Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
AUDIT TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 2019 TERHADAP PENCAPAIAN
IT MASTER PLAN LEMBAGA PELATIHAN XYZ
Ufan Alfianto, Irman Hermadi,
Sri Wahjuni
Institut Pertanian
Bogor, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Lembaga Pelatihan
XYZ merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan, konsultasi dan penilaian serta penelitian yang mengkhususkan diri di bidang keuangan dan perbankan. Dalam perkembangannya, Lembaga Pelatihan
XYZ telah membuat IT Master
Plan. Namun Lembaga Pelatihan
XYZ belum memiliki indikator yang dapat merepresentasikan bahwa kinerja teknologi informasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis tata kelola teknologi informasi untuk mengetahui kinerja teknologi informasi. Tujuannya untuk mencari nilai tingkat
kemampuan, menganalisis nilai kesenjangan dan memberikan rekomendasi perbaikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan survei. Domain proses yang digunakan
adalah EDM03 (Ensured Risk Optimization), APO11
(Managed Quality), BAI06 (Managed IT Changes) dan DSS03 (Managed Problems) dari Framework COBIT 2019. Penelitian
ini berhasil mendapatkan tingkat kapabilitas IT Master Plan Lembaga Pelatihan
XYZ untuk masing-masing domain proses yaitu EDM 03 berada di level 1,
APO11 berada di level 2, BAI06 berada
di level 2, dan, DSS03 berada di level 4. Selain itu diperoleh
hasil analisis gap yaitu 2 untuk domain EDM03 dan 1 untuk domain APO11, BAI06 dan DSS03. Selanjutnya
diberikan rekomendasi perbaikan, salah satu rekomendasi adalah peningkatan kompetensi pegawai.
Kata Kunci: COBIT 2019, IT Master Plan, Tata
Kelola Teknologi Informasi
Abstract
XYZ Training Institute is one of the educational institutions engaged in
education and training, consulting and assessment and research that specializes
in finance and banking. In developmentXYZ Pelatihan Training Institutehas
made an IT Master Plan. However XYZ Training Institute
does not yet have indicators that can represent that the performance of
information technology is in accordance with the objectives to be achieved.
Therefore, it is necessary to analyze the governance of information technology in order to determine the performance of information
technology. The aim is to find the value of the ability level, analyze the
value of the gap and provide recommendations for improvement. The method used
in this research is interviews and surveys. The process domains used are EDM03
(Ensured Risk Optimization), APO11 (Managed Quality), BAI06 (Managed IT
Changes) and DSS03 (Managed Problems) of COBIT 2019 Framework. The result is
EDM03 at level 1, APO11 and BAI06 at level 2, and ,
DSS03 at level 4. gap analysis is 2 for the EDM03 and 1 for the APO11, BAI06
and DSS03. Furthermore, recommendations for improvement are given, one of the
recommendations is to increase employee competence.
Keywords: COBIT 2019, IT Master Plan, Information
Technology Governance
Pendahuluan
Lembaga Pelatihan XYZ merupakan Lembaga pendidikan yang telah menerapkan Teknologi Informasi (TI) dalam kegiatan bisnisnya. Sebagai salah satu upaya Lembaga Pelatihan XYZ dalam memenuhi kebutuhan akan informasi dalam hal kualitas, kepercayaan
dan keamanan, Lembaga Pelatihan
XYZ telah membuat IT Master Plan untuk
memetakan proses pengembangan
teknologi yang digunakan dengan jangka waktu
3 tahun yang dimulai dari tahun 2019 (Primasari, 2020). IT
Master Plan adalah suatu
perencanaan jangka panjang dalam pengembangan
sistem informasi di perusahaan, yang dengan baik mampu menterjemahkan
keinginan baik dari pengguna (System User),
maupun dari manajemen (System Owner) perubahan
yang terjadi di dalam organisasi maupun di luar organisasi (Azhari, Budiman, Haroen, & Yasin, 2021). Sedangkan menurut Widiana pada penelitianya yang berjudul Membangun Master Plan Teknologi
Informasi dengan Metode Ward and Peppard, IT
Master Plan adalah sebuah
konsep yang dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan dalam pengembangan sistem informasi perusahaan atau pemerintahan, baik untuk lingkungan internal maupun eksternal organisasi (Elina, 2021).
Penelitian terkait IT Master Plan yang pernah dilakukan oleh Kurniawan yaitu tentang Perancangan IT Master Plan Pada Fungsi
Teknik Perum Damri Bandung Menggunakan Togaf Adm. Hasil rancangan IT Master
Plan akan dijadikan acuan dalam mengembangkan
teknologi informasi di Perum DAMRI pada fungsi rekayasa. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya
sebuah mekanisme audit terhadap pengelolaan teknologi informasi. Selanjutnya penelitian mengenai tata kelola TI di PT
Telkom yang menggunakan kerangkan
kerja COBIT 2019 mengakomodasi
tren TI baru dalam bisnis, sehingga
dapat berfungsi sebagai panduan bagi auditor dan stakeholder
lainnya (Martinus,
Maria, & Chernovita, 2021).
COBIT adalah salah satu kerangka kerja atau panduan standar
untuk praktik manajemen teknologi informasi (Dipraja, Fuadi, & Rachman, 2021).
COBIT akan membantu mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan memastikan bahwa teknologi yang digunakan sesuai dengan yang diharapkan manajemen.
Lembaga Pelatihan XYZ telah memiliki IT Master Plan
namun belum memiliki indikator-indikator
audit yang dapat merepresentasikan
bahwa kinerja teknologi informasi telah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai (Bahar & Kom, 2021). Audit
bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena
memberikan pengaruh besar dalam kegiatan
perusahaan yang bersangkutan.
Mulanya audit hanya bertujuan untuk mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan pada suatu laporan keuangan perusahaan, kini berkembang menjadi pemeriksaan laporan keuangan uuntuk memberikan pendapat atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam pengambilan
keputusan oleh para pihak
yang berkepentingan (stakeholder) (Putra, Aristi, & Azmi, 2022). Tujuan dari penelitian
ini adalah menerapkan pemanfaatan Framework Cobit
2019 dalam melakukan audit
IT Master Plan, selanjutnya penelitian
ini mampu menghasilkan tingkat kemampuan dan analisis gap dari IT Masterplan, kemudian hasil analisis gap tersebut menjadi acuan dalam memberikan
rekomendasi perbaikan. Merujuk beberapa referensi penelitian terdahulu maka keluaran yang diharapkan
pada penelitian ini rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan dan pengembangan tata kelola teknologi informasi Lembaga Pelatihan XYZ menggunakan kerangka kerja COBIT 2019 dengan harapan dapat memberikan
gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi tata kelola TI pada
Lembaga Pelatihan XYZ agar kedepannya
menjadi lebih baik.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan
di Lembaga Pelatihan XYZ yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan pelatihan, konsulasi dan assessment dan riset
terkait keuanga (Rahmawati
& Dwijayanto,
2022). Lembaga Pelatihan XYZ berada di wilayah
DKI Jakarta, Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive). Selanjutnya tahapan penelitian dapat dijelaskan melalui Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan
Penelitian Menggunkan Kerangka Kerja Framework COBIT 2019
Penelitian dimulai
dengan melakukan studi literatur untuk mendukung penelitian dengan berdasarkan dasar teori yang relevan dengan topik penelitian,
IT Masterplan Lembaga dan Tujuan Perusahaan. Setelah itu dilanjutkan
dengan analisa Design
Factors untuk menentukan
domain dan melakukan survey berdasarkan
domain yang dipilih, selanjutnya
dilakukan analisa tingkat kemampuan (capability level) dan analisa kesenjangan.
Hasil analisa kesenjangan itulah yang dijadikan acuan dalam menentukan
rekomendasi perbaikan lembaga (Kurniasih, 2021).
a.
Penentuan Responden dengan RACI Chart
RACI
Chart adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk membagi tugas
dan tanggung jawab kepada para anggota tim. Responsible adalah
orang yang bertanggung jawab
untuk melakukan tugas yang sudah diembannya hingga selesai. Acountable yaitu orang yang bertanggung jawab dengan seluruh
tugas yang dilimpahkan ke anggota timnya
dan dapat mengambil keputusan terkait dengan penugasan. Consulted adalah
orang yang berperan sebagai konsultan. Informed yaitu anggota yang selalu mendapatkan informasi tentang kemajuan dari proyek
yang sedang dijalankan (Dian Sudiantini, 2022). RACI Chart digunakan untuk menentukan responden pada penelitian ini. Responden yang dipilih berdasarkan RACI
Chart untuk wawancara penentuan domain proses adalah General Manager Divisi IT, General Manager Divisi Manajemen Strategis, General Manajer
Divisi Audit Internal dan General Manajer Divisi Binis. Sedangkan untuk responden survey adalah Manajer, supervisor dan sampel staf pada divisi IT, manajemen strategis, audit internal dan bisnis.
b.
IT Governance Design Factor
Prosedur diawali
dengan melakukan wawancara terkait kondisi Lembaga Pelatihan XYZ seputar teknologi informasi dengan dengan bantuan design factor COBIT 2019. Design factor atau
faktor desain adalah faktor yang dapat mempengaruhi desain sistem tata kelola suatu perusahaan
dan memposisikannya untuk keberhasilan dalam penggunaan informasi dan teknologi. Faktor desain terdiri dari 10 faktor dari DF1 hingga DF10. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah strategi perusahaan, tujuan perusahaan, kategori risiko IT, permasalah terkait IT, lanskap ancaman, kebutuhan atas peraturan kepatuhan, peran IT, pemodelan sumber daya untuk IT, metode implementasi IT, dan
strategi untuk mengadopsi
IT. Setiap faktor memiliki bobot masing-masing dan perlu dikalkulasi sehingga menjadi simpulan domain proses. Domain proses adalah
kunci utama dalam melakukan audit IT Master Plan Lembaga Pelatihan XYZ, dalam menentukan domain, dilakukan wawancara dengan beberapa stakeholder (Emanuella, 2021).
c. Evaluasi Capability
Level
Dalam menganalisis
aktivitas. Kuesioner dilakukan bertahap sesuai tingkat kemampuan aktivitas yaitu dari tingkat
1 hingga 4 yang didapatkan berdasarkan rating process activities. Aktivitas
yang mencapai tingkat kemampuan sepenuhnya dapat lanjut dianalisis
penilaian terhadap tingkatan berikutnya untuk mengetahui capability level
aktifitas perusahaan. Berikut rating
process activities dalam menentukan
capability levels.
Tabel 1 Capability
Levels Rating
Skala |
Keterangan |
Pencapaian (%) |
N |
Not Achieved |
0 – 15 |
P |
Partially Achieved |
15 – 49 |
L |
Largely Achieved |
50 – 84 |
F |
Fully Achieved |
85 – 100 |
Pengelolaan dan perhitungan
data kuesioner dalam menentukan capability
level dari setiap aktivitas yang dihitung dan diolah menggunakan penjabaran rumus Skala Guttman (Insani, 2022). Selanjutnya hasil
perhitungan dibandingkan dengan capability
levels rating sesuai Tabel
1 untuk menentukan proses dapat berlanjut ke level selanjutnya. Rumus skala guttman yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Dengan CC
adalah Nilai pencapaian
tingkat kapabilitas tata kelola dan manajemen,
d. Analisis Kesenjangan (Gap)
Analisis tingkat
kesenjangan atau analisis gap tata kelola teknologi informasi memiliki tujuan untuk memberikan kemudahan terhadap perbaikan tata kelola teknologi informasi, dan analisis ini didapat
anatara selisih tingkat kemampuan saat ini (as-is) dengan tingkat
kemampuan yang diharapkan (to-be). Dengan
demikian akan diketahui objektif proses mana saja yang memiliki kesenjangan dan membutuhkan perbaikan. Dari perbandingan tingkat kemampuan tersebut akan diperoleh
objektif proses mana yang belum
sesuai dengan tingkat kemampuan yang diinginkan. Apabila terdapat kesenjangan maka akan diberikan
rekomendasi berdasarkan hasil temuan dan selisih antara keinginan dan harapan agar mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan oleh perusahaan. Analisis Gap digunakan sebagai alat evaluasi bisnis
yang menitik beratkan pada kesenjangan target perusahaan saat ini dan yang sudah ditargetkan (Insani, 2022).
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini
dijelaskan hasil-hasil penelitian dan sekaligus diberikan pembahasan yang komprehensif. Hasil dapat disajikan dalam bentuk gambar, grafik, tabel dan lain-lain yang memudahkan pembaca [2]. Pembahasan dapat dilakukan dalam beberapa sub-bab.
Wawancara
bersama stakeholder
Lembaga XZY terkait faktor desain untuk menentukan
domain proses yang selanjutnya domain proses tersebut dijadikan sebagai indikator penilaian analisis tingkat kemampuan (capability level). Faktor
desain yang pertama adalah penilaian berdasarkan strategi perusahaan dengan hasil seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1.
Gambar
2 Hasil DF Strategi Perusahaan
Berdasarkan Gambar 2, Lembaga Pelatihan XYZ memiliki strategi
yang mengedepankan inovasi perubahan dan pelayanan. Faktor desain kedua
adalah penilaian berdasarkan tujuan perusahaan dengan hasil seperti ditunjukkan
dalam Gambar 3.
Gambar 3 Hasil DF Tujuan
Perusahaan
Berdasarkan Gambar 3, Lembaga Pelatihan XYZ memiliki tujuan bisnis yang memiliki tingkat prioritas paling tinggi yaitu pada tujuan bisnis terkait pengelolaan program untuk transformasi digital (EG12) dengan
indeks hasil adalah 5, artinya Lembaga Pelatihan XYZ sangat menginginkan
adanya perubahan proses bisnis dimana semula
manual menjadi digital. Faktor
desain ketiga adalah penilaian berdasarkan profil risiko perusahaan dengan hasil seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.
Gambar 4 Hasil DF Profil
Risiko
Lembaga Pelatihan XYZ menganggap bahwa insiden terkait perangkat keras dan kegagalan sistem adalah 2 hal yang perlu perhatian khusus dan menjadi prioritas utama jika merujuk data dari Gambar 4. Faktor desain keempat adalah penilaian berdasarkan isu-isu terkait IT dengan hasil seperti ditunjukkan
dalam Gambar 5.
Gambar 5 Hasil DF Isu
terkait IT
Berdasarkan
Gambar 5 dapat disimpulkan bahwan terdapat 1 hal yang dianggap menjadi permasalahan yang serius yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan IT Master Plan, permasalahan
itu adalah sumber daya baik
manusia maupun infrastruktur yang kurang memadai, pegawai masih dianggap tidak cukup memadai
baik dari jumlah maupun kompetensi. Faktor
desain kelima adalah penilaian berdasarkan isu-isu terkait IT dengan hasil seperti ditunjukkan
dalam Gambar 6.
Gambar 6 Hasil DF Ancaman
terkait IT
Berdasarkan
Gambar 6
di atas dapat disimpulkan bahwan 80% ancaman yang Lembaga Pelatihan
XYZ alami termasuk dalam kategori high, alasanya karena sebagian permasalahan yang dialami adalah permasalahan attacking
sistem dimana sumber daya manusia
pada Lembaga Pelatihan XYZ belum memiliki kompetensi dalam hal security sistem. Faktor desain keenam adalah
penilaian berdasarkan kepatuhan dengan hasil seperti ditunjukkan
dalam Gambar 7.
Gambar 7 Hasil DF Kepatuhan
Berdasarkan
Gambar 7 dapat disimpulkan bahwan Lembaga Pelatihan XYZ menganggap bahwa compliance reuirements
memiliki status
high dengan penilaian 56%.
Hal ini disebabkan karena divisi IT belum memiliki Standard
Operational Procedur dari
setiap kegiatan IT yang tertera pada IT
Master Plan. Faktor desain ketujuh adalah penilaian berdasarkan peran IT dengan hasil seperti ditunjukkan
dalam Gambar 8.
Gambar 8 Hasil DF Peran IT
Berdasarkan
Gambar 8 dapat disimpulkan bahwan Lembaga Pelatihan XYZ memiliki peran tertinggi sebagai support dan strategic. Hal ini sejalan
dengan IT Master
Plan yang diimplementasikan. Faktor
desain kedelapan adalah penilaian IT sourcing
model dengan hasil seperti ditunjukkan dalam Gambar 9.
Gambar 9 Hasi DF IT Sourcing Model
Berdasarkan
Gambar 9 dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pelatihan XYZ sebagian besar masih menggunakan infrastrukur yang dimilikinya untuk menjalankan kegiatan IT Master
Plan dengan nilai persentase sebesar 65%. Faktor
desain kesembilan adalah penilaian terkait model implementasi IT dengan hasil seperti
ditunjukkan dalam Gambar
10.
Gambar 10 Hasi DF
Metode Implementasi IT
Berdasarkan
Gambar 10 dapat disimpulkan
bahwan Lembaga Pelatihan
XYZ dalam pengembangan Aplikasi yang tertera pada IT Master Plan menggunakan
metode traditional
dengan persentase 50% dan agile dengan persentase 40%. Faktor desain
kesepuluh adalah penilaian terkait strategi dalam mengadopsi teknologi dengan hasil seperti ditunjukkan
dalam Gambar 11.
Gambar 11 Hasi DF
Strategi Adposi Teknologi
Berdasarkan
Gambar 11 dapat disimpulkan bahwan Lembaga Pelatihan XYZ dalam mengadopsi teknologi pada saat menjalankan IT Master
Plan cenderung mengikuti
trend teknologi yang digunakan
dan mengikuti kompetitornya.
Terlihat pada Gambar 12 bahwa
persentase tertingi adalah 62% untuk kategori follower.
Berdasarkan 10 (sepuluh) faktor desain terkait
kondisi lembaga dapat dihasilkan tingkat urgensi domain proses seperti Gambar 12.
Gambar 12 Hasil Analisis Faktor Desain
Justifikasi pemilihan domain berdasarkan diskusi dengan stakeholder
adalah hasil indeks kepentingan lebih dari sama
dengan 80 sesuai Gambar 12.
Fokus analisis terhadap kualitas dari IT Master Plan, risiko dari penerapan IT Master Plan, IT Master Plan menjawab kondisi isu yang ada di lembaga dan IT Master Plan sebagai
solusi transformasi
digital. Dari pertimbangan di atas
maka dipilihkan
domain-domain sebagai barikut : EDM03 (Ensured
Risk Optimization), APO11 (Managed Quality), BAI06 (Managed IT
Changes), DSS03 (Managed Problems). Penentuan targer evaluasi juga berada pada tahap ini yaitu
ditentukan untuk masing-masing
domain proses memiliki target pencapaian
di level 3 yang artinya proses dalam
kegiatan IT dapat ditetapkan.
Pengukuran level proses kapabilitas pada Lembaga Pelatihan
XYZ yaitu objective
EDM03 dievaluasi
secara bertahap atau per level kapabilitas untuk mengetahui tingkat kapabilitas proses pada perusahaan tersebut. Berikut hasil analisis
domain EDM03 sesuai
pada Tabel 2.
Tabel 2 Penilaian EDM 03 Level 1
Jumlah Responden |
Jumlah Nilai Aktifitas |
Jumlah aktifitas per level domain |
Jumlah Seluruh Aktifitas (a x e) |
Cabalility (b / d) x 100% |
a |
b |
c |
d |
f |
12 |
16 |
3 |
36 |
44% |
Berdasarkan hasil analisis data kuesioner sesuai Tabel 2 dari tiap-tiap
responden yang terdiri dari 12 (dua puluh
tujuh) responden, nilai capability
yang dihasilkan adalah 44%
dan berapada pada Capability
Level 1.
Pengukuran
level proses APO11 sama dengan
domain proses sebelumnya bertahap
per level. Pada Domain APO11 telah mencapai level 2. Berikut hasil analisis domain APO11 sesuai Tabel 3.
Tabel 3 Penilaian APO11 Level 2
Jumlah Responden |
Jumlah Nilai Aktifitas |
Jumlah aktifitas per level
domain |
Jumlah Seluruh Aktifitas (a x e) |
Cabalility (b / d) x 100% |
||
a |
b |
c |
d |
f |
||
12 |
71 |
9 |
108 |
66% |
||
Berdasarkan hasil
analisis data kuesioner sesuai Tabel 3, dari 12 (dua belas)
responden, nilai capability yang dihasilkan
adalah 66% dan berapada
pada Capability Level 2.
Pengukuran level proses BAI06 sama dengan domain proses sebelumnya bertahap per level. Pada Domain BAI06 telah mencapai
level 2. Berikut hasil analisis domain BAI06
sesuai Tabel 4.
Tabel 4 Penilaian
BAI06 Level 3
Jumlah Responden |
Jumlah Nilai Aktifitas |
Jumlah aktifitas per level domain |
Jumlah Seluruh Aktifitas (a x e) |
Cabalility (b / d) x 100% |
a |
b |
c |
d |
f |
27 |
124 |
6 |
162 |
77% |
Berdasarkan hasil analisis data kuesioner sesuai Tabel 4 dari 27 (dua puluh tujuh)
responden, nilai capability yang dihasilkan
adalah 77% dan berapada
pada Capability Level 3.
Pengukuran
level proses DSS03 sama dengan
domain proses sebelumnya bertahap
per level. Pada Domain DSS03 telah mencapai level 4. Berikut hasil analisis domain DSS03 sesuai Tabel 5.
Tabel 5 Penilaian
DSS03 Level 4
Jumlah Responden |
Jumlah Nilai Aktifitas |
Jumlah aktifitas per level
domain |
Jumlah Seluruh Aktifitas (a x e) |
Cabalility (b / d) x 100% |
a |
b |
c |
d |
f |
27 |
55 |
6 |
162 |
34% |
Berdasarkan hasil analisis data kuesioner sesuai Tabel 5, dari 27 (dua puluh tujuh)
responden, nilai capability yang dihasilkan
adalah 34% dan berapada
pada Capability Level 4.
Berdasarkan analisis hasil dari masing-masing domain dan dibandingkan
dengan target yang telah ditentukan lembaga maka dapatkan analisis
kesenjangan (gap) seperti
Tabel 6 dan Gambar 11.
Tabel 6 Hasil Analisis Kesenjangan
Domain |
Tingkat Kemampuan (Capability
Level) |
||
As-is |
To-be |
Gap |
|
EDM03 |
1 |
3 |
2 |
APO11 |
2 |
3 |
1 |
BAI06 |
2 |
3 |
1 |
DSS03 |
4 |
3 |
1 |
Gambar 11 Kurva Laba-laba Analisis Kesenjangan
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan sesuai Tabel 6 Lembaga Pelatihan XYZ perlu meningkatkan proses-proses
tata kelola TI guna mendapatkan hasil yang maksimal sehingga IT Master Plan dapat
berjalan dengan baik, selaras dengan
corporate plan dan mampu menjawab tujuan, visi dan misi perusahaan.
Dari hasil penelitian
secara kuantitatif, didapatlah hasil temuan dan rekomendasi yang dapat diberikan sesuai Tabel 7.
Tabel 7 Rekomendasi
Perbaikan
Domain Proses |
Rekomendasi
Perbaikan |
EDM03 (Ensured Risk Optimization) |
1.
Studi Banding : memiliki dampak untuk meningkatkan motivasi pegawai agar bisa lebih inovaatif dan lebih kreatif. sehingga dapat meningkatkan kompetensi pegawai secara otomatis dan berdampak pada penghematan cost
pengembangan pegawai. 2.
Pelatihan Skill manajemen
risiko terkait IT secara profesional sebagai langkah percepatan penerapan manajemen risiko lembaga. |
APO11 (Managed Quality) |
1.
Job Enrichment atau memberikan tanggung jawab lebih kepada pegawai terkait menentukan standar mutu dan SOP. Didalamnya, pegawai akan merasa tertantang dengan tugas barunya, sehingga kompetensi mereka pun akan meningkat secara otomatis. 2.
Reward untuk pegawai yang menyelesaikan job enrichment dengan
baik. 3.
Memberikan pelatihan kepada pegawai terkait ISO 9001 Sistem Manajemen Mutu. |
BAI06 (Managed IT Changed) |
1.
Perbaikan dokumentasi terkait kegiatan IT yang memiliki banyak manfaat salah satunya adalah hasil tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan untuk corporate
plan lembaga
sesuai dengan hasil analisis faktor desain 7 terkait peran IT yaitu IT memiliki peran strategis. 2.
Penerapan strategi komunikasi efektif memungkinkan setiap pegawai mendapatkan informasi secara langsung terkait kondisi lembaga yang dapat dimanfaatkan dalam mencari solusi terhadap isu-isu kegiatan IT, sehingga mempermudah divisi IT dalam menentukan model perubahan kegiatan IT. |
DSS03 (Manage Problem) |
1.
Membuat Service Level Agremeent
(SLA) dengan
tujuan mendisiplinkan diri dalam melakukan
pekerjaan dan meningkatkan
layanan kepada pengguna. 2.
Pengembangan aplikasi yang dapat digunakan untuk mencatat permasalahan, melakukan monitoring dan evaluasi,
serta dapat diakses oleh pihak-pihak terkait termasuk top
management. Sehingga kinerja
dan pencapaian terkait IT Master Plan dapat termonitoring secara realtime. |
Kesimpulan
Penelitian ini berhasil mendapatkan capability level terhadap IT Master Plan Lembaga Pelatihan XYZ,
didapatkan juga hasil analisis gap dan rekomendasi perbaikan terhadap hasil
analisis guna mencapai target yang telah ditentukan. Domain EDM03 (Ensured Risk Optimization) yang
memiliki capability pada level 1, Domain APO11 (Managed Quality) memiliki capability pada level 2. Domiain BAI06 (Managed
IT Changes) memiliki capability pada
level 2, dan DSS03 (Managed Problems) mendapatkan nilai capability level 4 artinya terdapat
beberapa bukti pendekatan dan beberapa pencapaian atribut proses yang dinilai
akan tetapi belum dilakukan dengan baik sehingga diperlukan perbaikan
berdasarkan analisis kesenjangan (gap) untuk mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.
Area penelitian saat ini masih berfokus
pada 4 domain yaitu EDM03 (Ensured Risk
Optimization), APO11 (Managed
Quality), BAI06 (Managed IT Changes) dan
DSS03 (Managed Problems). Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap fokus area lainnya
seperti area security sistem, proses
pengadaan dan pelayanan, baik berkaitan dengan IT Master Plan atau lebih mendalam ke setiap kegiatan IT yang
dilakukan Lembaga.
Azhari, Kemas Hasyim, Budiman, Thomas, Haroen,
Rachmawaty, & Yasin, Verdi. (2021). Analisis Dan Rancangan Manajemen Proses
Bisnis Untuk Layanan Pelanggan Di Pt. Pgas Telekomunikasi Nusantara. Journal
of Information System, Informatics and Computing, 5(1), 48–68.
Bahar, S. T., & Kom, M. (n.d.). Konsep
Pengembangan Sistem.
Dian Sudiantini, D. S. (2022). Pengantar
Bisnis.
Dipraja, Furiansyah, Fuadi, Rifqi Syamsul,
& Rachman, Tonton Taufik. (2021). Implementasi Manajemen Risiko Sistem
Administrasi Layanan Akademik Menggunakan Framework COBIT 5.0. INTERNAL
(Information System Journal), 4(2), 137–146.
Elina, Rina. (2021). Evaluasi Implementasi
Tata Kelola Teknologi Informasi Berdasarkan Framework CobIT. Jurnal Syntax
Transformation, 2(10), 1488–1504.
Emanuella, Claudia Saymindo. (2021).
Central Bank Digital Currency (CBDC) Sebagai Alat Pembayaran di Indonesia. Jurist-Diction,
4(6), 2243–2276.
Insani, Tasya Maulariqa. (2022).
Implementasi Framework Cobit 2019 terhadap Tata Kelola Teknologi Informasi pada
Balai Penelitian Sungei Putih. Jtik (Jurnal Teknik Informatika Kaputama),
6(1), 50–60.
Kurniasih, Arniati. (2021). Strategi
Pengembangan Wisata Taman Nasional Zamrud Di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak.
Universitas Islam Riau.
Martinus, Kezia Nadia Putri, Maria, Evi,
& Chernovita, Hanna Prillysca. (2021). Desain Panduan Audit Tata Kelola
Sistem Informasi Boost The Order (SIBORDER) di PT Telekomunikasi Indonesia
Menggunakan COBIT.
Primasari, Clara Hetty. (2020). Kematangan
Keselarasan Strategis Bisnis dan TI pada Lembaga Edukasi dan Konsultasi TI. Jurnal
Resti (Rekayasa Sistem Dan Teknologi Informasi), 4(1), 10–16.
Putra, Oky Eka, Aristi, Mentari Dwi, &
Azmi, Zul. (2022). Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Kualitas
Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Sistem Informasi,
Akuntansi & Manajemen), 2(1), 143–155.
Rahmawati, Yunaita, & Dwijayanto, Arik.
(2022). Pendampingan Perpajakan Bagi Pelaku UMKM Berbasis Syariah Melalui
Edukasi Video Digital. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(1),
545–552.
Copyright holder: Ufan Alfianto, Irman Hermadi, Sri Wahjuni (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |