Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
11, November 2021
PENGGUNAAN
ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA
Dianti Pratiwi, Salman
Universitas Singa Perbangsa
Karawang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Skizofrenia
adalah gangguan mental yang ditandai dengan distorsi dalam berfikir, persepsi,
bahasa, emosi, konsep diri dan perilaku. Penanganan skizofrenia salah satunya
adalah menggunakan antipsikotik. Obat antipsikotik ialah obat-obatan yang
digunakan untuk menangani atau mengobati jenis gangguan jiwa yang disebut
gangguan psikotik. Obat antipsikotik terdiri dari dua jenis yaitu, antipsikotik
tipikal dan antipsikotik atipikal.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif studi
literatur (literature review) yang dilakukan pada bulan Oktober 2022,
situs yang digunakan yaitu Google Scholar. Hasil yang ditunjukkan bahwa pasien
skizofrenia banyak diderita oleh laki-laki, dengan penggolongan obat
antipsikotik yang paling banyak digunakan adalah golongan atipikal. Data
tertinggi penggunaan terapi antipsikotik tunggal adalah obat Risperidon.
Berdasarkan terapi antipsikotik kombinasi menunjukkan urutan tertinggi adalah
obat Clozapin - Risperidon. Serta memiliki rasionalitas yang baik berdasarkan tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis
dan tepat pasien.
Kata
Kunci:
Antipsikotik, Skizofrenia, Rasionalitas
Abstract
Schizophrenia
is a mental disorder characterized by distortions in thinking, perception,
language, emotions, self-concept and behavior. One of the ways to treat
schizophrenia is to use antipsychotics. Antipsychotic drugs are drugs used to
treat or treat a type of mental disorder called a psychotic disorder. There are
two types of antipsychotic drugs, namely, typical antipsychotics and atypical
antipsychotics. This research method is a descriptive qualitative study of
literature (literature review) conducted in October 2022, the site used is
Google Scholar. The results showed that most schizophrenic patients suffered by
men, with the classification of the most widely used antipsychotic drugs being
the atypical group. The highest data on the use of single antipsychotic therapy
is the drug Risperidone. Based on combination antipsychotic therapy, the
highest order was Clozapine - Risperidone. And have good rationality based on
the right indication, right drug, right dose and right patient.
Keywords: Antipsychotics, Schizophrenia,
Rationality
Pendahuluan
Menurut WHO (2019),
Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan distorsi dalam
berfikir, persepsi, bahasa, emosi, konsep diri dan perilaku. Skizofrenia adalah
bagian dari gangguan psikosis yang terutama ditandai dengan
kehilangan pemahaman terhadap realita dan hilangnya kepercayaan diri . Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat
yang akan mempengaruhi perasaan, perilaku dan pikiran individu (Yudhantara,
2018). Menurut WHO (World Health Organization 2018), skizofrenia merupakan
gangguan mental yang di derita oleh lebih dari 20 juta orang di dunia. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia di
Indonesia sebanyak 7% per 1000 rumah tangga. Data menunjukkan prevalensi
skizofrenia di Indonesia tertinggi berada di provinsi Bali dan DIY Yogyakarta
dengan masing-masing 11,1 dan 10,4 per 1000 rumah tangga dengan ART mengidap
skizofrenia.
Penanganan skizofrenia
salah satunya adalah menggunakan antipsikotik. Antipsikotik merupakan terapi
pengobatan utama yang paling efektif dalam mengobati skizofrenia. Obat
antipsikotik ialah obat-obatan yang digunakan untuk menangani atau mengobati
jenis gangguan jiwa yang disebut gangguan psikotik. Obat antipsikotik terdiri
dari dua jenis yaitu, antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Cara
kerja antipsikotik ini adalah dengan cara memblokade reseptor dopamin dan juga
dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergic dan histamin. Efek samping
dari obat antipsikotik ini dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk,
kewaspadaan berkurang dan kemampuan kognitif menurun). Gangguan otonomik
(hipotensi dan antikolinergik).
Berdasarkan data diatas
Indonesia memiliki jumlah penderita skizofrenia yang cukup tinggi dan
antipsikotik merupakan terapi utama pengobatan skizofrenia. Oleh sebab itu,
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola penggunaan antipsikotik pada
pasien skizofrenia agar penyakit ini secara perlahan menurun prevalensinya.
Studi literatur ini merupakan tinjauan yang berkaitan tentang skizofrenia yang
diambil dari berbagai sumber antara lain jurnal penelitian serta buku pedoman
yang berkaitan tentang skizofrenia.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif studi literatur (literature review) yang dilakukan pada bulan Oktober 2022, situs
yang digunakan yaitu Google Scholar.
Kriteria literatur yaitu jurnal hasil penelitian yang sudah diterbitkan dalam
jurnal online nasional dalam 10 tahun terakhir 2012-2022. Jumlah sumber data
yang dikaji pada review artikel ini berjumlah 13 literatur, dengan 5 literatur
yang digunakan sesuai dengan tujuan khusus.
Hasil dan Pembahasan
Variabel pada
penelitian ini meliputi : karakteristik jenis kelamin, penggolongan obat
antipsikotik, kelas terapi obat tunggal dan kombinasi, rasionalitas pengobatan
berdasarkan tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien.
Karakteristik
Jenis Kelamin |
Ref 1 |
Ref 2 |
Frekuensi (Presentase) Ref 3 |
Ref 4 |
Ref 5 |
Perempuan |
16(20) |
81(39,7) |
26(44,8) |
18(20,69) |
25(26,60) |
Laki-laki |
65(80) |
123(60,3) |
32(55,2) |
69(79,41) |
69(73,40) |
Jumlah |
81(100) |
204(100) |
58(100) |
87(100) |
94(100) |
Tabel
1. Karakteristik Jenis Kelamin
Berdasarkan data diatas,
jumlah prevalensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan yang mengalami skizofrenia. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa prognosis penyakit pada laki-laki lebih buruk dibandingkan pada penderita
perempuan. Penyebabnya bisa karenakan faktor genetik, faktor lingkungan atau
pengaruh dari diri sendiri.
Tabel 2. Karakteristik
Penggolongan Antipsikotik
Golongan Antipsikotik |
Ref
1 |
Ref
2 |
Frekuensi
(Presentase) Ref
3 |
Ref
4 |
Ref
5 |
Tipikal
|
46(56,8) |
2(1) |
1(1,7) |
12(13,79) |
48(47,52) |
Atipikal |
3(3,7) |
168(82,3) |
29(50,0) |
31(35,63) |
25(24,75) |
Tipikal-Atipikal |
32(39,5) |
34(16,7) |
28(48,3) |
44(50,57) |
28(27,72) |
Jumlah |
81(100) |
204(100) |
58(100) |
87(100) |
101(100) |
Berdasarkan data diatas,
jumlah penggunaan obat berdasarkan penggolongan antipsikotik hasil dari 5 literatur
menunjukkan golongan Atipikal lebih banyak digunakan. Hal ini dikarenakan
golongan obat Atipikal dipertimbangkan sebagai obat lini pertama untuk pasien
yang baru didiagnosa penyakit skizofrenia. Selain itu, golongan Atipikal juga
dipertimbangkan untuk pasien kambuhan dimana gejala-gejala sebelumnya tidak
cukup terkontrol. Penggunaan dua atau lebih obat pada waktu bersamaan akan
mempengaruhi kerja obat masing-masing. Pemilihan kombinasi antipsikotik selain
dilihat dari fase pengobatannya serta keamanan obat secara efektif.
Tabel 3. Karakteristik
Terapi Antipsikotik Tunggal
Terapi Antipsikotik Tunggal |
Ref
1 |
Ref
2 |
Frekuensi
(Presentase) Ref
3 |
Ref
4 |
Ref
5 |
Haloperidol |
2(2,46) |
NA |
NA |
19(21,84) |
39(53,42) |
Risperidon |
2(2,46) |
20(9,8) |
NA |
61(70,11) |
17(23,29) |
Chlorpromazin
|
NA |
NA |
NA |
18(20,69) |
4(5,48) |
Clozapin
|
NA |
1(0,5) |
NA |
27(31,03) |
6(8,22) |
Jumlah
|
4(4,92) |
21(10,3) |
NA |
125(143,67) |
66(90,41) |
* NA : Not
Applicable
Berdasarkan data diatas,
dari 5 literatur menunjukkan urutan tertinggi
penggunaan terapi antipsikotik tunggal adalah obat Risperidon. Risperidon obat
antipsikotik atipikal merupakan derivat dari benzisoxazole dengan afinitas
terhadap reseptor serotonin 5-HT2 dan dopamin D2 dan beberapa afinitas terhadap
reseptor alfa-adrenergik, histamin H2, dan dopamin D1. Risperidon diindikasikan
untuk terapi penyakit skizofrenia baik gejala negatif maupun positif.
Tabel 4. Karakteristik Terapi
Antipsikotik Kombinasi
Terapi Antipsikotik Kombinasi |
Ref
1 |
Ref
2 |
Frekuensi
(Presentase) Ref
3 |
Ref
4 |
Ref
5 |
Haloperidol -
Chlorpromazin |
30(37,03) |
2(1) |
NA |
NA |
6(12,00) |
Haloperidol -Risperidon |
NA |
32(15,7) |
NA |
NA |
4(8,00) |
Chlorpromazin
- Risperidon |
3(3,70) |
2(1) |
NA |
NA |
2(4,00) |
Clozapin
-Risperidon |
NA |
147(72) |
NA |
NA |
15(30,00) |
Jumlah
|
33(40,73) |
204(89,7) |
NA |
NA |
27(54) |
* NA : Not
Applicable
Berdasarkan data diatas,
dari 5 literatur menunjukkan urutan tertinggi
penggunaan terapi kombinasi adalah obat Clozapin - Risperidon dengan frekuensi
sebanyak 162 pasien. Clozapin merupakan antipsikotik generasi kedua yang
termasuk kelas dibenzodiazepine, yang bekerja dengan cara menduduki reseptor D2
hanya sekitar 38 - 47%. Clozapin efektif untuk mengatasi gejala positif dan
negatif pada pasien skizofrenia yang sulit disembuhkan. Kombinasi clozapin -
risperidon efektif digunakan karena risperidon menduduki reseptor D2 sekitar 63
- 89%, sehingga dengan penambahan risperidon diharapkan mampu meningkatkan
respon terhadap clozapin.
Tabel 5. Karakteristik
Tepat Indikasi, Tepat Obat, Tepat
Dosis, Tepat Pasien
Karakteristik
|
Ref 1 |
Ref 2 |
Frekuensi (Presentase) Ref 3 |
Ref 4 |
Ref 5 |
Tepat Indikasi |
NA |
NA |
NA |
NA |
125(100) |
Tepat Obat |
NA |
NA |
45(77,6) |
77(88,51) |
119(95,20) |
Tepat Dosis |
NA |
NA |
43(74,1) |
86(98,85) |
125(100) |
Tepat Pasien |
NA |
NA |
56(96,6) |
87(100) |
125(100) |
* NA : Not Applicable
Berdasarkan data diatas,
dari 5 literatur menunjukkan bahwa karakteristik dari
tepat indikasi, pasien diberikan terapi farmakologi menggunakan antipsikotik
sebanyak (100%) (referensi 5) hal ini sesuai dengan diagnosa yang terdapat pada
rekam medis pasien. Karakteristik tepat obat pada beberapa referensi
menunjukkan bahwa pada terapi awal skizofrenia disarankan memberikan obat
antipsikotik generasi kedua (atipikal) dibandingkan dengan generasi pertama
(tipikal). Hal itu dikarenakan antipsikotik atipikal jarang menyebabkan salah
satu efek samping yang paling sering muncul yaitu diskinesia tardif.
Karakteristik tepat dosis merupakan suatu ketepatan pemberian obat dengan dosis
yang sesuai dengan range terapi obat antipsikotik. Dalam penanganan penyakit
skizofrenia dosis yang dianjurkan adalah yang efektif dan tidak menyebabkan
efek samping karena akan mempengaruhi kepatuhan jangka. Pasien yang baru
pertama kali mengalami skizofrenia dianjurkan untuk menggunakan antipsikotik
tipikal atau antipsikotik atipikal dengan dosis yang rendah dengan dosis
awal sesuai anjuran. Evaluasi dilakukan
tiap dua Minggu dan bila perlu dosis dinaikkan hingga mencapai dosis optimal.
Karakteristik tepat pasien merupakan kesesuaian penggunaan obat antipsikotik
dengan memperhatikan kondisi fisiologi dan patofisiologi pasien atau ada
tidaknya kontraindikasi dengan pasien dan tidak terdapat riwayat alergi sebelum
mendapatkan terapi.
Kesimpulan
Penggunaan Antipsikotik
pada pasien skizofrenia telah memiliki ketepatan yaitu paling banyak diderita
oleh laki-laki. Penggolongan obat antipsikotik menunjukkan golongan
Atipikal lebih banyak digunakan. Hal ini dikarenakan golongan obat Atipikal
dipertimbangkan sebagai obat lini pertama untuk pasien yang baru didiagnosa
penyakit skizofrenia. Data tertinggi penggunaan terapi antipsikotik tunggal
adalah obat Risperidon. Dikarenakan risperidon diindikasikan untuk terapi
penyakit skizofrenia baik gejala negatif maupun positif. Berdasarkan terapi
antipsikotik kombinasi menunjukkan urutan tertinggi penggunaan terapi kombinasi
adalah obat Clozapin - Risperidon dengan frekuensi sebanyak 162 pasien. Pada
ketepatan indikasi, skizofrenia dapat ditemukan pasien dengan gejala positif,
negatif serta kognitif. Tepat obat terdapat dua antipsikotik generasi pertama
(tipikal) dan generasi kedua (atipikal) yang tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Tepat dosis merupakan suatu ketepatan pemberian obat dengan dosis
yang sesuai dengan range terapi obat antipsikotik. tepat pasien merupakan
kesesuaian penggunaan obat antipsikotik dengan memperhatikan kondisi fisiologi
dan patofisiologi pasien.
BIBLIOGRAFI
Fina
Aryani, Oelan Sari. (2016). Gambaran Pola Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien
Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi, 6(1), 35-40.
Christica
IS, Tetty AS, Artha YS. (2022). Profil Penggunaan Obat Antipsikotik Pada Pasien
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di UPT. Puskesmas Helvetia Kota Medan. Jurnal
Of Pharmaceutical And Sciences (JPS), 5(2) , 187-192.
A.R.
Fadilla, R.M. Puspitasari. (2016). Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antipsikotik
Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap. Sainstech Farm, 9(1), 41-46.
Ni Komang WY, Dwi A. (2021). Evaluasi Tepat Pasien,
Tepat Obat, Tepat Dosis Penggunaan Antipsikotik Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi NTB. Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 4(1), 111-120.
Rika Paramitha S, Elina Endang S, Meta Kartika U.
(2018). Analisis Rasionalitas Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia
di Instalasi Rawat Inap RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Tahun 2016.
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 15(1), 19-28.
Mawar DY, Noor Cahaya, Valentina MS. (2017). Studi
Penggunaan Antipsikotik dan Efek Samping Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2),
153-164.
Godeliva AH, Martanty Aditya, Wika IH. (2020).
Analisis Hubungan Kualitas Hidup Terhadap penggunaan Kombinasi Obat
Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi, 8(2),
128-134.
Ike Desy R. (2018). Analisis Drug Related Problems
Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Schizophrenia Dewasa di Rumah Sakit
Jiwa X Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 7(1),
721-735.
Aristha NP, Yugo Susanto, Difa Intannia. (2017).
Interaksi Obat Terhadap Peresepan Antipsikotik Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan Tahun 2011. Jurnal Borneo Jurnal of
Pharmascientech, 1(1), 47-56.
Sri Susilowati, Martanty Adityaz Chresiani DY. (2021).
Pengaruh Pemberian Terapi Antipsikotik Kombinasi Terhadap Tingkat Depresi
Pasien Skizofrenia di UPT Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Sainsbertek: Jurnal
Ilmiah Sains & Teknologi, 2(1), 1-7.
Adin HK, Yetri Elisya, Muhamad Irfan. (2020). Studi
Literatur: Rasionalitas Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien Gangguan Kejiwaan
Skizofrenia. Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 3(2), 199-208.
Rizka Annur Putri. (2015). Pengaruh Perbedaan Jenis
Terapi Antipsikotik Terhadap Lama Rawat Inap Pasien Skizofrenia Fase Akut di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Periode Januari - Desember 2014.
Skripsi. Universitas Tanjungpura Pontianak.
Yulia MJ, Fatimawali, Weny IW. (2013). Tinjauan
Penggunaan Antipsikotik Pada Pengobatan Skizofrenia di Rumah Sakit Prof. Dr. V.
L Ratumbuysang Manado Periode Januari 2013 - Maret 2013. Pharmacon: Jurnal
Ilmiah Farmasi, 2(3), 54-57.
Copyright holder: Dianti Pratiwi, Salman (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |