bahwa jenis kelamin haruslah
sesuai dengan kegiatan yang dialami. Seperti perempuan haruslah memasak dan laki-laki bekerja
BIBLIOGRAFI
Adelina, Ali. (2020). Perbedaan Pengaruh Olahraga
Bela Diri Dan Non-Bela Diri Terhadap Kecenderungan Sifat Androgini Siswi
Adelina Dhinik Puspitasari *, Ali Maksum Abstrak. 8 No 2, 29–34.
Agus, Afandi; (2019). Bentuk-Bentuk
Perilaku Bias Gender. Lentera: Journal Of Gendera Children Studies, 1(1),
1–17.
Anindya, Annisa. (2018). Krisis
Maskulinitas Dalam Pembentukan Identitas Gender Pada Aktivitas Komunikasi. Jurnal
Ranah Komunikasi (Jrk), 2(1), 24. Https://Doi.Org/10.25077/Rk.2.1.24-34.2018
Azizah, Farah Nur, & Wirawanda,
Yudha. (2019). Makna Female Masculinity Dalam Kostum Wayang Srikandi Red Batik
Solo. Jurnal Komunikasi, 11(1), 52. Https://Doi.Org/10.24912/Jk.V11i1.2499
Christie, Benita, Hadi, Ido
Prijana, & Wahjudianata, Megawati. (2020). Representasi Maskulinitas
Perempuan Dalam Film “My Stupid Boss 2.” Jurnal E-Komunikasi, 8(2),
1–11.
Dewantara, Jalu Rahman.
(2019). Representasi Ketidakadilan Gender Dalam Film Surat Cinta Untuk Kartini.
Paradigma: Jurnal Masalah Sosial, Politik, Dan Kebijakan, Vol. 23, P.
285. Https://Doi.Org/10.31315/Paradigma.V23i1.4899
Elia Natanael Santoso, Habel.
(2021). Makna Pengalaman Ketakutan Berkomunikasi Dalam Mengungkapkan
Identitas Pada Laki-Laki Androgini (Studi Fenomenologi Dalam Komunitas Laki-Laki
Kontes Pemilihan). 3.
Evarisna, Grace. (2020). Representasi
Identitas Androgini Dalam Akun Instagram @Andreaslukita_ (Analisis Semiotika
Roland Barthes). 4.
Fadly Wijayakusuma, Putri
Kumalasari. (2021). Less Masculine, More Feminine Dan Less Feminine, More
Masculine: Laki-Laki Mengekspresikan Androgini Melalui Fashion. Emik, 3(2),
137–159. Https://Doi.Org/10.46918/Emik.V3i2.662
Giovani. (2019). Representasi
“Nazar” Dalam Film Insya. Proporsi : Jurnal Desain, Multimedia Dan Industri
Kreatif, 2(1), 59–70.
Intan, Tania, Budaya, Fakultas
Ilmu, & Padjadjaran, Universitas. (2021). Rambut Perempuan Dan Mitos
Kecantikan Dalam Metropop Hair-Quake Karya Mariskova. 28(2).
Kabelen, Nicholaus Wayong.
(2022). Analisis Dramatisasi Shot Video Pada Iklan Sampo “Pantene.” Nirmana,
22(1), 1–7. Https://Doi.Org/10.9744/Nirmana.22.1.1-7
Lautama, Ciawita
Atmadiratna. (2021). Gaya Fashion Androgini Dan Kemunculan Sosok Non-Binary. Moda,
3(1), 1–13.
Mekarisce, Arnild Augina.
(2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian Kualitatif Di Bidang
Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 12(33),
145–151.
Nahak, Hildgardis M. ..
(2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia Di Era Globalisasi. Jurnal
Sosiologi Nusantara, 5(1), 65–76. Https://Doi.Org/10.33369/Jsn.5.1.65-76
Parashakti, Ryani Dhyan.
(2015). Perbedaan Gaya Kepemimpinan. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis,
1(10), 92–101.
Patel. (2019). 済無No Title No Title No Title.
3(2), 9–25.
Rachman, Rio Febriannur.
(2020). Ketamakan Dalam Film Parasite. Spektrum Komunikasi, 8(1),
11–21.
Riwu, Asnat, & Pujiati,
Tri. (2018). Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Film 3 Dara ( Kajian
Semiotika ). 10(03), 212–223.
Setyaningsih, Natalia
Regina, & Supratiknya, Augustinus. (2019). Analisis Tingkat Androgenitas
Pada Mahasiswa. 120–137.
Suhendra, Ahmad. (2013). Kontestasi
Identitas Melalui Pergeseran Interpretasi Hijab Dan Jilbab Dalam Al Qur’an. Palastren:
Jurnal Studi Gender, Vol. 6(1, Juni), 1–22.
Sumardiono, Nawan.
(2022). Representasi Identitas Gender Influencer Laki- Laki Dengan Ekspresi
Gender Feminin Di Instagram Representation Of Male Influencer Gender Identity
With Feminine Gender Expression On Instagram. 8(1).
Wahyudi, Ridwan Adhim.
(2021). Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Keluarga Cemara. Jurnal
Unissula, 10–21.
Alamanda Maulidya Adireza,
Agus Aprianti (2022) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |