Analisis Karakteristik Air Limbah Industri Tahu dan Alternatif Proses Pengolahannya
Berdasarkan Prinsip-Prinsip Teknologi Tepat Guna
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 4187
Ketersediaan lahan atau ruang pada industri kecil dan menengah juga sangat
terbatas, sehingga IPAL harus hemat ruang, sehingga peralatan yang ringkas akan
sangat membantu. Hal terakhir yang cukup penting adalah lumpur sisa proses
pengolahan harus diupayakan sedikit mungkin untuk menghindari tambahan biaya
pengolahan lumpur yang tinggi.
Mengingat industri tahu Dele Emas dan industri tahu lainnya di sentra industri
tahu Krajan tergolong industri tahu skala kecil-menengah tentunya sangat
membutuhkan suatu inovasi teknologi pengolahan air limbah yang tepat guna untuk
mengatasi permasalahan atau tantangan riil yang dihadapi masyarakat tersebut.
B. Prisip-Prinsip Teknologi Tepat Guna Dalam Pengolahan Air Limbah
Untuk menanggulangi permasalahan pencemaran air dan lingkungan di
Indonesia, maka air limbah baik yang bersumber dari industri maupun rumah tangga
harus diolah dengan baik, akan tetapi, di Indonesia pada umumnya teknologi
pengolahan air limbah dianggap sebagai teknologi yang sanggat mahal sehingga
tidak terjangkau, jika seseorang mencoba membangun IPAL modern, mereka
cenderung langsung memilih proses lumpur aktif, padahal teknologi pengolahan air
limbah tidak selalu mahal dan juga terdapat berbagai pilihan teknologi lain selain
lumpur aktif. Memang proses lumpur aktif adalah proses yang sejarahnya paling
lama dan populer, tetapi pemakaian listiknya besar dan pengoperasiannya akan
membutuhkan pengalaman khusus, selain itu proses lumpur aktif juga menghasilkan
excess sludge yang banyak dan harus diolah lagi, sehingga pemakaian teknologi
lumpur aktif lebih efektif jika dipakai oleh industri atau IPAL skala besar daripada
industri atau IPAL yang berskala kecil karena kurang ekonomis dan kontrol
operasionalnya lebih sulit (Said, 2006).
Kesalahan persepsi mengenai teknologi pengolahan air limbah seperti di atas
mungkin berasal dari pola pemandangan teknologi secara terpisah dari faktor-faktor
yang bersangkutan dan cenderung memindahkan suatu teknologi secara langsung
dari satu negara ke negara lain tanpa memikirkan faktor/ persyaratan yang berkaitan
yang berbeda-beda untuk setiap daerah dan kasus. Sedangkan IPAL komunal di
Indonesia, hanya proses anaerobik yang dipilih sebagai satu-satunya pilihan,
padahal ada juga berbagai pilihan yang lain yang lebih baik. Memang proses
anaerobik ada untungnya karena tidak membutuhkan listrik dan pengoperasiannya
mudah, tetapi proses tersebut juga memiliki kekurangan karena membutuhkan lahan
luas dan pada umumnya kualitas effluent belum memadai.
Teknologi tepat guna adalah suatu konsep atau movement dengan pola
pemikiran yang memperhatikan dan mementingkan dinamisme antara teknologi dan
persyaratan yang berkaitan. Persyaratan tersebut antara lain ada yang kondisi sosio
ekonomis setempat, sumber daya manusia, infrastruktur, bahan yang tersedia, iklim,
kebudayaan, dan lain sebagainya. Ada lagi persyaratan yang lebih case specific
seperti kesediaan tanah untuk pembangunan IPAL, kondisi lingkungan sekitarnya,
ketersediaan listrik, ketersediaan modal investasi, kualitas dan kuantitas effluent, dan
lain sebagainya. Dengan mempertimbangkan kondisi Indonesia masa kini, secara