Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
10, Oktober 2022
EFEKTIFITAS MODEL
PEMBELAJARAN TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DAN NHT (NUMBERED HEAD
TOGETHER) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V
SD
Ayu Wulandari, Adi Winanto
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
Email: [email protected] [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Sampel pada penelitian ini yaitu 35 siswa di SDN Plumbon 01. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. Uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan efektivitas kedua model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian berdasarkan uji-t menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) 0,067 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran TGT dan NHT dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Plumbon 01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT dan TGT memiliki keefektifan yang sama dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kata Kunci: Teams Games Tournament, Numbered Head Together, berpikir kritis
Abstract
This study aims to determine the
effectiveness of the cooperative learning model of Teams Games Tournament (TGT)
and Numbered Head Together (NHT) on the critical thinking skills of fifth grade
students. The research method is experimental. The experimental research design
used was Nonequivalent Control Group Design. The sample in this study were 35
students at SDN Plumbon 01. The experimental class
uses the Teams Games Tournament learning model and the control class uses the
Numbered Head Together learning model. T test was used to determine the
difference in the effectiveness of the two learning models on students'
critical thinking skills. The experimental results based on the t-test showed
that the value of Sig. (2-tailed) 0.067 > 0.05. This means that there is no
significant difference between the TGT and NHT learning models in improving the
critical thinking skills of fifth grade students at SDN Plumbon
01. So it can be concluded that the NHT and TGT
learning models have the same effectiveness in improving students' critical
thinking skills.
Keywords: Teams Games Tournament, Numbered
Head Together, critical thinking
Pendahuluan
Pada dasarnya pendidikan mampu mendorong manusia dalam mengembangkan potensi dirinya dalam hal berpikir
secara kritis sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. pelajaran matematika merupakan bidang studi yang di ajarkan pada semua jenjang pendidikan yang memiliki peran sangat penting dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika sendiri merupakan sistem deduktif yang mampu mengembangkan model dari contoh sistem
ini. Model matematika sebagai interpretasi dari sistem matematika
yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan di dunia nyata.
Manfaat lain yang membuat matematika lebih menonjol adalah dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajari matematika menjadi pola pikir
matematika yang sistematis,
logis, dan kritis.
Salah satu keterampilan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir. Salah satu kemampuan seseorang agar dapat berhasil dalam hidupnya ditentukan oleh kemampuan dalam berpikir kritis terutama dalam memecahkan sebuah masalah. Siswa akan memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi isu-isu sentral atau pokok-pokok
masalah, membandingkan kesamaan dan perbedaan, membuat dan merumuskan pertanyaan secara tepat, menemukan sebab-sebab kejadian permasalahan, mampu menilai dampak atau konsekuensi, mampu memprediksi konsekuensi lanjut dari dampak kejadian,
mampu menjelaskan permasalahan dan membuat kesimpulan sederhana, dan mampu merefleksikan nilai atau sikap
dari sebuah peristiwa tertentu. Sehingga siswa akan terampil dalam
mengatasi masalah baik masalah pribadi
maupun masalah sosial karena pada hakikatnya siswa hidup di tengah masyarakat yang penuh dengan benih-benih potensi munculnya masalah.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan peserta didik untuk berpikir
dari kegiatan untuk secara sengaja
mengatur, menganalisis, serta mengevaluasi pengetahuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Keterampilan ini bisa mendukung
kemampuan berpikir cepat, tepat, dan cermat dalam memecahkan
masalah (Purwanto dan
Putri, 2020) (Putra et al., 2021). Berpikir kritis sebagai suatu proses berpikir dengan tujuan untuk
membuat keputusan-keputusan
yang dapat di pertanggungjawabkan
mengenai apa yang akan diyakini dan apa yang akan dilakukan
kedepannya nanti (Ennis, 1996).
Namun pada faktanya matematika bukanlah pelajaran yang menarik bagi siswa, bahkan
sangat membosankan. Pernyataan
ini disebabkan oleh pola pikir siswa
yang menganggap matematika sulit untuk dipahami
dan diamati. Kesulitan siswa disebabakan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika sehingga dapat menyebabkan siswa menjadi terkecoh dalam memecahkan suatu masalah. Masalah tersebut disebakan oleh siswa yang tidak terbiasa dengan konsep yang dipelajari sehingga siswa tidak dapat
memahami dan siswa yang menghafal informasi cenderung melakukannya tanpa memahaminya. Kesalahan yang disebabkan oleh siswa dapat menghambat
cara berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap guru yang bersangkutan mengatakan bahwa pada mata pelajaran jaring-jaring bangun ruang dirasa sulit
bagi siswa untuk dipelajari, sehingga prestasi pada mata pelajaran ini tergolong sangat rendah. Siswa melakukan
kesalahan seringkali disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
internal, seperti kurangnya
pengetahuan dan motivasi mereka sendiri dan faktor eksternal yang dapat dipicu oleh cara guru mengkomunikasikan sifat materi, kejelasan
yang digunakan guru dalam memaknai materi, dan kurangnya pemahaman model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membahas materi yang dipelajari, sehingga pembelajaran di kelas dapat terkesan membosankan. Guru juga sering
kali menerapkan model pembelajaran
konvensional seperti metode ceramah dan diskusi dalam proses belajar mengajar sehingga menyebabkan siswa menjadi mudah
mengantuk dan cepat bosan pada saat pembelajaran dimulai. Akan tetapi model diskusi seperti yang diketahui membutuhkan banyak waktu dan tidak benar – benar membuat
siswa aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan kondisi tersebut dibutuhkannya model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan agar siswa dapat termotivasi
untuk belajar, sehingga siswa bisa lebih aktif,
komunikatif dan berpikir kritis serta tidak
mudah jenuh. Dengan mengkaji semua kendala yang dihadapi siswa, diperlukan proses pembelajaran untuk mengembangkan pemahaman konseptual dan keterampilan penalaran matematis siswa dalam domain jaringan spasial. Salah satu caranya adalah melalui pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Numbered
Head Together (NHT).
Team Games Tournament (TGT) merupakan jenis model pembelajaran kolaboratif yang mudah digunakan. Model pembelajaran ini mencakup semua
siswa yang berpartisipasi tanpa memandang status, peran siswa sebagai
tutor sebaya, dan elemen permainan yang ada di dalamnya. Model pembelajaran Team
Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang disebut tim selama
proses pembelajaran dengan bekerja sama sebagai
satu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, dan mencapai tujuan bersama. Teams Games
Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan
siswa kedalam kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku ras yang berbeda
(Rusman, 2012:
224) (Karmila, 2020).
Menurut Istirani (2012), Numbered
Head Together (NHT) adalah seperangkat
materi yang menggunakan kelompok sebagai forum untuk mengintegrasikan persepsi dan pemikiran siswa tentang pertanyaan
yang diajukan oleh guru agar siswa
dapat menjawab pertanyaan tersebut (Marhadi, 2014).
Penelitian dengan model yang sama
telah dilaksanakan oleh sejumlah peneliti seperti (Warmansyah,
2016), berdasarkan hasil
penelitian tersebut
menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together dan teams games tournament dalam hal meningkatkan keterampilan berpikir kritis jika dibandingkan
dengan pembelajaran NHT,
model pembelajaran TGT memiliki
pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran NHT sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Diyah et
al., 2021) bahwa
membuktikan bahwa terdapat
perbedaan keefektifan yang signifikan antar model pembelajaran
Group Investigation dan Teams Games Tournament terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar pada pembelajaran
Matematika. Bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Rahmawati, 2017) Dengan hasil penelitian, bahwa ada pengaruh model pembelajaran TGT dan NHT terhadap kemampuan penalaran
matematis siswa; prestasi matematika dengan model TGT lebih baik dibandingkan
prestasi matematika dengan model pembelajaran NHT dan pembelajaran
Konvensional; dan siswa dengan kemampuan penalaran matematis tinggi memiliki
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan penalaran
matematis sedang dan rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran TGT
dan NHT terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
matematika di SDN Plumbon
01. Peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa maupun kreativitas
guru dalam melakukan proses
pembelajaran. Model pembelajaran
TGT dan NHT merupakan rumpun
dari model pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk bekerja
dalam suatu tim untuk menyelesaikan
masalah, menyelesaikan tugas, atau memahami
konsep materi maupun pemanfaatan teknologi dengan perlombaan serta pemberian penghargaan bagi siswa yang berprestasi.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen
semu atau dikenal dengan quasi
experiment. (Sugiyono, 2014) berpandangan eksperimen kuasi dapat digunakan apabila mengalami kesulitan dalam mendapatkan kelompok kontrol yang benar-benar dapat mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhinya. Desain yang digunakan
adalah Nonequivalent Control Group Design. Terdapat dua kelompok
eksperimen, yaitu kelompok A dan kelompok B yang dipilih tidak secara
random, tetapi matching only yang disajikan dalam tabel 1 berdasarkan
(Sugiyono, 2017) seperti berikut:
Tabel 1 Desain
Nonequivalent Control Group Design
Berdasarkan tabel 1 pretest dan
posttest dari kedua model dilakukan dengan teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes berupa soal
uraian berjumlah 10 butir soal yang telah diuji reliabilitasnya
sebesar 0.82. Angka kofisien
reliabilitas alpha ini berada pada kategori reliabel. Hasil uji validitas
item ke-10 soal menunjukan angka valid. Soal tersebut berisi materi jaring-jaring bangun ruang. Kemudian
untuk instrumen observasi pembelajaran terdiri dari observasi
pembelajaran kelas ekeperimen yang menerapkan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dan observasi kelas kontrol yang menerapkan model NHT
(Numbered Head Together). Data yang telah diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan diuji perbedaan efektifitasnya menggunakan uji-t. Sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan bantuan program SPSS
26.
Penelitian ini dilakukan di SDN Plumbon 01 yang terletak di wilayah Plumbon, Kecaman Suruh, Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah 35 orang siswa SDN Plumbon 01 dari kelas V A dan V B. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Sampel yang diambil adalah kelompok eksperimen adalah
18 siswa dan kelompok kontrol adalah 17 siswa.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengukuran
pretest dan postest kemampuan
berpikir kritis siswa antara kedua
model pembelajaran kooperatif
disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2
Data Pretest dan Posttest Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
Perolehan |
Pretest |
Postest |
||
TGT |
NHT |
TGT |
NHT |
|
Nilai Minimum |
29 |
21 |
60 |
50 |
Nilai Maksimum |
64 |
66 |
86 |
85 |
Rata-rata |
42,2 |
38,4 |
75,8 |
69,2 |
Kategori |
Kurang baik |
Kurang baik |
Baik |
Baik |
Berdasarkan pada tabel 2,
rata-rata skor pretest antara
kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan TGT dan kelompok kontrol yang diberikan perlakukan NHT berada pada kategori kurang baik dengan
selisih skor 3,8. Sedangan rata-rata postest antara kedua model sama-sama niak menjadi kategori baik dengan selisih
6,64.
Distribusi kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, secara rinci disajikan
melalui gambar 1 berikut ini.
Gambar 1
Grafik Kemampuan Berpikir Kritis
Analisis dilanjutkan dengan melakukan uji normalitas dan homogenitas sebelum dilakukan uji-t. Hasil
uji normalitas, data dikatakan
normal jika signifikansinya
> 0,05, uji normalitas dilaksanakan
guna melihat apakah data yang digunakan
normal. Sedangkan uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu varians data sama atau tidak,
data dikatakan homogen jika memenuhi syarat
jika > 0,05 dan jika signifikansinya < 0,05 maka
data berdistribusi homogen.
Berikut hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Kelas |
Kolmogorov-Smirnova |
Shapiro-Wilk |
||||
Statistic |
df |
Sig. |
Statistic |
df |
Sig. |
|
Pretes eksperimen (TGT) |
.144 |
18 |
.200* |
.949 |
18 |
.415 |
Postes eksperimen (TGT) |
.159 |
18 |
.200* |
.928 |
18 |
.179 |
Pretes kontrol (NHT) |
.158 |
17 |
.200* |
.930 |
17 |
.214 |
Postes kontrol (NHT) |
.165 |
17 |
.200* |
.896 |
17 |
.058 |
Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 3 menunjukan bahwa data nilai pretest dan postest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdistribusi normal. Selanjutnya
dilakukan uji homogenitas menggunakan metode Levene’s Test dengan
memilih salah satu interpretasi statistik berdasarkan rata-rata (Based on Mean). Terlihat melalui tabel 4 bahwa hasil
uji homogenitas sebelum adanya treatment mendapatkan nilai signifikasi sebesar 0,228 dimana > 0,05
yang artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang sama atau disebut homogen.
Kemudian hasil uji homogenitas setelah treatment diperoleh hasil nilai signifikasi 0,026 dimana > 0,05 yang artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
varian yang sama atau disebut homogen.
Tabel 4 Hasil
Uji Homogenitas
Levene Statistic |
df1 |
df2 |
Sig. |
|
Sebelum |
1.509 |
1 |
33 |
,228 |
Sesudah |
1,896 |
1 |
33 |
,026 |
Analisis uji efektivitas model
TGT dan NHT dengan menggunaan
uji-t dilakukan menggunakan
program SPSS 26.0 for windows. Berikut hasil uji-t dari data posttest
kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Uji T-test
t-test for Equality of Means |
t |
df |
sig (2-tailed) |
Equal
variances assumed |
1.893 |
33 |
.067 |
Equal
variances not assumed |
1.927 |
25.167 |
.065 |
Berdasarkan hasil pada tabel 5, dapat dilihat bahwa nila
t adalah 1,893 pada 0,067 yang berarti
bahwa tidak terdapat perbedaan dari hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen TGT dan kelas kontrol NHT. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif tipe TGT dan NHT memiliki keefektifan yang sama terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas Va
dan Vb SDN Plumbon 01.
Hasil belajar
siswa kelas eksperimen TGT dan kelas kontrol NHT memiliki rata-rata
yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan pembelajaran yang telah dilakukan pada kelas eksperimen TGT dan kelas kontrol NHT sama-sama membuat siswa menjadi lebih
aktif dan bersemangat. Kedua model pembelajaran kooperatif yang digunakan mampu membuat siswa
menjadi lebih bersemangat belajar dan berkompetensi secara sehat dengan teman
sebaya. Hal ini terlihat ketika siswa termotivasi untuk mengerjakan kuis dengan benar.
Kegiatan yang telah dilakukan dapat melatih siswa untuk
berinteraksi dan berdiskusi
antara satu dengan yang lain. Kelompok yang telah dipilih juga berdasarkan nilai yang heterogen sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
berbagi dan melengkapi.
Persamaan dalam segi pembentukan kelompok yang telah dibuat dengan kemampuan
siswa yang berbeda-beda dari kedua tipe
model pembelajaran kooperatif
ini menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT. Siswa sama-sama saling membantu satu sama
lain dalam permainan di kedua tipe tersebut.
Jika dilihat dari struktur antara model pembelajaran tipe TGT dan NHT memang tidak jauh
berbeda walaupun dari segi pelaksanaannya
berbeda. Namun yang diyakini peneliti mengenai hal yang membuat kenapa tidak ada perbedaan
yang signifikan adalah kedua tipe ini
sama-sama membangkitkan semangat siswa untuk memecahkan kuis yang diberikan bersama teman-teman. Perbedaan kemampuan dalam satu kelompok
yang saling membantu dalam memecahkan permasalahan juga sangat membantu
siswa untuk memahami materi yang sudah diberikan.
Seperti yang dinyatakan oleh Menurut Paul dan
Elder (2011) mendefinisikan bahwa berpikir kritis sebagai proses menganalisa dan menilai pemikiran dengan sebuah pandangan
untuk memperbaiki pemikiran yang didasarkan pada sebuah tujuan. Ia juga menyatakan bahwa dalam berpikir
kritis pengetahuan merupakan struktur paling dasar dalam berpikir
dan standar intelektual
yang paling utama untuk berpikir (Rachmantika, 2019). Kedua tipe model pembelajaran
kooperatif memiliki keefektifan yang sama dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dan NHT juga membutuhkan
waktu yang lama agar siswa lebih paham mengenai
alur pembelajaran dari kedua model pembelajaran ini.
Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmawati, 2017) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran TGT dan NHT dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan telah disajikan, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pengaruh antara model pembelajaran TGT dan NHT terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Kedua
model memiliki efektifitas
yang sama dalam meningkatkan katermapilan berpikir kritis.
Saran yang dapat
diberikan adalah guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau NHT untuk diterapkan dalam pembelajaran karena keduanya sama-sama dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa
dapat berinteraksi dan saling berbagi antara satu dengan
lainnya. Guru juga hendaknya
melatih kemampuan berpikir kritis siswa dengan mengatur
kelas dengan baik agar model pembelajaran yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan maksimal
Amalia, N. F., Aini, L. N., &
Makmun, S. (2020). Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah
Dasar Ditinjau Dari Tingkat Kemamampuan Matematika. 8(1), 97–107.
Amin, A., & Suardiman, S. P. (2016). Perbedaan
Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Model
Pembelajaran. 4, 12–19.
Bagas, P., Putra, S., Rahayu, T. S., Studi,
P., Guru, P., Dasar, S., Kristen, U., Wacana, S., & Thinking, C. (2021). Jurnal
Ilmiah Wahana Pendidikan. 7(4).
Https://Doi.Org/10.5281/Zenodo.5178880
Dadri, P. C. W., Dantes, N., &
Gunamantha, I. M. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
Sd Gugus Iii Mengwi. 3(2), 84–93.
Diyah, I., Palupi, R., Rahayu, T. S.,
Dasar, G. S., Kristen, U., Wacana, S., & Kritis, B. (2021). Efektivitas
Model Pembelajaran Group Investigation ( Gi ) Dan Teams Games Tournament ( Tgt
) Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. 4(1), 10–20.
Ennis. (1996). Critical
Thinking. Prentice Hall.
Fransisca, D. P., Kusumawati, N., &
Sari, M. K. (2020). Analisis Penerapan Model Teams Games Tournament Disertai
Media Permainan Jenga Pada Materi Volume Bangun Ruang Kelas V Sdn Patihan Kota
Madiun. 2, 157–164.
Hidayat, N. (2017). Peningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi
Jaring-Jaring Bangun Ruang Melalui Penerapan Scientific Approach Kelas V
Semester 2 Di Sdn 6 Dawuhan Situbondo Tahun Ajaran 2013/2014. Jpdi (Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia), 1(1), 7.
Https://Doi.Org/10.26737/Jpdi.V1i1.114
Karmila, B. (2020). Jurnal
Ilmu Sosial Dan Pendidikan. 4(4), 224–233.
Laksono, R. D. (2020). Jpe ( Jurnal
Pendidikan Edutama ) Vol . 7 No . 2 Juli 2020. 7(2), 93–102.
Marhadi, H. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Nmbered Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas Vd Sdn 184 Pekanbaru. 3, 73–81.
Pangesti, N., & Mardiana, T. (2021). The
Effect Of Teams Games Tournament ( Tgt ) Learning Model With Monopoly Game
Media On Mathematics Logic Intelligence Model Pembelajaran Teams Games
Tournament ( Tgt ) Dengan Media Permainan Monopoli Terhadap Kecerdasan Logika
Matematika Pengaruh. 379–390.
Putra, F. G., Islam, U., Raden, N., &
Lampung, I. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament
Berbantuan Konsep Gamifikasi. 6, 1–13.
Rachmantika, A. R. (2019). Peran
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan
Masalah. 2, 439–443.
Rahmawati, N. K. (2017). Implementasi Teams
Games Tournaments Dan Number Head Together Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran
Matematis. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 121.
Https://Doi.Org/10.24042/Ajpm.V8i2.1585
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode
Penelitian Pendidikan. Alfabeta.
Warmansyah, J. (2016). Pengaruh Metode
Pembelajaran Kooperatif Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika.
99–120.
Copyright holder: Ayu Wulandari, Adi Winanto
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |