Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November
2022
PERAN EKUITAS MEREK DAN PERSEPSI NILAI YANG DIRASAKAN
SEBAGAI MEDIASI HUBUNGAN AKTIVITAS PEMASARAN MEDIA SOSIAL TERHADAP NIAT MEMBELI
KEMBALI (STUDI PADA INSTAGRAM ERIGO)
Razuliah Milatalata, Arif
Hartono
Universitas Islam Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji dan menganalisis pengaruh hubungan aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli kembali
pada Instagram Erigo dengan
ekuitas merek dan persepsi nilai yang dirasakan sebagai mediasi. Populasi pada penelitian ini yaitu individu yang mempunyai Instagram, berumur kurang dari 17 tahun sampai 50 tahun ke atas,
dan berdomisili di Indonesia. Metode
dan teknik sampel yang digunakan yaitu non probability sampling dan convenience
sampling yang menghasilkan sampel
sebanyak 234 responden.
Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode survei daring. Metode analisis data yang digunakan yaitu SEM (Structural
Equation Model) dengan teknik
PLS (Partial Least Square) yang diolah dengan SmartPLS. Temuan hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekuitas merek dan persepsi nilai yang dirasakan. Ekuitas merek dan persepsi nilai yang dirasakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat membeli
kembali. Selanjutnya, ekuitas merek dan persepsi nilai yang dirasakan memediasi parsial positif dan signifikan pada pengaruh hubungan aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli
kembali. Terkecuali, aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap niat membeli
kembali.
Kata Kunci: aktivitas pemasaran
media sosial; ekuitas merek; persepsi nilai yang dirasakan; niat membeli kembali
Abstract
Keywords: social media marketing; brand equity; perceived value; repurchase
intention
Pendahuluan
Salah satu cara
yang dapat dilakukan perusahaan, dilihat dari bagaimana perusahaan mengembangkan identitas yang kuat melalui merek nya
hingga pada level tercapainya
ekuitas merek. Merek sangat penting untuk diperhatikan bagi perusahaan, karena tingkat kesadaran pelanggan terhadap merek merupakan salah satu komponen yang mampu menunjukkan keberhasilan merek dalam menarik
perhatian pelanggan dan meningkatkan citra merek perusahaan. Perusahaan yang
memiliki ekuitas merek yang kuat akan meraih keunggulan
kompetitif, menikmati peluang untuk memperluas
kesuksesan, dan menciptakan
penghalang bagi pesaing untuk masuk
dalam pasar (Severi
& Ling, 2013). Selain
merek yang dapat mengembangkan identitas kuat bagi perusahaan,
adalah persepsi nilai. Persepsi nilai yang dirasakan dapat didefinisikan sebagai penilaian yang dirasakan pelanggan secara keseluruhan terhadap kegunaan produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan (Zeithaml,
1988).
Perusahaan dapat mengembangkan mereknya dan mempertahankan keberlanjutan, dengan perusahaan mampu melihat peluang
pemasaran digital yaitu melalui media sosial. Saat ini, media sosial dinilai cukup berkembang di Indonesia dan
memiliki peluang untuk dijadikan sebagai tempat pemasaran bagi perusahaan yang ingin memasarkan produknya (Fahmi,
Arif, Farisi, & Purnama, 2020). Selain itu,
memudahkan pengguna dalam berkomunikasi dengan pengguna lain. Adanya peningkatan
persaingan bisnis melalui media sosial, memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk memanfaatkan pemasaran di media sosialnya agar
bisa mengembangkan mereknya hingga pada level tercapainya ekuitas merek, juga meningkatkan persepsi nilai yang dirasakan pelanggan sehingga berniat untuk melakukan pembelian kembali.
Adapun fokus pada penelitian ini adalah untuk melihat
pengaruh hubungan aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli kembali,
yang dimediasi oleh ekuitas
merek dan persepsi nilai yang dirasakan. Meskipun penelitian yang berfokus pada niat membeli kembali sudah banyak dilakukan
di Indonesia. Namun, penelitian
yang berfokus pada niat membeli kembali, dengan ekuitas merek dan persepsi nilai yang dirasakan sebagai variabel mediator, dan aktivitas pemasaran media sosial sebagai variabel independen masih jarang dilakukan.
Maka penelitian ini, bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh hubungan aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli
kembali dengan ekuitas merek dan persepsi nilai yang dirasakan sebagai mediasi, sehingga tujuan utama penelitian
ini adalah untuk menutup celah
penelitian tersebut.
Aktivitas pemasaran
media sosial mendorong banyak perusahaan untuk memanfaatkan media sosial, karena melihat aktivitas pemasaran di media sosial yang efektif penting dalam membangun ekuitas merek (Yu & Yuan, 2019). Adanya partisipasi aktif dari perusahaan di media sosial sebagai aktivitas pemasaran tujuannya untuk membangun koneksi nyata dengan pengguna,
dan meningkatkan keuntungan
perusahaan yang pada gilirannya
mengembangkan kesukaan pengguna terhadap merek, maka aktivitas
pemasaran media sosial diharapkan dapat memberikan efek positif pada ekuitas merek (Godey
et al., 2016).
Keng & Ting (2009) bependapat adanya hubungan antara media sosial dengan persepsi
nilai yang dirasakan, dijelaskan bahwa konten yang dihadirkan di media sosial dapat membangun
interaksi, komunikasi, dan partisipasi pengguna mengenai sebuah merek, sehingga membentuk persepsi nilai yang dirasakan pengguna mengenai merek tersebut (Keng & Ting, 2009). Wu & Liang (2009) mengatakan bahwa perusahaan dapat menggunakan media sosial sebagai media pemasaran untuk menciptakan persepsi nilai pengalaman yang dirasakan untuk merangsang nilai dan perasaan pengalaman pengguna (Wu & Liang, 2009). Pernyataan
ini didukung oleh penelitian dari Chen & Lin
(2019) yang mengemukakan aktivitas
pemasaran melalui media sosial didapatkan terciptanya korelasi positif dengan persepsi nilai yang dirasakan (Wu & Liang, 2009).
Armstrong et al., (2014) berargumen
bahwa niat membeli kembali dipengaruhi oleh promosi, karena salah satu tujuan promosi adalah mengingatkan kepada pengguna terhadap produk perusahaan (Armstrong, Adam, Denize, & Kotler, 2014). Pernyataan
ini didukung oleh penelitian dari Tong et al.,
(2020) yang menyatakan bahwa
media sosial sangat cocok untuk berbagi informasi
dalam meningkatkan niat pelanggan untuk melakukan pembelian dengan membuat pelanggan mengingat kembali produk dengan bantuan
promosi di media sosial (Tong, 2020). Kim & Ko (2012) menuturkan bahwa tujuan dari pemasaran
untuk membangun komunikasi yang memfasilitasi perusahaan untuk memberi tahu pengguna
tentang penawaran produk dan pada akhirnya membangkitkan niat pada penawaran tersebut (Kim & Ko, 2012).
Azize et al., (2012) menerangkan bahwa niat membeli
kembali mengacu pada kemungkinan pelanggan dalam menggunakan merek yang sama di masa yang akan datang (Azize, Cemal, &
Hakan, 2012). Ekuitas merek dapat ditingkatkan dengan menerapkan media sosial sebagai media pemasaran, salah satunya seperti memposting di media sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Pather (Pather, 2017); Viswanathan et al., (Viswanathan et al., 2017) berpendapat bahwa adanya keterlibatan pelanggan terhadap postingan di media sosial dapat memengaruhi perilaku pelanggan yaitu berniat untuk
melakukan pembelian secara berulang atau berkala.
Zeithaml et al., (Zeithaml, Berry, & Parasuraman, 1996) mengemukakan bahwa persepsi nilai yang dirasakan merupakan salah satu faktor paling utama dari perilaku
pelanggan pasca pembelian. Gutman (Gutman, 1997) berargumen bahwa persepsi nilai yang dirasakan merupakan tujuan tingkat tinggi yang memotivasi dan mengarahkan perilaku pelanggan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan model SOR, ketika pelanggan memperoleh atau mendapatkan nilai yang mereka inginkan, mereka akan cenderung mengekspresikan tanggapan atau reaksi akhir
positif seperti sikap positif yaitu
berniat untuk melakukan pembelian kembali (Yalin Li, 2015). Chiu et al., (Chiu, Wang, Fang, & Huang, 2014) yang mengatakan bahwa
keputusan akhir untuk berniat melakukan
pembelian kembali didasarkan pada persepsi nilai pengalaman yang dirasakan sebelumnya, apakah pengalaman konsumsi sebelumnya membantu pelanggan untuk mencapai harapannya atau tidak.
Yu & Yuan (Yu & Yuan, 2019) menuturkan bahwa aktivitas pemasaran media sosial mendorong banyak perusahaan untuk memanfaatkan media sosial, karena melihat aktivitas pemasaran di media sosial yang efektif penting dalam membangun ekuitas merek. Ekuitas merek dapat
ditingkatkan dengan menerapkan media sosial sebagai media pemasaran, salah satunya seperti memposting di media sosial atau saling berkolaborasi.
Penelitian yang dilakukan
oleh Pather (Pather, 2017); Viswanathan et al., (Viswanathan et al., 2017) berpendapat bahwa adanya keterlibatan pelanggan terhadap postingan di media sosial dapat memengaruhi perilaku pelanggan yaitu melakukan pembelian secara berulang atau berkala.
Wu & Liang (Wu
& Liang, 2009) mengatakan
bahwa perusahaan dapat menggunakan media sosial sebagai media pemasaran untuk menciptakan persepsi nilai pengalaman yang dirasakan untuk merangsang nilai dan perasaan pengalaman pelanggan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Chiu et al., (Fu,
Ju, & Hsu, 2015) yang mengatakan
bahwa keputusan akhir pelanggan untuk melakukan pembelian kembali didasarkan pada persepsi nilai pengalaman yang dirasakan sebelumnya, apakah pengalaman konsumsi sebelumnya membantu pelanggan mencapai harapannya atau tidak.
H1:
Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif terhadap ekuitas merek.
H2:
Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif terhadap persepsi nilai yang dirasakan.
H3:
Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif terhadap niat membeli kembali.
H4:
Ekuitas merek berpengaruh positif terhadap niat membeli
kembali.
H5:
Persepsi nilai yang dirasakan berpengaruh positif terhadap niat membeli kembali.
H6:
Ekuitas merek berpengaruh positif memediasi aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli kembali.
H7: Persepsi
nilai yang dirasakan berpengaruh positif memediasi aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli
kembali.
Metode Penelitian
Jenis pendekatan
yang digunakan pada penelitian
ini adalah pendekatan kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer. Lokasi penelitian
yang dilakukan yaitu di
Indonesia. Objek yang digunakan
adalah Instagram Erigo. Populasi pada penelitian ini adalah
individu yang mempunyai
Instagram, berumur kurang dari 17 tahun sampai
50 tahun ke atas, dan berdomisili di
Indonesia. Metode dan teknik
sampel yang digunakan yaitu non probability
sampling dan convenience sampling. Penelitian
ini menetapkan ada tiga kriteria
responden yaitu individu yang mengetahui tentang produk Erigo, Erigo mempunyai
Instagram, dan yang telah mengikuti
Instagram Erigo. Penelitian
ini menggunakan 36 indikator sehingga minimal sampel yang digunakan adalah sebesar 36 x 5 = 180 sampel, sedangkan untuk sampel maksimal
yang digunakan adalah sebesar 36 x 10 = 360 sampel. Namun, jumlah sampel
yang berhasil dikumpulkan sebanyak 234 sampel (Hair et al.,
2014).
Metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu metode survei dalam
jaringan (online) melalui
penyebaran angket (kuesioner) menggunakan fitur Google Formulir, dan diberikan atau disebarkan kepada responden melalui pesan langsung media sosial pribadi seperti Instagram, Twitter, Line, dan WhatsApp. Kuesioner yang dibuat berisi serangkaian item pernyataan yang disusun berdasarkan indikator penelitian yang cukup rinci dan jelas. Ketika mengisi kuesioner, responden disediakan beberapa petunjuk yang mana responden tersebut dapat menilai dan memilih skor yang tersedia. Penilaian tersebut disajikan dalam bentuk metode
skala likert. Setiap item pernyataan yang tersedia dalam skala likert ini bersifat tertutup.
Skala likert menggunakan
lima alternatif jawaban
yang diberi bobot Skor 1 =
Sangat Tidak Setuju (STS),
Skor 2 = Tidak Setuju (TS),
Skor 3 = Netral (N), Skor 4 = Setuju
(S), Skor 5 = Sangat Setuju (SS).
Selanjutnya, untuk
mendapatkan hasil yang
valid dan reliabel, perlu dilakukan uji pilot test terlebih
dahulu. Pilot test digunakan
untuk menguji kevalidan dan reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan atau menyebarkan kuesioner tersebut kepada 50 responden dan diolah menggunakan program aplikasi SPSS. Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana data yang dikumpulkan melalui kuesioner mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper, Schindler, & Sun, 2006). Dalam hal ini,
suatu kuesioner dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur serta dapat
mengungkap data dari seluruh indikator penelitian yang diteliti. Adapun pengambilan keputusan
untuk pengujian validitas yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)
= n – 2, dimana n adalah jumlah sampel. Penelitian ini menggunakan sebanyak 50 responden berarti (n – 2 = 50 – 2
= 48). Lebih lanjut, pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel, dengan taraf
atau level signifikansi 5% dengan uji 2 sisi (Bahri, 2018), sehingga dengan df = n - 2 sama dengan df
= 48, yang diperoleh dari r
tabel = 0,279. Jika r hitung
≥ r tabel maka indikator penelitian dapat dinyatakan valid. Begitu sebaliknya, apabila r hitung ≤ r tabel maka indikator
penelitian dapat dinyatakan tidak valid. Setelah pengujian validitas dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui dan mengukur konsistensi
atau tingkat kestabilan responden dalam menjawab variabel penelitian melalui kuesioner (Cooper et al., 2006).
Dalam hal ini, kuesioner dapat dikatakan reliabel jika responden
menjawab dengan cara konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Adapun pengambilan keputusan untuk pengujian reliabilitas yaitu dengan memberikan
nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 (Hair,
Black, Babin, & Anderson, 2014). Dalam hal
ini, jika Cronbach’s
Alpha ≥ 0,6 dapat dikatakan
reliabel. Begitu sebaliknya, jika Cronbach’s
Alpha ≤ 0,6 dapat dikatakan
tidak reliabel.
Teknik analisis
data yang digunakan pada penelitian
ini terdiri dari analisis statistik
deskriptif dan analisis statistik inferensial sebagai metode pengujian yaitu menggunakan metode Structural
Equation Modeling (SEM) dengan teknik Partial Least Square (PLS). Metode pengujian ini diolah menggunakan
program aplikasi SmartPLS. Pertama, analisis deskriptif digunakan untuk memberi deskripsi
atau gambaran profil pribadi responden, dan tanggapan responden terhadap seluruh indikator penelitian. Selain itu, bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dari total responden sebanyak 234 orang, seperti karakteristik jenis kelamin, usia, status, pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, rata-rata pendapatan per bulan, lokasi tempat tinggal,
yang mengetahui produk Erigo, Erigo mempunyai
Instagram, dan yang mengikuti Instagram Erigo. Teknik analisis deskriptif diolah menggunakan program aplikasi
Microsoft Excel untuk mempermudah
menghitung nilai rata-rata (mean)
untuk memberikan deskripsi responden terhadap seluruh indikator penelitian dan karakteristik responden, kemudian menentukan kriteria penilaian variabel. Dalam menentukan kriteria penilaian, didasarkan pada skala likert lima titik indikator yang digunakan pada penelitian ini, yang mana nilai tertinggi 5 dan nilai terendah nya adalah
1.
Selanjutnya analisis
inferensial yaitu menggunakan metode SEM dengan pendekatan PLS. Ada dua langkah dalam
menguji dan menganalisis
data menggunakan SmartPLS
yang terdiri dari pengujian model pengukuran (outer
model) dan pengujian model struktural
(inner model). Haryono (Haryono,
2017) menuturkan
bahwa model pengukuran merupakan bagian dari model SEM yang terdiri dari variabel laten (konstruk) dan beberapa variabel manifest (indikator)
yang menjelaskan variabel
laten tersebut. Tujuan adanya pengujian model pengukuran yaitu ingin menguji dan menganalisis seberapa tepat variabel manifest dapat menjelaskan variabel laten yang ada. Dalam pengujian model pengukuran terdiri dari beberapa langkah
yaitu validitas konvergen, validitas diskriminan, dan uji reliabilitas
(composite reliability). Dalam evaluasi validitas konvergen, dapat dilihat dari nilai
standardized outer loading factor. Standardized outer loading factor menggambarkan nilai perbandingan antara indikator dengan variabel laten. Nilai outer
loading factor dapat dikatakan
ideal dengan nilai ≥ 0,7. Dalam pengalaman empiris penelitian, nilai outer loading factor ≥ 0,5 masih dapat diterima,
bahkan sebagian ahli mentolerir angka minimal 0,4 (Haryono,
2017). Selain
itu, ukuran lainnya dari validitas
konvergen juga dapat diukur dengan menggunakan
average variance extracted (AVE). Nilai AVE menggambarkan
besarnya varian atau keragaman variabel manifest yang dapat dimiliki oleh variabel laten. Penelitian dari Fornell & Larcker (Fornell
& Larcker, 1981); Yamin
& Kurniawan (Yamin
& Kurniawan, 2011) merekomendasikan
penggunaan nilai AVE untuk suatu kriteria
minimal 0,5. Dalam hal ini, nilai AVE dapat dikatakan ideal dan memiliki ukuran validitas konvergen yang baik dengan nilai
≥ 0,5.
Pengujian model pengukuran
yang kedua yaitu validitas diskriminan. Haryono (Haryono,
2017) menyebutkan
bahwa validitas diskriminan dari model pengukuran reflektif dapat dievaluasi melalui fornell larcker criterion maupun heterotrait-monotrait ratio (HTMT). Kedua ukuran ini
merupakan nilai perbandingan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Standar nilai yang digunakan adalah ≥ 0,7 bahkan rekomendasi dari SmartPLS < 0,9 dengan menggunakan kriteria HTMT untuk menilai validitas diskriminan (WIBOWO,
2022). Setelah
mengevaluasi kedua pengujian validitas, langkah selanjutnya melihat internal consistency atau
construct reliability melalui nilai cronbach’s alpha dan
composite reliability (CR). CR mengukur nilai reliabilitas sesungguhnya suatu variabel. Haryono (Haryono,
2017) menyebutkan
bahwa CR dinilai lebih baik dalam
mengukur internal consistency. CR juga dinilai lebih baik
dalam mengestimasi atau mengukur konsistensi
internal suatu variabel (Abdillah,
2018). Standar
nilai yang digunakan adalah ≥ 0,7 dapat diterima, dan nilai ≥ 0,8 sangat memuaskan (Haryono,
2017).
Setelah dilakukan
pengujian model pengukuran dengan menilai validitas dan reliabilitas, selanjutnya dilakukan pengujian model struktural (inner
model). Haryono (Haryono,
2017) mengungkapkan
bahwa model struktural menggambarkan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen dalam sebuah model SEM. Pengujian ini dapat
dievaluasi melalui koefisien jalur (path
coefficient) untuk menguji
dan menganalisis seberapa kuat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, uji kelayakan/kecocokan model (goodness
of fit/GOF) yang terdiri dari
koefisien determinasi/R-Square
(R2) untuk menguji dan menganalisis seberapa besar variabel dependen yang dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya atau variabel
independent, dan relevansi prediktif/Q-Square
(Q2).
Pengujian koefisien
jalur dapat dilakukan dengan teknik atau pendekatan
analisis bootstrapping. Pendekatan
bootstrapping merepresentasi untuk
menguji dan menganalisis ketepatan dari model struktrual. Pengujian koefisien
jalur dapat digunakan untuk pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji signifikansi atau menganalisis seberapa kuat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen atau bisa
juga disebut pengujian pengaruh langsung. Adapun pengambilan keputusan untuk menerima ataupun menolak sebuah hipotesis didasarkan pada (p-value) dan (t-value) atau t-statistik. Standar nilai yang digunakan atau kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah jika nilai
signifikansi t-statistik
> 1,96 dan atau nilai p–value
< 0,05 pada taraf atau
level signifikansi 5% (α 5%), artinya
terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Begitu sebaliknya, jika nilai t-statistik
< 1,96 dan atau nilai
p-value > 0,05 pada taraf atau
level signifikansi 5% (α 5%), artinya
tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen (Abdillah,
2018).
Jogiyanto (Jogiyanto,
2011) menuturkan
bahwa pengujian model struktural dalam SEM-PLS dapat dievaluasi melalui nilai koefisien
determinasi (R2) untuk menguji dan menganalisis seberapa besar variabel dependen yang dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya atau variabel independen.
Chin (1998) menyebutkan hasil
R2 sebesar 0,67 ke
atas menunjukkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen, tergolong dalam kategori model baik dan layak. Apabila hasilnya sebesar 0,33 – 0,67 maka tergolong dalam kategori model moderat atau sedang,
dan apabila hasilnya sebesar 0,19 – 0,33 maka tergolong dalam kategori model lemah. Pengujian nilai R2 dapat digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan antar variabel. Selanjutnya ada pengujian goodness of fit (GOF) yang dapat dievaluasi melalui nilai relevansi
prediktif (Q2). Nilai Q-Square memiliki arti yang sama dengan R-Square. Nilai Q2 dapat dihitung berdasarkan R2 dari
masing-masing variabel dependen.
Ghozali & Latan (2015) menerangkan kriteria sebuah model berdasarkan Q2
yaitu jika nilai Q2 0,35 ke
atas maka tergolong dalam kategori model kuat, jika nilai Q2 0,15
– Q2 0,35 maka tergolong
dalam kategori model moderat atau sedang,
jika nilai Q2
0,02 – Q2 0,15 maka tergolong dalam kategori model lemah. Selain itu juga berpendapat bahwa, jika Q2 > 0 menunjukkan
model yang memiliki relevansi
prediktif, sedangkan jika Q2 < 0 menunjukkan
model yang kurang memiliki relevansi prediktif. Selanjutnya ada pengujian T
yang bertujuan untuk merekapitulasi hasil pengujian hipotesis. Pengujian ini
dapat digunakan untuk menganalisis seberapa kuat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. (Ghozali,
2016) berargumen
bahwa pada pengujian hipotesis dapat dikatakan signifikan ketika nilai t-statistik lebih dari atau di atas
1,96 sedangkan jika nilai t-statistik kurang dari atau
di bawah 1,96 maka dianggap tidak signifikan.
Hasil
Profil Responden
Berikut ini adalah profil dari
234 responden pada penelitian
ini yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Profil Responden
Pernyataan |
Total |
Percentage (%) |
Gender: - Laki-laki - Perempuan |
104 130 |
44,4% 55,6% |
Usia: - <17
tahun - 17
-30 tahun - 31-40
tahun |
2 231 1 |
0,9% 98,7% 0,4% |
Status: - Belum
Menikah - Menikah |
223 11 |
95,3% 4,7% |
Pendidikan
Terakhir: - SMP
Sederajat - SMA
Sederajat - Diploma - S1
Sederajat - S2
Sederajat |
2 147 14 70 1 |
0,9% 62,8% 6% 29,9% 0,4% |
Pekerjaan: - Mahasiswa/Pelajar - PNS - Pegawai Swasta - Wiraswasta - Dosen/Guru - Ibu Rumah Tangga - Freelance - Barista - Sanitarian - Karyawan BUMN - Pelaut - Karyawan Retail - Honorer Puskesmas - Fresh
Graduate - Telemarketing |
185 3 20 10 5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 |
79,06% 1,28% 8,55% 4,27% 2,14% 0,43% 0,85% 0,43% 0,43% 0,43% 0,43% 0,43% 0,43% 0,43% 0,43% |
Rata-rata Penghasilan
Per Bulan - Belum
Berpenghasilan - <Rp1.000.000 - Rp1.000.000-Rp5.000.000 - Rp5.100.000-Rp10.000.000 - Rp10.100.000-Rp15.000.000 - >Rp20.000.000 |
128 26 67 10 2 1 |
54,7% 11,1% 28,6% 4,3% 0,9% 0,4% |
Lokasi - Jawa - Sumatera - Kalimantan - Sulawesi - Papua - Bali - Nusa Tenggara |
186 30 8 3 1 1 5 |
79,4% 13% 3,4% 1,3% 0,4% 0,4% 2,1% |
Uji Validitas
Validitas Konvergen
Berdasarkan hasil
uji yang dilakukan dari seluruh indikator pada penelitian ini telah memiliki nilai outer loading factor lebih
dari atau di atas 0,7 dan nilai average variance extracted (AVE) menunjukkan angka lebih dari atau
di atas 0,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian menunjukkan seluruh indikator pada penelitian ini dapat dinyatakan
memiliki nilai validitas konvergen yang baik, serta membuktikan
bahwa validitas konvergen dari seluruh indikator adalah valid.
Tabel 2.
Convergent
Validity
Konstruk & Item |
Outer
Loading Factor |
Entertainment
(ENT) (AVE = 0,755) [ENT1]: Melihat media sosial Instagram milik
Erigo menyenangkan bagi saya. [ENT2]:
Konten yang disediakan oleh Erigo
di media sosial Instagram terlihat
menarik. [ENT3]:
Saya merasa bahwa iklan di media sosial Instagram Erigo menghibur. |
0,860 0,880 0,866 |
Interaction
(INT) (AVE = 0,640) [INT1]: [INT2]: [INT3]: |
0,819 0,778 0,802 |
Word of Mouth
(WOM) (AVE = 0,811) [WOM1]:
Saya akan merekomendasikan teman-teman saya untuk mengunjungi
media sosial Instagram Erigo. [WOM2]:
Saya akan merekomendasikan teman-teman
dan keluarga saya untuk membeli produk Erigo melalui Media sosial Instagram. [WOM3]:
Saya sering berbagi pengalaman dan cerita saya mengenai
produk Erigo dengan teman-teman dan keluarga di media sosial
Instagram. |
0,914 0,930 0,856 |
Trendiness
(TREN) (AVE
= 0,786) [TREN1]:
Konten yang ditampilkan oleh Erigo
melalui akun Instagram mereka selalu baru. [TREN2]:
Media sosial Instagram
Erigo benar-benar menjadi trendi. [TREN3]:
Konten yang ada di media sosial
Instagram Erigo adalah tren terbaru. |
0,885 0,877 0,898 |
Customization
(CUSTOM) (AVE
= 0,820) [CUSTOM1]:
Informasi yang saya butuhkan
dapat ditemukan pada
media sosial Instagram Erigo. [CUSTOM2]:
Media sosial
Instagram milik Erigo menyediakan layanan yang disesuaikan. |
0,901 0,910 |
Personalization (PERSON) (AVE
= 0,763) [PERSON1]:
Media sosial
Instagram Erigo menyediakan
fasilitas pembelian barang sesuai kebutuhan saya. [PERSON2]:
Saya merasa kebutuhan gaya hidup saya terpenuhi
dengan media sosial
Instagram Erigo. [PERSON3]:
Media sosial
Instagram Erigo memfasilitasi
tentang pencarian informasi yang saya butuhkan. |
0,866 0,857 0,897 |
Perceived
Value (PV) (AVE
= 0,724) [PV1]:
Produk dari Erigo dianggap sebagai pembelian yang baik. [PV2]:
Produk Erigo bermanfaat bagi saya. [PV3]:
Mengikuti media sosial Instagram Erigo
bermanfaat bagi saya. |
0,817 0,880 0,855 |
Brand
Equity (BE)
(AVE = 0,873) [BE1]:
Jika merek serupa memiliki penawaran yang sama, saya tetap lebih
tertarik penawaran dari Erigo. [BE2]:
Jika ada merek serupa yang mengeluarkan koleksi produk terbaru, saya tetap menyukai
Erigo. [BE3]:
Jika layanan yang
diberikan oleh merek serupa tidak berbeda dari merek Erigo, maka saya tetap
memilih Erigo. |
0,918 0,946 0,939 |
Brand
Image (BI) (AVE
= 0,771) [BI1]:
Media sosial
Instagram Erigo memiliki citra yang membedakan dibandingkan dengan merek serupa lainnya. [BI2]:
Media sosial
Instagram Erigo memiliki citra yang bagus. [BI3]:
Media sosial
Instagram Erigo merupakan
media sosial yang berorientasi
pada pelanggan. |
0,882 0,889 0,865 |
Brand
Awareness
(BA) (AVE = 0,793) [BA1]:
Merek Erigo ini sangat terkenal. [BA2]:
Saya dapat dengan cepat mengingat simbol atau logo media sosial
Instagram Erigo. |
0,854 0,926 |
Repurchase
Intention
(RI) (AVE = 0,774) [RI1]:
Saya berniat untuk membeli kembali produk Erigo di kehidupan saya. [RI2]:
Niat saya adalah untuk mengunjungi dan melihat media sosial Instagram Erigo jika suatu
saat saya ingin membeli pakaian. [RI3]:
Saya akan terus memakai produk Erigo di masa yang akan datang. |
0,895 0,837 0,905 |
Playfulness (PLAY) (AVE = 0,893) [PLAY1]:
Saat melihat media sosial
Instagram Erigo, saya merasa senang dengan konsep feeds yang
disuguhkan. [PLAY2]:
Saya merasa senang saat melihat
media sosial Instagram Erigo
karena konten setiap produk yang ditampilkan selalu terkonsep. |
0,957 0,932 |
Aesthetics
(AEST) (AVE
= 0,712) [AEST1]:
Ketersediaan pemilihan warna
yang banyak pada setiap produk Erigo dapat menarik keinginan saya untuk membeli dalam jumlah banyak. [AEST2]:
Estetika di media sosial Instagram Erigo dipengaruhi oleh pemilihan tone foto yang
baik. [AEST3]:
Desain produk Erigo dapat menjadi
keunggulan tersendiri bila sesuai dengan
tren budaya dan sosial. |
0,819 0,853 0,859 |
Berdasarkan hasil
uji yang dilakukan nilai satu variabel memiliki
nilai yang lebih besar dari variabel
lainnya yaitu lebih dari atau
di atas 0,7 bahkan kurang dari atau
di bawah 0,9. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai dari seluruh variabel pada penelitian ini dinyatakan memiliki nilai validitas diskriminan yang baik, serta membuktikan bahwa validitas diskriminan dari seluruh variabel adalah valid.
Tabel 3. Discriminant Validity
(Fornell Larcker Criterion)
Variabel |
Ekuitas Merek |
Persepsi Nilai |
Niat Membeli
Kembali |
Pemasaran Media Sosial |
||
Ekuitas Merek |
0,934 |
|
|
|||
Persepsi Nilai |
0,682 |
0,851 |
|
|
||
Niat Membeli
Kembali |
0,705 |
0,715 |
0,880 |
|
||
Pemasaran Media Sosial |
0,688 |
0,766 |
0,654 |
0,731 |
||
Tabel 4.
Validitas Diskriminan
(Heterotrait-Monotrait Ratio)
Variabel |
Ekuitas Merek |
Persepsi Nilai |
Niat Membeli
Kembali |
Pemasaran Media Sosial |
||
Ekuitas Merek |
|
|
|
|||
Persepsi Nilai |
0,786 |
|
|
|
||
Niat Membeli
Kembali |
0,789 |
0,860 |
|
|
||
Pemasaran Media Sosial |
0,729 |
0,871 |
0,727 |
|
||
Uji Reliabilitas (Composite Reliability)
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan nilai dari seluruh variabel pada penelitian ini dalam pengujian reliabilitas baik
menggunakan Cronbach’s Alpha
maupun CR memiliki nilai lebih dari atau di atas 0,7 bahkan lebih dari atau di
atas 0,8. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai dari seluruh variabel pada penelitian ini dinyatakan
dapat diterima dan sangat memuaskan, serta membuktikan bahwa uji reliabilitas
dari seluruh variabel pada
penelitian ini adalah reliabel, sehingga dapat dilanjutkan untuk menguji model
struktural.
Tabel 5.
Uji Reliabilitas (Construct Reliability)
Variabel |
Cronbach's
Alpha |
Composite
Reliability |
|
|
Ekuitas Merek |
0,927 |
0,954 |
||
Persepsi Nilai |
0,809 |
0,887 |
|
|
Niat Membeli
Kembali |
0,853 |
0,911 |
|
|
Pemasaran Media Sosial |
0,945 |
0,951 |
|
|
Koefisien Jalur (Pengujian Pengaruh Langsung)
Tabel 6. Path Coeffieient
Hipotesis |
Original
Sample (O) |
T-Statistics |
P-Values |
Keterangan |
H1: Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek. |
0,688 |
20,628 |
0,000 |
Diterima |
H2: Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh signifikan terhadap persepsi nilai yang dirasakan. |
0,766 |
22,003 |
0,000 |
Diterima |
H3: Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh signifikan terhadap niat membeli kembali. |
0,109 |
1,616 |
0,107* |
Ditolak |
H4: Ekuitas merek berpengaruh signifikan terhadap niat membeli kembali. |
0,374 |
5,330 |
0,000 |
Diterima |
H5: Persepsi nilai yang dirasakan berpengaruh signifikan terhadap niat membeli kembali. |
0,376 |
5,000 |
0,000 |
Diterima |
Pengujian Pengaruh Tidak Langsung
Tabel 7. Specific Indirect Effect
Hipotesis |
Original
Sample (O) |
T-Statistics |
P-Values |
Keterangan |
H6: Ekuitas merek memediasi signifikan
pada aktivitas pemasaran
media sosial terhadap niat membeli kembali. |
0,257 |
5,154 |
0,000 |
Diterima |
H7: Persepsi nilai yang dirasakan memediasi signifikan pada aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli kembali. |
0,289 |
4,920 |
0,000 |
Diterima |
Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil
uji yang dilakukan nilai R2
pada variabel ekuitas
merek dan persepsi nilai yang dirasakan adalah sebesar 0,473 dan 0,588 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ekuitas merek dan persepsi nilai yang dirasakan dapat dipengaruhi oleh variabel aktivitas pemasaran media sosial sebesar 47,3% dan 58,8% sedangkan
sisanya 52,7% dan 41,2% dijelaskan
oleh variabel lain di luar penelitian ini. Kemudian, nilai R2 pada
variabel niat membeli kembali adalah sebesar 0,603 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel niat membeli
kembali dapat dipengaruhi oleh variabel ekuitas merek dan variabel persepsi nilai yang dirasakan sebesar 60,3% sedangkan sisanya 39,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga variabel
dependen ini termasuk golongan dalam kategori model moderat atau sedang.
Tabel
8. Nilai R2 Variabel Dependen (R-Square)
Variabel |
R
Square |
R
Square Adjusted |
Ekuitas Merek |
0,473 |
0,471 |
Persepsi
Nilai |
0,588 |
0,586 |
Niat Membeli Kembali |
0,603 |
0,598 |
Relevansi Prediktif
Perhitungan Q2 dilakukan dengan rumus:
Q2 = 1 – (1 – R12) x (1 – R22)
x (1 – R32)
Di mana R12,
R22, R32 adalah R2
variabel dependen. Besaran Q2 memiliki nilai dengan
rentang 0 < Q2 < 1, di mana semakin mendekati 1 berarti
semakin baik. Dengan demikian, nilai Q2 diperoleh sebagai
berikut:
Q2 = 1 – (1 – 0,473) x
(1 – 0,588) x (1 – 0,603)
Q2 = 0,914
Berdasarkan hasil
dari perhitungan tersebut, didapatkan nilai Q2 sebesar
0,914 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh total dari variabel komponen
aktivitas pemasaran media sosial terhadap variabel niat membeli
kembali melalui variabel ekuitas merek dan variabel persepsi nilai yang dirasakan adalah sebesar 91,4% sedangkan sisanya 8,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini, sehingga model yang terbentuk dapat dikatakan memiliki relevansi prediktif yang tergolong dalam kategori kuat.
Pembahasan
1.
Pengaruh Hubungan
Aktivitas Pemasaran Media Sosial Terhadap Ekuitas Merek
Pada hipotesis 1 ditemukan hasil bahwa
terdapat pengaruh hubungan antara aktivitas pemasaran media sosial terhadap
ekuitas merek yang menghasilkan nilai t-statistik 20,628 dan p-value 0,000 yang artinya hipotesis tersebut didukung. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan aktivitas pemasarannya di media
sosial, maka akan meningkatkan dan memengaruhi ekuitas merek perusahaan
tersebut menjadi lebih dikenal dan diingat oleh pengguna.
Temuan hasil pada
penelitian ini sesuai dan didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Koay et al., (2020); Aji et al., (2020) yang menunjukkan bahwa aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekuitas merek. Dengan demikian,
hipotesis 1 yang menyatakan “Aktivitas pemasaran yang dilakukan Perusahaan Erigo di media sosial Instagram berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ekuitas merek Perusahaan Erigo”.
2.
Pengaruh Hubungan
Aktivitas Pemasaran Media Sosial Terhadap Persepsi Nilai Yang Dirasakan
Pada hipotesis 2 ditemukan hasil bahwa terdapat
pengaruh hubungan antara aktivitas pemasaran media sosial terhadap persepsi
nilai yang dirasakan yang menghasilkan nilai t-statistik 22,003 dan p-value 0,000 yang artinya hipotesis tersebut didukung. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan aktivitas pemasarannya di media
sosial, maka akan meningkatkan dan memengaruhi persepsi nilai yang dirasakan pengguna
terhadap perusahaan.
Temuan hasil pada
penelitian ini sesuai dan didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Chen & Lin (Wenjun Li et al., 2019) yang menunjukkan bahwa aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap persepsi nilai yang dirasakan. Dengan demikian,
hipotesis 2 yang menyatakan “Aktivitas pemasaran yang dilakukan Perusahaan Erigo di media sosial Instagram berpengaruh positif dan
signifikan terhadap persepsi nilai yang dirasakan pengguna terhadap
Instagram Erigo.
3.
Pengaruh Hubungan Aktivitas
Pemasaran Media Sosial Terhadap Niat Membeli Kembali
Pada hipotesis 3 ditemukan hasil bahwa tidak
terdapat pengaruh hubungan signifikan antara aktivitas pemasaran media sosial
terhadap niat membeli kembali yang menghasilkan nilai t-statistik 1,616 dan p-value 0,107 yang artinya hipotesis tersebut tidak didukung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan aktivitas
pemasarannya di media sosial, maka belum tentu akan
memengaruhi dan meningkatkan pelanggan untuk berniat dalam
melakukan pembelian kembali.
Temuan hasil pada
penelitian ini sesuai dan didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Indriyanti
& Nathalia (2022);
Wardi
(2022) yang menunjukkan bahwa aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap niat membeli kembali. Dengan demikian, hipotesis 3 yang menyatakan “Aktivitas pemasaran yang
dilakukan Perusahaan Erigo di media sosial Instagram
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap niat pelanggan untuk berniat dalam melakukan pembelian kembali.
4.
Pengaruh Hubungan
Ekuitas Merek Terhadap Niat Membeli Kembali
Pada hipotesis 4 ditemukan hasil bahwa terdapat pengaruh hubungan antara
ekuitas merek terhadap niat membeli kembali yang menghasilkan nilai t-statistik
5,330 dan p-value 0,000 yang artinya hipotesis
tersebut didukung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ekuitas merek perusahaan, maka
akan meningkatkan dan memengaruhi niat pelanggan untuk melakukan pembelian
kembali.
Temuan hasil pada penelitian ini sesuai dan didukung dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Pather (Pather, 2017); Chung & Ho (2020) yang menunjukkan
bahwa ekuitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat
membeli kembali. Dengan demikian, hipotesis 4 yang menyatakan “Ekuitas merek Perusahaan Erigo berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat
pelanggan untuk melakukan pembelian kembali.
5.
Pengaruh Hubungan
Persepsi Nilai Yang Dirasakan Terhadap Niat Membeli Kembali
Pada hipotesis 5 ditemukan hasil bahwa
terdapat pengaruh hubungan antara persepsi nilai yang dirasakan terhadap niat
membeli kembali yang menghasilkan nilai t-statistik 5,000 dan p-value 0,000 yang artinya hipotesis tersebut didukung. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan pelanggan terhadap
perusahaan itu positif, maka akan meningkatkan dan memengaruhi niat pelanggan
untuk melakukan pembelian
kembali.
Temuan hasil pada
penelitian ini sesuai dan didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ali & Bhasin (2019) yang menunjukkan bahwa persepsi nilai yang
dirasakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat membeli kembali. Dengan demikian, hipotesis
5 yang menyatakan “Persepsi nilai yang dirasakan pelanggan terhadap Instagram Erigo berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat
pelanggan untuk melakukan pembelian kembali.
6.
Pengaruh Hubungan
Ekuitas Merek Sebagai Variabel Mediator Aktivitas Pemasaran Media Sosial
Terhadap Niat Membeli Kembali
Pada hipotesis 6 ditemukan hasil bahwa
terdapat pengaruh hubungan ekuitas merek sebagai variabel mediator pada
aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli kembali yang
menghasilkan nilai t-statistik 5,154 dan p-value
0,000 yang artinya hipotesis tersebut didukung. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi ekuitas merek perusahaan, maka akan meningkatkan dan
memengaruhi niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali, dengan perusahaan
melakukan aktivitas pemasarannya di media sosial secara maksimal.
Temuan hasil pada
penelitian ini sesuai dan didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Chung & Ho (2020); Koay
et al., (2020); Aji et al., (2020) yang menunjukkan
bahwa ekuitas merek memediasi positif dan signifikan pada aktivitas
pemasaran media sosial terhadap niat pelanggan untuk melakukan pembelian
kembali. Dengan demikian, hipotesis 6 yang menyatakan “Ekuitas merek Perusahaan Erigo memediasi parsial positif dan signifikan pada aktivitas
pemasaran yang dilakukan Perusahaan Erigo di media
sosial Instagram terhadap niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali”.
7.
Pengaruh Hubungan
Persepsi Nilai Yang Dirasakan Sebagai Variabel Mediator Aktivitas Pemasaran
Media Sosial Terhadap Niat Membeli Kembali
Pada hipotesis 7 ditemukan hasil bahwa
terdapat pengaruh hubungan persepsi nilai yang dirasakan sebagai variabel
mediator pada aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli kembali
yang menghasilkan nilai t-statistik 4,920 dan p-value 0,000 yang artinya hipotesis tersebut didukung. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan pelanggan terhadap
perusahaan, maka akan meningkatkan dan memengaruhi niat pelanggan untuk
melakukan pembelian kembali, dengan perusahaan melakukan aktivitas pemasarannya
di media sosial secara maksimal.
Temuan hasil pada
penelitian ini sesuai dan didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Chen & Lin (2019); Ali & Bhasin (2019) yang menunjukkan bahwa persepsi nilai
yang dirasakan memediasi positif dan signifikan pada aktivitas pemasaran
media sosial terhadap niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali. Dengan demikian,
hipotesis 7 yang menyatakan “Persepsi nilai yang dirasakan pelanggan terhadap
Instagram Erigo memediasi parsial positif dan
signifikan pada aktivitas pemasaran yang dilakukan Perusahaan Erigo di Instagram terhadap niat pelanggan untuk
melakukan pembelian kembali”.
1. Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekuitas merek. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
aktivitas pemasaran yang dilakukan Perusahaan Erigo di Instagram,
maka akan meningkatkan dan memengaruhi ekuitas merek Perusahaan Erigo.
2. Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi nilai yang dirasakan. Hal ini dapat diartikan
bahwa semakin tinggi aktivitas pemasaran yang dilakukan
Perusahaan Erigo di Instagram, maka
akan meningkatkan dan memengaruhi persepsi nilai yang dirasakan pelanggan terhadap Instagram Erigo.
3. Aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap niat membeli
kembali. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
aktivitas pemasaran yang dilakukan Perusahaan Erigo di Instagram,
maka belum tentu akan meningkatkan
dan memengaruhi niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali.
4. Ekuitas merek berpengaruh
positif dan signifikan terhadap niat membeli
kembali. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
ekuitas merek Perusahaan Erigo, maka akan
meningkatkan dan memengaruhi
niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali.
5. Persepsi nilai yang dirasakan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat membeli kembali.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan pelanggan terhadap Instagram Erigo, maka akan meningkatkan
dan memengaruhi niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali.
6. Ekuitas merek memediasi
parsial positif dan signifikan pada aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli
kembali. Hal ini dapat diartikan ekuitas merek Perusahaan Erigo berpengaruh memediasi pada aktivitas pemasaran yang dilakukan
Perusahaan Erigo di Instagram, yang akan meningkatkan dan memengaruhi niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali.
7. Persepsi nilai yang dirasakan
memediasi parsial positif dan signifikan pada aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat membeli kembali.
Hal ini dapat diartikan persepsi nilai yang dirasakan pelanggan terhadap Instagram Erigo berpengaruh memediasi pada aktivitas pemasaran yang dilakukan Perusahaan Erigo di Instagram,
yang akan meningkatkan dan memengaruhi niat pelanggan untuk melakukan pembelian kembali.
Abdillah, Willy. (2018). Metode
Penelitian Terpadu Sistem Informasi: Permodelan Teoritis, Pengukuran dan
Pengujian Statistis.
Armstrong, Gary, Adam, Stewart, Denize,
Sara, & Kotler, Philip. (2014). Principles of marketing. Pearson
Australia.
Azize, žahin, Cemal, Zehir, & Hakan,
Kitapccedil. (2012). The effects of brand experience and service quality on
repurchase intention: The role of brand relationship quality. African
Journal of Business Management, 6(45), 11190–11201.
Chiu, Chao‐Min, Wang, Eric T. G., Fang,
Yu‐Hui, & Huang, Hsin‐Yi. (2014). Understanding customers’ repeat purchase
intentions in B2C e‐commerce: the roles of utilitarian value, hedonic value and
perceived risk. Information Systems Journal, 24(1), 85–114.
Cooper, Donald R., Schindler, Pamela S.,
& Sun, Jianmin. (2006). Business research methods (Vol. 9).
Mcgraw-hill New York.
Fahmi, Muhammad, Arif, Muhammad, Farisi,
Salman, & Purnama, Nadia Ika. (2020). Peran brand image dalam memediasi
pengaruh social media marketing terhadap repeat purchase pada fast-food
restaurant di kota medan. Jurnal Samudra Ekonomi Dan Bisnis, 11(1),
53–68.
Fornell, Claes, & Larcker, David F.
(1981). Evaluating structural equation models with unobservable variables and
measurement error. Journal of Marketing Research, 18(1), 39–50.
Fu, Jen Ruei, Ju, Pei Hung, & Hsu,
Chiung Wen. (2015). Understanding why consumers engage in electronic
word-of-mouth communication: Perspectives from theory of planned behavior and
justice theory. Electronic Commerce Research and Applications, 14(6),
616–630. https://doi.org/10.1016/j.elerap.2015.09.003
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis
Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Godey, Bruno, Manthiou, Aikaterini,
Pederzoli, Daniele, Rokka, Joonas, Aiello, Gaetano, Donvito, Raffaele, &
Singh, Rahul. (2016). Social media marketing efforts of luxury brands:
Influence on brand equity and consumer behavior. Journal of Business
Research, 69(12), 5833–5841.
Gutman, Jonathan. (1997). Means–end chains
as goal hierarchies. Psychology & Marketing, 14(6), 545–560.
Hair, Joseph F., Black, William C., Babin,
Barry J., & Anderson, Rolph E. (2014). Multivariate data analysis: Pearson
new international edition. Essex: Pearson Education Limited, 1(2).
Haryono, Siswoyo. (2017). Metode SEM untuk
penelitian manajemen dengan AMOS LISREL PLS. Luxima Metro Media, 450.
Jogiyanto, J. (2011). Konsep dan
Aplikasi SEM berbasis varian dalam penelitian bisnis. UPPSTIMYPKN.
Keng, Ching‐Jui, &
Ting, Hui‐Ying. (2009). The acceptance of blogs: using a
customer experiential value perspective. Internet Research.
Kim, Angella J., & Ko, Eunju. (2012).
Do social media marketing activities enhance customer equity? An empirical
study of luxury fashion brand. Journal of Business Research, 65(10),
1480–1486.
Li, Wenjun, Su, Hai Nan, Pu, Yang, Chen,
Jun, Liu, Lu Ning, Liu, Qi, & Qin, Song. (2019). Phycobiliproteins:
Molecular structure, production, applications, and prospects. Biotechnology
Advances, 37(2), 340–353.
https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.2019.01.008
Li, Yalin. (2015). Impact of impulsive
buying behavior on postimpulsive buying satisfaction. Social Behavior and
Personality: An International Journal, 43(2), 339–351.
Pather, Pravenshi. (2017). Brand equity as
a predictor of repurchase intention of male branded cosmetic products in South
Africa. Business & Social Sciences Journal, 2(1), 1–23.
Severi, Erfan, & Ling, Kwek Choon.
(2013). The mediating effects of brand association, brand loyalty, brand image
and perceived quality on brand equity. Asian Social Science, 9(3),
125.
Tong, Thomas Kevin Putra Bawono. (2020).
Analisa pengaruh social media marketing terhadap repurchase intention melalui
brand trust sebagai variabel mediasi pada instagram adidas Indonesia di
Surabaya. Jurnal Strategi Pemasaran, 7(1), 10.
Viswanathan, Vijay, Hollebeek, Linda D.,
Malthouse, Edward C., Maslowska, Ewa, Jung Kim, Su, & Xie, Wei. (2017). The
dynamics of consumer engagement with mobile technologies. Service Science,
9(1), 36–49.
Wibowo, Winda Pramudyawardani. (2022). Pengaruh
Difusi Inovasi Terhadap Kinerja Ukm Dengan Adopsi Inovasi Sebagai Variabel
Pemediasi (Studi pada Usaha Kecil Menengah Serat Alam Di Kabupaten Kulon Progo).
UPN’Veteran" Yogyakarta.
Wu, Cedric Hsi Jui, & Liang, Rong Da.
(2009). Effect of experiential value on customer satisfaction with service
encounters in luxury-hotel restaurants. International Journal of Hospitality
Management, 28(4), 586–593.
Yamin, Sofyan, & Kurniawan, Heri.
(2011). Generasi baru mengolah data penelitian dengan partial least square path
modeling. Jakarta: Salemba Infotek.
Yu, Xiaolei, & Yuan, Chunlin. (2019).
How consumers’ brand experience in social media can improve brand perception
and customer equity. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics.
Zeithaml, Valarie A. (1988). Consumer
perceptions of price, quality, and value: a means-end model and synthesis of
evidence. Journal of Marketing, 52(3), 2–22.
Zeithaml, Valarie A., Berry, Leonard L.,
& Parasuraman, Ananthanarayanan. (1996). The behavioral consequences of
service quality. Journal of Marketing, 60(2), 31–46.
Copyright holder: Razuliah Milatalata,
Arif Hartono (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |