Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
IDENTIFIKASI POLA PENCARIAN PELAYANAN PERSALINAN
PADA IBU HAMIL DI DESA PENFUI TIMUR
Adriana Boimau, Serlyansie V. Boimau
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Kupang, Indonesia
Email: [email protected],
serlyansieboimau69@gmail
Abstrak
Kata Kunci: pola pencarian; pelayanan persalinan; Penfui Timur
Abstract
The number of maternal deaths in
Indonesia is increasing. Efforts to reduce MMR continue to be carried out
through the MCH Revolution program in NTT Province, which has received great
attention and government support but maternal
mortality still exists. The strategy to accelerate the reduction of maternal
and infant mortality in Kupang Regency is carried out
based on the important point of the MCH Revolution, namely that every delivery
is helped by skilled health workers in adequate health facilities. According to
a preliminary data survey from the Tarus Health
Center for East Penfui village, there are still
deaths of pregnant women in childbirth. Based on a preliminary survey of health
workers and pregnant women, where 15% of mothers who give birth are helped by
non-health workers and the pattern of searching for childbirth helpers is
carried out by husbands and families without mothers understanding the danger
signs at the time of delivery, and the lack of attention of local authorities
to this problem, so researchers consider it necessary to conduct this study to
identify patterns of search for maternity services in order to obtain a search
picture childbirth services in East Penfui village, Central Kupang
District, Kupang Regency. The specific purpose of
this study was to obtain an overview of the pattern of search for childbirth
services for pregnant women in East Penfui village,
Central Kupang District, Kupang
Regency. The method that will be used in achieving this goal is to use a
qualitative approach. Qualitative research is research that produces
discoveries that cannot be achieved using statistical procedures. The research
approach that will be used by researchers is a descriptive approach. The
descriptive approach is intended for the exploration and clarification of a
phenomenon or social reality, by way of describing a number
of variables with regard to the problem and the unit under study. The
researcher used a qualitative approach in this study because it intended to
identify patterns of service search for pregnant women in East Penfui Village, Kupang Tengah
District. The results showed that the pattern of searching for pregnant women's
services for the delivery process in East Penfui
Village, mostly 6 people were carried out by husbands and families who
contacted the family as delivery helpers and 4 people directly contacted health
workers to give birth at health facilities. The search for maternity services
is dominated by husbands and families so that mothers are not optimal in making
decisions about childbirth helpers. From the results of in-depth interviews
with the main informants about the meaning of childbirth, signs of childbirth,
and danger signs of childbirth, it was found that most pregnant women do not know correctly the meaning of childbirth, signs of
childbirth, and danger signs of childbirth so that because of the lack of
knowledge of pregnant women, the search for childbirth services is still
carried out by husbands and families.
Keywords: search patterns; maternity services; East Penfui
Pendahuluan
Data angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) adalah salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan di negara berkembang.
Data menunjukkan bahwa AKI
dan AKB di Indonesia masih tinggi
meskipun sebelumnya mengalami penurunan, diharapkan Indonesia dapat mencapai target yang ditentukan
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI
70 per 100.000 kelahiran hidup
dan AKB 12 per 1000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian
Kesehatan meningkat setiap tahun. Pada tahun 2021 menunjukkan 7.389 kematian di
Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627 kematian.(1)
Masih tingginya persalinan yang ditolong oleh
dukun atau keluarga disebabkan penilaian ibu yang kurang percaya terhadap kemampuan dan pengalaman tenaga kesehatan untuk menolong persalinan karena petugas kesehatan berusia muda dan belum menikah. Adanya ibu yang meninggal pada saat melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga ibu memilih
penolong persalinan dengan dukun bayi. Menurut petugas keadaan ini sebenarnya
bukan kesalahan penolong persalinan, namun keterlambatan ibu mendapat penolong
persalinan dan kondisi ibu yang memiliki riwayat risiko tinggi. Ibu memilih dukun bayi disebabkan dukun bayi dapat meluangkan
waktu selama mungkin dalam mendampingi
ibu bersalin. Selain itu, ibu
juga merasa bahwa komplikasi yang mungkin terjadi saat bersalin
dapat ditolong oleh dukun bayi disebabkan dukun bayi tersebut pernah
melakukan persalinan terhadap keluarganya. Sedangkan sumber informasi tentang penolong persalinan sudah cukup baik.
Tenaga kesehatan memberikan
penyuluhan pada kegiatan posyandu, dan saat ibu berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya. Namun demikian ibu memilih
dukun bayi disebabkan kebiasaan keluarga untuk memberikan memanfaatkan pengobatan anak/suami ke
dukun bayi atau dukun bayi memiliki kekerabatan
keluarga.(2) Berdasarkan karakteristik demografi, semakin tinggi pendidikan ibu bersalin semakin tinggi persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.(3)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan bidan Puskesmas Tarus bahwa kecenderungan
pencarian penolong persalinan kepada dukun atau keluarga karena
ibu beranggapan bahwa persalinan akan berjalan normal dan kurangnya pengetahuan, kepercayaan ibu terhadap non tenaga kesehatan karena pernah menolong persalinannya yang terdahulu sehingga ibu dan keluarga memilih untuk mencari pertolongan
saat melahirkan nanti di non tenaga kesehatan.
Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran pola pencarian pelayanan persalinan pada ibu hamil di Desa
Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada
hubungan antara usia, jenis kelamin,
pengetahuan dan sikap dengan perilaku pola pencarian pelayanan persalinan oleh ibu hamil.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan desain fenomenologi.(4) Penelitian dilaksanakan di Desa Penfui Timur, Kupang
Tengah, Kabupaten Kupang tahun 2022 Penelitian survei menggunakan
responden sebagai sumber data, yaitu orang yang diminta untuk memberikan
respon terhadap stimulus melalui pertanyaanpertanyaan yang
diajukan peneliti. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil
trimester 2 dan trimester 3. Cara pengumpulan data di lakukan melaui metode wawancara
mendalam. Wawancara dilakukan secara
tatap muka langsung dengan informan, karena dalam topik bahasan
tertentu perlu adanya data dukung pengamatan ekspresi wajah ataupun gaya
berbicara dari informan, serta kondisi sekitar saat wawancara berlangsung. Pengumpulan data menggunakan alat rekam suara (recorder). Metode analisis data yang digunakan adalah yang: Pertama, analisis kenten melalui tahapan yeng pertama
membuat Transkrip adalah adalah dengan
memindahkan data hasil lapangan dalam bentuk rekaman (dari alat rekam)
ke dalam tulisan, secara lengkap tidak mengubah (mengurangi atau menambah) informasi yang terdapat dalam alat rekam tersebut.
Kedua, pengkodingan yaitu proses identifikasi tema atau konsep
yang muncul dari data yang sedang dianalisis. Setelah itu menganalasisi
dengan cara reduksi data dan penyajian data. Dalam melakukan penelitian peneliti menerapkan prinsip etik yaitu prinsip
manfaat, menghormati hak responden dan menjunjung keadilan.(4)
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pola pencarian pelayanan ibu hamil untuk proses persalinan di Desa Penfui Timur sebagian besar yaitu 6 orang dilakukan oleh suami dan keluarga yang menghubungi keluarga sebagai penolong persalinan dan 4 orang langsung menghubungi petugas kesehatan untuk melahirkan di fasilitas kesehatan. Pencarian pelayanan persalinan lebih di dominasi oleh suami dan keluarga sehingga ibu tidak maksimal dalam pengambilan keputusan tentang penolong persalinan. Dari hasil wawancara mendalam terhadap informan utama tentang pengertian persalinan, tanda-tanda persalinan, dan tanda bahaya persalinan didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil belum mengetahui dengan benar pengertian persalinan, tanda-tanda persalinan, dan tanda bahaya persalinan sehingga karena kurangnya pengetahuan ibu hamil maka dalam pencarian pelayanan persalinan masih dilakukan oleh suami dan keluarga.(5)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan pola pencarian pertolongan persalinan pada masyarakat di Desa Penfui Timur ditentukan oleh pengetahuan yang ada di masyarakat
Pola pencarian penolong persalinan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan pengetahuan ibu hamil.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2007). Yang menjadi
objek dalam penelitian ini adalah dukun bersalin. Hasil penelitian menurut Meti (6) mengemukakan bahwa ada informan
yang kurang memahami tentang tanda-tanda persalinan, dan ada informan tahu tentang
tanda-tanda persalinan seperti penyataan 4 informan di bawah ini: “Kadang mules, pinggang sakit, kadang tidak suka
makan, kadang ke diare begitu
(IU1)
(Kadang mules, nyeri pinggang, kadang tidak ada nafsu
makan, kadang diare).
“Sakit perut,pinggang sakit, keluarnya darah. Biasa dengar cerita ”. (IU2)
(Nyeri perut, nyeri pinggang,
keluar darah. Mengetahui dari cerita).
“Sakit perut, dapat
tanda air ketuban pecah, anak keluar”.
(IU3)
(Nyeri perut, air ketuban pecah, anak lahir).
Keluar-keluar lender, darah, aer ketuban pica abis keluar anak.(IU4)
(Keluar
lender, darah, pecah air ketuban dan anak lahir).
Biasa orang bilang
kontraksi. (IU5)
(Kata orang kontraksi)
“Sakit-sakit
perut(IU6)
(Nyeri perut).
Penyataan informan di atas sebagian besar informan mengatakaan bahwa tanda-tanda bahaya melahirkan adalah tanda-tanda bahaya yang muncul saat persalinan sama halnya yang disampaikan oleh Meti (6) ibu hamil primigravida tidak mengetahui tentang tanda-tanda persalinan, dan ibu lainnya mengetahui tentang adanya tanda-tanda yang dialami saat terjadi kontraksi persalinan.Semua informan yakni 6 informan juga mengetahui tanda-tanda hendak bersalin seperti penyataan 6 informan di bawah ini:
“Pendarahan,
kejang-kejang dan susah tidur” (IU1)
(Perdarahan,
kejang-kejang dan susah tidur.)
“Pendarahan,
oprasi, sonde tau lai”
(IU2)
(Perdarahan,
operasi dan tidak tahu lagi.)
“Kebanyakan
darah yang keluar, tau itu sa” (IU3)
(Perdarahan,
yang diketahui hanya perdarahan)
“Pendarahan,
terlambat lahir ju menyebabkan hal yang tidak baik, misalnya ibu bisa korban, terlambat ke rumah
sakit” (IU4)
(Perdarahan,
terlambat melahirkan bisa menyebabkan kematian karena terlambat ke rumah
sakit ).
“: Kalo yang itu air ketuban keruh (IU5)
(Air ketuban
keruh).
“Tau. Sakit
pinggang, keluar darah” (IU6)
(Nyeri pinggang
dan keluar darah)
Penyataan informan di atas semua informan mengatakaan bahwa tanda-tanda hendak bersalin yaitu keluar lendir bercampur darah serta air ketuban, sakit perut, sakit pinggang. Serta semua informan yakni 6 informan juga mengetahui bahaya persalinan jika ditolong oleh dukun seperti penyataan 6 informan di bawah ini:
“Ia. Ari-ari tidak keluar” (IU1)
(Saya tahu. Plasenta tidak lahir)
“Iya. Darah tinggi, ari-ari tidak keluar” (IU2)
(Saya tahu. Ada tekanan darah tinggi, Plasenta tidak lahir)
“Kayak pendarahanlah…..” (IU3)
(Ibu mengetahui jika perdarahan sangat berbahaya)
“Bisa ari-ari sonde keluar, ada yang meninggal..” (IU4)
(Plasenta tidak lahir, ada yang meninggal)
“Iya. Pendarahan” (IU5)
“Ari-ari sonde keluar” (IU6)
(Plasenta tidak lahir)
Penyataan informan di atas semua informan mengatakaan bahwa tanda bahaya persalinan jika ditolong oleh dukun yaitu pendarahan, plasenta tidak lahir, ketakutan serta menyebabkaan ada yang meninggal. Hal ini menunjukan bahwa Ibu bersalin memiliki pengetahuan tentang dukun bersalin, tanda-tanda hendak bersalin dan bahaya persalinan jika ditolong oleh dukun. Pengetahuan ini berdasarkan pengalaman Ibu yang pernah bersalin, walaupun mengetahui bahaya persalinan jika ditolong dukun tetapi tetap percaya kepada dukun untuk membantu karena pengalaman sebelumnya persalinan dalam waktu yang singkat dapat berjalan dengan baik, lancar dan selamat. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah pengalaman pribadi, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
2. Edukasi Ibu Hamil
Menurut hasi Hasil penelitian Mardela,2012,dengan variabel pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden menerapkan perilaku ANC yang buruk dan berpengetahuan kurang.(7)
Hasil penelitian mengemukakan bahwa informan yang dalam masa persalinan perlu dilakukan edukasi. Informasi ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap informan triangulasi 1 bidan) yaitu Ibu hamil yang telah diberi edukasi dam memahami pasti melahirkan di faskes oleh nakes.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu dan keluarga memiliki pola pencarian pelayanan persalinan yang benar,sikap dan tindakan berdasarkan pengalaman pribadi dan kepercayaan ditolong oleh dukun bersalin dan bidan pada persalinan-persalinan sebelumnya baik, lancar dan selamat. Hal ini sejalan dengan yang dikemukanan oleh Purwanto (1998) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek (dukun bersalin dan bidan) adalah pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat (persalinan sebelumnya baik, lancar dan selamat). Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional yakni kepercayaan (kepercayaan terhadap dukun bersalin dan bidan). Kepercayaan masyarakat terhadap ketrampilan dukun bersalin dan bidan berkaitan dengan system budaya masyarakat dan diperlakukan sebagai tokoh masyarakat sehingga dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat setempat yang memiliki potensi dalam memberikan pelayanan kesehatan (Syafrudin, Hamidah, 2009).
3. Aksi Alasan
Ibu memilih dukun sebagai penolong persalinan
Hasil penelitian mengemukakan bahwa semua informan yang memilih nakes sebagai penolong persalinanrumah dan ditolong dukun bersalin dikarenakan sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak tersedianya biaya pada waktunya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh ….. bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ibu bersalin dalam memilih penolong persalinan, antara lain: (a) jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan. Salah satu penyebab keterlambatan ibu bersalin untuk mendapatkan pelayanan yang tepat adalah akibat jarak yang tidak terjangkau. Jarak yang terlampau jauh dan tidak tersedianya sarana transportasi menyebabkan ibu memilih persalinan di rumah dengan bantuan dukun, sehingga apabila mengalami komplikasi saat persalinan tidak segera mendapatkan pertolongan yang memadai. Hal ini sering menyebabkan kematian ibu dan bayi. (b) biaya persalinan. Mahalnya biaya persalinan dan alasan kenyamanan sebagian besar ibu hamil di desa Nulle lebih memilih melahirkan di rumah dengan pertolongan dukun. (c) pengambilan keputusan kolektif dalam keluarga, peran keluarga sangat dominan dalam pengambilan keputusan, sehingga berpengaruh terhadap akses dan kontrol terhadap sumber daya yang ada. Dengan demikian ibu hamil perlu mempunyai keberanian dan rasa percaya diri untuk berpendapat menentukan penolong persalinan profesional yang diinginkan. (d) Keberhasilan pertolongan persalinan sebelumnya. Ibu yang pertama kali hamil dan ibu yang telah hamil lebih dari tiga kali mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi bila mengalami komplikasi obstetri. Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan yang seharusnya tanpa rasa nyeri. Akibatnya rasa takut dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap lancarnya his dan pembukaan. Hal ini biasanya dialami oleh wanita yang mempunyai pengalaman tidak menyenangkan dalam kehamilan sebelumnya. Dengan demikian urutan kelahiran keberhasilan persalinan sebelumnya sangat berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan pada anak berikutnya. Oleh sebab itu untuk kehamilan yang berisiko besar disarankan agar ditangani oleh NAKES yang profesional dengan peralatan yang lebih lengkap.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini pola pencarian pertolongan persalinan terbentuk karena pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda bahaya persalinan sehingga suami sebagai tokoh pengambilan keputusan mengetahui dengan benar siapa tenaga penolong persalinan yang akan dimanfaatkan oleh ibu bersalin.(8)maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1). Ibu bersalin memiliki pengetahuan tentang dukun bersalin, tanda-tanda hendak bersalin dan bahaya persalinan jika ditolong oleh dukun. Pengetahuan ini berdasarkan pengalaman Ibu yang pernah bersalin, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah pengalaman pribadi, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. 2). Ibu dan keluarga memiliki sikap dan tindakan berdasarkan pengalaman pribadi dan kepercayaan ditolong oleh dukun bersalin dan bidan pada persalinan-persalinan sebelumnya baik, lancar dan selamat, hal ini sejalan dengan yang dikemukanan oleh bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek (dukun bersalin dan bidan) adalah pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat (persalinan sebelumnya baik, lancar dan selamat). Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional yakni kepercayaan (kepercayaan terhadap dukun bersalin dan bidan). Kepercayaan masyarakat terhadap ketrampilan dukun bersalin dan bidan berkaitan dengan system budaya masyarakat dan diperlakukan sebagai tokoh masyarakat sehingga dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat setempat yang memiliki potensi dalam memberikan pelayanan kesehatan (Syafrudin, Hamidah, 2009).
BIBLIOGRAFI
1. Kemenkes
RI. Profil Kesehatan Indo-nesia. 2016. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Masyudi,
Winandar A, Indiraswari T. Analisis Pencarian Pertolongan Persalinan Oleh
Masyarakat. Semin Nas II USM 2017. 2017;1:494–503.
3. Prabhakara
G. Health Statistics (Health Information System). Short Textbook of Preventive
and Social Medicine. 2010. 28–28 p.
4. Pradono
J, Soerachman R, Kusumawardani N, Kasnodihardjo. Panduan Penelitian dan
Pelaporan Penelitian Kualitatif. 1st ed. Martha DE, Prof.dr.Agus Suwandono,
MPH. DP, editors. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (LPB); 2018. 122 p.
5. Alhidayati
A, Asmuliyanti A. Perilaku Ibu dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2016. J Kesehat Reproduksi.
2016;3(3):155.
6. Meti
D. Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda-Tanda Persalinan Di Wilayah
Lampung Utara. J Ilm Keperawatan Sai Betik [Internet]. 2016;12(2):228–32. Available
from: https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/603.
7. Mardela
AP, Widiasih R, Trisyani M. Rencana Pemilihan Penolong dan Tempat Persalinan
Ibu Hamil Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Persiapan Persalinan
Aman. Student e-Journal [Internet]. 2012;1(1):1–15. Available from:
https://journal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/781/827
8. B.
Bara, Mufida Afreni and Wahyuni, Fitrah and Hadifah Z. Pola Pencarian
Pertolongan Persalinan Di Masyarakat Aceh Utara (Studi Dengan Pendekatan
Antropologi Sosial Budaya Bidang Kesehatan) (Laporan Penelitian) [Internet].
Jakarta; 2013. Available from:
http://repository.bkpk.kemkes.go.id/id/eprint/2545
Copyright holder: Adriana Boimau, Serlyansie V. Boimau (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |