Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
PENGARUH SOCIAL
MEDIA ADVERTISING FEATURES DI MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP BRAND
ENGAGEMENT DAN PURCHASE INTENTION PADA BRAND
FASHION
Rakan Adiantoro
Program Studi Magister Manajemen �Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Trisakti, Indonesia
Email: Rakan.adiantoro41@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa pengaruh social media
advertising features di masa Pandemi Covid-19 Terhadap Brand Engagement dan Purchase Intention pada Brand
Fashion. Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data primer yaitu data
yang diperoleh dengan cara menyebarkan kusioner online menggunakan
platform social messenger dan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung melalui buku, jurnal
dan website sebagai pendukung
data primer dalam penelitian.
Sampel penelitian dipilih menggunakan metode convenience
sampling untuk mengambil sampel dari seluruh
target populasi sehingga diperolah 200 responden yang tergolong generasi Z dan generasi Y (milenial) serta telah melakukan
frekuensi pembelian brand
fashion selama 6 bulan terakhir. Analisa data untuk uji hipotesis menggunakan analisa SEM � PLS menggunakan SmartPLS. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa elemen dari social media advertising features yang mempengaruhi brand engagement dan purchase intention. Hasil
penelitian antara lain adalah brand engagement memiliki pengaruh yang positif terhadap purchase intention; interactivity memiliki pengaruh yang positig terhadap brand
engagement; perceived relevance memiliki pengaruh yang positif terhadap brand engagement; informativeness memiliki pengaruh yang positif terhadap brand
engagement; entertainment memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap brand
engagement; trendiness memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan
terhadap brand engagement; eWom
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap brand engagement. Berdasarkan
hasil penelitian ini bagi peneliti
selanjutnya, diharapkan dapat mengganti atau menambahkan variabel-variabel independen lainnya sehingga dapat menghasilkan penelitian terbaru yang mampu memperkuat keterkaitan dengan variabel dependen agar model penelitian semakin lengkap. guna meningkatkan
minat beli konsumen, perusahaan perlu melakukan peningkatan pada penggunaan
social media advertising dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek
pada saat perusahaan akan memilih ataupun
menciptakan ide yang akan dituangkan ke dalam
social media advertising.
Kata Kunci: Social Media Advertising, Brand Engagement, Purchase Intention
Abstract
This study aims to
analyze the effect of social media advertising features during the Covid-19
Pandemic on Brand Engagement and Purchase Intentions in Fashion Brands. The
data used in this study is primary data, namely data obtained by distributing
online questionnaires using social messenger platforms and secondary data
obtained indirectly through books, journals and websites as supporting primary
data in the study. The research sample was selected using the convenience
sampling method to take samples from the entire target population so that 200
respondents belonging to generation Z and generation Y (millennials) were
obtained and had made frequent purchases of fashion brands for the last 6
months. Data analysis for hypothesis testing using SEM - PLS analysis using SmartPLS. The results show that there are several elements
of social media advertising features that affect brand engagement and purchase
intention. The results of the study, among others, are brand involvement has a
positive influence on purchase intention; interactivity has a positive effect
on brand engagement; perceived relevance has a positive influence on brand
engagement; informativeness has a positive effect on brand engagement;
entertainment has a positive and significant influence on brand engagement;
trendiness has a positive and significant influence on brand engagement; eWom has a positive and significant influence on brand
engagement. Based on this research, future researchers are expected to be able
to replace or add other independent variables so that they can produce new
research that is able to strengthen the relationship with the dependent
variable so that the research model is more complete. In
order to increase consumer buying interest, companies need to increase
the use of social media advertising by paying more attention to the aspects of
the company when creating ideas that will be incorporated into social media
advertising.
Keywords: Social Media Advertising, Brand Engagement,
Purchase Intention
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 telah dianggap sebagai salah satu tragedi dunia. Covid-19 terus menjadi topik hangat
di media, baik domestik maupun internasional. Ini memiliki konsekuensi di berbagai bidang, termasuk kesehatan, pendidikan, sosial masyarakat, dan aspek ekonomi masyarakat. Akibatnya, diperlukan pemikiran kreatif untuk memulihkan sistem dengan berbagai
penyesuaian sistem baru. Virus ini memengaruhi industri dan aktivitas internasional, memaksa mereka yang dapat bekerja dari
rumah atau yang tidak dapat mengorbankan
kesehatan dan kesejahteraannya
untuk melakukan layanan penting. Untuk melawan Covid-19, banyak merek fashion lokal juga telah menutup toko ritel dan beralih ke toko digital hampir seluruhnya. Dunia semakin mengandalkan teknologi sebagai platform untuk belajar, berbelanja, terhubung, dan menciptakan koherensi untuk bekerja. Dunia kini tengah memasuki
revolusi industri 4.0. Revolusi ini mengakibatkan
terciptanya tatanan, cara pandang, kebiasaan,
serta melahirkan sebuah budaya baru.
Era ini ditandai dengan penggunaan gawai yang semakin meningkat dan menguatnya teknologi digital yang berbasis
pada internet. Internet telah membuat
segalanya lebih mudah, dimana segala
data dapat diakses pada waktu itu juga. Kecepatan internet yang bersifat
global, dimana siapapun dapat mengakses apapun dan kapanpun membuat manusia semakin terhubung satu sama lain (Lie
& Kusuma, 2022).
Di era digital ini,
keberadaan teknologi dan
internet bagi manusia semakin tidak bisa
dihindari. Tidak dapat dipungkiri bahwa internet telah membawa perubahan
yang cepat pada beberapa aspek kehidupan manusia, termasuk bisnis fashion brand lokal.
Merek fashion lokal membutuhkan
banyak strategi untuk memasarkan produknya yang disampaikan melalui media sosial, karena dalam bisnis media sosial merupakan salah satu saluran yang mendukung komunikasi dalam pemasaran secara cepat dan menguntungkan dibandingkan dengan menjual langsung ke pasar. Hal inilah yang kemudian membuat maraknya media sosial bermunculan. Jika dahulu orang berinteraksi menggunakan surat, maka sekarang siapapun
bisa berinteraksi secara online menggunakan media sosial. Pesatnya perkembangan internet tanpa disadari telah mengubah pentingnya media sosial. Media sosial semakin banyak digunakan tidak hanya untuk informasi
dan entertainment, tetapi juga sebagai media periklanan, pendidikan, dan jual beli online. Hal ini dikarenakan perubahan perilaku konsumsi masyarakat di masa pandemi
Covid-19 tidak lepas dari penggunaan internet (Nisak, 2022).
Banyak perusahaan
secara global telah mengakui bahwa beriklan di internet adalah metode yang paling ekonomis dibandingkan dengan beriklan di media tradisional. Beriklan di internet hanya membutuhkan anggaran yang kecil tetapi efektif
dalam mencapai tujuan pemasaran. Bagaimanapun, internet telah melayani konsumen dari seluruh dunia sebagai cara yang mudah untuk berkomunikasi
dengan konsumen dan selain itu, perkembangan
berbagai situs media sosial
telah membuat belanja dapat diakses.
Baru-baru ini, platform
media sosial telah mendapatkan perhatian yang lebih besar dari
beberapa pemasar untuk meningkatkan brand
engagement, mempromosikan penawaran
mereka, dan memengaruhi purchase
intention konsumen. Melalui
media sosial, perusahaan dapat melibatkan pelanggan mereka dan membangun hubungan yang kuat dengan mereka.
Faktanya, brand engagement mewakili
area penting dari riset pemasaran (Fauzi, Rachmawati, & Aziz, 2022).
Perusahaan-perusahaan
Indonesia dengan cepat beradaptasi dengan ketertarikan konsumen Indonesia terhadap media sosial. Merek dan pengecer Indonesia menggunakan
media sosial tidak hanya sebagai alat
pemasaran, tetapi juga sebagai saluran penjualan langsung. Konsumen fashion Indonesia adalah
dewasa muda yang terutama menggunakan media sosial Instagram, mengikuti
retailer digital yang menjual pakaian
dan aksesoris fashion. Banyak merek fashion terbesar di
Indonesia menggunakan Instagram untuk
meningkatkan lalu lintas ke situs web mereka, tetapi merek yang lebih kecil mungkin tidak
memiliki toko fisik dan menjual produk mereka secara langsung
melalui Instagram. Karena pertumbuhan
kelas menengah yang cepat, permintaan akan mode, pakaian dan pakaian jadi Indonesia tumbuh secara signifikan,
dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 7,4% pada tahun 2017 (Adlina & Dirbawanto,
2022).
Era digital telah
mengubah tren sosial yang secara langsung mempengaruhi perubahan perilaku konsumen. Mengingat sifat dinamis dari
kebutuhan dan keinginan konsumen, pemasar perlu berubah dan beradaptasi secara strategis untuk membuat konsumen senang. Dalam konteks fashion,
industri telah berkembang dalam tren fashion dunia yang selalu
berubah. Dalam budaya pemasaran digital industri fashion,
mengidentifikasi preferensi
konsumen dan perubahannya jauh lebih kompleks
dan penting. Perkembangan
dunia bisnis yang pesat
pada era sekarang ini, mengharuskan brand fashion untuk
menciptakan produk-produk
yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Internet juga telah menjadi salah satu teknologi yang digunakan sebagai sarana komunikasi sehubungan dengan pekerjaan, bisnis, studi dan kegiatan lainnya. Dalam bisnis fashion, internet digunakan
untuk media periklanan.
Daya tarik iklan mengacu pada dasar atau pendekatan yang digunakan dalam periklanan untuk menangkap perhatian dan minat konsumen dan mempengaruhi emosi mereka terhadap produk, layanan, dan ide. Langkah
pertama dalam merancang strategi kreatif adalah komunikasi internal antar anggota tim,
dimana ide-ide kreatif didiskusikan (Pramadyanto, 2022).
Fashion adalah sesuatu yang sangat berbeda. Kata "fashionista" diciptakan untuk mendefinisikan seseorang yang berinteraksi dengan dan tertarik pada mode, dan evolusi
kata tersebut mencerminkan peran mode dan tren yang dimainkan di era modern. Merek fashion lokal berarti merek
pakaian fashion lokal
di negara tertentu, diproduksi
dan diproduksi secara lokal. Sementara banyak penelitian tentang berbagai aspek merek pakaian
fashion telah dilakukan,
sangat sedikit penelitian
yang berfokus pada merek pakaian fashion lokal.
Indonesia memiliki beragam produk lokal, termasuk
di industri fashion. Hasil survey dari BEKRAF mengenai kategori produk dengan pertumbuhan paling pesat saat ini.
Kuliner, fashion, kriya, televise dan radio,
dan penerbitan menduduki posisi lima teratas. Diposisi pertama diduduki oleh kuliner dengan 41,69%, disusul oleh fashion
18,15%, yang ketinga diduduki
oleh kriya sebesar 15,7%, lalu
pada posisi keempat adalah televisi dan radio sebesar 7,78% dan posisi kelima yaitu penerbitan
sebesar 6,29%. Saat ini industri fashion mengalami
perkembangan yang sangat pesat.
Fashion merupakan penyumbang
kedua terbesar PDB setelah kuliner. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya produk-produk fashion yang berkualitas
dan inovatif, baik brand luar negeri ataupun dalam negeri (Rita & Nabilla,
2022).
Brand lokal bermunculan mulai dari produk
makanan (kuliner) hingga fashion. Data dari survei Badan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa sektor fashion menjadi
salah satu sektor unggulan karena perannya dalam pertumbuhan ekonomi kreatif. Seiring dengan perkembangan teknologi, masyarakat semakin mudah, terutama generasi milenial untuk mengetahui informasi tentang fashion.
Fashion sudah menjadi
gaya hidup yang sangat diperhatikan dalam masyarakat modern. Lifestyle akan
berkembang dari waktu ke waktu
dan tentunya berbeda antara satu individu
dengan individu lainnya. Hal ini terjadi karena menyesuaikan dengan trend
yang berkembang pada masanya.
Salah satu fenomena tren fashion di Indonesia yang sedang
hangat diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir yaitu streetwear. Fenomena
fashion dengan gaya streetwear
yang berkembang di era sekarang
ini sudah menjadi style dan banyak digemari oleh kalanagan anak muda. Streetwear merupakan gaya berpakaian yang menonjolkan konsep casual, pada era 90an menjadi
tren di global. Gaya streetwear mencakup
unsur punk, sporty. Pada era kemunculannya
streetwear dianggap sebagai
busana yang merepresentasikan
latar belakang dan budayanya. Dalam perkembangannya,
fenomena streetwear juga diadopsi
di Indonesia yang sudah dimulai
pada awal tahun 2000.
Adapun beberapa pelaku brand
fashion lokal yang menggunakan
konsep streetstyle adalah
erigo store, button scarves, elhaus, tenue de attire, real heavy dan lain sebagainya (Prajanti, Margunani, Rahma, Kristanti, & Adzim, 2021).
Indonesia, negara terpadat
keempat di dunia dengan populasi sekitar 250 juta, tidak terkecuali
dengan adopsi media sosial secara global. Meskipun penetrasi internet relatif rendah (34%), masyarakat Indonesia dengan cepat merangkul media sosial, dengan total 79 juta pengguna aktif
media sosial, di mana lebih
dari 80% adalah perangkat seluler untuk mengakses media sosial. Pada tahun 2014,
Indonesia memiliki 69 juta pengguna aktif Facebook, menjadikannya sebagai basis pengguna Facebook terbesar
di dunia. Ibu kota, Jakarta, baru-baru
ini dinobatkan sebagai kota yang paling banyak ditandai untuk fitur "cerita" Instagram (Instagram, 2017). Tiga platform media sosial terpopuler di Indonesia adalah Facebook, Instagram, dan Twitter (Raharjo,
2021).
Teori reasoned action menjadi dasar dari
penelitian ini. Teori ini, sebelumnya dikembangkan oleh (Fishbein,
1979), menunjukkan bahwa sikap individu dan norma subjektif terhadap subjek tertentu memainkan peran penting dalam
menentukan niat untuk bertindak dengan cara tertentu.
Sikap individu terhadap subjek tertentu tergantung pada persepsi positif/negatif dan keyakinan dominan mereka. Interaksi dan keterlibatan konsumen di saluran media sosial memainkan peran kunci dalam
memengaruhi purchase intention (McClure & Seock,
2020). Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa sikap konsumen
terhadap aktivitas online perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku pembelian di lingkungan online (Alalwan, 2018) menemukan
bahwa komunikasi merek melalui media sosial secara positif
terkait dengan sikap konsumen terhadap produk perusahaan. Komunikasi tersebut dapat meningkatkan konsumen, purchase
intention merek, dan pengikut
aktif di media sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak dari fitur iklan
media sosial yang teridiri dari beberapa elemen
sosial media (interactivity, perceived relevance,
informativeness, entertainment) yang didapatkan dari penelitian sebelumnya. Selanjutnya dalam penelitian ini, terdapat 2 variabel baru dari
elemen social media advertising features, yaitu trendiness dan eWom
yang didapatkan dari penelitian yang berjudul �The
Impact of Social Media Activities on Brand Equity� dan �Creating
Electronic Word of Mouth Credibility through Social Networking Sites and
Determining Its Impact on Brand Image and Online Purchase Intentions in India�.
Hal ini juga dirancang untuk mengidentifikasi pengaruh brand engagement terhadap
purchase intention.
Selanjutnya, penelitian sebelumnya menggunakan elemen seperti interactivity, perceived relevance,
entertainment dan informativeness media sosial untuk mengukur dampaknya terhadap brand engament dan purchase intention konsumen.
Banyaknya potensi dan kontribusi yang diberikan oleh brand
fashion membuat industri
ini menarik untuk dikaji. Padahal
dengan masih adanya kendala yang dihadapi oleh brand fashion diperlukan kajian agar brand
fashion dapat lebih kompetitif untuk mengetahui strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerjanya terhadap brand fashion.
Dalam penelitian terdapat elemen baru dari
social media advertising, yaitu trendiness
dan e-wom untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang
topik ini. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk menguji dan memverifikasi faktor-faktor kunci yang terkait dengan iklan media sosial yang memiliki beberapa variabel, seperti interactivity, informativeness, entertainment,
perceived relevance, trendiness, dan e-wom.
Apakah iklan media sosial tersebut dapat memengaruhi brand
engagement dan purchase intention konsumen
terhadap bidang brand
fashion local (Wijaya, 2020).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pelaku bisnis dan perusahaan di Indonesia dalam meningkatkan penjualan suatu brand fashion lokal
melalui social media advertising. Keberhasilan sebuah penjualan busana lokal melalui social media advertising tentunya akan menciptakan
brand engagement dan mampu meningkatkan
purchase intention konsumen terhadap brand fashion lokal.
Komponen-komponen tersebut tentu akan meninimbulkan
efek yang positif bagi para pelanggan terhadap pengetahuan produk fashion lokal.
Metode Penelitian
Survei ini mengikuti pendekatan
kuantitatif yang menggunakan
survei online untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menyebarkan
kuesioner penelitian pada responden yang tertarik terhadap produk fashion. Kriteria responden dalam penelitian ini merupakan individu
yang tertarik dengan fashion
brand, yang berada pada kelompok
usia 18 � 35 tahun yang merupakan kelompok generasi Z dan Y (millennial). Karakteristik
masing-masing responden yang disurvei
meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pendapatan bulanan, pekerjaan dan frekuensi pembelian. Survey Research akan
peneliti lakukan secara daring atau online, yang akan disebarkan pada beberapa kelompok kategori pekerjaan. Kerangka konseptual akan menjadi dasar
atas jawaban dari rumusan masalah
yang telah dirancang oleh peneliti, selanjutnya hubungan atas variabel
akan dijelaskan dari hasil pengujian
hipotesis. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu lebih
lanjut mengenai pengaruh dari nilai-nilai
yang terdapat dalam social
media advertising atas keterlibatan
variabel tersebut terhadap kedekatan sebuah brand fashion lokal
terhadap para konsumennya dalam menicptakan sebuah purchase intention akan
produk tersebut. Penelitian ini terdapat variabel yang terpengaruh oleh variabel lain atau yang disebut juga dengan variabel dependen adalah purchase intention.
Untuk variabel yang bersifat bebas atau variabel independent adalah consumer brand engagement (CBE) dan social
media advertising features yang terdiri dari interactivity,
perceived relevance, infromativeness, entertainment, trendinness, dan e-wom.
Hasil dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
1.
Statistik
Deskriptif Purchase Intention
Tabel 1. Statistik Deskriptif Purchase
Intention (Y)
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (3.776) |
SD (0,842) |
PI1 |
Saya akan membeli produk yang diiklankan di halaman media sosial merek fashion yang saya ikuti |
0 |
11 |
76 |
78 |
35 |
3.685 |
0.824 |
PI2 |
Saya ingin membeli produk yang dipromosikan melalui iklan di halaman media sosial merek fashion yang saya ikuti |
0 |
10 |
57 |
89 |
44 |
3.835 |
0.825 |
PI3 |
Saya cenderung membeli produk yang dipromosikan di halaman media sosial merek fashion yang saya ikuti |
1 |
14 |
69 |
75 |
41 |
3.705 |
0.890 |
PI4 |
Saya berencana untuk membeli produk yang dipromosikan di halaman media sosial dari merek fashion yang saya ikuti |
0 |
10 |
52 |
90 |
48 |
3.880 |
0.830 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
1 diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan� pada variabel purchase intention yang terdiri
dari 4 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 3.776. Hasil tersebut mengartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara brand
engagement dengan purchase intention. Begitu pula dengan nilai standard deviation pada seluruh
item yang memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,842 yang memperlihatkan
cukupnya variasi dari tanggapan responden.
2.
Statistik
Deskriptif Brand Engagement
Tabel 2. Statistik Deskriptif Brand
Engagement
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (3.785) |
SD (0,945) |
BE1 |
Saya sering mengunjungi halaman merek fashion yang saya ikuti di media sosial |
1 |
19 |
55 |
67 |
58 |
3.810 |
0.979 |
BE2 |
Saya sering membaca postingan merek fashion yang saya ikuti di media sosial |
2 |
17 |
63 |
67 |
51 |
3.740 |
0.968 |
BE3 |
Saya sering mengklik opsi �suka� dari postingan
merek fashion yang saya ikuti di media sosial |
2 |
16 |
56 |
62 |
64 |
3.850 |
0.996 |
BE4 |
Saya sering mengomentari halaman merek fashion yang saya ikuti di media sosial |
2 |
11 |
78 |
64 |
45 |
3.695 |
0.914 |
BE5 |
Saya mengikuti
halaman merek fashion favorit saya untuk mendapatkan informasi (misalnya artikel baru) |
2 |
10 |
65 |
69 |
54 |
3.815 |
0.925 |
BE6 |
Menjadi bagian
dari merek fashion yang saya ikuti di media sosial meningkatkan kepercayaan saya pada mereka |
1 |
12 |
61 |
78 |
48 |
3.800 |
0.891 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
2 diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan� pada variabel brand engagement yang terdiri
dari 6 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 3.785. Hasil tersebut mengartikan bahwa konsumen dekat dengan brand fashion melalui kepercayaan mereka dengan sosial media yang digunakan. Begitu pula dengan nilai standard deviation
pada seluruh item yang memiliki
nilai rata-rata sebesar
0,945 yang memperlihatkan cukupnya
variasi dari tanggapan responden.
3.
Statistik
Deskriptif Interactivity
Tabel 3. Statistik Deskriptif Interactivity
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (3.731) |
SD (0,934) |
I1 |
Mudah untuk
menyampaikan pendapat saya tentang merek fashion yang saya ikuti di saluran media sosial |
6 |
20 |
57 |
77 |
40 |
3.625 |
1.010 |
I2 |
Mudah untuk
menyampaikan pendapat atau percakapan saya dengan pengguna
lain di halaman media sosial
dari merek fashion yang saya ikuti |
7 |
18 |
65 |
76 |
34 |
3.560 |
0.991 |
I3 |
Mudah untuk
berinteraksi melalui saluran media sosial dengan merek fashion yang saya ikuti |
2 |
5 |
53 |
97 |
43 |
3.870 |
0.810 |
I4 |
Mudah untuk
berbagi informasi dengan pengguna lain melalui halaman media sosial dari merek
fashion yang saya ikuti |
5 |
7 |
49 |
87 |
52 |
3.870 |
0.926 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
3 diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan pada variabel interactivity yang terdiri
dari 4 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 3.731. Hasil tersebut mengartikan bahwa adanya interaksi para konsumen dengan brand fashion melalui sosial media. Begitu pula dengan nilai standard deviation pada seluruh
item yang memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,934 yang memperlihatkan
cukupnya variasi dari tanggapan responden.
4.
Statistik
Deskriptif Perceived Relevance
Tabel 4. Statistik Deskriptif Perceived
Relevance
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (3.892) |
SD (0,912) |
PR1 |
Iklan media sosial
relevan bagi saya |
0 |
8 |
39 |
94 |
59 |
4.020 |
0.808 |
PR2 |
Iklan media sosial
penting bagi saya |
1 |
21 |
51 |
66 |
61 |
3.825 |
1.000 |
PR3 |
Iklan media sosial
sangat berarti bagi saya |
1 |
12 |
56 |
76 |
55 |
3.860 |
0.908 |
PR4 |
Saya pikir iklan media sosial sesuai dengan minat saya |
1 |
16 |
48 |
74 |
61 |
3.890 |
0.950 |
PR5 |
Secara keseluruhan,
menurut saya iklan media sosial cocok untuk saya
|
1 |
10 |
59 |
75 |
55 |
3.865 |
0.895 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
4. diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan� pada variabel perceived relevance yang terdiri
dari 5 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 3.892. Hasil tersebut mengartikan bahwa adanya nilai penting
bagi para konsumen dalam melakukan pembelian atau pencarian informasi mengenai brand fashion melalui
media sosial. Begitu pula dengan nilai standard deviation
pada seluruh item yang memiliki
nilai rata-rata sebesar
0,912 yang memperlihatkan cukupnya
variasi dari tanggapan responden.
5.
Statistik
Deskriptif Informativeness
Tabel 5. Statistik Deskriptif Informativeness
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (3.141) |
SD (0,868) |
IF1 |
Saya pikir iklan media sosial adalah sumber informasi produk dan persediaan yang baik informasi produk yang relevan |
0 |
10 |
44 |
83 |
63 |
3.995 |
0.859 |
IF2 |
Informasi produk
yang relevan |
1 |
9 |
50 |
84 |
56 |
3.925 |
0.868 |
IF3 |
Iklan media sosial
memberikan informasi yang
tepat waktu |
1 |
17 |
66 |
67 |
49 |
3.730 |
0.944 |
IF4 |
Iklan media sosial
memberikan informasi yang
up to date mengenai produk
fashion |
0 |
10 |
40 |
79 |
71 |
4.055 |
0.869 |
IF5 |
Iklan media sosial
adalah tempat yang mudah untuk mendapatkan
informasi mengenai produk fashion |
0 |
4 |
38 |
79 |
79 |
4.165 |
0.801 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
5 diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan pada variabel purchase intention yang terdiri
dari 4 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 3.141. Hasil tersebut mengartikan bahwa terdapat informasi yang cukup lengkap mengenai
brand fashion bagi para konsumen.
Begitu pula dengan nilai standard deviation pada seluruh
item yang memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,868 yang memperlihatkan
cukupnya variasi dari tanggapan responden.
6.
Statistik
Deskriptif Entertainment
Tabel 6. Statistik Deskriptif
Entertainment
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (3.995) |
SD (0,826) |
E1 |
Konten yang ditemukan
di halaman media sosial dari merek fashion yang saya ikuti terlihat
menarik. |
0 |
1 |
45 |
83 |
71 |
4.120 |
0.767 |
E2 |
Saya merasa senang menggunakan halaman media sosial dari merek fashion. |
1 |
5 |
57 |
89 |
48 |
3.890 |
0.813 |
E3 |
Saya merasa senang untuk mengumpulkan informasi produk melalui halaman media sosial dari merek fashion yang saya ikuti. |
1 |
11 |
58 |
76 |
54 |
3.855 |
0.899 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
6 diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan pada variabel purchase intention yang terdiri
dari 4 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 3.995. Hasil tersebut mengartikan bahwa terdapatn hiburan yang sangat menarik dari media sosial brand fashion. Begitu pula
dengan nilai standard
deviation pada seluruh item yang memiliki
nilai rata-rata sebesar
0,826 yang memperlihatkan cukupnya
variasi dari tanggapan responden.
7. Statistik Deskriptif
Trendiness
Tabel 7 Statistik Deskriptif Trendiness
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (4.036) |
SD (0,844) |
E1 |
Konten fashion yang ditemukan di media sosial adalah yang terbaru |
0 |
9 |
53 |
77 |
61 |
3.950 |
0.867 |
E2 |
Halaman media sosial
brand fashion sangat trendi. |
0 |
4 |
54 |
75 |
67 |
4.025 |
0.829 |
E3 |
Konten fashion di media sosial memberikan informasi terkini |
0 |
4 |
46 |
69 |
81 |
4.135 |
0.837 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
7 diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan pada variabel purchase intention yang terdiri
dari 4 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 4.036. Hasil tersebut mengartikan bahwa terdapat konten media sosial terkini dan up-to-date
yang sangat menarik perhatian
para konsumen dalam mempengaruhi konsumen melakukan pembelian brand
fashion. Begitu pula dengan
nilai standard deviation pada seluruh
item yang memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,844 yang memperlihatkan
cukupnya variasi dari tanggapan responden.
8. Statistik Deskriptif
E-Wom
Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel E-Wom
Indikator |
Pernyataan |
STS |
TS |
N |
S |
SS |
Mean (4.078) |
SD (0,894) |
EWOM1 |
Untuk memastikan
saya membeli produk fashion yang tepat, saya akan membaca
ulasan online tentang produk dan merek yang ditulis di halaman media sosial. |
1 |
10 |
23 |
64 |
102 |
4.280 |
0.892 |
EWOM2 |
Untuk memilih
produk atau merek fashion yang tepat, saya sering melihat
produk dan merek yang disediakan oleh sesama pengguna di media sosial |
0 |
7 |
45 |
75 |
73 |
4.070 |
0.854 |
EWOM3 |
Saya mempublikasikan
pengalaman saya mengenai produk dan merek fashion di halaman media sosial atas permintaan
pengguna media Sosial lainnya. |
1 |
14 |
52 |
73 |
60 |
3.885 |
0.936 |
|
Total |
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan tabel
8 diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden telah menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) dari seluruh item pernyataan pada variabel purchase intention yang terdiri
dari 4 pertanyaan. Indikator memiliki nilai mean 4.078. Hasil tersebut mengartikan bahwa adanya informasi yang tersampaikan dengan baik mengenai brand fashion melalui penggunaan media sosial. Begitu pula dengan nilai standard deviation
pada seluruh item yang memiliki
nilai rata-rata sebesar
0,894 yang memperlihatkan cukupnya
variasi dari tanggapan responden.
Hasil Pengujian Hipotesis
1. Pengaruh
Brand Engagement
terhadap Purchase
Intention
H01: α = 0 Brand engagement tidak berpengaruh terhadap purchase intention
Ha1: α ≠ 0 Brand engagement berpengaruh terhadap purchase intention
Hipotesis pertama memiliki nilai p-value sebesar 0.000 (< 0.05) dan nilai t-statistik sebesar 14.294 (>1.97). Original sample bernilai positif yaitu sebesar 0.623 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan variabel brand engagement terhadap variabel purchase intention adalah hubungan positif atau searah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika nilai variabel brand engagement mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai variabel purchase intention akan mengalami peningkatan sebesar 0.623. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak dan Ha1 diterima yaitu variabel brand engagement memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel purchase intention.
2.
Pengaruh� Interactivity
terhadap� Brand
Engagement
H02: α = 0 Interactivity tidak berpengaruh terhadap brand engagement
Ha2: α ≠ 0 Interactivity berpengaruh terhadap brand engagement
Hipotesis kedua memiliki nilai p-value sebesar 0.004 (< 0.05) dan nilai t-statistik sebesar 2.889 (>1.97). Original sample bernilai positif yaitu sebesar 0.155 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan variabel interactivity terhadap variabel brand engagement adalah hubungan positif atau searah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika nilai variabel interactivity mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai variabel brand engagement akan mengalami peningkatan sebesar 0.155. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H02 ditolak dan Ha2 diterima yaitu variabel interactivity memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel brand engagement.
3.
Pengaruh
Perceived
Relevance
terhadap Brand Engagement
H03: α = 0 Perceived Relevance tidak berpengaruh terhadap brand engagement
Ha3: α ≠ 0 Perceived Relevance berpengaruh terhadap brand engagement
Hipotesis ketiga memiliki nilai p-value sebesar 0.018 (< 0.05) dan nilai t-statistik sebesar 2.380 (>1.97). Original sample bernilai positif yaitu sebesar 0.138 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan variabel perceived relevance terhadap variabel brand engagement adalah hubungan positif atau searah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika nilai variabel perceived relevance mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai variabel brand engagement akan mengalami peningkatan sebesar 0.138. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H03 ditolak dan Ha3 diterima yaitu variabel perceived relevance memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel brand engagement.
4.
Pengaruh
Informativeness terhadap Brand
Engagement
H04: α = 0 Informativeness tidak berpengaruh terhadap brand engagement
Ha4: α ≠ 0 Informativeness berpengaruh terhadap brand engagement
Hipotesis keempat memiliki nilai p-value sebesar 0.021 (< 0.05) dan nilai t-statistik sebesar 2.323 (>1.97). Original sample bernilai positif yaitu sebesar 0.168 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan variabel informativeness terhadap variabel brand engagement adalah hubungan positif atau searah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika nilai variabel informativeness mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai variabel brand engagement akan mengalami peningkatan sebesar 0.168. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H04 ditolak dan Ha4 diterima yaitu variabel informativeness memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel brand engagement.
5.
Pengaruh
Entertainment terhadap Brand
Engagement
H05: α = 0 Entertainment tidak berpengaruh terhadap brand engagement
Ha5: α ≠ 0 Entertainment berpengaruh terhadap brand engagement
Hipotesis kelima memiliki nilai p-value sebesar 0.005 (< 0.05) dan nilai t-statistik sebesar 2.797 (>1.97). Original sample bernilai positif yaitu sebesar 0.183 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan variabel entertainment terhadap variabel brand engagement adalah hubungan positif atau searah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika nilai variabel entertainment mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai variabel brand engagement akan mengalami peningkatan sebesar 0.183. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H05 ditolak dan Ha5 diterima yaitu variabel entertainment memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel brand engagement.
6.
Pengaruh
Trendiness terhadap Brand
Engagement
H06: α = 0 Trendiness tidak berpengaruh terhadap brand engagement
Ha6: α ≠ 0 Trendiness berpengaruh terhadap brand engagement
Hipotesis keenam memiliki nilai p-value sebesar 0.021 (< 0.05) dan nilai t-statistik sebesar 2.316 (>1.97). Original sample bernilai positif yaitu sebesar 0.159 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan variabel trendiness terhadap variabel brand engagement adalah hubungan positif atau searah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika nilai variabel trendiness mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai variabel brand engagement akan mengalami peningkatan sebesar 0.159. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H06 ditolak dan Ha6 diterima yaitu variabel trendiness memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel brand engagement.
7.
Pengaruh
E-WOM terhadap Brand
Engagement
H06: α = 0 E-WOM tidak berpengaruh terhadap brand engagement
Ha6: α ≠ 0 E-WOM berpengaruh terhadap brand engagement
Hipotesis ketujuh memiliki nilai p-value sebesar 0.000 (< 0.05) dan nilai t-statistik sebesar 3.868 (>1.97). Original sample bernilai positif yaitu sebesar 0.257 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan variabel E-WOM terhadap variabel brand engagement adalah hubungan positif atau searah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika nilai variabel E-WOM mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai variabel brand engagement akan mengalami peningkatan sebesar 0.257. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H06 ditolak dan Ha6 diterima yaitu variabel E-WOM memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel brand engagement.
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Brand
Engagement terhadap Purchase Intention
Terdapat enam indikator yang mengukur variabel brand engagemet.
Indikator yang memberikan pengaruh terbesar terhadap variabel brand engagement adalah
indikator ke-3 yaitu �Saya sering mengklik opsi �suka� dari
postingan merek fashion
yang saya ikuti di media sosial�, sedangkan indikator yang memberikan pengaruh terendah adalah indikator ke-4 yaitu �Saya sering mengomentari halaman merek fashion yang saya ikuti di media sosial. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Chen, 2017); (Prentice, Han, Hua, & Hu,
2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan merek memiliki dampak positif terhadap niat beli.
2. Pengaruh Interactivity terhadap Brand Engagement
Terdapat empat indikator yang mengukur variabel interactivity. Indikator
yang memberikan pengaruh terbesar terhadap variabel interactivity
adalah indikator ke-3 yaitu �Mudah untuk
berinteraksi melalui saluran media sosial dengan merek fashion yang saya ikuti�, sedangkan
indikator yang memberikan pengaruh terendah adalah indikator ke-2 yaitu �Mudah untuk
menyampaikan pendapat atau percakapan saya dengan pengguna
lain di halaman media sosial
dari merek fashion yang saya ikuti.� Hasil penelitian ini di dukung penelitian yang dilakukan oleh (Alalwan,
2018) dan (Cheung, Pires, & Rosenberger, 2020). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaktivitas melalui media sosial berpengaruh positif terhadap keterlibatan merek.
3. Pengaruh Perceived
Relevance terhadap Brand Engagement
Terdapat lima indikator yang mengukur variabel perceived
relevance. Indikator yang memberikan
pengaruh terbesar terhadap variabel perceived relevance adalah
indikator ke-1 yaitu �Iklan media sosial relevan bagi saya�,
sedangkan indikator yang memberikan pengaruh terendah adalah indikator ke-2 yaitu �Iklan media sosial penting bagi saya�
Hasil penelitian ini di dukung penelitian yang dilakukan oleh (Thaker et al.,
2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi relevansi berpengaruh positif terhadap keterlibatan merek dan niat beli.
4. Pengaruh Informativeness
terhadap Brand Engagement
Terdapat lima indikator yang mengukur variabel informativeness.
Indikator yang memberikan pengaruh terbesar terhadap variabel informativenss adalah indikator ke-5 yaitu �Iklan media sosial adalah tempat
yang mudah untuk mendapatkan informasi mengenai produk fashion�, sedangkan indikator yang memberikan pengaruh terendah adalah indikator ke-3 yaitu �Iklan media sosial memberikan informasi yang tepat waktu�. Hasil penelitian ini di dukung penelitian yang dilakukan oleh (Blanco, Blasco, & Azor�n, 2010) yang meyatakan
bahwa keinformatifan berpengaruh positif terhadap perilaku dan persepsi konsumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kitirattarkarn, Araujo, & Neijens,
2019); (Santos, Santo, & Augusto,
2021); (Supotthamjaree & Srinaruewan, 2021) juga menunjukkan
bahwa keinformatifan memiliki dampak positif pada keterlibatan merek.
5. Pengaruh Variabel Entertainment terhadap Variabel Brand Engagement
Terdapat tiga indikator yang mengukur variabel entertainment. Indikator
yang memberikan pengaruh terbesar terhadap variabel entertainment
adalah indikator ke-1 yaitu �Konten yang ditemukan di halaman media sosial dari merek
fashion yang saya ikuti terlihat menarik.�, sedangkan indikator yang memberikan pengaruh terendah adalah indikator ke-3 yaitu �Saya merasa senang untuk
mengumpulkan informasi produk melalui halaman media sosial dari merek fashion yang saya ikuti.� Hasil penelitian ini di dukung penelitian yang dilakukan oleh (Kitirattarkarn et al., 2019); (Supotthamjaree & Srinaruewan, 2021). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hiburan memiliki dampak positif pada keterlibatan merek.
6. Pengaruh Trendiness terhadap Brand Engagement
Terdapat tiga indikator yang mengukur variabel trendiness. Indikator
yang memberikan pengaruh terbesar terhadap variabel trendiness
adalah indikator ke-3 yaitu �Konten fashion di media sosial memberikan informasi terkini.�, sedangkan indikator yang memberikan pengaruh terendah adalah indikator ke-1 yaitu �Konten fashion yang ditemukan di
media sosial adalah yang terbaru.� Menurut (Calder, Hollebeek, & Malthouse, 2018) jika
suatu brand semakin menunjukan gaya detail merek pada media sosial, maka akan meningkatkan
keterlibatan para pelanggan
untuk berinteraksi dengan brand perusahaan.
7. Pengaruh E-WOM terhadap Brand Engagement
Terdapat tiga indikator yang mengukur variabel E-WOM. Indikator
yang memberikan pengaruh terbesar terhadap variabel E-WOM adalah indikator ke-1 yaitu �Untuk memastikan
saya membeli produk fashion yang tepat, saya akan membaca
ulasan online tentang produk dan merek yang ditulis di halaman media sosial.�, sedangkan indikator yang memberikan pengaruh terendah adalah indikator ke-3 yaitu �Saya mempublikasikan pengalaman saya mengenai produk dan merek fashion di halaman media sosial atas permintaan
pengguna media sosial lainnya.�
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian
hipotesis yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka terdapat beberapa
kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
penelitian ini antara lain:
Brand engagement memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap purchase
intention. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi brand engagement maka akan semakin tinggi
pula purchase intetion, begitu
pula sebaliknya. Interactivity memiliki
pengaruh positif secara signifikan terhadap brand engagement. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi interactivity maka akan semakin
tinggi pula brand engagement, begitu
pula sebaliknya. Media sosial
merupakan salah satu media
yang efektif untuk memperkuat interaksi perusahaan dengan konsumen, sehingga memberikan kontribusi yang lebih besar untuk
brand engagement. Perceived relevance memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap brand engagement. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi perceived
relevance maka akan semakin tinggi pula brand
engagement, begitu pula sebaliknya.
Media sosial mempunyai peranan penting dalam pemasaran media sosial karena media sosial dapat digunakan
sebagai tempat bertukar informasi antara perusahaan dengan pelanggan, hal ini juga merupakan
salah satu cara untuk membangun hubungan dengan konsumen. Informativeness memiliki
pengaruh positif secara signifikan terhadap brand engagement. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi informativeness maka akan semakin
tinggi pula brand engagement, begitu
pula sebaliknya. informativeness merupakan
kemampuan dari perusahaan untuk memberikan informasi yang relevan, menarik dan juga menghibur bagi konsumen yang disesuaikan dengan produk dari
perusahaan. Perusahaan juga harus
mampu memberikan informasi yang menarik, menjawab pertanyaan konsumen dan memfasilitasi keputusan pembelian konsumen.�
Entertainment memiliki pengaruh
positif secara signifikan terhadap brand
engagement. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi entertainment maka akan semakin tinggi
pula brand engagement, begitu pula sebaliknya. Trendiness memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap brand engagement. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi trendiness maka akan semakin
tinggi pula brand engagement, begitu
pula sebaliknya. Trend media sosial
mengacu pada kemampuan dalam memberikan informasi terkini tentang berbagai isu dan tema. Perusahaan sebaiknya membuat produk dan startegi produk yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini akan meningkatkan
ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut. Pemasaran melalui sosial media yang dilakukan dengan detail dan menggunakan informasi yang up to
date akan meningkatkan persepsi postif konsumen terhadap produk. E-WOM memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap brand engagement. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi E-WOM maka akan semakin
tinggi pula brand engagement, begitu
pula sebaliknya. Media sosial
merupakan salah satu sarana yang ideal untuk E-WOM, karena konsumen dapat membuat dan mengirimkan konten terkait merek di antara kerabat, kolega, dan teman-teman mereka.� Ketersediaan dan penggunaan E-WOM
di saluran media sosial cenderung membentuk kesan positif terhadap
merek, sehingga meningkatkan hubungan antara brand engagement dengan
purchase intention.
Adlina, Hafiza, & Dirbawanto, Nana
Dyki. (2022). Rekomendasi Strategi Ekspansi dan Strategi Promosi: Studi pada
Fauve Imagine Photography Service. Jurnal Ecogen, 5(1), 153�166.
Alalwan, Ali Abdallah. (2018).
Investigating the impact of social media advertising features on customer
purchase intention. International Journal of Information Management, 42,
65�77.
Blanco, Carlos Flavi�n, Blasco, Miguel
Guinal�u, & Azor�n, Isabel Iguacel. (2010). Entertainment and
informativeness as precursory factors of successful mobile advertising
messages. Communications of the IBIMA, 2010(2010), 1�11.
Calder, Bobby J., Hollebeek, Linda D.,
& Malthouse, Edward C. (2018). Creating stronger brands through consumer
experience and engagement. In Customer engagement marketing (pp.
221�242). Springer.
Chen, Yi Ru Regina. (2017). Perceived
values of branded mobile media, consumer engagement, business-consumer
relationship quality and purchase intention: A study of WeChat in China. Public
Relations Review, 43(5), 945�954.
Cheung, Man Lai, Pires, Guilherme, &
Rosenberger, Philip J. (2020). The influence of perceived social media
marketing elements on consumer�brand engagement and brand knowledge. Asia
Pacific Journal of Marketing and Logistics.
https://doi.org/doi.org/10.1108/
Fauzi, Irsal, Rachmawati, Meida, &
Aziz, Abdul. (2022). Pelatihan internet marketing dalam upaya meningkatkan
softskill kewirausahaan pada siswa smk bhakti nusantara salatiga. Abdi
makarti, 1(1), 34�48.
Fishbein, Martin. (1979). A theory of
reasoned action: some applications and implications.
Kitirattarkarn, Gauze P., Araujo, Theo,
& Neijens, Peter. (2019). Challenging traditional culture? How personal and
national collectivism-individualism moderates the effects of content
characteristics and social relationships on consumer engagement with
brand-related user-generated content. Journal of Advertising, 48(2),
197�214.
Lie, Tan Lie, & Kusuma, Fandy Prasetya.
(2022). Model Kepemimpinan Berkelanjutan: Sebuah Kajian Kritis Kepemimpinan dan
Manajemen Tokoh Musa Berdasarkan Keluaran 18: 1-27. CHARISTHEO: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1(2), 238�262.
McClure, Clair, & Seock, Yoo Kyoung.
(2020). The role of involvement: Investigating the effect of brand�s social
media pages on consumer purchase intention. Journal of Retailing and
Consumer Services, 53, 101975.
Nisak, Maslatun. (2022). Gaya Hidup
Konsumtif Mahasiswi Dalam Trend Fashion (Studi Kasus Mahasiswi Jurusan
Manajemen Universitas Islam Lamongan). Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 4(2).
Prajanti, Sucihatiningsih Dian Wisika,
Margunani, Margunani, Rahma, Yozi Aulia, Kristanti, Nurjannah Rahayu, &
Adzim, Fauzul. (2021). Kajian Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif Yang
Inklusif Dan Berkelanjutan Di Kota Semarang. Jurnal Riptek, 15(2),
86�101.
Pramadyanto, Muhammad Rizky. (2022).
Pemanfaatan Digital Marketing Dalam Membangun Brand Awareness Brand Fashion
Streetwear Urbain Inc. Komuniti: Jurnal Komunikasi Dan Teknologi Informasi,
14(1), 69�92.
Prentice, Catherine, Han, Xiao Yun, Hua,
Lian Lian, & Hu, Lin. (2019). The influence of identity-driven customer
engagement on purchase intention. Journal of Retailing and Consumer Services,
47, 339�347.
Raharjo, Budi. (2021). Fintech Teknologi
Finansial Perbankan Digital. Penerbit Yayasan Prima Agus Teknik, 1�299.
Rita, Rita, & Nabilla, Shania Febrine.
(2022). Pengaruh Social Media Advertising dan Event Marketing terhadap Brand
Awareness dan Dampaknya pada Purchase Intention Produk Tenue de Attire. Jesya
(Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah), 5(1), 426�437.
Santos, Sara, Santo, Pedro Esp�rito, &
Augusto, Lu�sa. (2021). The role of customer engagement in the COVID-19 era. In
Insights, Innovation, and Analytics for Optimal Customer Engagement (pp.
91�116). IGI Global.
Supotthamjaree, Weeraporn, &
Srinaruewan, Preeda. (2021). The impact of social media advertising on purchase
intention: the mediation role of consumer brand engagement. International
Journal of Internet Marketing and Advertising, 15(5�6), 498�526.
Thaker, Hassanudin Mohd Thas, Khaliq,
Ahmad, Mand, Abdollah Ah, Hussain, Hafezali Iqbal, Thaker, Mohamed Asmy Bin
Mohd Thas, & Pitchay, Anwar Bin Allah. (2020). Exploring the drivers of
social media marketing in Malaysian Islamic banks: An analysis via smart PLS
approach. Journal of Islamic Marketing.
Wijaya, Erdwin. (2020). Pengaruh Komunikasi
Media Sosial Terhadap Ekuitas Merek Dan Niat Beli Nike. Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
�����������
Copyright holder: Rakan Adiantoro (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |