Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
KONFLIK PAPUA DALAM PARADIGMA TRACK ONE DAN TRACK TWO DIPLOMASI
Melyana Ratana Pugu, Mariana Erny Buiney
Universitas Cenderawasih Jayapura Papua, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan tentang konflik yang terjadi dibeberapa daerah di
Pegunungan Tengah, yakni Kabupaten Nduga, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten
Puncak Jaya dan Kabupaten Paniai. Konflik panjang yang terjadi diwilayah ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni : pergerakan kelompok Pro
Kemerdekaan Papua yang dikenal dengan TPNPB OPM serta Kelompok Kriminal
Bersenjata (KKB), pertikaian antara TNI/Polri dengan TPNPB OPM / KKB, dinamika
politik lokal serta perang suku. Metode yang di gunakan adalah Metode
Penelitian Kualitatif yaitu penelitian ini menjelaskan dan memberikan data-data
terkait konflik yang terjadi di Papua dengan cara pengumpulan data melaui studi
pustaka dan data-data sekunder berbasis internet. Luaran yang dihasilkan
penelitian ini adalah Penyelesaian konflik yang muncul dan berkembang
diperlukan keseriusan dan penggunaan metode yang tepat. Penelitian ini
mendeskrikpsikan penggunaan dua dari multi jalur diplomasi (Multi Track
Diplomacy): Diplomasi Track One yakni jalur diplomasi dengan negara
sebagai aktornya dan Diplomasi Track Two, pihak non pemerintah atau
kalangan profesional sebagai agen diplomasi.
Kata
Kunci: diplomasi; konflik; papua; track one; track two
Abstract
This study aims to explain the conflicts that
occurred in several areas in the Central Mountains, namely Nduga Regency, Intan
Jaya Regency, Puncak Jaya Regency and Paniai Regency. The long conflict that
occurred in this area was influenced by several factors, namely: the movement
of the Pro-Papuan Independence group known as the TPNPB OPM and the Armed
Criminal Group (KKB), the dispute between the TNI/Polri and the TPNPB OPM/KKB,
local political dynamics and tribal wars. The method used is a qualitative
research method, namely this study explains and provides data related to the
conflict that occurred in Papua by collecting data through literature studies
and internet-based secondary data. The output of this research is that the
resolution of conflicts that arise and develop requires seriousness and the use
of appropriate methods. This study describes the use of two of the multi-track
diplomacy (Multi Track Diplomacy): Diplomacy Track One, namely diplomacy with
the state as the actor and Diplomacy Track Two, non-government parties or
professionals as diplomatic agents.
Keywords:
diplomacy; conflict; Papua; track
one; track two
Pendahuluan
Konflik yang terjadi di Papua telah memasuki beberapa dekade. Disinyalir oleh berbagai pendapat ahli
baik lokal maupun nasional bahwa penyebab konflik di dorong oleh beberapa
faktor utama yaitu masalah diskriminasi, masalah kesejahteraan, masalah
pelanggaran hak asasi manusia yang
terus berlanjut, masalah pembangunan dan status Papua yang terus di jadikan
sumber utama terjadinya konflik di tanah Papua. Hal ini menjadi bagian
perhatian utama semua pihak termasuk akademisi karena konflik yang
berkepanjangan dan tidak kunjung terselesaikan.
Konflik yang terjadi di Nduga, Intan Jaya, Puncak dan Paniai
merupakan beberapa wilayah yang dapat dikatakan tinggi intensitas konfliknya
dan menelan korban jiwa yang cukup banyak. Mengapa terus terjadi dan tidak
diselesaikan. Wilayah tersebut diatas tentunya memiliki pemerintah daerah dan mengetahui
apa yang terjadi disana. Lalu mengapa tidak diselesaikan. Apakah ada hal hal
yang menghambat dalam pelaksanaan usaha perdamaian. Melihat kembali yang telah terjadi disana
maka beberapa waktu lalu di Nduga terjadi penembakan kepada seorang remaja dan
tidak diketahui siapa pelakunya, demikian juga pembakaran rumah warga di Ilaga
kabupaten Puncak beberapa waktu lalu. Seperti dalam kutipan berita dibawah ini:
Masyarakat Nduga, Papua dikejutkan dengan aksi penembakan brutal
di Jembatan Kali Nogolait padaSelasa malam (6/4/2022) sekitar pukul 21.00 WIT.
Purunus Lokbere, siswa kelas 6 SD Keneyam tewas ditembak orang tak dikenal saat
sedang bermain handphone bersama kedua temannya di sekitar rumah. Pelaku
pembunuhan terhadap Purunus Lokbere masih misterius dan dalam penyedikan
Kepolisian. Kasus remaja berusia 16 tahun itu yang tewas dengan leher tertembak
peluru itu jadi pertanyaan besar masyarakat Keneyam, Nduga. "Hanya Tuhan Allah saja yang bisa membalas semua atas apa yang
terjadi di Nduga Papua," Ujar Bupati Nduga, Wentius Nimiangge saat
menghadiri pemakaman Purunus Lokbere, Kamis sore (8/4/2022) (Batkorumbawa, 2022).
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua Merdeka kembali membuat
teror. Kali ini dengan membakar 16 rumah warga di Distrik Ilaga, Kabupaten
Puncak, Papua. Diduga, aksi pembakaran ini sebagai balas dendam atas tewasnya
anggota KKB bernama Ali Ateu Kogoya (35), pada Minggu 3 April 2022. Petugas
gabungan pun disiagakan di Ilaga, khawatir terjadi serangan susulan. Kapolda
Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri mengatakan, sejak kematian Ali Ateu, teror KKB
semakin massif (Suripaty, 2022).
Berdasarkan situasi dan kondisi diatas maka perlu penanganan yang
benar dan adil bagi masyarakat orang asli Papua di wilayah konflik ini. Dalam
hubungan internasional dikenal beberapa jalur penyelesaian konflik dimana dalam
penelitian ini Tim Peneliti akan mencoba menjelaskan peran dan solusi
penyelesaian konflik Papua berdasarka track one dan track two diplomasi yaitu
jalur penyelesaian konflik yang melibatkan aktor negara dan non negara
didalamnya. Selain itu melihat apa yang mengakibatkan konflik terus terjadi di
wilayah Papua.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Metode Penelitian Kualitatif. David William
dalam buku Moleong mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan proses
pengumpulan data pada suatu latar yang bersifat alamiah, menggunakan metode
alamiah dan dilakukan oleh seseorang atau peneliti secara alamiah (Moleong, 2018). Definisi lain oleh Kirk dan Miller menyatakan bahwa
penelitian Kualitatif merupakan kebiasaan tertentu di
dalam ilmu sosial yang secara mendasar melihat pada pengamatan manusia baik
dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong, 2018). Definisi lain dari. Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah penggambaran hasil
pengamatan dalam tulisan ilmiah berdasarkan hasil pengumpulan data oleh seorang
peneliti.
Metode Penelitian
Kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa penyelesaian
konflik Papua dengan Paradigma Track One dan Track Two Diplomasi. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu melalui penelitian
Studi
Pustaka dengan mengumpulkan data sekunder melalui berbagai media massa maupun
online, dengan menggunakan internet dan termasuk berbagai data terpercaya
melalui Whatsapp group yang didalamnya terdapat elemen kunci dari actor-aktor
daerah termasuk actor non-negara. Data yang diperoleh
melalui dokumentasi dari berbagai sumber akan diolah, diintrepretasikan dan
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan dielaborasi melalui verifikasi data.
1.
Jadwal Penelitian
Rencana Kegiatan |
Juni |
Juli |
Ags. |
Sep. |
Okt. |
Nov. |
|||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
|
|
Desktop riset |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengumpulan data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Analisa Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyerahan Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seminar Hasil |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Publikasi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 1
Jadwal Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Akar permasalahan konflik di Papua merupakan suatu hal yang cukup
kompleks. Beberapa faktor yang menjadi sumber pemicu munculnya persoalan
ataupun konflik, yakni: perjalanan sejarah integrasi Papua ke Indonesia yang
masih menjadi perdebatan panjang hingga saat ini, diskriminasi dalam berbagai
sektor kehidupan juga masih dialami, pembangunan yang belum merata di berbagai
daerah di Papua, pelanggaran Hak Asasi Manusia sampai dengan sisi kesejahteraan
masyarakat yang belum meningkat secara menyeluruh menjadi tantangan bagi
penyelesaian permasalahan di Papua.
Berbagai upaya telah dilakukan selama ini baik oleh pihak pemerintah
Indonesia, pemerintah daerah setempat, komunitas masyarakat lokal sampai dengan
tokoh adat, agama, perempuan dan pemuda, pihak swasta atau non pemerintah
bahkan aktor internasional seperti negara atau organisasi internasional lainnya
turut dalam mencari jalan keluar dari masalah ataupun konflik yang ada di
Papua.
Penelitian ini mendeskripsikan serta menganalisa perjalanan konflik yang
terjadi di Empat (4) Kabupaten di Provinsi Papua. Kabupaten Nduga, Kabupaten
Intan Jaya, Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Paniai merupakan Empat dari
sejumlah wilayah di kawasan Pegunungan tengah yang rentan terhadap konflik.
Perjalanan panjang pertikaian, bentrokan dan kekerasan terjadi di daerah-daerah
tersebut. Faktor-faktor yang mendorong terjadi dan berkembangnya konflik
didominasi oleh pergerakan kelompok TPNPB OPM / KKB yang pro Kemerdekaan,
konflik senjata dengan aparat keamanan TNI/Polri dan juga tindak kekerasan oleh
anggota TNI/Polri, masalah politik lokal (Pilkada) yang cukup meresahkan
sebagai dampak dari adanya pemekaran wilayah dan perang suku.
Resolusi konflik sangat diharapkan sebagai upaya untuk meredam ataupun
menghapus berbagai konflik panjang yang ada. Kajian studi Hubungan
Internasional yang digunakan oleh penulis guna menemukan jalan keluar atau
resolusi bagi berbagai jenis konflik yang ada di beberapa Kabupaten Kawasan
Pegunungan Tengah ini melalui diplomasi. Diplomasi yang dipakai adalah dua
jalur atau cara dari Diplomasi Multi jalur (Multi Track
Diplomacy), yakni Jalur Pertama (Track One) dan Jalur Dua (Track
Two). Aktor negara atau dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah menjadi agen dalam pelaksanaan Track One Diplomacy. Sedangkan Track
Two Diplomacy merupakan aktor atau agen dalam proses diplomasi yang bukan
berasal dari pemerintah (Non State Actor), seperti pihak gereja,
kelompok-kelompok independen atau komunitas tertentu, lembaga swadaya
masyarakat atau lembaga bantuan hukum independen dan lainnya.
1. Perjalanan Konflik di Papua
1) Konflik di Kabupaten Nduga
Kabupaten Nduga merupakan wilayah
pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya yang terbentuk pada tanggal 4 Januari 2008.
Setelah terbentuk, pembangunan dilakukan diberbagai sektor diantaranya,
pemerintahan, infrastruktur, pendidikan ekonomi dan sebagainya. Pada tahun
2015, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Kabupaten ini dalam rangka
meninjau pembangunan jalan penghubung Nduga dan Jayawijaya. Pada kesempatan
tersebut, beliau juga menyampaikan akan membuka pelabuhan besar Mumuga guna
memperlancar jalur transportasi serta distribusi logistik dan material (Ndugakab, 2022).
Gambar 1
Peta 1.1 Kabupaten Nduga
Selain pembangunan dan pengembangan
wilayah, disisi lain Kabupaten Nduga menghadapi tantangan yakni konflik yang
kerap timbul dan meresahkan masyarakat lokal maupun masyarakat pendatang.
Pemicu konflik yang ada yakni, pergerakan kelompok Papua Merdeka, permasalahan
pemilukada, sampai dengan konflik internal yang biasanya diawali dengan
tindakan kriminal atau kekerasan antar warga dalam Kabupaten tersebut. Tahun
1996 menjadi tahun dimana kelompok Papua Merdeka pimpinan Kelly Kwalik
melakukan penyanderaan masyarakat di Nduga. Hal ini kemudian mendorong Pemerintah
Indonesia mengirimkan pasukan untuk menyelamatkan sandera dibawah pimpinan
Komandan Militer Prabowo Subianto. Pengiriman pasukan dalam jumlah besar dan
kontak senjata yang terjadi pada satu sisi membuat para sandera diselamatkan,
namun sisi lain menimbulkan ketakutan karena kekuatan militer yang ada. Pada
masa itu Nduga masih menjadi bagian dari Kabupaten Jayawijaya.
Setelah pemekaran wilayah, Kabupaten Nduga
menjadi Kabupaten yang menjalankan pemilihan umum untuk memilih kepala daerah
atau Pemilukada. Momentum pesta politik ini juga menjadi salah satu penyebab
terjadinya konflik. Perludem (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi) pernah
mencatat bahwa pada Tahun 2010-2014 telah jatuh korban jiwa berjumlah 71 orang
akibat pelaksanaan Pemilu yang berujung pada konflik di beberapa Kabupaten di papua.
Pada tahun 2018, Nduga sedang mempersiapkan pemilukada. Berbagai tahapan
persiapan, distribusi logistik sampai dengan pemilihan mendorong munculnya
masalah atau gesekan. Kelompok-kelompok tertentu menggunakan kelompok TPM-OPM
serta Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) untuk mengintimidasi masyarakat agar
memilih pasangan tertentu dalam pemilukada.
Pada tanggal 22 Juni dan 25 Juni Tahun
2018 telah terjadi penembakan terhadap pesawat yang membawa sejumlah awak beserta
penumpang dari maskapai Trigana Air. Penembakan di 22 Juni dilakukan dari bawah
dan tidak ada korban, namun pada 25 Juni dimana maskapai penerbangan tersebut
diatas membawa 15 personil brimob yang mendarat di bandara Kenyam, Nduga
mendapat serangan penembakan ke arah pesawat. Selain itu, KKB juga melepaskan
tembakan ke arah anggota masyarakat yang berada disekitar bandara. Pada saat
peristiwa penembakan pada 2 hari itu, tidak ada korban jiwa tetapi pilot
Trigana terkena tembakan pada bahu kiri. Setelah kejadian penyerangan itu,
Kepolisian mengirimkan 30 anggota Brimob untuk mengamankan pelaksanaan
pemilikada di Kabupaten Nduga. Kejadian-kejadian tersebut diataslah yang dapat
memicu konflik dan menciptakan kondisi tidak aman.
Selain pemilukada sebagai bagian dari
pelaksanaan pesta demokrasi di daerah menjadi moment munculnya konflik,
pengembangan infrastruktur yang menembus wilayah terisolir juga dijadikan
sasaran. Sejumlah pekerja PT. Istaka Karya yang mengerjakan jalan Trans Papua yakni
pembangunan jembatan di Kali Yigi - Kali Aurak, Distrik Yigi (Kabupaten Nduga)
yang menghubungkan Wamena hingga Agats ditembaki oleh Kelompok Kriminal
bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya pada tanggal 2 Desember 2018. Korban
tewas yakni 19 orang. Kasus ini terjadi karena para pekerja PT Istaka Karya
melanggar peringatan yang dikeluarkan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka
(OPM) di wilayah tersebut. Peringatan berisi: larangan kepada Warga non Papua
untuk keluar dari beberapa distrik di Kabupaten Nduga sejak 28 November 2018
karena akan memperingati hari Kemerdekaan Papua Barat 1 Desember dan Natal.
Selain itu, salah seorang mandor telah mengambil gambar pada saat peringatan 1
Desember dan diketahui oleh pihak OPM.
Gambar 2
Peta 1.2. Lokasi Pembunuhan Pekerja
PT.Istaka
Karya di Kabupaten Nduga
Sumber:https://tirto.id/tim-kemanusiaan-nduga-ungkap-pemicu-pembunuhan-pekerja-istaka-karya-egin
Akibat penembakan para pekerja PT.Istaka Karya, Kepolisian
kemudian mengirimkan tambahan pasukan guna mengejar para pelaku. Kontak senjata
pun terjadi antara kelompok OPM dan KKB ini serta aparat TNI/POLRI. Konflik
senjata dan penambahan jumlah pasukan menimbulkan kepanikan serta ketakutan
warga disejumlah Distrik di Kabupaten Nduga, sekitar 37 ribu warga mengungsi
(data dari Tim Kemanusiaan bentukan Pemda Kabupaten Nduga terdiri dari LSM HAM dan Gereja) (Tirto.id, 2022a). Para pengungsi berasal dari Distrik Mapenduma berjumlah 4.276 orang, Distrik Mugi 4.369 orang,
5.056
berasal dari Distrik Jigi, Distrik Yal terdapat
5.021 orang, dan 3.775
dari Distrik
Mbulmu Yalma orang. Tidak
hanya kelima Distrik itu tetapi juga ada pengungsi yang tersebar di Distrik Kagayem sebanyak 4.238
orang, Distrik Nirkuri 2.982 orang, 4.001 orang berasal dari Distrik Inikgal, Distrik Mbua terdiri dari 2.021 orang, dan Distrik Dal sebanyak
1.704 orang.
Mereka mengungsi ke beberapa Kabupaten terdekat seperti Jayawijaya, Lanny Jaya,
Yahukimo, Asmat, Jayapura dan ada juga yang masuk ke hutan.
Para pengungsi akibat konflik bersenjata
di Nduga sejak akhir 2018 sampai dengan 2019 kemudian menimbulkan masalah baru
karena fasilitas yang tidak memadai ditempat pengungsian serta kondisi wilayah
yang berat. Warga banyak yang kelaparan, kedinginan, sakit dan sekitar 241
orang meninggal dunia (Tirto.id, 2022b). Bantuan kemanusiaan kemudian dikerahkan
dari Kementerian Sosial RI melalui 2 tahap dan juga Dinas Sosial Provinsi Papua
serta berbagai kalangan seperti: gereja, sumbangan dari masyarakat umum di
daerah lain. Namun hal miris terjadi ketika beberapa pengungsi menolak bantuan
dari Dinas Sosial, karena ada isu yang mengatakan bahwa mereka diancam oleh KKB
atau kelompok OPM untuk tidak menerima bantuan dari Pemerintah Indonesia.
Konflik sepanajang Tahun 2018 - 2019
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kondisi keamanan serta aktivitas
warga masyarakat. Pasukan TNI-Polri diturunkan dalam jumlah besar guna mengejar
dan menumpas gerakan kelompok KKB dan TPNPB-OPM yang telah melakukan penembakan
serta pembunuhan terhadap pekerja jalan Trans-Papua. Kontak senjata serta
keberadaan pasukan militer menyebab gelombang pengungsi yang pada akhirnya
menimbulkan korban jiwa dan kesengsaraan warga. Selain itu, mobilitas
KKB&OPM ini menimbulkan ketakutan bagi warga setempat karena mereka turut
mendapat ancaman serta gangguan. Pada sisi lain, proses pengejaran yang
dilakukan TNI-Polri juga berdampak pada kecurigaan-kecurigaan yang timbul
terhadap masyarakat yang diduga terlibat kelompok kriminal dan separatis
tersebut.
Tahun 2020 terjadi lagi kasus penembakan
di Nduga tapi dilakukan oleh Pasukan TNI pada tanggal 18 Juli 2020. Elias
Karunggu (40 Tahun) dan putranya Selu Karunggu (20 Tahun) ditembak oleh pasukan
TNI di Distrik Kenyam karena diduga merupakan anggota dari kelompok Organisasi
Papua Merdeka. Namun kemudian kelompok tersebut melalui juru bicaranya Sebby
Sambom menyatakan bahwa Elias dan Selu bukanlah anggota TPNPB-OPM. Pemerintah
Daerah Nduga yang melakukan penelurusan terkait kedua warga tersebut
menyebutkan bahwa mereka adalah pengungsi akibat kasus penembakan di Tahun 2018
silam (Regional.kompas.com, 2022).
Kemudian pada 27 Juli 2020, sejumlah
masyarakat berdemonstrasi menuntut keadilan terhadap kedua warga yang tewas
tersebut. Masyarat menyampaikan aspirasinya agar Pemerintah segera menarik
pasukannya dari Kabupaten Nduga, karena selama ini telah banyak korban akibat
konflik antara pasukan TNI/Polri dan TPNPB-OPM serta KKB. Ikabus Gwijangge yang
adalah Ketua DPRD Nduga mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia perlu menerapkan
pola baru dalam menangani konflik di daerah-daerah pegunungan seperti di Nduga (Papua.tribunnews.com, 2022).
Tabel
2
Situasi
Konflik Di Kabupaten Nduga Tahun 2018 - Tahun 2022
Waktu |
Peristiwa |
2 Desember 2018 |
Penembakan & pembunuhan pekerja PT.Istaka Karya |
Akhir Desember 2018 - 2019 |
Gelombang Pengungsi akibat kontak senjata TNI/Polri
& TPNPB-OPM. 37.000 warga Nduga mengungsi ke beberapa daerah. |
Januari 2020 |
Penembakan anggota Brimob di Bandara Kenyam, Nduga
oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya |
Maret 2020 |
Penyerangan personel Satgas Mupe Marinir oleh KKB
dan terjadi kontak senjata |
April 2020 |
Penembakan mobil patroli Satgas Damai Cartenz oleh
KKB |
18 Juli 2020 |
Pasukan TNI menembak 2 orang warga sipil: Elias dan
Sela Karunggu di Distrik Kenyam karena dugaan sebagai anggota TPNPB-OPM |
27 Juli |
Demonstrasi warga Nduga karena penembakan 2 warga
sipil & meminta Pemerintah Indonesia segera menarik pasukan organik. |
10 Oktober 2020 |
KKB melakukan penyerangan terhadap Pos Yonif Para
Raider 330 / Tri Dharma di Koteka, Distrik Kenyam |
22 April 2022 |
Pos TNI di daerah Kalikote diserang oleh KKB
(Pimpinan Egianus Kogoya) |
16 Juli 2022 |
3 warga sipil ditembak oleh KKB di Nogolaid. |
Sumber: data diolah oleh Penulis, 2022
2. Konflik di Kabupaten Intan Jaya
Gambar 3
Peta 1.3. Kabupaten Intan Jaya
Kabupaten Intan Jaya menurut data
statistik tahun 2021 memiliki jumlah
penduduk sebanyak 136.968 jiwa. Wilayah ini sebelumnya menjadi bagian
dari Kabupaten Paniai dan pada 26 November 2008 kemudian dimekarkan menjadi
Kabupaten Intan Jaya dengan ibukota Sugapa oleh Menteri Dalam Negeri RI pada
saat itu, yakni Mardiyanto (Intanjayakab.go.id, 2022).
Gambar 4
Peta Sebaran Kabupaten Intan Jaya
Sumber: https://intanjayakab.go.id/?page_id=1258
Kabupaten Intan Jaya, sama halnya dengan
Nduga dan beberapa Kabupaten pemekaran lainnya diwilayah pegunungan tengah
rentan terhadap konflik baik yang sumber pemicunya dari dalam ataupun luar
daerah tersebut. Penetapan sebagai daerah pemerintahan baru di Tahun 2008 silam
pada satu sisi bertujuan untuk mempercepat laju pembangunan serta pertumbuhan
ekonomi guna meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, namun disisi lain
menimbulkan berbagai gesekan yang berujung pada konflik.
Nduga yang mengalami sederatan konflik
karena pemilihan umum daerah (politik lokal) sampai dengan kontak senjata
antara TNI/Polri, warga masyarakat dan TPNPB OPM serta Kelompok kriminal
Bersenjata juga terjadi di Kabupaten Intan Jaya. Pada Tahun 2014, terjadi sengketa Pemilu
berkaitan dengan hasil pemilihan calon Anggota Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Intan Jaya dan tudingan
penggelembungan suara. Sehubungan dengan proses penyelenggaraan demokrasi tersebut maka
pasukan keamanan pun ditambahkan jumlahnya guna mengamankan Pemilihan Umum saat
itu.
Keberadaan aparat keamanan di Sugapa pada
satu sisi untuk menciptakan rasa aman bagi warga masyarakat, tetapi disisi lain
ternyata juga menimbulkan gesekan atau konflik di Intan Jaya. Pada 29 September 2014, terjadi penembakan
terhadap warga yang sebelumnya terlibat perkelahian dengan dua anggota Brimob.
Seprianus Japugau (22 Tahun ) mendapatkan luka tembak di perut dan Benyamin Agimbau (30 Tahun) terkena pukulan popor senjata dan luka parah. Hal ini kemudian memicu intimidasi bentrok
fisik antara warga sipil dan Brimob (Yeimo, 2022).
Tabel 3
Peristiwa Konflik Antara Aparat Keamanan
Dan Warga
Sipil Di Kabupaten Intan Jaya
Waktu |
Peristiswa |
29 September 2014 |
Penembakan&pemukulan warga sipil oleh Brimob |
25 Agustus 2016 |
Penembakan warga Malon Sondegau (luka &masih
hidup) oleh satuan Brimob di Sugapa |
27 Agustus 2016 |
Penembakan oleh Brimob terhadap Otinus Sondegau
(tewas). Kemudian pembakaran Markas Kepolisian Sektor Sugapa akibat kasus
penembakan tersebut diatas. |
Sumber: Data
diolah Penulis, 2022
Tahun
2017 merupakan Tahun terjadi konflik besar di Kabupaten Intan Jaya karena penyelenggaraan pemilihan kepala daerah
(Pilkada) untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Intan Jaya periode 2017 – 2022. Para simpatisan pasangan calon Bupati Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme dan pejabat sebelumnya Natalis Tabuni-Robert Kobogoyauw berselisih yang menimbulkan sengketa dan bentrokan. Pada 23 Januari 2017 di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Intan Jaya massa pendukung Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme meminta KPU
mempercepat proses penghitungan suara Pilkada Intan Jaya. Namun permintaan tersebut ditolak, karena KPU Intan Jaya belum menerima rekapitulasi
perolehan suara dari Distrik Wandai dan Distrik Agisiga.
Karena
permintaannya ditolak maka terjadilah terjadi
bentrokan antar pendukung yang menewaskan tiga orang warga. Sejumlah 101 warga
lainnya terluka. Untuk mengatasi
serta meredam bentrokan tidak menyebar maka Polda Papua kemudian mengirimkan 400 orang polisi ke Intan Jaya. Pada akhirnya, KPU intan Jaya dapat melakukan rekapitulasi perolehan suara pada 24 Februari 2017. Akan tetapi, pada 15
Mei 2017, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Papua menolak hasil
rekapitulasi Pilkada Intan Jaya dengan
alasan banyak persyaratan administrasi yang tidak
dipenuhi KPU Intan Jaya. Persoalan itu kemudian menjadi sengketa Mahkamah
Konstitusi (MK).
Pada 29 Agustus
2017, MK memerintahkan Pemungutan
Suara Ulang (PSU) di 7 TPS berbeda. Ketua MK Arief Hidayat membacakan putusannya, menetapkan Natalis Tabuni
dan Robert Kobogoyauw memenangi Pilkada Intan Jaya 2017 dengan 36.883 suara.
Putusan itu sekaligus membatalkan putusan KPU Intan Jaya yang memenangkan
Yulius Yapugau dan Yunus Kalabetme. Putusan MK memicu
terjadinya konflik kekerasan dan pengrusakkan aset negara, seperti: pemalangan lapangan terbang
Sugapa, pembakaran sejumlah kantor Pemerintah Kabupaten Intan Jaya oleh massa.
Akibatnya, kegiatan perekonomian di Sugapa lumpuh. Sebagian besar kios dan
pasar tutup. Kemudian masyarakat asli memilih untuk diam di dalam rumah, sedangkan sebagian
masyarakat pendatang memilih mengungsi ke markas polisi dan tentara. Pasca amuk massa di Sugapa, 100 Brimob Detasemen A
Polda Sulawesi Selatan dikirim ke Intan Jaya untuk menjaga obyek vital, seperti
lapangan terbang dan kantor-kantor pemerintah. Konflik Pilkada 2017
membuat Pemerintah Kabupaten Intan Jaya sulit menengahi berbagai konflik baru
yang terjadi di sana.
Dua tahun
kemudian yakni Tahun 2019, muncul lagi konflik yang disebabkan oleh keberadaan
TPNPB OPM, KKB dan juga pasukan keamanan / TNI/Polri. Hal ini mnejadikan Intan
Jaya sebagai zona konflik seperti halnya yang terjadi di Nduga. Data yang
disampaikan oleh Tim Kemanusiaan bahwa sejak Desember 2019 sampai dengan November
2020 tercatat 17 kasus kekerasan yang dilakukan baik oleh TNI maupun oleh TPNPB
OPM. Hal ini menyebabkan 17 orang tewas, 12 diantaranya adalah warga sipil dan
seorang anak.
Peristiwa
tragis yang mendapat kecaman masyarakat adalah saat Pendeta Yeremia Zanambani
ditembak pada September 2020. Hal ini awali dengan adanya pengumpulan warga
Hitadipa di Markas Koramil Persiapan Hitadipa dan halaman Gereja Iammanuel
Hitadipa. Pada saat warga berkumpul, Wakil Komandan Rayon Militer (Wadanramil)
Alpius Hasim Madi menyampaikan agar masyarakat segera mengembalikan senapan
milik TNI dan disaat yang bersamaan Pendeta Yeremia bersama lima (5) warga
lainnya dikatakan sebagai musuh dari Wadanramil tersebut. Dampak dari
pengumpulan dan penyampaian itu, kelompok TPNPB OPM melakukan penyerangan
terhadap markas koramil dan menyebabkan meninggalnya Pratu Dwi Akbar Utomo.
Setelah kejadian itu, aparat TNI membakar rumah dinas tenaga kesehatan serta
terjadi penembakan dan penusukan Pendeta Yeremia (Yeimo,
2022).
Victor Mambor
dalam tulisannya di Jubi.co.id memaparkan bahwa seorang peneliti Bobby Anderson
dalam tulisannya yang berjudul Papua’s
Insecurity State Failure in the Indonesian Periphery menjelaskan terdapat empat
(4) wilayah yang memiliki karakter konflik di Papua. Pertama, wilayah konflik sumber daya/hak ulayat. Daerah konflik berlatar belakang
rivalitas masyarakat adat setempat dengan migran, yang umumnya terjadi di
daerah dengan jumlah warga pendatang/migran cukup
banyak merupakan karakter wilayah kedua. Ketiga, konflik antar suku. Kemudian
yang terakhir adalah, wilayah
dengan kekerasan oleh aktor keamanan (Yeimo,
2022).
Sebulan
kemudian, yakni pada tanggal 7
Oktober 2020, terjadi penembakan terhadap seorang katekis di Stasi Emondi,
Gereja Katolik Keuskupan Timika bernama Agustinus Duwitau. Katekis adalah
pembantu Pastor Katolik yang antara lain bertugas menerjemahkan isi doa dan
Alkitab dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah setempat. Duwitau diduga sebagai anggota TPNPB OPM sehingga ditembak oleh prajurit TNI saat berjalan kaki dari Paroki Bilogai menuju Kampung
Emondi dan tembakan itu mengenai bahu kirinya. Setelah peristwa itu, Keuskupan
Timika mengkonfirmasi Duwitau adalah seorang Katekis (Yeimo,
2022).
TPNPB OPM
melakukan penembakan pada 9
Oktober 2020 terhadap anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya, Bambang Purwoko
Bambang terluka di bagian kaki dan tangan kiri, dan dirawat di rumah sakit. Selanjutnya, 26
Oktober 2020, terjadi penembakan yang menewaskan Katekis Paroki Gereja Katolik
Santo Mikael Bilogai, Rufinus Tigau. TNI kembali membuat klaim bahwa Rufinus
Tigau adalah anggota kelompok
pembebasan atau Papua Merdeka. Pihak Keuskupan
menegaskan bahwa Rufinus katekis yang bertugas di Kampung Jalai, Distrik
Sugapa, sejak tahun 2015.
TNI dan TPNPB
kembali melakukan kontak senjata pada 5 November 2020, dan menyebabkan seorang warga sipil bernama
Agopabega Sani terluka di bagian kepala. Korban dilarikan ke Rumah Sakit Umum
Daerah Intan Jaya di Sugapa, dan paramedis di sana membuat surat rujukan untuk
membawa Agopabega Sani ke rumah sakit di Timika atau Nabire. Sehari kemudian yakni, 6 November 2020, Kelompok Pro Kemerdekaan ini dan TNI
terlibat kontak senjata di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan
Jaya. Seorang prajurit TNI, Pratu Firdaus tewas, sementara seorang prajurit TNI
lainnya, Pratu Arbi Setiawan terkena tembakan dan luka di kaki kanan.
Sejak kematian
Pendeta Yeremia Zanambani, banyak warga Intan Jaya yang mengungsi ke beberapa
daerah terdekat. Bernadus Kobogau seorang warga di Hitadipa mengatakan bahwa “Akibat dari kematian dari Bapak Pendeta [Yeremia], para jemaat dari sebelas
gereja trauma.” Kalau TNI, Polri, atau TPNPB masuk, itu artinya masyarakat pasti akan
lari. Ada yang mengungsi ke Biandoga, kampung yang berbatasan dengan Kabupaten Puncak, ada juga warga yang lari ke
Distrik Agisiga, dan lain-lain. Waktu saya sampai di Hitadipa, saya temukan
hanya dua laki-laki saja. Semua sudah tidak ada. Jadi orang ketiga adalah saya.
Seluruh orang yang ada di tempat pertumbuhan iman kami di Hitadipa, itu sudah
kosong.” Jaringan Gereja Katolik
Keuskupan Timika dan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) mendata pasca
penembakan Pendeta Yeremia Zanambani ada 367 nama warga Intan Jaya yang mengungsi. Selain itu, Pemerintah
Kabupaten Intan Jaya mencatat 99 nama warga lainnya. Totalnya 466 warga
Intan Jaya yang mengungsi ke distrik atau kampung tetangga.
1)
Konflik di Kabupaten Puncak Jaya
Kabupaten Puncak Jaya dengan Delapan (8)
Distrik atau Kecamatan yakni, Distrik Mulia,
Ilu, Fawi, Mewoluk, Yamo, Tingginambut, Distrik Torere dan Jigonikme telah
dibentuk pada tahun 1997 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kabupaten Puncak Jaya,
Paniai, Mimika dan Perubahan Nama dan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah
Tingkat II Paniai di Wilayah Propinsi Daerah TK I Irian Jaya. Hal ini juga diperkuat dengan adanya
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya
Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Pania, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak
Jaya dan Kota Sorong.
Kabupaten Puncak Jaya secara geografis terletak di kawasan Pegunungan Tengah Provinsi Papua dengan ketinggian antara 500 s/d 4.500 M di atas permukaan laut.
Wilayah ini 95% berbukit-bukit dan bergunung-gunung
dengan struktur tanah yang berbatu-batu, dan hanya kurang lebih 5% yang
merupakan dataran rendah yaitu Distrik Fawi dan Torere. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten ini sebagai berikut. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Mamberamo Raya; kemudian sebelah timur berbatasan dengan Distrik Karubaga
Kabupaten Tolikara; Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Agadugume
Kabupaten Puncak, dan distrik Tiom Kabupaten Lanny Jaya; dan sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sinak, Distrik
Pogoma dan Distrik Doufo Kabupaten Puncak.
Gambar 5
Peta 1.4. Kabupaten
Puncak Jaya
Puncak Jaya sama halnya dengan Kabupaten
Nduga dan Kabupaten Intan Jaya, memiliki rangkaian rekam jejak konflik yang
berkepanjangan. Faktor-faktor yang mendorong muncul dan berkembangnya konflik
selalu sama, yakni konflik senjata TNI/Polri dan kelompok Pro Kemerdekaan serta
gerakan Kriminal Bersenjata dan sengketa politik lokal. Puncak Jaya dengan
berbagai pebangunan dan perkembangannya setelah dimekarkan, namun intensitas
konflik masih tetap
ada. Kekerasan yang kerap terjadi di daerah ini
diduga disebabkan oleh OPM. Pemimpin
Tentara Pembebasan
Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di Puncak Jaya yang biasa disebut dengan sang Jenderal
sebagai “Panglima Tertingg,” adalah Goliat Tabuni. Pergerakan mereka selalu berpindah-pindah
sehingga tidak mudah untuk didekati dan tidak diketahui. Goliat Tabuni dan
anggotanya memiliki
belasan pucuk senjata api berbagai jenis, juga alat perang tradisional (Www.jeratpapua.org, 2014).
Tahun 2009 sampai dengan tahun 2014,
daerah ini diwarnai oleh kontak senjata antara TPNPB OPM dan TNI/Polri.
Pertikaian kedua pihak ini seakan tidak pernah redam dan warga setempat selalu
yang menjadi korbannya. Pada awal Tahun 2009, kelompok bersenjata menyerang Pos
Polisi Tingginambut di Distrik Tingginambut dan mereka berhasil merampas
sejumlah senjata beserta amunisi. Kemudian Kelompok ini menghadang pasukan
Brimob yang hendak ke Mulia dan juga membakar bendera merah putih. Selain itu,
terjadi penembakan terhadap kendaraan yang akan menuju Mulia oleh kelompok
bersenjata.
Awal Tahun 2014 daerah ini kembali bergejolak
dengan kasus penembakan oleh kelompok sipil bersenjata terhadap dua anggota
Kodim 1714 Puncak Jaya pada ssat sedang tugas jaga di Pos Kompas, Pasar Lama
Mulia (regional.kompas.com, 2014). Setelah insiden tanggal 18 Januari 2014
tersebut, aparat keamanan gencar melakukan pengejaran terhadap kelompok
bersenjata itu. Pada tanggal 27 Januari 2014 terjadi baku tembak antara kedua
belah pihak dan pasukan gabungan TNI-Polri berhasil menangkap 1 orang anggota
kelompok OPM. Sebelumya juga terjadi peristiwa baku tembak yang menenwaskan 1
orang anggota TNI di Kampung Yambi Mulia (www.solopos.com, 2022).
Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada juga
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya konflik di Kabupaten Puncak Jaya,
Papua. Pada tahun 2017, tepatnya di Bulan Juli terjadi konflik antara massa
pendukung calon pasangan Bupati dan wakil Bupati nomor urut 1 Yustus Wonda- Kirenius Telenggen
dengan pasangan nomor urut 3 Yuni Wonda-Denias Geley. Pertikaian terjadi sejak tanggal 15 Juni
sampai dengan 4 Juli saat pemungutan suara ulang pilkada Puncak Jaya. Korban
luka sebanyak 20 orang, meninggal dunia 3 orang dan pengrusakan sejumlah rumah
dan motor. Setelah konflik itu, para tokoh masyarakat serta aparat TNI/Polri
memediasi kedua kelompok massa dan dilakukan kesepakatan dengan memasang tanda
bendera merah putih diwilayah pasar Kota baru yang menjadi daerah bebas panah
& senjata tajam atau dilarang membawa kedua benda tersebut dalam wilayah
kesepakatan tersebut (www.beritasatu.com, 2022).
Namun setelah kesepakatan yang dibuat
paska bentrokan massa kedua kubu, terjadi lagi konflik pada tanggal 29 Juli
2017 yang dipicu oleh kesalahpahaman pada acara bakar batu. Peristiwa ini
menimbulkan konflik antara massa pendukung 3 kandidat pasangan calon Bupati &
wakil Bupati. Pada saat insiden terjadi di Kampung Legimut, Distrik Pagaleme,
terdapat anggota KKB atau Kelompok Pro Kemerdekaan yang terlibat didalamnya dan
mereka juga membawa senjata. Sejumlah pasukan keamanan kemudian dilibatkan
untuk mengamankan daerah tersebut (Www.kompas.id, 2022). Hal ini sangat disayangkan karena
sebelumnya telah dilakukan penandatanganan kesepakatan damai antara pihak yang bertikai.
Setahun kemudian terjadi lagi perang suku
di 4 Distrik di Kabupaten ini yang berkaitan dengan politik lokal. Bupati Yuni wonda
pada 23 Juli 2018 melantik 302 kepala kampung beserta sekretaris dari 26
Distrik. Namun warga Distrik Muara, Distrik Tingginambut, Distrik Kalome dan
Distrik Taganombak tidak setuju dengan para kepala kampung yang dilantik
tersebut. Warga Dsitrik yang bertikai tidak setuju dengan pemberhentian Kepala
Kampung sebelumnya sehingga melakukan pengrusakkan yang menyebabkan banyak
korban luka-luka dan honai yang rusak serta terbakar dan juga ada korban
meninggal dunia. Pemerintah Daerah beserta TNI dan Polri segera datang ke
lokasi-lokasi konflik guna meredam agar tidak meluas atau bertambah parah (M.wartaplus.com, 2022). Peristiwa ini kemudian mendapat respon
dari Kementerian Dalam Negeri RI dengan mengirimkan timnya untuk melakukan
investigasi terkait masalah pelantikan 302 Kepala Kampung. Fakta dilapangan
bahwa Pelantikan tersebut telah melanggar aturan UU tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Kampung No.4 Tahun 2014 dan Permendagri No.74 tentang
Adminitrasi Pemerintah Desa karena terdapat penyelewengan dan tidak tepat
sasaran. Bupati Puncak Jaya memberhentikan para Kepala Kampung yang belum
berakhir masa jabatannya dan menggantikannya dengan orang-orang terdekat
beliau. Hal ini diduga karena pengaruh elit politik da n elit di pemerintahan.
Setelah kasus pelantikan 302 Kepala
kampung yang menimbulkan perseturuan, pada tahun 2019 Puncak Jaya diwarnai
dengan pertikaian antar suku. Perang suku terjadi di Kampung Pagaleme, Distrik
Pagaleme yang disebabkan oleh penghadangan antara kubu BT dan KW pada 24
September 2019. KW mengalami luka karena panah sedangkan BT ditemukan meninggal
dunia. Selain itu, 1 orang prajurit TNI dan 1 anggota polisi mengalami
luka-luka pada saat melerai perang tersebut. Aparat keamanan berusaha
menghentikan perang diantara dua suku. Setelah itu, Wakil Bupati Puncak Jaya memediasi
kedua suku yang bermasalah dan masing-masing pihal bersedia meyerahkan pelaku
yang diduga terlibat untuk diproses secara hukum (News.okezone.com, 2022).
Kejadian yang dapat mendorong terjadinya
gesekan atau konflik yakni, penembakan terhadap dua orang warga sipil yang
bekerja sebagao tukang ojek di Kampung Lumbuk, Distrik Tingginambut oleh Orang
Tak dikenal (OTK) pada 12 April 2022. penembakan mengakibatkan 1 orang tewas
dan satunya lagi kritis. Kasus ini ditanggapi oleh Kabid Humas Polda Papua
Kombes Pol Ahmad Mustofa yang menyampaikan bahwa mereka masih menyelidiki kasus
ini. Setelah insiden tersebut, Kabid Humas mengatakan situasi dan kondisi di
Puncak Jaya masih kondusif.
2) Kabupaten Paniai
Gambar 6
Peta Kabupaten Paniai
Kabupaten
Paniai terletak di kawasan Pegunungan Tengah dan memiliki luas 18.104,63 km² dengan ibukota Enarotali.
Daerah ini dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No: 56 Tahun 1996
tentang Pembentukan Kabupaten Administratif Paniai serta UU No. 45 Tahun 1999
tentang Pembentuk Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah,
Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Mimika dan Kota Sorong, maka
terbentuk Definitif pada Tahun 2001. Menurut sejarah, Paniai dikenal dengan nama Wissel Meeren
(Pada zaman Belanda) yang merupakan nama 3 danau di wilayah
tersebut. Nama Wissel Meeren adalah nama seorang pilot asal Belanda yang
menemukan danau-danau itu pada tahun 1938.
Terdapat Empat (4) suku besar di Paniai,
yakni: suku Mee, suku Moni, suku Wolani
dan suku Auye. Pada bagian utara, Kabupaten Paniai berbatasan dengan Kabupaten
Nabire dan Yapen Waropen. Kemudian disebelah selatan dengan Kabuoaten Mimika
dan Kabupaten Deiyai. Bagian barat wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten
Dogiyai dan Kabupaten Nabire sedangkan di bagian timur dengan Kabupaten Intan
Jaya.
Kabupaten Nduga, Intan Jaya, Puncak Jaya
menorehkan perjalanan konflik yang banyak mengorbankan nyawa, menyebabkan
kerusakan berbagai fasilitas milik warga masyarakat maupun negara, rasa
ketakutan yang berkepanjangan, duka, sedih dan kesengsaraan. Hal ini juga
terjadi di Kabupaten Paniai. Tragedi Paniai berdarah tahun 2014 meninggalkan
luka yang mendalam serta perjuangan untuk mendapatkan keadilan atas pelanggaran
Hak Asasi Manusia pada saat itu.
Pada tanggal 8 Desember 2014, sejumlah
masyarakat berkumpul dilapangan Karel Gobai, Enarotali yang lokasinya
berdekatan dengan markas keamanan. Mereka berkumpul untuk melakukan protes atas
pemukulan terhadap 11 orang anak yang dilakukan oleh aparat keamanan sehari
sebelumnya. 11 anak yang mendapatkan pukulan tersebut dikarenakan mereka
menegur aparat TNI yang mengendarai kendaraan tanpa menyalakan lampu. Hal ini
kemudian menyulut amarah anggota TNI sehingga terjadilah pemukulan. Pada saat
aksi protes berlangsung, warga turut melempari markas keamanan menggunakan batu
dan kayu. Hal ini kemudian direspon oleh aparat keamanan dengan melakukan
tembakan kearah warga. Akibat dari peristiwa itu, 4 orang warga meninggal dunia
dan 17 orang mengalami luka tembakan. Paska tragedi penembakan itu, berbagai
kecaman datang atas penembakan yang dilakukan personil keamanan karena telah
terjadi kekerasan yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada
tahun 2014 melewati perjalanan panjang guna mendapatkan keadilan melalui proses
peradilan. Pada 11 Februari 2020 Komnas HAM RImenentapkan kasus Paniai Berdarah sebagai pelanggaran HAM berat, namun belum ada kejelasan dalam
penyelesaiannya. Kejaksaaan Agung RI dalam hal ini memiliki kewenangan untuk menindaklanjuti
penyelesaian kasus ini dan melakukan investigasi lanjutan untuk menemukan
permasalahan yang jelas terhadap kasus pelanggaran HAM dan kemudian diteruskan ke tahap penuntutan. Setahun kemudian yakni tanggal 3 Desember 2021, Kejagung mengeluarkan surat
perintah penyidikan untuk menindaklanjuti kasus pelanggaran HAM berat yang
terjadi di Paniai. Harapannya ada
kejelasan dalam penyelsaian serta para pelaku mendapatkan hukuman yang sesuai (Ahmad
Tri Hawaari, 2022).
Kesimpulan
Penyelesaian Konflik yang terjadi di Provinsi Papua terutama di Empat (4)
kabupaten antara lain Nduga, Intan Jaya, Puncak Jaya dan Paniai dapat dilakukan
melalui dua jalur diplomasi yaitu Track One Diplomasi melalui peranan
pemerintah yang serius dan konsisten menyelesaikan konflik yang ditunjukan
dengan keberadaan pemerintah dan peraturan yang dibuat untuk memberikan rasa
aman bagi warga masyarakat dikabupaten setempat. Selain Track One juga
terdapat Track Two Diplomacy yaitu melalui actor-aktor non-negara yang
dinilai dapat memainkan peran aktif ditengah masyarakat yang alami konflik
maupun pemulihan pasca konflik sehingga konflik yang terjadi di Papua dapat
terselesaikan dan masyarakat Papua dapat hidup aman, rukun dan tenang sehingga
kesejahteraan yang sesungguhnya dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat
Papua.
Ahmad Tri Hawaari. (2022). Awal Mula Kasus
Pelanggaran HAM Berat Di Paniai Papua. Retrieved from https://www.google.com website:
https://nasional.tempo.co/read/1308202/awal-mula-kasus-pelanggaran-ham-berat-dipaniaipapua/full&view=ok.
Waktu akses 30 Juli 2022. Google
Scholar
Barston,
Ronald Peter. (2019). Modern diplomacy. Routledge. Google
Scholar
Batkorumbawa,
Omega. (2022). “Brutal! Siswa Kelas 6 SD Tewas Tertembak di Leher, Bupati
Nduga: Anak Itu Tidak Berdosa.. Google Scholar
Diamond,
Louise, & McDonald, John W. (1996). a. Google
Scholar
Emilia,
Ranny. (2013). Praktek Diplomasi. Baduose Media. Google
Scholar
Intanjayakab.go.id.
(2022). Profil Kabupaten Intan Jaya. Retrieved from
https://intanjayakab.go.id/?page_id=1258, waktu akses 28 Juli 2022 website:
https://intanjayakab.go.id/?page_id=1258, waktu akses 28 Juli 2022. Google Scholar
Irfanuddin,
Muhammad Aziz, & KY, I. Gede Sumertha. (2021). Strategi Pencegahan
Internasionalisasi Konflik Papua Melalui Track One Diplomacy Dalam Upaya
Stabilitas Keamanan Nasional. Jurnal Damai Dan Resolusi Konflik, 7(2),
255–282. Google
Scholar
M.wartaplus.com.
(2022). konflik pelantikan kepala kampung di puncak jaya Wabup itu ulah
provokator. Retrieved from https://m.wartaplus.com website:
https://m.wartaplus.com/read/2375/konflik-pelantikan-kepala-kampung-di-puncak-jaya--Wabup-itu-ulah-provokator
waktu akses 4 Agustus 2022. Google
Scholar
Moleong,
Lexy J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya. Offset, Bandung. Google
Scholar
Ndugakab.
(2022). Sejarah. Google
Scholar
News.okezone.com.
(2022). lerai perang antar suku di papua 1 TNI dan 1 Polisi Terluka. Retrieved
from https://news.okezone.com website:
https://news.okezone.com/amp/2019/09/25/340/2109090/lerai-perang-antar-suku-di-papua-1-tni-dan-1-polisi-terluka?page=1
waktu akses 4 Agustus 2022. Website
Papua.tribunnews.com.
(2022). Menengok Konflik Nduga di Papua Demo Tuntut Keadilan di Tengah Banyak
Korban Berjatuhan. Website
Regional.kompas.com.
(2014). Dua Anggota TNI Tertembak di Puncak Jaya. Retrieved from
regional.kompas.com website:
https://regional.kompas.com/read/2014/01/18/2111481/Dua.Anggota.TNI.Tertembak.di.Puncak.Jaya,
waktu akses 30 Juli 2022 Website
Regional.kompas.com.
(2022). Konflik Nduga Papua, Korban Berjatuhan Dan Demonstrasi Tuntut Keadilan.
Retrieved from https://regional.kompas.com website: https://regional.kompas.com/read/2020/07/31/09010071/konflik-nduga-papua-korban-berjatuhan-dan-demonstrasi-tuntut-keadilan-?page=all#:~:text=untuk
mengubah kebijakan.-,Gelombang aksi demonstrasi terjadi di Nduga%2C di
pegunungan tengah Papua,putranya Selu Karunggu%2C 20 tahun.waktu akses 28 Juli
2022. Website
Suripaty,
Chanry Andrew. (2022). "KKB Bakar 16 Rumah di Distrik Ilaga, Warga
Mengungsi di Kantor Pemerintah”. Google
Scholar
Tirto.id.
(2022a). 37 Ribu Warga Nduga Papua Harus Mengungsi Akibat Konflik Bersenjata. Google
Scholar
Tirto.id.
(2022b). Nestapa Nduga Selama 2019: 37.000 Orang Mengungsi, 241 Orang Tewas. Google
Scholar
Widjiarti,
Keke Utami. (2019). Pengaruh Debt To Asset Ratio (Dar), Total Asset Turnover
(Tato), Return On Asset (Roa), Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Indeks Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2017. Universitas Buddhi Dharma. Google
Scholar
www.beritasatu.com.
(2022). konflik pilkada puncak jaya mengakibatkan 3 meninggal. Retrieved from
www.beritasatu.com website:
https://www.beritasatu.com/news/439825/konflik-pilkada-puncak-jaya-mengakibatkan-3-meninggal
waktu akses 30 Juli 2022. Website
Www.jeratpapua.org.
(2014). jalan terjal di puncak jaya. Retrieved from https://www.jeratpapua.org
website: https://www.jeratpapua.org/2014/08/12/jalan-terjal-di-puncak-jaya/. Website
Www.kompas.id.
(2022). konflik lagi di puncak jaya satu orang tewas. Retrieved from
https://www.kompas.id website: https://www.kompas.id/baca/utama/2017/07/30/konflik-lagi-di-puncak-jaya-satu-orang-tewas,
waktu akses 30 Juli 2022. Website
www.solopos.com.
(2022). konflik papua baku tembak di puncak jaya 1 anggota-tni-tewas-485149.
Retrieved from https://www.solopos.com website:
https://www.solopos.com/konflik-papua-baku-tembak-di-puncak-jaya-1-anggota-tni-tewas-485149,
waktu akses 30 Juli 2022. Website
Yeimo,
Hengky. (2022). 4 Mahasiswa yang ditangkap dalam pembubaran demo tolak
pemekaran di nabire dibebaskan. Retrieved from https://jubi.co.id/ website: https://jubi.co.id/4-mahasiswa-yang-ditangkap-dalam-pembubaran-demo-tolak-pemekaran-papua-di-nabire-dibebaskan/.Website
Copyright holder: Melyana Ratana Pugu,
Mariana Erny Buiney (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |