Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 11, November 2022
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN GEL DARI EKSTRAK GAMBIR
TERPURIFIKASI TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes
Lusia Eka Putri1), Sefrianita
Kamal2), Sara Surya3)
Program Studi S1 Farmasi Universitas Dharma Andalas
Padang, Indonesia
Email: lusiaekaputri18@gmail.com
Abstrak
Jerawat adalah kondisi kulit
abnormal yang disebabkan oleh sekresi kelenjer
sebasea yang berlebihan ataupun infeksi bakteri yang menyebabkan penyumbatan
saluran folikel rambut. Bakteri Propionibacterium
acnes berperan dalam pembentukan jerawat dengan menghasilkan enzim lipase
yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit sehingga menyebabkan
inflamasi (jerawat). Dalam mengatasi jerawat, terapi yang sering digunakan
adalah antibiotik. Namun penggunaan antibiotik yang terus-menerus meningkat dan
penggunaannya yang meluas dapat menyebabkan
resistensi. Salah satu tumbuhan berkhasiat
obat yang memiliki efek antibakteri adalah gambir. Tumbuhan gambir (Uncaria gambir Roxb.)
mengandung senyawa katekin yang sering ditemui di Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan gel antibakteri dari
ekstrak gambir terpurifikasi serta menguji sediaan gel ekstrak gambir
terpurifikasi terhadap aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumuran. Gel
dengan basis karbopol dibuat empat formula yang diformulasi dengan berbagai
konsentrasi yaitu F0 (tanpa ekstrak gambir terpurifikasi), F1
(0,5% ekstrak gambir terpurifikasi), F2 (1% ekstrak gambir
terpurifikasi) dan F3 (1,5% ekstrak gambir terpurifikasi). Evaluasi sediaan gel
ekstrak gambir terpurifikasi meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji
pH, uji daya sebar, uji viskositas dan uji stabilitas fisik dengan metode cycling test. Berdasarkan hasil evaluasi sediaan gel dapat disimpulkan bahwa (F2) dengan konsentrasi 1% adalah formula optimal karena memenuhi semua persyaratan sifat fisik gel. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa
sediaan gel ekstrak gambir terpurifikasi memiliki daya hambat antibakteri
terhadap Propionibacterium acnes.
Kata Kunci: Jerawat,
Ekstrak Gambir Terpurifikasi, Propionibacterium
acnes, Gel
Abstract
Acne is
an abnormal skin condition caused by excessive
secretion of sebaceous glands or a bacterial infection that causes blockage of
the hair follicle ducts. Propionibacterium acnes bacteria play a role in the
formation of acne by producing lipase enzymes that break free fatty acids from
skin lipids, causing inflammation (acne). In dealing with acne, the therapy
that is often used is antibiotics. However, the continuous increase in the use
of antibiotics and their widespread use can lead to resistance. One of the
medicinal plants that have an antibacterial effect is gambier. The gambier
plant (Uncaria gambir Roxb.) contains catechin compounds which are often found
in West Sumatra. This study aimed to formulate an antibacterial gel preparation
from purified gambier extract and to test the purified gambier extract gel
preparation for antibacterial activity using the well diffusion method. The gel
based on carbopol was made of four formulas that were formulated with various
concentrations, namely F0 (without purified gambier extract), F1 (0.5% purified
gambier extract), F2 (1% purified gambier extract) and F3 (1.5% purified
gambier extract). ). Evaluation of purified gambier extract gel preparation
includes organoleptic test, homogeneity test, pH test, dispersion test,
viscosity test and physical stability test by cycling test method. Based on the
results of the evaluation of the gel preparation, it can be concluded that (F2)
with a concentration of 1% is the optimal formula because it meets all the
requirements for the physical properties of the gel. The results of the
antibacterial test showed that the gel preparation of purified gambier extract
had antibacterial inhibition against Propionibacterium acnes
Keywords: Acne, Purified Gambir Extract, Gel, Propionibacterium acnes, Gel.
Salah satu infeksi kulit yang hampir dialami setiap
orang adalah jerawat. Bakteri penyebab
jerawat terdiri dari
Propionibacterium acnes, Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis (Saraswati,
2015). Diantara bakteri tersebut, P. acnes merupakan bakteri Gram
positif yang berperan menghasilkan enzim lipase yang memecah asam lemak bebas
pada kulit. Asam lemak ini menyebabkan inflamasi dan membentuk komedo yang
dapat meningkatkan terjadinya jerawat (Jawetz et al. 2007).
Di Indonesia, prevalensi infeksi jerawat berkisar antara 80-85% pada usia
15-18 tahun, 12% pada usia ≥ 25 tahun dan 3% pada usia 35-44 tahun (Afriyanti & Rizqun, 2015). Salah satu tumbuhan
berkhasiat obat yang memiliki efek antibakteri adalah
gambir (Uncaria gambir Roxb). Kemampuan gambir
sebagai tanaman obat dikarenakan adanya komponen bioaktif berupa katekin
(Hayani, 2003). Kemampuan katekin
sebagai antibakteri disebabkan karena
adanya senyawa polifenol yang mudah berikatan dengan
senyawa organik lain terutama protein, sehingga protein yang terdapat pada
membran sel bakteri membentuk senyawa kompleks melalui ikatan hidrogen yang
menyebabkan fungsi dan permeabilitas dinding sel
bakteri terganggu (Rahel dkk. 2019).
Ekstrak gambir yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah ekstrak gambir yang terpurifikasi. Untuk tingkat
kemurniaan (purity) pada ekstrak
gambir adalah kadar katekinnya ≥ 90% (Wahyuningsih, 2017).
Salah satu upaya pengembangan tumbuhan berkhasiat obat agar efektivitas dan
kenyamanan dalam penggunaannya dapat ditingkatkan dengan cara memformulasikan
menjadi bentuk sediaan gel yang memiliki keuntungan antara lain tidak lengket, mudah
diaplikasikan (mudah meresap, merata dan dibersihkan) dan lebih menarik
(transparan) dibandingkan dengan sediaan topikal lainnya (Panjaitan dkk., 2012).
Selain itu, bentuk sediaan gel lebih baik digunakan untuk pengobatan jerawat daripada sediaan lainnya dikarenakan sediaan gel lebih mudah dibersihkan dari permukaan kulit setelah digunakan
dan tidak mengandung minyak yang dapat meningkatkan keparahan pada jerawat (Sasanti dkk., 2012).
Pada penelitian ini juga dilakukan uji stabilitas
fisik untuk memastikan sediaan memiliki sifat yang sama setelah dibuat
dan masih memenuhi kriteria parameter selama penyimpanan. Ketidakstabilan fisik sediaan gel ditandai dengan adanya perubahan warna timbulnya bau, perubahan bentuk,
dan perubahan fisik lainnya. Dan metode pengujian stabilitas yang akan digunakan adalah metode cycling test (Sayuti, 2015). Berdasarkan uraian
di atas, dilakukan formula gel antibakteri dari
bakteri Propionibacterium acnes.
Penelitian ini juga merupakan salah satu
upaya mengoptimalkan pemanfaatan bahan alam dalam sediaan gel yang baik.
Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah rotary evaporator, Erlenmeyer, batang
pengaduk, spatula, kertas saring, kertas perkamen, pipet tetes, vial, alumunium foil, hot plate, corong buchner, labu Erlenmeyer dengan pompa vakum, krus
porselen, mortir, stamfer,
spektrofotometri uv,
laminar air flow, kertas whatman no. 42, cork borer, oven, autoklaf, inkubator, viskometer brookfield, sentrifus, tanur, lemari pendingin, neraca analitik, pH meter, mikro
pipet, kaca arloji, sudip, kapas steril, cawan Petri, jangka sorong, jarum ose, objek
gelas, gelas
ukur, labu ukur dan alat-alat gelas
laboratorium.Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bongkahan gambir, katekin murni, karbopol, propilen glikol, metil
paraben,
gliserin, trietanolamin (TEA), aquades, etil asetat, etanol 2,5%, HCl pekat, serbuk Mg, asam
sulfat, amoniak, kloroform, Fecl 1%, pereaksi Mayer. Dan untuk bahan bakteri uji: Propionibacterium acnes ATCC 11827, gel klindamisin 1%, kapsul klindamisin,
DMSO 10%, H2SO4 1%, BaCl2 1%, media Nutrient Agar, dan media Muller Hinton
Agar.
Pembuatan Ekstrak Gambir
Terpurifikasi
Sampel yang digunakan adalah bongkahan gambir dari tumbuhan gambir (Uncaria gambir Roxb) yang terdapat
di daerah Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Bongkahan ekstrak gambir yang telah ditimbang kemudian diserbukkan dengan
cara digerus hingga menjadi
serbuk. Serbuk gambir sebanyak 100 gram dilarutkan dengan menggunakan pelarut etil asetat sebanyak 500 ml kemudian dipanaskan selama 1 jam
dengan suhu 60oC pada hot plate. Selanjutnya, disaring dan didapatkan
filtrat yang akan di evaporasi dengan menggunakan alat rotary evaporator. Pada evaporasi, didapatkan ekstrak
kental. Selanjutnya, ditambahkan 110 ml etanol 2,5% dan didinginkan pada lemari pendingin selama ± 12 jam.
Kemudian ekstrak disaring dan dipisahkan menggunakan
corong buchner atau
disebut dengan istilah pemurnian. Pengerjaan ini dilakukan sampai 10 kali
pemurniaan. Selanjutnya, dikeringkan pada suhu 40oC dengan
menggunakan oven. Hitung hasil rendemen isolat ekstrak gambir terpurifikasi dengan rumus:
Skrining Fitokimia Ekstrak Gambir Terpurifikasi
a) Uji Flavonoid
Sampel
ekstrak gambir terpurifikasi sebanyak 0,3 g ditimbang dan dilarutkan dengan 5
ml aquadest, dididihkan selama 5 menit lalu disaring. Ambil fitratnya, lalu
ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml HCl pekat. Adanya flavonoid ditandai
terbentuknya warna kuning atau jingga.
b) Uji Alkaloid
Sampel
ekstrak gambir terpurifikasi sebanyak 0,3 g ditimbang
dan dilarutkan dengan 5 ml kloroform dan 5 ml amoniak
lalu dipanaskan dan disaring. Ditambahkan 5 tetes H2SO4 2 N kemudian dikocok dan didiamkan hingga memisah. Bagian atas dari filtrat
diambil dan diujikan dengan
pereaksi Mayer. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih.
c) Uji Tanin
Sampel
ekstrak gambir terpurifikasi sebanyak 0,3 g ditimbang dan dilarutkan dengan 1
ml aquadest, lalu dihomogenkan. Kemudian ditambah- kan 1-2 tetes larutan Fecl
1%. Adanya tanin ditandai dengan warna biru tua atau hijau kehitaman.
d) Uji Saponin
Sampel ekstrak
gambir terpurifikasi sebanyak 0,3 ditimbang dan dilarutkan dengan 5 ml aquadest
panas. Setelah dingin dikocok
kuat-kuat selama 10 detik.
Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya buih.
a)
Pemeriksaan Organoleptis
Uji organoleptik dilakukan dengan
mengamati ekstrak gambir terpurifikasi terhadap bentuk, warna dan bau (SNI-01-3391-2000).
b)
Kadar Air
Ditimbang
1 gram ekstrak gambir terpurifikasi dan dimasukkan ke dalam
krus porselen. Ekstrak dikeringkan pada oven suhu 105oC selama ± 5
jam dan didinginkan dalam desikator. Setelah itu ditimbang sampai
diperoleh bobot penimbangan konstan. Dilakukan hingga 3x pengulangan (Depkes, 2017).
% Kadar air = x 100%
Keterangan:
W0 = berat krus kosong
W1 = berat krus kosong
+ sampel
W2= berat krus kosong + sampel setelah dikeringkan
c) Kadar Abu
Ditimbang ekstrak
gambir terpurifikasi sebanyak 2 gram dan dimasukan ke dalam
krus porselen. Ekstrak diarangkan diatas tanur pada suhu tinggi 600oC selama 5 jam sampai diperoleh abu dan didinginkan dalam desikator. Setelah itu ditimbang sampai
diperoleh bobot penimbangan konstan. Dilakukan hingga 3x
pengulangan (Depkes RI, 2017).
% Kadar abu = x 100%
Keterangan :
W0 = berat
krus kosong
W1 = berat
krus kosong + sampel
W2 = berat krus kosong + sampel setelah dikeringkan
1) Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Ditimbang sebanyak 25 mg katekin
pembanding dan dilarutkan dengan etil asetat dalam
labu ukur hingga 25 mL (larutan induk dengan
konsentrasi 1 mg/ml). Diukur panjang gelombang maksimal
dengan spektrofotometri UV.
2) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dari larutan induk, dibuat larutan katekin standar dengan konsentrasi: 0.02 mg/mL, 0.03 mg/mL, 0.04 mg/mL, 0.05 mg/mL
dan 0.06 mg/mL. Kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 279 nm dan dibuat kurva kalibrasi
serta persamaan regresi.
3) Penetapan Kadar Katekin Dalam Ekstrak
Gambir Terpurifikasi
Ditimbang sebanyak
25 mg ekstrak
gambir terpurifikasi dan dilarutkan dalam etil asetat hingga 25 mL, lalu
dibuat larutan ekstrak gambir terpurifikasi menggunakan etil asetat dengan berbagai
konsentrasi: 0,02 mg/ mL, 0.03 mg/mL, 0.04 mg/mL,0.05 mg/mL, dan
0.06 mg/mL. Kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang 279 nm. Kadar katekin
dalam ekstrak
gambir terpurifikasi dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi.
Sebanyak 1 gr karbopol dikembang- kan dalam
mortir dengan aquades panas sampai
mengembang. Metil paraben sebanyak 0,1 gr dan dilarutkan dalam gliserin 5 gr diaduk sampai larut
dalam beaker gelas. Dalam mortir yang berbeda, ekstrak gambir digerus sampai teksturnya menjadi lembut, kemudian ditambahkan sebagian propilen glikol, lalu digerus
sampai homogen. Setelah karbopol mengembang, digerus dengan ditambah- kan 1 gr TEA sedikit demi sedikit hingga terbentuk basis gel. Lalu ditambahkan campuran gliserin dan metil paraben ke dalam basis gel sambil digerus hingga homogen. Sisa propilen
glikol dimasukkan kedalam campuran basis gel dan digerus sampai homogen. Campurkan gerusan ekstrak dengan propilengilokol tersebut ke dalam
basis gel dan gerus hingga homogen. Lalu ditambahkan aquades dan gerus kembali hingga homogen.
Tabel 1 Formulasi
Sediaan Gel Ekstrak Gambir Terpurifikasi |
||||
Bahan |
Formula |
|||
F0 |
FI |
FII |
FIII |
|
Ekstrak Gambir Terpurifikasi(g) |
- |
0,5 |
1 |
1,5 |
Gliserin (g) |
5 |
5 |
5 |
5 |
Karbopol 940 (g) |
1 |
1 |
1 |
1 |
Propilen glikol (g) |
10 |
10 |
10 |
10 |
TEA (g) |
1 |
1 |
1 |
1 |
Metil paraben(g) |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
Aquades (ml) |
ad 100 |
ad 100 |
ad 100 |
ad 100 |
a.
Uji Organoleptis
Uji organoleptik
gel dilakukan untuk melihat tampilan fisik dengan
meliputi bentuk, warna,
dan bau dari sediaan yang dibuat.
b.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan
untuk melihat apakah sediaan yang dibuat telah homogen
atau tidaknya dengan cara mengoleskan
sediaan pada objek gelas, kemudian diratakan dengan menempelkan objek yang lainnya, dan diamati. Pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
partikel belum tercampur secara homogen.
c.
Uji pH
Pengujian pH dilakukan
dengan alat pH meter. Uji
pH bertujuan untuk melihat tingkat keasaman yang dapat menjamin sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sediaan diukur pH nya dengan pH meter yang telah dikalibrasi. Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan cara sebanyak 1
gram ekstrak gambir terpurifikasi diencerkan dengan 100 mL aquadest dicelupkan alat ke dalam larutan
hingga muncul angka pada pH meter. pH kulit
yang baik yaitu antara 4,5-6,5.
d.
Uji Daya Sebar
Uji daya sebar
bertujuan untuk melihat pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit setelah gel dibuat. Sebanyak 0,5 gram gel diletakkan ditengah kaca bulat
berskala. Diatas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga kedua beratnya 150 gram, lalu didiamkan selama 1 menit kemudian dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm.
e.
Uji Viskositas
Sediaan sebanyak
50 gram dimasuk-kan kedalam
wadah, kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer brookfiled
dengan spindle no.4 dengan kecepatan 5 rpm. Hasil viskositas
dicatat setelah viskometer menunjukkan
angka yang stabil.
f.
Uji Stabilitas Fisik Sediaan dengan
Metode Cycling Test
Sediaan gel disimpan
pada suhu dingin ± 4°C selama 24 jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu ± 40°C selama 24 jam, proses
ini dihitung 1. Pengujiaan dilakukan dalam 6 siklus dan diamati terjadinya perubahan fisik dari sediaan di awal dan akhir pengujian yang meliputi organoleptik, homogenitas dan pH.
Pengujian aktivitas antibakteri pada sediaan gel menggunakan metode difusi sumuran. Sebanyak 1 ml
suspensi bakteri Propionibacterium acnes ATCC 11827 dimasukkan ke dalam cawan Petri steril dan dituang media NA sebanyak 15 ml dengan suhu 45-50oC, selanjutnya
cawan Petri digoyang-goyang agar media dan suspensi bakteri
tercampur rata. Pada media yang telah
padat dilubungi sebesar 6 mm
menggunakan cork borer dan dimasukan sediaan gel ekstrak gambir terpurifikasi
sebanyak 0,1 ml dengan berbagai konsentrasi formula (F0 =0,5%, F1=1% dan
F2=1,5%), kontrol negatif (basis gel) dan kontrol
positif (gel klindamisin 1%). Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24
jam, lalu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar pencadang dengan menggunakan jangka sorong.
Data yang didapatkan dianalisa secara deskriptif, kemudian data disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik pada pengujian mutu ekstrak, evaluasi sediaan,
dan aktivitas antibakteri ekstrak gambir terpurifikasi berupa zona hambat.
Hasil Dan Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan gel dengan menggunakan bahan aktif ekstrak gambir
terpurifikasi serta dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Ekstrak
gambir terpurifikasi yang digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini berasal bongkahan
gambir dari tumbuhan gambir yang diperoleh dari Surantih-Pesisir Selatan.
Bongkahan gambir yang diperoleh,
kemudian dibuat menjadi serbuk, dengan tujuan
memperkecil ukuran partikel sehingga permukaan kontak dengan penyari semakin luas dan akan lebih banyak
senyawa yang tertarik keluar bersama pelarut. Serbuk gambir
yang diperoleh akan dilakukan ekstraksi ulang dengan menggunakan pelarut etil asetat
dan etanol 2,5%. Dan tujuan mengunakan etanol 2,5%
adalah dengan konsentrasi yang lebih kecil dapat
meminimalisir toksisitas pelarut terhadap ekstrak yang akan digunakan.
Setelah dilakukan ekstraksi pada ekstrak, didapatkan nilai
rendemen ekstrak gambir terpurifikasi sebesar 18,16%. Menurut Farmakope Herbal Indonesia edisi
2 tahun 2017 standar rendemen ekstrak gambir tidak boleh
kurang dari 2,9%.
Setelah didapatkan ekstrak gambir terpurifikasi, dilakukan pengujian
skrining fitokimia. Senyawa aktif yang didetektif
meliputi flavonoid, alkaloid, tanin, dan saponin dengan menggunakan reagen yang
berbeda.Berdasarkan hasil skrining fitokimia, dapat
diketahui bahwa ekstrak gambir terpurifikasi positif
mengandung flavonoid, tanin dan saponin yang ditampilkan pada gambar 1.
Tabel 2 Hasil Parameter Ekstrak Gambir Terpurifikasi |
|||
No. |
Parameter
Pengujian |
Hasil |
Persyaratan |
1 |
Bentuk |
Serbuk
|
Serbuk |
2 |
Warna |
Kekuningan |
Kuning sampai kuning kecoklatan |
3 |
Bau |
Khas |
Khas |
4 |
Kadar
air (%) |
12,46 % |
≤ 14% |
5 |
Kadar
abu (%) |
0,042 % |
≤ 0,5% |
6 |
Kadar
katekin (%) |
91,78
%. |
≥ 90% |
`
Pada pengamatan homogenitas sediaan gel yang
diamati secara visual diatas kaca objek. Homogenitas tersebut
dilihat dari tersebarnya persamaan warna, partikel yang larut
dan tidak terdapatnya gumpalan-gumpalan pada kaca
objek. Hasil
pemeriksaan homogenitas dari sediaan F0, F1, F2 dan F3 menunjukkan homogen dari
keempat sediaan. Dengan demikian, semua gel ekstrak gambir terpurifikasi
mempunyai homogenitas yang baik.
Setelah itu, dilakukan pengukuran pH dengan
menggunakan pH meter. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
perbedaan konsentrasi ekstrak gambir terpurifikasi terhadap perubahan pH. Hasil
pengukuran rata-rata pH pada setiap sediaan adalah F0 = 5,9; F1 = 5,73; F2 = 5,8 dan F3 = 5,8.Hal ini menunjukkan nilai pH berada dalam
rentang persyaratan kulit 4,5-6,5.
Selanjutnya pengujian daya sebar pada sediaan
gel ekstrak gambir terpurifikasi. Hasil pengujian daya sebar pada setiap
sediaan berada dalam rentang antara 5,03cm – 5,13 cm. Semakin besar daya sebar
sediaan gel menunjukkan kemampuan zat aktif menyebar pada kulit semakin luas.
Berikutnya pengujiaan
viskositas pada sediaan yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi sediaan
yang berpengaruh pada penggunaan obat secara topikal, serta untuk mengetahui
kekentalan sediaan gel. Hasil pengujian viskositas masing-masing sediaan adalah
F0= 118,906 dPa.s, F1=111,467
dPa.s, F2 = 105,747 dPa.s
dan F3 =103,707 dPa.s. Pada
formula basis gel menunjukkan viskositas yang tinggi daripada formula yang
lainnya karena adanya penambahan ekstrak pada formula gel dapat menurunkan
viskositas sifat alir gel karena adanya perubaha struktur yang tidak kembali
pada keadaan semula.
Selanjutnya dilakukan uji stabilitas
sediaan gel ekstrak gambir terpurifikasi dengan metode cycling test, yaitu
metode evaluasi sediaan dengan kondisi percepatan dengan adanya perubahan suhu
yang ekstrim untuk menentukan
kestabilan produk selama penyimpanan dengan adanya perubahan
suhu. Hasil masing-masing pengujian cycling test dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Cycling Test pada Sediaan Gel Ekstrak Gambir
Terpurifikasi |
|||||||||
No |
Formula |
Pengujian |
Siklus |
||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
||||
1 |
F0 |
Organoleptis |
|
||||||
-
Warna -
Bentuk -
Bau |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
|||
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
||||
K |
K |
K |
K |
K |
K |
||||
Homogenitas |
H |
H |
H |
H |
H |
H |
|||
pH |
5,96 |
5,70 |
5,93 |
5,96 |
5,83 |
5,96 |
|||
2 |
F1 |
Organoleptis |
|
||||||
-
Warna -
Bentuk -
Bau |
J |
J |
J |
J |
J |
J |
|||
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
||||
K |
K |
K |
K |
K |
K |
||||
Homogenitas |
H |
H |
H |
H |
H |
H |
|||
pH |
5,80 |
6,10 |
5,73 |
5,73 |
6,00 |
5,83 |
|||
3 |
F2 |
Organoleptis |
|
||||||
-
Warna -
Bentuk -
Bau |
JK |
JK |
JK |
JK |
JK |
JK |
|||
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
||||
K |
K |
K |
K |
K |
K |
||||
Homogenitas |
H |
H |
H |
H |
H |
H |
|||
pH |
6,03 |
5,93 |
5,86 |
5,93 |
5,80 |
5,93 |
|||
4 |
F3 |
Organoleptis |
|
||||||
-
Warna -
Bentuk -
Bau |
JM |
JM |
JM |
JM |
JM |
MB |
|||
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
SS |
||||
K |
K |
K |
K |
K |
K |
||||
Homogenitas |
H |
H |
H |
H |
H |
H |
|||
pH |
6,10 |
6,10 |
6,03 |
5,90 |
5,86 |
5,90 |
|||
Keterangan: B = Bening SS = Semi Solid K = Khas J = Jingga |
JK = Jingga Kecoklatan JM = Jingga Kemerahan MB = Merah Bata H = Homogen |
||||||||
Pada pengujian aktivitas
antibakteri pada sediaan gel terhadap
bakteri Propionibacterium
acnes menggunakan metode difusi sumuran yang media agarnya
dilubangi menggunakan cork borer
dengan ukuran 6 mm.. Berdasarkan hasil pengukuran zona hambat pada uji aktivitas
antibakteri sediaan gel, didapatkan formula F0, F1, F2, F3, dan kontrol positif
berturut-turut memiliki diameter zona hambat sedang dengan rata-rata 6,167 mm, 9,667
mm, 11 mm, 11,5 mm dan 22,333 mm. Hal
ini sebabkan oleh zat aktif ekstrak gambir terpurifikasi dengan kadar katekin
dapat menghambat bakteri dengan baik terhadap bakteri Propionibacterium acnes ATCC 11827.
Berdasarkan hasil uji antibakteri sediaan gel yang
diperoleh diameter zona hambat tiap formula mengalami peningkatan, semakin
besar konsentrasi ekstrak gambir terpurifikasi semakin besar pula diameter daya
hambat yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi besar
konsentrasi ekstrak gambir terpurifikasi yang terkandung dalam sediaan, maka
semakin besar pula senyawa aktif (katekin) yang terkandung yang dapat
menghambat aktivitas bakteri. Hasil pengukuran antibakteri pada sediaan gel
ekstrak gambir terpurifikasi dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1. Hubungan Antara Sediaan
Gel Dengan Diameter Hambat Terhadap Bakteri P.acnes
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak
gambir terpurifikasi dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan gel dan
sediaan memenuhi syarat organoleptis (bentuk, warna dan bau), homogenitas, pH,
daya sebar dan viskositas.
2. Semua sediaan
gel ekstrak gambir terpurifikasi memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan
kekuatan sedang hingga kuat.
Aditya M dan Alamanda TR. 2016. Khasiat Gambir untuk
Mengobati Jerawat. Jurnal Majority. 5(3) : 173.
Afriyanti, Rizqun N. 2015. Akne
Vulgaris Pada Remaja. Jurnal
Majority, 4(6).
Andriani R.
2019. Uji Stabilitas Fisik Formulasi Gel Ekstrak Etanol Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica). [Skripsi]. Mataram : Universitas Muhammadiyah Mataram.
Anief M. 1987. Ilmu Farmasi. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada
Anika C and Jahns HE. 2016.
Transcriptomic analysis of Propionibacterium
acnes biofilms in vitro. Elsevier : Science Direct.
Anwar E. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi,
Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta :
Penerbit Dian Rakyat.
Aprelia R.
2020. Eksplorasi dan
Karakteristik Morfologi Tanaman Gambir Liar (Uncaria gambir Roxb.) Pada Lahan Gambut
Dataran Rendah Di Kota Pekanbaru. [Skripsi]. Riau : UIN
Sultan Syarif Kasim.
Assidqi K,
Tjahjaningsih W, dan Sigit S. 2012. Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) sebagai Antibakteri
Terhadap Aeromonas hydrophila. Journal
of Marine and Coastal Scienc. 1(2) :
113-24.
Aziz S. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dan Umbi Bakung Putih (Crinum asiaticum L.) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Brooks GF,
Butel JS, Morse SA. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta : Salemba Medika
Chew KK, Ng
SY, Thoo YY, Khoo MZ, Wan Aida WM, and Ho CW. 2011. Effect of Ethanol
Concentration, Extraction Time and Extraction Temperture on the Recovery of
Phenolic Compound and Antioxidant Capacity of Centella asiatica Extracts. Internasional Food Journal. 18 : 571-578.
Day MC and
Selbin J. 1985. Theoritival Inorganik
Chemistry 2nd Edition. New York : Van Nostrand
Reinhod.
Davis WW
and Stout TR. 1971. Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic Assay. Applied Microbiology. 22(4) : 659-665.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi Tiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope
Indonesia, Edisi Lima. Jakarta
: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2017.
Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Dua. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dewi MM.
2012. Formulasi Sediaan Tablet Hisap Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Sebagai Imunomodulator Dengan Metode
Granulasi Basah. [Skripsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama.
Jakarta: Departeman Kesehatan RI.
Faradisa M.
2008. Uji Efektivitas Antimikroba Senyawa Saponin dari Batang Tanaman Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn.).
[Skripsi]. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Fauziah R.
2017. Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Gel Dari Mikroemulsi Natrium Diklofenak Dengan Variasi Konsentrasi Basis HPMC 4000. [Skripsi]
Makassar : Universitas Alauddin.
Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. 2012.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. United States : McGraw-Hill Companies.
Jawetz,
Melnick and Adelberg. 2007. Medical
Microbiology 24th edition. United State : Mc
Graw Hill Companies.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Moderen Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan dari Phytochemical
Methods Oleh Kosasih Padmawinata.
Bandung : ITB.
Hayani E. 2003. Analisis
Kadar Katekin Dari Gambir Dengan Berbagai Metode. Buletin Teknik Pertanian. 8:
31-32.
Herdriana PV.
2016. Pengaruh Konsentrasi CMC-Na Sebagai Gelling Agent Dan Propilen
glikol Sebagai Humektan Terhadap Sifat Fisik Dan Stabilitas Fisik Gel Ekstrak
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). [Skripsi]. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma.
Iskandar D
dan Ramadhan NA. 2020. Pembuatan Teh Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Asal Kalimantan Barat Pada Variasi Suhu
Pengeringan. Jurnal Teknologi Technoscientia. 13(1) :1979-8415.
Isnawati A, Raini M, Sampurno OD, Mutiatikum D, Widowati L, Gitawati R. 2012. Karakterisasi Tiga Jenis Ekstrak Gambir
(Uncariagambir roxb)
Dari Sumatera
Barat. Buletin Penelitian
Kesehatan. 4(40) : 202-8.
Lachman L and Lieberman HA. 1989. Teori dan Praktek
Industri. Jakarta : UI Press
Larasati ESA. 2020. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Heksan Daun Kirinyuh (Chromolaena
odorata L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium
acnes. [Skripsi]. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma.
Maharani A. 2013. Penyakit Kulit Perawatan, Pencegahan
& Pengobatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Manggningsengi S. 2013. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak
Etil Asetat Rimpang Lengkuas (Alpina
galanga L. Wild) Dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Propionibacterium acnes. [Skripsi].
Makassar : Universitas Hasanuddin.
Margaretta S, Handayani N, Indraswati dan Hindraso H.
2011. Ekstraksi Senyawa Phenolics Pandanus
amarylifolius Roxb Sebagai Antioksidan Alami. Widya Teknik. 10(1) : 21-30.
Markham, KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : ITB.
Martin A, Swarbick J, dan Cammarata A. 1993. Farmasi
Fisik Edisi 3. Jakarta: UI Press
Mescher AL. 2010. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. New York: Mc Graw Hill Medical.
Mitsui T.
1997. New Cosmetic Science. Amsterdam : Elseveir Science.
Movita T. 2013.
Acne Vulgaris. Jakarta : Kalbemed Continuing Medicak Education.
Muchtar H, Gustri Y, dan Diza YH. 2010. Pembuatan
Konsentrat Polifenol Gambir (Uncaria
gambir Roxb.) Sebagai Bahan Antioksidan Pangan. Jurnal Riset Industri. Vol(4), 71-82.
Muller J and Heindl.
2006. Drying Of Medical Plants. The Netherland : Springer 237-252
Mursyid AM. 2017. Evaluasi Stabilitas Fisik dan Profil
Difusi Sediaan Gel (Minyak Zaitun). Jurnal Fitofarmaka,Vol (4) No.1
Nainggolan P,
Parhusip D. 2013. Teknologi
Perbenihan Tanaman Gambir.Medan: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Utara.
Nurhaz A. 2018. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Dari Ektrak Dan Nanopartikel Ektstak Etanol Daun Srikaya
(Annona Reticuluta
L.) terhadap P.acnes dan Staphylococcus Epidermis”. [Skripsi]. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Okin. 2016. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Kapang Endofit Dari Daun
Tanaman Bakung Putih (Crinum asiaticum L.)
Terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa. [Skripsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Panjaitan EN, Saragih A, dan Purba D. 2012. Formulasi gel dari
ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Roscoe). Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 1(1):
9-20
Prasada MTE, Suciati
D and Dartini. 2019. Utilization of catechin as an antioxidant in vegetable oils. Journal of Pharmaceutical
Science and Research. 11(10) : 3436-3439
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi
Farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Putri PP, Saifullah TN, Munawaroh R. 2012. Formulasi Gel Ekstrak Bunga Roselle
(Hibiscus sabdariffa Lin.) Dengan Uji Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri Staphylococcus epidermis. [Skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Rahayu N. 2016. Uji
Aktivitas Gel Isolat Katekin Gambir (Uncaria gambir
roxb.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus
Putih (rattus norvegicus)
Jantan Galur Sprague Dawley. [Skripsi]. Tangerang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rahel AS,
Mila S, Deana NHR, Citra MSC, Chintami SP dan Endang S. 2019. Potensi Senyawa
Antimikroba dari Organ Tanaman Ramuan Nginang. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rahman HA.
2016. Uji Aktivitas Antioksidan Isolat Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague
Dawley Dengan Diberi Beban Aktivitas Fisik Maksimal. [Skripsi]. Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah.
Rahmat I. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri
Farksi N-Heksan Kulit Buah Citrus Reticulate Terhadap Bakteri Escherichia coli Dengan Metode Difusi
Cakram.[Skripsi]. Malang
: Universitas Muhammadiyah.
Rohdiana D. 1999. Evaluasi Kandungan Theaflavin dan
Thearubigin Pada Teh Kering Dalam Kemasan. In Jkti, 9(1) : 29-32.
Rohmani S dan Kuncoro MAA. 2019. Uji Stabilitas dan
Aktivitas Gel Hansanitizer Ekstrak Daun Kemangi. Jurnal of Pharmaceutical
Science and Clinical Research, 1(10) : 16-28.
Rowe RC, Sheskey PJ and Queen ME. 1994. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fourth
Edition. London : The Pharmaceutical
Press
Rowe RC, Sheskey PJ and Queen ME. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition. London
: The Pharmaceutical Press.
Rowe RC, Sheskey PJ and Queen ME. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition. London : The Pharmaceutical Press.
Ruhana A, Euis E, dan Jeti R. 2013. Uji Anti Bakteri Ekstrak Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Terhadap Zona Hambat Bakteri Jerawat Propionibacterium
Acnes Secara In Vitro. Jurnal Pendidikan dan Biologi. Vol(1), 2651-5869.
Saraswati FN. 2015. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa Balbisiana) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat (Staphylococcus
epidermidis, Staphylococcus aureus, san
Propionibacterium acne). [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Sasanti TJ, Wibowo MS, Fidrianny I, dan Caroline S. 2012. Formulasi Gel Ekstrak
Air Teh Hijau Dan Penentuan
Aktivitas Antibakterinya Terhadap
Propionibacterium acnes.
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi. 10(1) : 84-96.
Sayuti NA. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun Ketepeng
Cina (Cassia alata L.). Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(2) : 2354-8770
Sedana D. 2018. Efek Ekstrak Daun Gambir
(Uncaria gambir Roxb) Sebagai Hepatoprotektor
pada Tikus Wistar yang Diinduksi
Paracetamol.
[Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Standar
Nasional Indonesia. 2000. SNI-01-3391-2000. Jakarta : Badan Standar Nasional.
Sugito K.
2017. Kemampuan Daya Hambat Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan
Kandungan Katekin ≥90% Terhadap Candida albicans”. [Skripsi]. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Supomo, Sapri dan Astri NK. 2016. Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana
L.) Dengan Basis Carbopol. Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina. 1(1):
50-60
Suryani, Andi EPP, Putri A. 2017. Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Gel
Ekstrak Terpurifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia
Hospita L.) Yang Berefek Antioksidan. Jurnal Ilmiah Farmasi (Pharmacon),
6(3) : 2302-2493.
Suryani N, Mubarika DN dan Ismiarni. 2019. Pengembangan dan Evaluasi Stabilitas Formulasi Gel yang Mengandung Etil p-metoksisinamat. Pharmaceutical
and Biomedical Sciences Journal. 1(1) : 29-36.
Tamelia. 2019. Formulasi Dan
Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa
L.) Terhadap Propionibacterium
Acne Dan Staphylococcus Epidermidis. [Skripsi]. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Tranggono
RIS dan Latifah F. 2014. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Trout CR, Levine N and Chang
MW. 2008. Disorders of hyperpigmentation : Melasma. Dalam:
Bolognia JL, Jorizzo JL,
Rapini RP. Dermatology. Edisi kedua. London: Elsevier.
Viena V dan Nizar M. 2017. Studi Kandungan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gambir Asal Aceh Tenggara Sebagai Anti Diabetes.
Serambi Engineerig. 3(1) : 2528-3561.
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto. Yogyakarta : UGM Press.
Wahyuni R, Guswandi dan Rivai H. 2014. Pengaruh Cara Pengeringan dengan Oven, Kering Angin, dan Cahaya Matahari Lansung, terhadap Mutu Simplisia Herba Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea 6(2) :126-133.
Wahyuningsih S. 2017. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Terpurifikasi Daun Sirih Merah (Piper crocatum
Ruiz &Pav) Dengan Metode
1,1’ – Difenil – 2 – Pikrilhidrazil
(DPPH).
[Skripsi]. Semarang : Universitas
Islam Sultan Agung.
Wardaniati
I dan Yanti R. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Propolis Lebah Trigona (Trigona
itama) Menggunakan Metode DPPH. Journal of Pharmacy & Science, 2(1) : 14-21
Williams
HC, Dellavallle RP and Garner S. 2012. Acne vulgaris. The Lancet. 361-72.
Winardi RR.
2010. Perubahan Kadar Flavonoid Selama Fermentasi Seduhan Teh Hijau Dan Potensi
Khasiatnya. Jurnal Saintech, 2(3):63-68.
Wyatt EL,
Sutter SH and Drake LA. 2008. Dermatology Pharmacology, In Hardaman JG, Limbird
LE dan Gilman AG, Gilman’s the Parmacological Basis of Therapeutics. 10th
edition. 1763. New York : McGraw-Hill.
Young A.
2002. Practical Cosmetic Science. London : Mills and Boon Limited.
Yulianto
ME, Arifan F, Ariwibowo D, Hartati I, dan Dewi M. 2007. Pengembangan Proses
Inaktivasi Enzim Polifenol Oksidase Untuk Produksi Teh Hijau Berkatekin Tinggi.
Jurnal Kimia & Sains, 10(1).
Copyright holder: Lusia Eka Putri1), Sefrianita
Kamal2), Sara Surya3) (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |