Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.11, November 2022
Aliya Fitriana Nafila, Elfrida Viesta Napitupulu
Program
Pasca Sarjana Program Studi Magister
Manajemen Institut Bisnis Dan Informatika Kwik
Kian Gie
Email : [email protected],
[email protected]
Banyaknya
produk skincare yang ada di pasar mengakibatkan
persaingan antar brand skincare
di Indonesia. Strategi pemasaran dalam meningkatkan penjualan pun harus
dipikirkan agar dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu
produk skincare. Kepercayaan dan penggunaan media
sosial juga dapat menjadi faktor dalam memperngaruhi
keputusan konsumen dalam memilih barang/produk yang bagus. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh celebrity endorser dan brand image skincre dari
Korea terhadapat keputusan pembelian dan kepuasan
konsumen dengan menggunakan sosial media seperti Instagram. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan
kuesioner kepada 149 responden sebagai sempel, akan
tetapi hanya 133 responden yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Populasi
dalam penelitian ini merupakan followers instagram yang melakukan pembelian skincare
karena menyukai celebrity
brand Korea tersebut. Pengambilan sampel ini dapat
berdasarkan dari metode purposive sampling. Data skunder di ambil degan studi kepustakaan, seperti jurnal,
makalah, e-book, majalah, dan lainnya. Data primer yang
terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis regresi linier berganda dengan Software SPSS 25. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa celebrity endorser
dapat berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil ini
dapat digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan image
brand dengan menggunakan celebrity endorses
yang berpengaruh dan dapat menarik perhatian konsumen yang biasanya di
tampilkan di Instagram sebagai media promosi brand � brand skincare dari korea.
Kata Kunci : Celebrity endorser, Image brand, Instagram, Keputusan pembeli, Strategi
The number of skincare
products on the market has resulted in competition between skincare brands in Indonesia. Marketing strategies in increasing sales must also
be considered in order to influence consumer
decisions in buying a skincare product. Trust and use of
social media can also be a factor
in influencing consumer decisions in choosing good goods/products.
Therefore, this study aims to analyze
the influence of celebrity endorsers
and brand image skincre from
Korea on purchasing decisions and consumer
satisfaction using social media such as Instagram. This research was
conducted using a quantitative approach by distributing questionnaires to 149 respondents as a sample, but only 133 respondents
could be used in this study. The population in this study are
Instagram followers who buy skincare because
they like the Korean celebrity
brand. This sampling can be based
on the purposive
sampling method. Secondary
data is taken by studying literature,
such as journals, papers, e-books, magazines, and others. The primary data collected was then
analyzed by multiple linear regression analysis with SPSS 25 software. The results of this study indicate
that celebrity endorsers can significantly
influence purchasing decisions. These results can be
used as a strategy to improve brand
image by using celebrity endorsements that are influential and can attract the
attention of consumers who are usually displayed on Instagram as a medium for promoting Korean skincare brands.
Keywords: Celebrity endorser, Image brand, Instagram, Buyer's decision, Strategy
Sekarang ini
perkembangan gaya hidup masyarakat banyak berubah hal ini juga dikarenakan
globalisasi, Industri kecantikan mengalami peningkatan yang terus menerus
menurut Kementrian Perindustrian peningkatan terjadi
sudah sejak lama, Kemenprin mencatat pertumbuhan
tujuh persen sepanjang tahun 2019. Kementerian
Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri kosmetik di atas sembilan persen
pada tahun 2020. Pertumbuhan yang
ada berlandaskan pada luasnya variasi jenis kosmetik serta
personal care. Menurut Kemenperin
ekspor produk kosmetik nasional tahun lalu mencapai US$ 600 juta. Angka
tersebut, lebih tinggi dibanding capaian 2018 sebesar US$ 556,36 juta. Di Indonesia
industry kecantikan serta perawatan terhadap diri diperkirakan mencapai US$ 6.03 miliar pada 2019. Angka
tersebut, akan tumbuh menjadi USS 8,46 miliar pada 2022 dengan Rata-rata, total
belanja masyarakat Indonesia untuk kebutuhan kosmetik dan perawatan diri masih
US$ 20 per kapita. Hal ini disampaikan oleh Kemenperin.
Saat ini hubungan perdagangan antara
Indonesia dan Korea Selatan mengalami kondisi fluktuatif, hal ini tidak dapat stabil selalu meningkat tentu sempat mengalami
penurunan juga. Kedua negara sepakat untuk terus berupaya menjaga nilai
perdagangan yang terjalin, hal ini dapat dilihat dari kedua kepala
negara saling mengunjungi. Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi Korea
Selatan pada 10 September 2018, disambut dengan baik oleh Presiden Moon Jae-in di Istana Chang Deok Goong.
Kunjungan tersebut termasuk dalam memperingati 45 tahun hubungan diplomatic Indonesia-Korea Selatan. Keduanya sepakat untuk
menandatangani MoU investasi ke Indonesia sebesar US$6,2 miliar dalam bentuk 6
nota kesepahaman. Selain itu, mereka menargetkan nilai perdagangan kedua negara
dengan nilai US$30 miliar pada tahun 2022.
Gambar 1.1 Popularitas
Korean Beauty di Dunia Tahun 2020
Menurut survei
popularitas global konten budaya Korea Selatan pada tahun 2020, produk
kecantikan Korea Selatan paling populer di kalangan responden Malaysia. Hampir
65 persen, kemudian menyusl negara Indonesia dan
Vietnam dengan masing-masing sekitar 63,6 dan 62,8 persen. Selain negara �
negara di Asia seperti China, Thailand, Taiwan, Negara lainnya seperti Afrika
Selatan juga menyatakan bahwa K-beauty sangat populer
di negara mereka. Korea Selatan saat ini menjadi salah satu industri kosmetik
terbesar, dengan produk kecantikan Korea Selatan, juga dikenal sebagai K-beauty, mendapatkan popularitas di seluruh dunia.
Gambar 1.2 Nilai
Kosmetik Yang Diekspor dari Korea Selatan dari 2014 Hingga 2020
Ekspor kosmetik dari
Korea Selatan telah terjadi peningkatan secara pesat dalam
beberapa tahun terakhir dan hal ini diperkirakan bernilai sekitar 8,9 triliun won Korea Selatan (sekitar 7,6
miliar dolar AS menurut sumbernya) pada tahun 2020. Berkat popularitas global Korean Beauty, baik produksi
maupun ekspor kosmetik Korea Selatan telah berkembang. Di balik popularitas Korean Beauty, ada minat besar pada kecantikan luar orang Korea.
Sikap terhadap kecantikan ini berkontribusi dalam menciptakan tren yang unik
dan canggih dalam industri kosmetik Korea. Rutinitas perawatan kulit Korea
menerima perhatian besar dari influencer kecantikan
di seluruh dunia. Selain itu, produk Korean Beauty seperti mask pack, cushion foundation, dan LED Mask
semakin populer. Menurut survei popularitas global produk kecantikan Korea
Selatan, lebih dari 43 persen responden di seluruh dunia menjawab bahwa K-beauty
sangat populer di negara mereka. Secara khusus, produk kecantikan Korea Selatan
paling populer di kalangan responden dari Malaysia. Hampir 60 persen responden
di negara Asia Tenggara lainnya termasuk Vietnam dan Indonesia juga menyatakan
bahwa K-beauty
sangat populer di negara
mereka.
Menurut sumber tersebut, efek positif dan kualitas produk yang baik merupakan
aspek positif utama yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
Gambar 1.3 Pangsa Impor
Kecantikan Dan Perawatan Kulit di Indonesia pada Tahun 2020, Menurut Negara
Asal
�Pada tahun 2020, Korea Selatan memiliki pangsa
pasar impor kecantikan dan perawatan kulit tertinggi di Indonesia, sebesar 17,8
persen, diikuti oleh China sebesar 17 persen. Impor kecantikan dan perawatan
kulit di Indonesia pada tahun itu sekitar 260 juta dolar AS.
Gambar 1.4 Pangsa
Produk Kecantikan Korea dari Produk Kecantikan Milik Responden Indonesia per
Juli 2021
Berdasarkan data
dari Kemenperin, impor kosmetik
negara Indonesia pada tahun 2018 ialah sebesar US$850,15
juta hal ini meningkat
dibandingkan tahun 2017 sebesar US$631,66 juta. Sedangkan berlandaskan
pada data Badan Pusat Statistik (BPS), Impor kosmetik dan
perlengkapan toilet (termasuk perlengkapan kecantikan,
skincare, manicure atau pedicure)
di Indonesia meraup nilai hingga US$226,74 juta (sekitar Rp3,29 triliun menggunakan kurs
Rp14.500/US$), Nilai sebesar itu meningkat nyaris 30% dari
capaian tahun 2016 sebesar US$175,48 juta (Rp2,54 triliun).
�BPS mencatat pada periode Januari - Juli 2018,
total nilai impor produk kecantikan�termasuk kosmetik, produk perawatan, dan
sabun mencapai US$431,2 juta atau naik sebesar 31,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan penjualan produk
kecantikan dan kosmetik dari Korea Selatan di dalam negeri dan global pada
tahun 2017 mencapai US$6,3 miliar dan pada saat ini diyakini angka tersebut
sudah meningkat tajam dengan ada nya berbagai macam brand baru yang muncul dari korea
yang masuk ke Indonesia dalam dua tahun terakhir.
�Dalam survei produk perawatan kulit dan
kecantikan yang dilakukan oleh Rakuten Insight, per Juli 2021, 43 persen responden di Indonesia
yang menggunakan produk kecantikan Korea mengatakan bahwa produk tersebut
merupakan 25 hingga 50 persen dari produk kecantikan yang mereka miliki. Produk
kecantikan Korea, juga dikenal sebagai K-beauty,
telah mendapatkan popularitas dan pangsa pasar selama bertahun-tahun.
Media sosial
termasuk salah satu teknologi yang terus meningkat dan semakin banyak pengguna nya, terutama Instagram dimana orang dapat mengikuti
akun selebriti favorite mereka dan melihat apa
yang digunakan, dipromosikan oleh selebritas nya
dengan foto maupun video. Perusahaan kecantikan saat ini juga mempunyai media social untuk mepromosikan brand nya dan menjalin hubungan
dengan para konsumen serta memamerkan foto atau video para celebrity
yang menggunakan produk mereka. Ѕtruktur keputuѕan pembelіan merupakan sekelompok konsumen yang
membuat keputusan dan
keinginan dalam membelі
produk atau jaѕa. Menurut Kothler dan Amstrong (2008:181) Secara umum
kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa yang timbul dari produk
yang dibeli terhadap ekspektasi yang diharapkan. Menurut Irawan (2008).
�Melalui penelusuran literature
dari peneliti-peneliti sebelumnya atas ketiga variable
tersebut, ditemukan adanya gap research untuk variable celebrity endorser,
brand image,
keputusan pembelian dan kepuasan konsumen. Sebagian besar peneliti menyatakan
positif dan signifikan (Evelynn et al., 2019); (Darmansyah et al., 2011). Berdasarkan uraian
latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul �Pengaruh Celebrity endorser dan Brand image Skincare dari Korea Terhadap Keputusan Pembelian dan
Kepuasan Konsumen (Dengan Menggunakan Media Sosial Instagram)�
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, penelitian dilakukan untuk
mempelajari hubungan kausalitas dalam mengetahui seberapa kuat hubungan
antara variabel dependent (keputusan
pembelian dan kepuasan
pelanggan) dan variabel independent yang akan terkena pengaruh, yaitu celebrity endoser dan brand image. Objek dalam penelitian ini adalah celebrity endorser, brand image, keputusan pembelian dan kepuasan pelanggan. Subjek penelitian ini adalah
konsumen skincare yang berasal dari negara korea
pada media sosial
Instagram.
Populasi pada penelitian ini berjumlah 149 konsumen. Dari 149
orang yang mengisi kuesioner hanya terdapat 133 responden yang datanya dapat digunakan dalam penelitian, sehingga
populasi yang dapat digunakan dalam penelitian
sebanyak 133 responden. 133 orang tersebut adalah beberapa followers skincare
brand korea yang
mempunyai akun Instagram khusus untuk Indonesia dan melakukan suatu pembelian produk skincare dalam brand korea
tersebut karena menyukai celebrity endorser yang digunakan. Populasi yang digunakan
dalam penelitian adalah yang
sudah melakukan pembelian dalam waktu dekat, karena apabila melakukan pembelian dalam waktu dekat ada kemungkinan
bahwa hal tersebut dikarenakan adanya
dorongan dari brand image dan celebrity endorse yang dipunyai
oleh brand. Populasi penelitian ini sebesar 133 orang, lalu
dilakukan penghitungan sampel menggunakan rumus
Slovin dan
tingkat kesalahan sebesar 5% maka didapatkan
sebesar 99,81, lalu dibulatkan sehingga sampel yang diambil adalah 100 orang. Pemilihan sampel akan
dilakukan melalui cara acak sederhana, karena
populasi yang bersifat homogen.
Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari observasi dengan cara penyebaran
kuesioner pada responden
yang telah ditentukan. Kemudian data sekunder peneliti menggunkan studi literatur yang di antaranya ialah jurnal, buku dokumentasi, internet, arsip, dan
buku yang berkaitan dengan tema penelitian. Dan
untuk memperoleh kedalaman
pemahaman dan analisa
data, penelitian ini menggunakan metode Regresi Linear Berganda dengan
bantuan yaitu software SPSS 25 untuk pengolahan data statistik dan melakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan diantaranya adalah uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik (normalitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas, autokorelasi),
analisis regresi berganda, dan uji signifikasi pengaruh
parsial (uji t).
Hasil Dan Pembahasan
1. Uji Normalitas Data
Data�dapat�dikatakan berdistribusi normal (H0) apabila ρ value (sig)�>
0,05. Nilai ρ value
(sig) dilihat melalui angka yang terdapat pada
kolom �Asymp. sig. (2-tailed)� dalam tabel hasil/output perhitungan pengujian normalitas oleh program SPSS. Uji normalitas dilakukan melalui metode kolmogorov-smirnov.
Program aplikasi
SPSS digunakan untuk membantu pengolahan data penelitian. Hasil perhitungan
model 1 dapat dilihat pada tabel 4.18 (Lihat Lampiran). Regresi yang baik adalah regresi dengan nilai residual mengikuti distribusi normal. Berdasarkan data statistik pada Tabel 4.18,
uji normalitas galat/residual menunjukkan
hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa distribusi
residual pada analisis regresi model 1 ini memiliki
distribusi normal. Hal ini dilihat
melalui nilai kolmogorov smirnov (test statistic) sebesar 0,085 dan nilai Asymp. Sig. 0,069
> 0,05. Kedua nilai tersebut memiliki
arti bahwa asumsi atau persyaratan analisis regresi terpenuhi.
Selanjutnya untuk hasil perhitungan model 2 dapat dilihat
pada tabel 4.19 (Lihat Lampiran). Regresi yang baik
adalah regresi dengan nilai residual mengikuti distribusi normal. Berdasarkan data statistik pada Tabel 4.19,
uji normalitas galat/residual menunjukkan hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa distribusi residual
pada analisis regresi model 2 ini memiliki distribusi normal. Hal ini dilihat melalui nilai kolmogorov smirnov (test statistic) sebesar
0,085 dan nilai Asymp. Sig. 0,072
> 0,05. Kedua nilai tersebut memiliki
arti bahwa asumsi atau persyaratan analisis regresi terpenuhi.
2.
Uji Multikolinearitas
Model regresi dikatakan
bebas dari multikolinearitas jika mempunyai
nilai VIF yang kurang dari angka 10 dan mempunyai angka tolerance melebihi angka 0,1. Berdasarkan persyaratan pengujian tersebut dan hasil pengujian pada Tabel
4.20, diperoleh nilai Tolerance sebesar 0,367 yang lebih besar dari 0,1 dan nilai
VIF sebesar 2,722 yang kurang dari 10. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat masalah
multikolinearitas pada kedua variabel bebas yang digunakan.
�Selanjutnya hasil uji multikolinearitas model 2 melalui SPSS di tabel
4.21. Model regresi
dikatakan bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF yang kurang dari angka
10 dan mempunyai angka tolerance melebihi angka 0,1. Berdasarkan
persyaratan pengujian tersebut dan
hasil pengujian pada Tabel 4.21, diperoleh nilai Tolerance
sebesar 0,367 yang lebih besar dari
0,1 dan nilai VIF sebesar 2,722 yang kurang dari 10. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat masalah
multikolinearitas pada kedua variabel bebas yang digunakan.
3. Uji Heterokedastisitas
�Uji heteroskedastisitas dilakukkan melalui
uji Glejser yang menggunakan
nilai abslolute residual (ABS_RES),
sehingga didapatkan hasil model 1
pada Tabel 4.22 (Lihat
Lampiran).
Model regresi yang baik memiliki ketidaksamaan
varian antara residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Pengujian
heterokedastisitas melalui metode Glejser melihat
terjadinya/ tidak terjadinya heterokedastitisitas
dengan melihat nilai Sig. pada Tabel 4.22. pada uji Glejser
nilai Sig. pada tabel di atas harus memiliki nilai Sig. > 0,05, sehingga
model regresi dapat dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas
karena nilai Sig. pada model 1 ini adalah sebesar
0,503 untuk variabel Celebrity endorser dan
0.946 untuk variabel Brand image. Nilai
Sig. dari kedua variabel bebas > 0,05, maka dapat
dipakai untuk memprediksi variabel
Keputusan Pembelian berdasarkan Celebrity endorser dan Brand image.
�Selanjutnya uji Heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser pada model 2
pada tabel 4.23. Model regresi yang
baik memiliki ketidaksamaan varian antara residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Pengujian
heterokedastisitas melalui metode Glejser melihat
terjadinya/ tidak terjadinya heterokedastitisitas
dengan melihat nilai Sig. pada Tabel 4.23. pada uji Glejser
nilai Sig. pada tabel di atas harus memiliki nilai Sig. > 0,05, sehingga
model regresi dapat dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas
karena nilai Sig. pada model 2 ini adalah sebesar
0,670 untuk variabel Celebrity endorser dan
0.689 untuk variabel Brand image. Nilai
Sig. dari kedua variabel bebas > 0,05, maka dapat
dipakai untuk memprediksi variabel
Kepuasan Pelanggan berdasarkan Celebrity endorser dan Brand image.
4.
Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 Deskripsi Data Penelitian
|
Celebrity endorser |
Brand Image |
Keputusan Pembelian |
Kepuasan Pelanggan |
|
N |
Valid |
100 |
100 |
100 |
100 |
|
Missing |
0 |
0 |
0 |
0 |
Mean |
26.58 |
26.96 |
15.27 |
20.29 |
|
Median |
28.00 |
28.00 |
16.00 |
21.00 |
|
Mode |
29 |
30 |
16 |
21 |
|
Std. Deviation |
3.522 |
4.158 |
2.933 |
2.924 |
|
Minimum |
13 |
6 |
4 |
9 |
|
Maximum |
30 |
30 |
20 |
25 |
a.
Analisis Deskriptif Celebrity endorser
Besaran angka Celebrity endorser yang diperoleh
dari para responden
mempunyai rata-rata 26,58 dengan simpangan
baku 3,52, median pada angka 28, tingkat Celebrity endorser minimum 13 dan tingkat
Celebrity endorser maksimum 30.
Nilai rata-rata dan median, yakni 26,58 dan 28, memiliki arti bahwa data pada variabel Celebrity endorser pada penelitian ini mempunyai data
yang cukup representatif dalam populasi. Sedangkan nilai modus Celebrity endorser yang berada diatas angka median menunjukan bahwa yang berada di atas rata-rata
lebih banyak dibandingkan yang berada di bawah rata-rata.
Kemudian jika dilihat nilai rata-rata
sebesar 26,58
dan nilai standar deviasi
sebesar 3,522. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata celebrity endorser bernilai positif dengan nilai standar deviasi yang lebih
kecil dari rata-rata yang menandakan sudah sepenuhnya mampu menjelaskan
keseluruhan data.
b. Analisis Deskriptif Brand image
�Besaran angka tingkat Brand
image yang diperoleh
dari para responden
mempunyai rata-rata 26,96 dengan simpangan
baku 4,15 median pada angka 28, tingkat Brand image minimum 6 dan tingkat
Brand image maksimum 30.
�Nilai rata-rata dan
median yang hampir sama, yakni 26,96 dan 28,
memiliki arti bahwa data variabel
Brand image pada
penelitian ini memiliki data yang cukup representatif.
Sedangkan pandangan tingkat Brand image yang
berada di atas rata-rata lebih banyak dibandingkan yang berada di bawah rata-rata
yang ditunjukkan pada nilai modus menunjukkan bahwa tingkat Brand
image yang tinggi lebih banyak �dibandingkan yang
rendah.
Kemudian jika dilihat nilai rata-rata sebesar 26,96 dan nilai standar
deviasi sebesar 4,158. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata brand
image bernilai positif dengan nilai standar deviasi yang lebih
kecil dari rata-rata yang menandakan sudah sepenuhnya mampu menjelaskan
keseluruhan data.
c.
Analisis Deskriptif Keputusan
Pembelian
�Besaran angka
Keputusan Pembelian yang diperoleh dari para
responden mempunyai rata-rata 15,27, dengan
simpangan baku 2,93, median pada
angka 16, tingkat Keputusan Pembelian minimum 4 dan tingkat Keputusan Pembelian maksimum
20.
�Nilai rata-rata dan
median yang hampir sama yakni pada angka 15,27
dan 16, memiliki arti bahwa data variabel Keputusan Pembelian dalam penelitian ini memiliki data yang cukup representatif. Sedangkan nilai modus Keputusan Pembelian yang berada
tepat pada median
lebih menunjukkan bahwa Keputusan Pembelian
yang mempunyai data yang secara moderat atau sedang lebih banyak
dibandingkan yang rendah maupun tinggi.
Kemudian jika dilihat nilai rata-rata sebesar 15,27 dan nilai standar
deviasi sebesar 2,933. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata Keputusan
Pembelian bernilai positif dengan nilai standar deviasi yang
lebih kecil dari rata-rata yang menandakan sudah sepenuhnya mampu menjelaskan
keseluruhan data.
d.
Analisis Deskriptif Kepuasan
Pelanggan
�Besaran angka Kepuasan Pelanggan
yang diperoleh dari para
responden mempunyai rata-rata
20,29, dengan simpangan
baku 2,924, median
pada angka 21, tingkat Kepuasan Pelanggan minimum 9 dan tingkat Kepuasan Pelanggan maksimum
25. Nilai rata-rata dan median yang hampir sama yakni pada angka 20,29 dan 21, memiliki arti bahwa data
variabel Kepuasan Pelanggan dalam penelitian ini memiliki data yang cukup representatif. Sedangkan nilai modus Kepuasan Pelanggan yang berada tepat pada median
lebih menunjukkan bahwa Kepuasan
Pelanggan yang mempunyai data yang secara
moderat atau sedang lebih banyak dibandingkan yang rendah maupun
tinggi.
Kemudian jika dilihat nilai rata-rata sebesar 20,29 dan nilai standar
deviasi sebesar 2,924. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata Kepuasan Pelanggan
bernilai
positif dengan nilai standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata yang
menandakan sudah sepenuhnya mampu menjelaskan keseluruhan data.
Uji T
Berdasarkan tabel 4.27 maka dapat diinterpretasikan hasil uji regresi linier
berganda model 1 membentuk persamaan garis regresi yang mempresentasikan pengaruh Celebrity Endorse dan Brand
image terhadap Keputusan Pembelian pada skincare Korea, yang didapatkan melalui tabel di atas. Persamaan regresinya adalah:
Ŷ= 1,983 +
0,274 X1 + 0,224
X2
Keterangan:
Y = Keputusan Pembelian X1 = Celebrity Endorse
X2 = Brand
image
Persamaan regresi tersebut
memiliki makna bahwa apabila Celebrity Endorse dan
Brand image memiliki nilai 0, atau belum masuk ke dalam perhitungan, maka Keputusan
Pembelian memiliki nilai sebesar 1,983.
Lalu koefisien regresi variabel Celebrity Endorse sebesar 0,274
berarti jika Celebrity Endorse mengalami kenaikan satu satuan, maka Keputusan
Pembelian akan mengalami peningkatan sebesar 0,274 pula dengan asumsi variabel Brand
image bernilai tetap. Begitu juga dengan koefisien regresi variabel Brand image yang
bernilai 0,224, berarti jika tingkat Brand image mengalami
kenaikan satu satuan, maka Keputusan Pembelian akan mengalami peningkatan sebesar 0,224 satuan dengan asumsi
variabel Celebrity Endorse
bernilai tetap.
Dari hasil pengujian regresi, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,015 kurang
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima,
yang mana secara parsial
variabel Celebrity Endorse berpengaruh
positif terhadap Keputusan
Pembelian. Dengan demikian
Hipotesis 1 diterima.
2.
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,018 kurang
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H2 diterima,
yang mana secara parsial variabel
Brand image berpengaruh positif terhadap Keputusan
Pembelian. Dengan demikian
Hipotesis 2 diterima.
Berdasarkan tabel 4.28 maka dapat diinterpretasikan hasil uji regresi linier berganda model 2
membentuk persamaan garis regresi yang mempresentasikan pengaruh
Celebrity Endorse dan Brand
image terhadap Kepuasan Pelanggan pada skincare Korea, yang didapatkan melalui tabel di atas. Persamaan
regresinya adalah:
Ŷ= 7.105 +
0,286 X1 + 0,207
X2
Keterangan:
Y = Kepuasan Pelanggan
X1 = Celebrity Endorse
X2 = Brand
image
Persamaan regresi tersebut
memiliki makna bahwa apabila Celebrity Endorse dan
Brand image memiliki nilai 0, atau belum masuk
ke dalam perhitungan, maka Kepuasan Pelanggan
memiliki nilai sebesar 7.105. Lalu koefisien regresi
variabel Celebrity Endorse sebesar
0,286 berarti jika Celebrity Endorse mengalami
kenaikan satu satuan, maka Kepuasan
Pelanggan akan mengalami
peningkatan sebesar 0,286 pula dengan asumsi variabel Brand image bernilai
tetap. Begitu juga dengan koefisien
regresi variabel Brand image yang bernilai 0,207, berarti jika tingkat
Brand image mengalami kenaikan satu satuan,
maka Kepuasan Pelanggan akan mengalami peningkatan sebesar 0,207 satuan dengan asumsi
variabel Celebrity Endorse
bernilai tetap. Dari hasil
pengujian regresi, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,011 kurang
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima,
yang mana secara parsial
variabel Celebrity Endorse berpengaruh
positif terhadap Kepuasan
Pelanggan. Dengan demikian
Hipotesis 1 diterima.
2.
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,030 kurang dari 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H2 diterima,
yang mana secara parsial variabel
Brand image berpengaruh positif terhadap Kepuasan
Pelanggan. Dengan demikian
Hipotesis 2 diterima.
Uji F
Uji F dilakukan
untuk menguji pengaruh
variabel Celebrity Endorse dan
Brand image secara bersama-sama terhadap variabel
Keputusan Pembelian. Hal tersebut dilakukan melalui hipotesis berikut:
H0 :
tidak terdapat pengaruh signifikan yang diberikan oleh variabel Celebrity Endorse dan Brand image terhadap variabel Keputusan Pembelian pada skincare Korea.
H1 : terdapat pengaruh signifikan yang
diberikan oleh variabel Celebrity Endorse dan Brand
image terhadap variabel Keputusan Pembelian pada skincare Korea.
Menurut ketentuan yang ada, kriteria signifikansi regresi
adalah �jika Sig�< 0.05 maka H0 ditolak�
atau �jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak�, yang berarti bahwa
koefisien regresi tersebut signifikan, atau dengan kata lain terdapat
pengaruh yang signifikan oleh variabel Celebrity Endorse dan Brand
image terhadap variabel M Keputusan Pembelian. Nilai Sig adalah angka yang tertera pada kolom Sig dalam Tabel 4.29. Nilai Fhitung adalah bilangan yang tertera pada kolom F dalam tabel yang sama. Nilai Ftabel dilihat melalui tabel
distribusi F untuk taraf nyata
5% dan uji 2 sisi dengan derajat pembilang (k) = 2 dan derajat penyebut (n-k-1) = 97, dimana
n adalah banyaknya responden, dan k adalah banyaknya variabel bebas, sehingga
didapatkan nilai Ftabel = 2,70.
Dari Tabel 4.29�terlihat bahwa nilai Sig = 0.000 < 0,05 dan Fhitung < Ftabel (29,218�>�2,70),�maka�H0
ditolak,�yang�berarti bahwa koefisien
regresi tersebut signifikan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan oleh variabel
Celebrity Endorse dan Brand
image secara bersama-sama terhadap Keputusan Pembelian pada skincare Korea.
Uji F dilakukan
untuk menguji pengaruh
variabel Celebrity Endorse dan
Brand image secara bersama-sama terhadap variabel
Kepuasan Pelanggan. Hal tersebut dilakukan
melalui hipotesis berikut:
H0 :
tidak terdapat pengaruh signifikan yang diberikan oleh variabel Celebrity Endorse dan
Brand image terhadap variabel Kepuasan Pelanggan
pada skincare Korea.
H1 : terdapat pengaruh
signifikan yang diberikan oleh variabel Celebrity Endorse dan Brand image terhadap variabel Kepuasan Pelanggan pada skincare Korea.
Menurut ketentuan yang ada, kriteria
signifikansi regresi adalah
�jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak� atau �jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak�, yang berarti bahwa koefisien regresi
tersebut signifikan, atau dengan kata lain terdapat
pengaruh yang signifikan oleh variabel Celebrity Endorse dan
Brand image terhadap variabel Kepuasan Pelanggan. Nilai Sig adalah angka
yang tertera pada kolom Sig dalam Tabel 4.30. Nilai Fhitung adalah bilangan yang tertera pada kolom F dalam tabel yang sama. Nilai Ftabel dilihat melalui tabel distribusi F untuk taraf nyata 5% dan uji 2 sisi dengan derajat
pembilang (k) = 2 dan derajat penyebut (n-k-1) = 97, dimana n adalah banyaknya responden, dan k adalah banyaknya variabel bebas, sehingga
didapatkan nilai Ftabel = 2,70. Dari
Tabel 4.30�terlihat
bahwa nilai Sig = 0.000 < 0,05
dan Fhitung < Ftabel (28,083 > 2,70), maka H0 ditolak, yang berarti
bahwa koefisien regresi
tersebut signifikan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan oleh variabel Celebrity Endorse dan Brand image secara bersama-sama terhadap
Kepuasan Pelanggan pada skincare Korea.
Uji
Koefisien Determinasi
Tabel 4.31 di atas menjelaskan bahwa nilai R2 pada variabel Celebrity Endorse dan
Brand image terhadap variabel Keputusan Pembelian menunjukan adanya pengaruh dengan
nilai determinasi sebesar 0.376 atau sama dengan 37,6%.
Angka tersebut mengandung arti bahwa Celebrity Endorse dan Brand
image memiliki pengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y1) sebesar 37,6% dan sisanya
62,4% di pengaruhi �oleh variabel lain.
Tabel 4.32 di atas menjelaskan bahwa nilai R2 pada variabel Celebrity Endorse dan
Brand image terhadap variabel Kepuasan Pelanggan
menunjukan
adanya pengaruh dengan
nilai determinasi sebesar 0.367 atau sama dengan 36,7%.
Angka tersebut mengandung arti bahwa Celebrity Endorse dan Brand
image memiliki pengaruh
terhadap Kepuasan Pelanggan (Y2) sebesar 36,7% dan sisanya
63,3% di pengaruhi
oleh variabel lain.
Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh
tingkat Celebrity Endorse dan
Brand image terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan Pelanggan pada skincare Korea. Maka dari itu akan dijelaskan secara lebih luas kembali hasil dari penelitian di atas,
terkhusus kepada tingkat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
1. Pengaruh Celebrity Endorse terhadap Keputusan Pembelian pada Skincare Korea
Berdasarkan penjabaran data di atas, khususnya uji hipotesis,
maka diperoleh nilai sig sebesar 0.015 < 0.05 hasil tersebut didapatkan
melalui pengujian dengan bantuan
program SPSS dan terbukti bahwa nilai tersebut
signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif antara Celebrity Endorse terhadap Keputusan
Pembelian pada skincare Korea. Pengaruh positif
tersebut ditunjukkan dari nilai indikator tertinggi dari hasil penelitian yaitu daya tarik fisik yang dimiliki oleh celebrity tersebut. Alasan mengapa agen-agen
periklanan dan brand manajemen cenderung memilih seorang selebriti yang memiliki daya tarik tinggi
karena penelitian menunjukan adanya
ekspektasi intuisif bahwa seorang endoser dengan daya tarik tinggi mendorong pelanggan dalam melakukan
keputusan pembelian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsepsi Totoatmojo (2015)
mengenai Celebrity Endorse, Keputusan
pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah
Celebrity Endorse. Celebrity Endorse di media
sosial dapat membantu
dalam memberikan informasi
kepada masyarakat terkait
dengan produk yang mereka gunakan,
meskipun produk tersebut tidak memiliki brand image yang kuat. Adanya Celebrity Endorse pada media sosial dapat memberikan informasi
dan rekomendasi yang dapat memudahkan pengguna media sosial untuk mengikuti
suatu produk dan memutuskan untuk melakukan pembelian.
Sehingga menggunakan Artist Korea
sebagai Celebrity Endorse sudah sesuai, karena hal ini memberikan pengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian
pada Skincare Korea. Hasil penelitian yang dimaksud adalah
signifikansi hubungan dan pengaruh yang di dapat dari pengujian
terhadap nilai t dan f masing-masing pengujian.
Maka dari itu, pandangan Totoatmojo dapat
dikatakan berlaku dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian-penelitian
terdahulu seperti penelitian Ahmad Aulia Anas dan Tri Sudarwanto (2020)
yang berjudul Pengaruh Celebrity Endorsement Terhadap Keputusan Pembelian
di Eiger
Store Royal Plaza Surabaya. Penelitian tersebut memiliki hasil bahwa tingkat
Celebrity Endorse memiliki hubungan
yang positif dengan
Keputusan Pembelian pada Skincare Korea.
2.
Pengaruh Variabel Brand
image terhadap Keputusan Pembelian pada Skincare Korea
Berdasarkan penjabaran data di atas, khususnya uji hipotesis,
maka diperoleh nilai sig sebesar 0.018 < 0.05 hasil tersebut didapatkan
melalui pengujian dengan bantuan
program SPSS dan terbukti bahwa nilai tersebut
signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh
positif antara Brand
image terhadap
Keputusan Pembelian pada Skincare Korea. Pengaruh positif ini ditunjukkan dari nilai indikator tertinggi
yaitu image baik yang dimiliki oleh brand skincare Korea
tersebut. Citra merek yang positif juga membantu meningkatkan minat konsumen dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsepsi Fransisca
Paramitasari Musay
(2013) mengenai Brand image, Keputusan Pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah Brand image. Brand image sering digunakan
sebagai syarat ekstrinsik untuk membuat sebuah keputusan pembelian. Jika konsumen tidak memiliki
pengalaman dalam suatu produk, mereka
cenderung mempercayai merk yang disukai atau
terkenal. Hasil penelitian yang dimaksud adalah signifikansi hubungan
dan pengaruh yang di dapat dari pengujian terhadap nilai t
dan f masing-masing pengujian. Maka dari itu, pandangan Fransisca
dapat dikatakan berlaku dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian-penelitian
terdahulu seperti penelitian Chairul Nindya Hidayat
dan Cur Irna Setiawati (2021) yang berjudul Pengaruh
Brand image Terhadap
Keputusan Pembelian pada Bhinneka.com. Penelitian tersebut memiliki hasil bahwa tingkat
Brand image memiliki hubungan yang positif
dengan tingkat Keputusan Pembelian. Dari informasi
kuantitatif dan konsep/ teori di atas penulis berkesimpulan bahwa Brand
image berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Keputusan Pembelian pada Skincare Korea.
Semakin baik citra merek, semakin tinggi keputusan pembelian.
Citra merek memainkan peran penting dalam keputusan pembelian konsumen.
Konsumen yang memiliki citra positif dari merek atau produknya cenderung untuk
memilih merek tersebut. Oleh karena itu, citra merek digunakan sebagai faktor
penentu dalam membeli sebuah produk. Konsumen sadar akan branding
skincare korea ketika ada
banyak produk dengan citra merek yang baik terkait dengan pembelian. Hal ini
tercermin dengan banyak pengguna berbelanja skincare.
Oleh karena itu perusahaan perlu mempertahankan citra merek mereka.
3. Pengaruh Celebrity Endorse terhadap
Kepuasan Pelanggan pada Skincare Korea
Berdasarkan penjabaran data di atas, khususnya uji hipotesis,
maka diperoleh nilai sig sebesar 0.011 < 0.05 hasil tersebut didapatkan
melalui pengujian dengan bantuan
program SPSS dan terbukti bahwa nilai tersebut
signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh
Celebrity Endorse terhadap Kepuasan
Pelanggan pada skincare Korea. Pengaruh positif tersebut
ditunjukkan dari nilai indikator tertinggi dari hasil penelitian yaitu
daya tarik fisik yang dimiliki oleh celebrity tersebut. Alasan mengapa agen-agen
periklanan dan brand manajemen cenderung memilih seorang
selebriti yang memiliki daya tarik
tinggi karena penelitian menunjukan bahwa perusahaan yang menggunakan selebriti dengan daya
tarik tinggi akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsepsi Shimp (2014) mengenai Celebrity Endorse,
Kepuasan Pelanggan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah Celebrity Endorse. Celebrity Endorse menggunakan artis atau bintang
iklan di media,
mulai dari media cetak maupun media sosial, Celebrity Endorse yang akan digunakan untuk mempromosikan skincare Korea harus memiliki intergritas yang tinggi dan ahli dalam mengiklankan produk. Celebrity Endorse harus memberikan kesan yang
positif terhadap produk yang diiklankan, sehingga
konsumen akan puas. Hasil penelitian yang dimaksud
adalah signifikansi hubungan dan pengaruh yang di dapat dari pengujian terhadap nilai t dan f
masing-masing pengujian. Maka dari itu, pandangan Shimp dapat dikatakan berlaku dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian-penelitian
terdahulu seperti penelitian Eryck
Simon Bolivar (2017)
yang berjudul
Pengaruh Kredibilitas Celebrity Endorsement Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen You-C 1000 Vitamin CDI Kota Pekanbaru. Penelitian tersebut memiliki hasil bahwa tingkat Celebrity Endorse memiliki
hubungan yang positif dengan Kepuasan
Konsumen pada Skincare Korea. Dari informasi
kuantitatif dan konsep/ teori di atas penulis berkesimpulan bahwa Celebrity Endorse berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Kepuasan Konsumen pada Skincare Korea.
Kepuasan yang meningkat dari konsumen menandakan bahwa
perusahaan telah berhasil memilih endorser yang tepat
dan membangun realita yang sesuai dengan harapan
pengguna Skincare, sehingga perusahaan harus
memastikan bahwa poin-poin tersebut tetap dipertahankan. Oleh karena itu, agar
perusahaan berhasil menerapkan strategi celebrity
endorser, perusahaan juga harus memperhatikan
beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi nilai dari celebrity
endorser. Hal ini diperlukan agar celebrity
endorser dapat memberikan kepuasan kepada
pengguna produk skincare.
4.
Pengaruh Variabel Brand
image terhadap Kepuasan
Pelanggan pada Skincare Korea
Berdasarkan penjabaran data di atas, khususnya uji hipotesis,
maka diperoleh nilai sig sebesar 0.030 < 0.05 hasil tersebut didapatkan
melalui pengujian dengan bantuan
program SPSS dan terbukti bahwa nilai tersebut
signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh Brand image terhadap Kepuasan
Pelanggan pada Skincare Korea. Pengaruh positif ini ditunjukkan
dari nilai indikator tertinggi yaitu image baik yang dimiliki oleh brand skincare Korea tersebut.
Citra merek yang positif juga membantu meningkatkan minat konsumen dalam merasa puas akan skincare Korea
yang digunakan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan konsepsi Erida, Sigit dan Deldi (2020) mengenai Brand
image, Kepuasan Pelanggan
dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya
adalah Brand image. Brand image akan
semakin kuat ketika didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak
informasi. Brand image merepresentasikan persepsi yang bisa
merefleksikan kenyataan yang objektif maupun tidak. Brand
image yang kuat dibenak konsumen
akan menjadi rasa percaya diri konsumen yang akan membeli. Hasil penelitian yang dimaksud adalah
signifikansi hubungan dan pengaruh yang
di dapat dari pengujian terhadap nilai t dan f masing-masing pengujian. Maka dari itu, pandangan Fransisca
dapat dikatakan berlaku
dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian-penelitian terdahulu seperti
penelitian Lili Sriandani,dkk (2018) yang berjudul Pengaruh Brand image dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Konsumen
pada PT. Fifgroup POS Spektra Pematangsiantar. Penelitian tersebut memiliki hasil bahwa tingkat Brand image memiliki hubungan yang
positif dengan tingkat Kepuasan
Pelanggan. Dari informasi kuantitatif dan konsep/ teori di atas penulis berkesimpulan bahwa Brand
image berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan pada Skincare Korea.
Terbinanya hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
pelanggannya merupakan salah satu dari sekian banyak potensi manfaat yang dapat
dihasilkan dari terciptanya pelanggan yang puas. Keuntungan potensial lainnya
termasuk memberikan dasar yang kuat untuk bisnis yang berulang dan pengembangan
loyalitas pelanggan, serta menghasilkan rekomendasi dari mulut ke mulut yang
menguntungkan bagi perusahaan. Dengan memiliki citra merek
yang baik maka akan menghasilkan pelanggan yang puas.
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Celebrity Endorse terhadap variabel
Keputusan pembelian.
Hal ini menandakan semakin tinggi intensitas penggunaan celebrity
endorser maka akan meningkatkan keputusan pembelian. Pengaruh ini ditunjukkan dari indikator daya
tarik fisik celebrity endorser yang memiliki wajah yang sangat terawat hal ini
membuat indikator daya tarik fisik memiliki nilai tertinggi.
2.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Brand
image terhadap
variabel Keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa citra merek akan meningkatkan keputusan pembelian
dari konsumen skincare Korea. Perusahaan yang
memiliki brand image
yang baik akan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan kompetitor lainnya.
Pengaruh ini ditunjukkan dari indikator brand
image yang baik berupa apabila konsumen
menggunakan skincare Korea akan membuat konsumen
lebih percaya diri.
3.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Celebrity Endorse terhadap variabel
Kepuasan Pelanggan.
Hal ini menunjukkan bahwa celebrity endorser akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Perusahaan yang tepat dalam memilih endorser dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dan pengaruh ini ditunjukkan
dari indikator dari daya tarik
fisik celebrity endorser yang memiliki nilai tertinggi sehingga pelanggan puas dengan fisik celebrity
endorser.
4.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Brand
image terhadap variabel Kepuasan
Pelanggan. Hal ini menandakan semakin bagus citra maka
akan meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap produk skincare Korea. Pelanggan puas karena perusahaan berhasil membuat persepsi merek yang baik di mata mereka,
dan pengaruh ini ditunjukkan dari indikator brand image yang baik
akan meningkatkan kepuasan pelanggan dalam kepecayaan konsumen terhadap brand image
yang dimiliki.
5.
Hubungan Celebrity Endorse dan Brand
image terhadap Keputusan
pembelian skincare Korea tergolong cukup tinggi dilihat
dari besar persen yang diberikan adalah senilai 37,6%. Hal ini menandakan bahwa
perusahaan harus selalu memperhatikan masalah penggunaan endorser
dan brand image yang telah dilakukan agar nantinya strategi
pemasaran celebrity endorser
dan citra merek tepat sasaran dan
dapat dirasakan langsung oleh pengguna Skincare Korea maupun kepada
calon pembeli.
6.
Besarnya pengaruh Celebrity Endorse dan
Brand image terhadap Kepuasan Pelanggan adalah sebesar 36,7%. Nilai
tersebut mengindikasikan bahwa hubungan Celebrity
Endorser dan Brand image terhadap Kepuasan
Pelanggan skincare Korea tergolong cukup tinggi. Oleh
karena itu dalam hal mendukung suatu produk atau layanan, perusahaan memiliki
kewajiban untuk memprioritaskan kebahagiaan pelanggan mereka. Penerapan ini
tentu akan menuntut perusahaan untuk memperhatikan sejumlah faktor yang
masing-masing berpotensi mempengaruhi nilai dari celebrity
endorser.
BIBLIOGRAFI
AlAaraj, Nada,
Soliman, Ashraf T., Itani, Maya, Khalil, Ahmed, & De Sanctis, Vincenzo.
(2019). Prevalence of thyroid dysfunctions in infants and children with Down
Syndrome (DS) and the effect of thyroxine treatment on linear growth and weight
gain in treated subjects versus DS subjects with normal thyroid function: a
controlled study. Acta Bio Medica: Atenei Parmensis, 90(Suppl 8),
36. Google Scholar.
A. Shimp, Terence.
(2014). Komunikasi Pemasaran Terpadu dalamperiklanan
dan Promosi. Jakarta: Salemba Empat. Google Scholar
A. Zeithami, et. al. (1985). Problems and Strategies in Services Marketing. Jurnal of Marketing Vol. 49. (Spring). Google Scholar
Bramantya, Yan B., and I. M. Jatra.
(2016). Pengaruh Celebrity Endorser dan Brand Image terhadap Keputusan
Pembelian Yamaha Jupiter Mx di Kota
Denpasar. E-Jurnal Manajemen. Bali :Universitas Udayana. Google Scholar
Chung, SS., Young, DC., dan Seung, HK. (2005). The Korean Wave in Southeast Asia: An Analysis of Cultural Proximity
and the globalisation of the Korean Cultural Products. Google Scholar
Cooper, Schindler. (2014). Bussiners Research Method. New York: McGrawHill Google Scholar
Creswell, John, W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Google Scholar
Darmansyah, et al,.
(2011). Pengaruh Celebrity Endorser terhadap Keputusan Pembelian Produk di Indonesia
(Penelitian Online).
Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.
12 No 2. Google Scholar
Erida, Sigit Indrawijaya, Deldi Abdilah. (2020).
Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra
Merek Terhadap Kepuasan
Konsumen Produk Kaos Merek Jakoz. Jurnal Manajemen������� Terapan dan Keuangan.
Vol. 9 No.1 https://doi.org/10.22437/jmk.v9i1.9236. Google Scholar
Febrina, Mila. (2017).
Pengaruh Brand Ambassador dan Hallyu Terhadap Keputusan Konsumen Melakukan
Brand Switching dan Implikasinya
Terhadap Kepuasan Konsumen
Kosmetik di Jakarta.
Jurnal Ekonomi, Vol. 19 No. 3
https://doi.org/10.37721/je.v19i3.26. Google Scholar
Ghozali, Imam. (2018).
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang Google Scholar
Gujarati, DN., (2007). Dasar-Dasar Ekonometrika.
Erlangga, Jakarta. Google Scholar
Hidayat, Chairul Nindya dan Setiawati, Cur Irna. (2021). Pengaruh Brand Image
Terhadap Keputusan Pembelian pada Bhinneka.com. Google Scholar
Hovland, Carl I., Irving, K., Janis, Harold H., Kelley (1953),Communication and Persuasion, New Haven, CT: Yale University Press. Google Scholar
Kaikati, JG. (1987).
Celebrity Advertising: a review and synthesis. International Journal of Advertising, 6(2), 93-105. Google Scholar
Keller, Kevin, L. (1993). Conceptualizing, Measuring, and Managing
Customer Based-Based Brand Equity. Journal of Marketing, Vol. 57 No. 1,
pp 1-22 Google Scholar
�
Korean Foundation For International Cultural
Exchange. MCST (South
Korea). (2021). Popularity of shot Korea beauty products
(K-Beauty) Worldwide in 2020 by
country. Statista. Google Scholar
Kotler Dan Keller, (2015), Manajemen
Pemasaran, Jilid 1 & 2, Edisi 13, Jakarta: Erlangga. Google Scholar
Kotler, Philip dan Keller, (2007),
Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua belas, PT. Indeks, Jakarta. Google Scholar
Kotler, Philip. (2012).
Manajemen Pemasaran
Edisi 13, Bahasa Indonesia Jilid 1
dan 3 Cetakan. Jakarta: Rajawali Google Scholar
Kotler, Philip; Armstrong, Garry. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1. Erlangga: Jakarta. Google Scholar
Kurniawan R. A. J, Aprilia A. (2018). Pengaruh
Brand Image Terhadap Kepuasan
Konsumen Pada Restoran Kfc Di Surabaya. Jurnal Fakultas Ekonomi Jasa Vol 6 No 1. Surabaya: Universitas Kristen Petra Google Scholar
Kurniawan, Puspitaningtyas. (2016). Populasi Merupakan
Keseluruhan Unit Yang Diteliti, Merupakan Kumpulan Individu
Dengan Kualitas Ciri-Ciri Yang
Telah Ditetapkan. Google Scholar
Lea-Greenwood, Gaynor. (2012).
Fashion Marketing Communications E-book Somerset, NJ, USA:
Wiley. Google Scholar
Lupiyoadi, R., Ikhsan,
B. (2015). Praktikum Metode Riset. Jakarta:
Salemba Empat. Google Scholar
Maharani, K., Totoatmojo. (2015). The Celebrity Endorser (Selebgram) Effect Toward Purchase Intention On Instagram Social
Media. 3rd AASIC Sustainable Development of Asian Community. Google Scholar
McCracken, Grant (1989), �Who is the Celebrity Endorser?
Cultural Foundations of the Endorsement Process,� Journal of Consumer
Research, 16 (December),
310-321. Google Scholar
MFDS South Korea. (2022). Value of cosmetics
exported from South Korea from 2014 to 2020 (in trillion South Korean
Won). Statista. Google Scholar
Miller, GP., Basehart, J. (1969). Source trustworthiness, opininated statements,
andreasponse to persuasive communication. Speecg monographs, 36 (1), pp 1-7. Google Scholar
�
Mowen, John C., & Minor, Michael.
(2002). Perilaku Konsumen.
Diterjemahkan oleh Lina Salim. Jakarta: Erlangga. Google Scholar
Musay, Fransisca Paramitasari. (2013). Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya. Google Scholar
Nurdin, Ismail, Hartati,
S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya:
Media Sahabat Cendekia Google Scholar
Ohanian, Roobina. (1990).
Consruction and Validation of a Scale to Measure
Celebrity Endorser� Perceived Expartise,�������� Trustworthiness,
and Atractiveness. Journal of Advertising, 19 (3),39-52. Google Scholar
Ohanian, Roobina. (1991).
The Impact of Celebrity Spokespersons�perceived
Image on Consumers� Intention to Purchase.journal of Advertising
Reseach, 46-54. Google Scholar
Pakpahan, Erick SB., et al.
(2017). Pengaruh Kredibilitas Celebrity Endorser
Terhadap Keputusan Pembeliandan Kepuasan Konsumen You-c
1000 Vitamin Cdi Kota Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Vol. 4 No. 1 pp.
721-734. Google Scholar
�
Rangkuti, F. (2008).
The Power Of Brand Teknik Mengelola Brand
Equity dan Strategi Pengembangan
Merek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar
Royan, FM. (2005). Marketing Selebrities: Selebriti
dalam Iklan dan Strategi Selebriti������������������������������������������������� Memasarkan
Diri Sendiri. https://books.google.co.id/books?id=mio_hiG7JREC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false. Google Scholar
Silvera, DH., &
Austad, B. (2004).
�Factors predicting the effectiveness of celebrity endorsement advertisement�,
European Journal of Marketing,
Vol. 38 No. 11/12, pp. 1509 � 1526. Google Scholar
Song, GF., Chaipoopiratana, S. 2008. �A Study Of Chinese Advertising Practitioner�s Perspectives on the Selection of Celebrity endorsers,�
dalam Journal of Business and Behavioral Sciences.
No.1/Vol.19. USA: San Jose State
University. Google Scholar
Sriandani L, Lie D, Efendi
E, Halim. (2018).
Pengaruh Citra Merek (Brand
Image) Dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Konsumen Pada Pt Fifgroup Pos Spektra Pematang siantar. Jurnal Manajemen Vol 4 No 1.
Surabaya : Sekolah Tinggi Ekonomi Sultan Agung. Google Scholar
Trade Map, Statistics Indonesiax UN Contrade. (2021). Share of Beauty and Skincare import in Indonesia in 2020 by country of Origin. Statista. Google Scholar
Wilson,ames D, Campbell, John B. (1997). Controllership : Tugas Akuntan Manajemen, dialihbahasakan oleh Tjin Tjin fenix Tjendera, 3th Edition. Erlangga, Jakarta. Google Scholar
Yasumoto, S. (2006).
The impact of the Korean Wave on japan: A case study of
the influence of trans-border electronic communication and the trans-national programming industry. Department of japanese Studies, School of Languages and Cultures. The
University of Sydney. Google Scholar
Copyright holder: Aliya Fitriana Nafila (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |