How to cite:
Puspasari, Anggraeni., Anhari Achadi (2021) Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis
Penerimaan Vaksinasi Covid-19 Di Indonesia. Syntax Literate. 6(8). http://dx.doi.org/10.36418/Syntax-
literate.v6i8.3750
E-ISSN:
2548-1398
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia pISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL UNTUK MENGANALISIS
PENERIMAAN VAKSINASI COVID-19 DI INDONESIA
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Universitas Indonesia
Abstrak
COVID-19 menyebar secara global dengan cepat. Besarnya penyebaran COVID-19
secara global dan adanya deklarasi oleh WHO sebagai pandemi darurat kesehatan
masyarakat, maka timbul kebutuhan mendesak akan diagnosa yang cepat, vaksin,
dan terapi COVID-19. Beberapa merk vaksin kemudian berhasil dikembangkan,
namun, respon penerimaan akan melakukan vaksinasi belum banyak diketahui
sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerimaan vaksinasi
COVID-19 dengan pendekatan teori Health Belief Model pada masyarakat
Indonesia. Menggunakan metode studi analitik dengan jenis penelitian cross
sectional, dengan online survey yang disebar ke masyarakat luas yang kemudian di
analisis hubungannya dengan penerimaan vaksin COVID-19 Dari 472 responden
diketahui ada 439 (93%) responden yang menyatakan akan melakukan vaksin
apabila vaksin tersedia. Penerimaan vaksin COVID-19 di Indonesia memiliki
hubungan yang signifikan dengan semua komponen HBM. Persepsi hambatan
mengenai kekhawatiran tentang efek samping memiliki pengaruh paling besar
dengan penerimaan vaksin COVID-19 di Indonesia. Diperlukan sosialisasi
informasi mengenai efek samping vaksin dan manfaat yang dirasakan setelah
vaksin. Diperlukan juga kerjasama dengan media dalam upaya peningkatan
penerimaan vaksin COVID-19 di Indonesia.
Kata Kunci: COVID-19; vaksin; teori health belief model
Abstract
COVID-19 is spreading globally rapidly. With the magnitude of the global spread
of COVID-19 also the declaration by WHO as a public health emergency
pandemic, there has been a need for rapid diagnosis, vaccines and therapies for
COVID-19. Several vaccines have been successfully developed, however, the
response to vaccination acceptance is not widely known, so this research aims to
analyze the COVID-19 vaccination acceptance using Health Belief Model theory
approach in Indonesian society. This study is an analytical study method that uses a
cross sectional type of research, by conducting an online survey that is distributed
to the wider community which is then analyzed the relation to the COVID-19
vaccine acceptance as the dependent variable. From 472 respondents, 439 (93%)
stating they will vaccinate when vaccine available. COVID-19 vaccine acceptance
in Indonesia has a significant relationship with all HBM components. The role of
the HBM component is considered important in determining the COVID-19 vaccine
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi
3710 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
acceptance in Indonesia. In terms of strength, perceived barriers regarding
concerns about side effects had the most effect on the acceptance of the COVID-19
vaccine in Indonesia. It is necessary to promote information about the vaccine side
effect and the perceived benefits of taking the vaccine. Cooperation with the media
is also needed in an attempt to increase the acceptance of the COVID-19 vaccine in
Indonesia
Keywords: COVID-19; vaccine; health belief model
Pendahuluan
COVID-19 menyebar secara global dengan cepat, dengan angka reproduksi
dasar (R0) 2-2.5, menunjukkan bahwa 2-3 orang akan terinfeksi dari pasien awal.
Keadaan darurat kesehatan masyarakat yang serius dan berisiko tinggi pada populasi
yang rentan dimana fasilitas pelayanan kesehatan tidak siap untuk menanganinya
(Dashraath et al., 2020). Indonesia pun sudah terdampak oleh COVID-19 di awal
penyebaran. Pada 31 Maret 2020, terhitung 1.538 kasus terkonfirmasi positif COVID-
19 dengan 136 kematian. Tingkat CFR Nasional juga lebih tinggi dari CFR China (8.9%
: 4%). Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia tidak siap untuk menghadapi
COVID-19 (Setiati & Azwar, 2020). Pada bulan Maret 2021, terhitung 1.465.928 kasus
terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia dengan jumlah kesembuhan 1.297.967
pasien dengan 39.711 kematian (COVID-19, 2020). Dengan besarnya penyebaran
COVID-19 secara global dan adanya deklarasi oleh WHO sebagai pandemi darurat
kesehatan masyarakat, maka timbul kebutuhan mendesak akan diagnosa yang cepat,
vaksin, dan terapi COVID-19 (Pang et al., 2020).
Genetic sequence dari SARS-CoV-2 telah diumumkan pada tanggal 11 Januari
2020 dan memicu banyak penelitian dan pengembangan tingkat global yang pesat untuk
melakukan pengembangan vaksin yang dapat melawan COVID-19 (Le et al., 2020).
Banyak program pengembangan vaksin telah dimulai untuk menanggapi pandemi.
Setelah vaksin disetujui, serapan vaksin yang tinggi akan dibutuhkan untuk melindungi
kesehatan manusia. Kematian COVID-19 seharusnya mendorong tingkat imunisasi
yang tinggi ketika vaksin tersedia (Ruiz & Bell, 2021).
Teori Health Belief Model (HBM) merupakan salah satu teori yang sering
dipakai untuk memahami sikap dan perilaku kesehatan akan penyakit. HBM terdiri dari
beberapa komponen utama: persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat,
persepsi hambatan, keterlibatan diri dalam suatu perilaku kesehatan dan pemicu untuk
bertindak. Persepsi kerentanan mengacu pada keyakinan tentang kerentanan terhadap
infeksi, sementara tingkat persepsi keparahan mengacu pada keyakinan mengenai efek
negatif apabila tertular infeksi. Hubungannya dengan vaksin, persepsi manfaat dapat
didefinisikan sebagai keyakinan individu untuk vaksinasi dan persepsi hambatan
digambarkan sebagai ketidakmampuan individu menerima vaksin karena faktor
psikososial, fisik, atau finansial. Pemicu untuk bertindak atau cues to action meliputi,
informasi, orang-orang, dan/atau kejadian yang mendorong seseorang untuk divaksin
(Wong, Alias, Wong, Lee, & AbuBakar, 2020).
Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis Penerimaan Vaksinasi COVID-19
di Indonesia
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3711
Vaksinasi diharapkan menjadi jawaban atas pandemi COVID-19 yang sedang
terjadi sejak Desember 2019, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak
masyarakat di populasi yang menolak untuk divaksin. Indonesia adalah salah satu
negara terdampak COVID-19 yang memiliki jumlah kasus terkonfirmasi positif yang
tertinggi di dunia. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui hubungan antara persepsi
terhadap COVID-19 dan vaksinasi yang termasuk dalam komponen HBM dengan
penerimaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Teori HBM telah terbukti menjadi teori
yang paling banyak digunakan pada kasus seperti ini maka peneliti akan menggunakan
pendekatan HBM dalam mengetahui penerimaan vaksin COVID-19 oleh masyarakat
Indonesia.
Dengan besarnya harapan tinggi cakupan vaksinasi untuk menjawab pandemi
maka peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui penerimaan vaksinasi
COVID-19 di Indonesia. Sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian seperti ini,
pada penelitian terdahulu HBM sering dikaitkan dengan penerimaan vaksinasi. Namun,
belum ada penelitian yang meneliti tentang hubungan HBM dengan penerimaan vaksin
COVID-19 di Indonesia dengan sampel non tenaga kesehatan.
Gambar 1
Teori Health Belief Model Rosenstock (Rosenstock, 1974)
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan jenis penelitian cross sectional,
yaitu mengambil data dalam satu waktu, yang mana pengumpulan variabel dependen
dan independen dilakukan dalam waktu yang sama. Data yang digunakan adalah data
primer dari kuisioner yang disebar untuk mendapatkan informasi mendalam mengenai
respon penerimaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia untuk menjelaskan perilaku yang
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi
3712 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
berkaitan dengan respon penerimaan vaksin COVID-19. Lokasi penelitian di Indonesia,
penelitian dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2021.
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Indonesia usia dewasa. Menurut
Hasil Sensus Penduduk 2020 yang diselenggarakan oleh BPS, jumlah penduduk dengan
usia diatas 20 tahun adalah rentang usia 20-59 tahun adalah jiwa (Badan
Pusat Statistik, 2021). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah tenaga kesehatan.
Berdasarkan perhitungan sampel, ukuran sampel ditentukan menjadi 382 sampel untuk
jiwa warga negara Indonesia usia dewasa.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara accidental
sampling. Teknik pengambilan accidental sampling adalah cara pengambilan sampel
secara aksidental dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan tersedia di
suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Survei online telah menjadi alat penting
untuk penelitian COVID-19 ketika metode survei konvensional tidak memungkinkan
(Hlatshwako et al., 2021). Meskipun jumlah dan keragaman pengguna internet tinggi
masih ada risiko bias seleksi (selection bias), dan orang-orang tanpa internet juga tidak
dapat mengakses ataupun berpartisipasi dalam penelitian (Hlatshwako et al., 2021).
Pengumpulan data dalam penelitian peneliti dilakukan pertama-tama dengan
membuat kuisioner yang akan disebarkan melalui google form lewat social media
seperti Whatsapp, Instagram, maupun twitter. Lalu selanjutnya peneliti menggunakan
tanggapan responden berkenaan dengan variabel yang ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya dilakukan analisis data, yaitu bivariat untuk menentukan hubungan antara
komponen HBM dengan penerimaan vaksin. Data diolah dengan analisis chi-square
untuk melihat hubungan HBM dengan penerimaan vaksinasi COVID-19. Pengolahan
data menggunakan software SPSS.
Hasil dan Pembahasan
A. Persepsi Kerentanan
Persepsi kerentanan dalam penelitian ini digambarkan melalui tiga
subvariabel, dua dari tiga subvariabel tersebut mengatakan bahwa persepsi
kerentanan memiliki hubungan dengan penerimaan vaksin COVID-19 di Indonesia.
Merasa rentan atau merasa tertular COVID-19 adalah hal yang mungkin memiliki
nilai odds 7.3 yang artinya masyarakat yang merasa dirinya rentan akan COVID-19
memiliki peluang 7.3 kali lebih besar untuk vaksin. Hal tersebut selaras dengan
penelitian Maulana, yang mengatakan bahwa persepsi terhadap ancaman atau risiko
terhadap penyakit merupakan salah satu hal yang berhubungan dengan pencegahan
penyakit. Seseorang yang merasa dirinya memiliki risiko penyakit lebih mungkin
untuk melakukan tindakan pencegahan dibanding yang merasa tidak memiliki faktor
risiko penyakit (Maulana, 2009). Persepsi ketakutan dan kerentanan akan tingkat
keparahan suatu penyakit yang bisa saja terjadi mendorong seseorang untuk
melakukan upaya pencegahan, yang dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
vaksinasi COVID-19.
Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis Penerimaan Vaksinasi COVID-19
di Indonesia
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3713
Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Xiaoli Nan mengenai vaksin HPV
di antara orang ras Afrika Amerika, pada penelitiannya ditemukan bahwa orang-
orang yang merasa dirinya rentan akan HPV lebih memilih untuk divaksin (Nan et
al., 2016). Begitu pula penelitian Yulia Fitriani, dengan pendekatan yang sama yaitu
HBM, pada penelitiannya menemukan bahwa orang yang persepsi kerentanannya
tinggi lebih memiliki peluang untuk divaksin 22.8 kali lebih besar dibanding yang
memiliki persepsi kerentanan yang rendah (Fitriani, Mudigdo, & Andriani, 2018).
Gambar 2
Proporsi Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia
B. Persepsi Keparahan
Persepsi keparahan dalam penelitian ini digambarkan menjadi 3 kategori yaitu
COVID-19 menimbulkan komplikasi yang serius, takut tertular dan akan merasa
sakit hebat apabila tertular COVID-19. OR tertinggi 2.3 pada kategori takut tertular
dan 2.2 pada kategori COVID-19 menimbulkan komplikasi serius. Walaupun
kategori merasa akan sangat sakit apabila tertular COVID-19 tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan penerimaan vaksin COVID-19 namun odds yang
dihasilkan adalah 2, artinya yang merasa apabila tertular akan sakit hebat memiliki
peluang 2 kali lebih besar untuk vaksin. Dari ketiga hal tersebut dapat dikatakan
persepsi keparahan memiliki hubungan dengan penerimaan vaksin.
Teori HBM yang ditemukan oleh (Rosenstock, 1974) mengatakan bahwa
persepsi keseriusan atau keparahan suatu penyakit menyebabkan seseorang
mempunyai sikap untuk melakukan suatu upaya pengobatan. Menurut (Bakhtari
Aqdam, Nuri Zadeh, & Sahebi, 2012), mengatakan bahwa seseorang akan
mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka jika mereka menganggap bahwa
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi
3714 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
kondisi seseorang tersebut dalam suatu masalah kesehatan yang serius (Bakhtari
Aqdam et al., 2012). Artinya dalam penelitian ini seseorang akan melakukan
tindakan pencegahan untuk melindungi diri mereka sendiri seperti vaksin apabila
mereka beranggapan bahwa kondisi mereka dapat menjadi masalah kesehatan yang
serius.
Tabel 1
Hasil Analisis Antara Komponen HBM dengan Penerimaan Vaksin
Variabel
Independen
Total
OR
(95% CI)
P-
Val
ue
Tidak Vaksin
Akan Vaksin
n
%
n
%
n
%
Persepsi Kerentanan
Khawatir Tertular COVID-19
Tidak
10
13.7
63
86.3
73
100
2.595
0.0
28
Ya
23
5.8
376
94.2
399
100
1.179 5.711
Kemungkinan Tertular COVID-19 dalam Waktu Dekat Tinggi
Tidak
25
8.6
265
91.4
290
100
2.052
0.1
17
Ya
8
4.4
174
95.6
182
100
0.905 4.653
Tertular COVID-19 adalah Hal yang Mungkin
Tidak
6
31.6
13
68.4
19
100
7.282
0.0
01
Ya
27
6
426
94
453
100
2.567 20.656
Persepsi Keparahan
Komplikasi Serius
Tidak
14
11.3
110
88.7
124
100
2.204
0.0
48
Ya
19
5.5
329
94.5
348
100
1.069 4.543
Takut Tertular COVID-19
Tidak
11
12.6
76
87.4
87
100
2.388
0.0
40
Ya
22
5.7
363
94.3
385
100
1.111 5.131
Akan Sangat Sakit Apabila Tertular
Tidak
22
8.8
229
91.2
251
100
1.834
0.1
53
Ya
11
5
210
95
221
100
0.868 3.873
Persepsi Manfaat
Vaksinasi Mengurangi Kemungkinan Infeksi/Komplikasi
Tidak
19
25.3
56
74.7
75
100
9.282
0.0
005
Ya
14
3.5
383
96.5
397
100
4.406 19.554
Vaksinasi Mengurangi Rasa Khawatir
Tidak
19
29.7
45
70.3
64
100
11.883
0.0
005
Ya
14
3.4
394
96.6
408
100
5.579 25.309
Persepsi Hambatan
Khawatir Vaksin Tidak Manjur
Ya
28
12.4
197
87.6
225
100
6.879
0.0
005
Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis Penerimaan Vaksinasi COVID-19
di Indonesia
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3715
Tidak
5
2
242
98
247
100
2.608 18.147
Khawatir Tentang Kemampuan Membayar
Ya
11
12.9
74
87.1
85
100
2.466
0.0
32
Tidak
22
5.7
365
94.3
387
100
1.147 5.304
Khawatir Tentang Efek Samping
Ya
31
11.7
233
88.3
264
100
13.704
0.0
005
Tidak
2
1
206
99
208
100
3.240 57.964
Khawatir Tentang Kehalalan
Ya
26
22.4
90
77.6
116
100
14.403
0.0
005
Tidak
7
2
349
98
356
100
6.058 34.247
Pemicu Untuk Bergerak
Informasi yang Memadai
Tidak
Memadai
25
16.9
123
83.1
148
100
8.028
0.0
005
Memadai
8
2.5
316
97.5
324
100
3.526 18.282
Vaksin di Muka Umum
Tidak
14
10.9
115
89.1
129
100
2.076
0.0
70
Ya
19
5.5
324
94.5
343
100
1.008 4.275
C. Persepsi Manfaat
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang secara statistik signifikan antara
persepsi manfaat dengan penerimaan vaksin. Dalam penelitian ini persepsi
digambarkan dalam 2 hal yaitu vaksinasi dirasa mengurangi infeksi/komplikasi dan
vaksinasi mengurangi rasa khawatir. Kedua hal tersebut dinilai berhubungan secara
signifikan oleh statistik dan dengan nilai OR pada masing-masing berurutan adalah
9.3 dan 11.9 artinya masyarakat dengan persepsi manfaat yang tinggi akan memiliki
peluang lebih besar untuk divaksinasi dibanding yang tidak.
Teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock, menyatakan bahwa
efektivitas tingkat kepercayaan terhadap rencana strategi yang dirancang untuk
mengurangi ancaman suatu penyakit semakin tinggi maka dengan sendirinya akan
melakukan tindakan pencegahan tersebut dalam hal ini akan melakukan vaksinasi
COVID-19 (Rosenstock, 1974).
Beberapa penelitian serupa mengatakan adanya hubungan antara persepsi
manfaat dengan penerimaan vaksin khususnya vaksin COVID-19. Penelitian di
Malaysia menemukan bahwa masyarakat di Malaysia yang menerima vaksin juga
memiliki nilai persepsi manfaat yang tinggi (Wong et al., 2020). Penelitian serupa di
China juga menemukan hal yang sama, penerimaan vaksin yang tinggi (83%)
didominasi oleh penilaian persepsi manfaat yang tinggi pula (Lin et al., 2020).
Perawat di Hong Kong dilakukan penelitian serupa, hasilnya mengatakan
bahwa salah satu alasan para perawat di Hong Kong melakukan vaksinasi adalah
adanya kemungkinan berkurangnya komplikasi yang dapat timbul apabila tertular
dan sudah divaksin (Kwok et al., 2021). Keragu-raguan vaksin (vaccine hesitancy)
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi
3716 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
bersifat kompleks dan spesifik konteks, bervariasi menurut waktu, tempat, dan
vaksin. Salah satu yang berpengaruh adalah adanya kepercayaan akan manfaat dan
keamaan vaksin (Butter, McGlinchey, Berry, & Armour, 2021). Hal ini
mengindikasikan pentingnya promosi manfaat vaksin kepada masyarakat luas (Lin
et al., 2020).
D. Persepsi Hambatan
Pada penelitian ini ada beberapa hal yang dimasukkan dalam variabel persepsi
hambatan, yaitu khawatir vaksin tidak manjur, khawatir tentang kemampuan
membayar, khawatir tentang efek samping, dan khawatir tentang kehalalan vaksin.
Keempat kategori tersebut dinilai berhubungan secara siginifikan dengan
penerimaan vaksin dilihat dari nilai p yang semua kurang dari 0.05 dengan nilai OR
yang tinggi. Nilai OR tertinggi pada khawatir terhadap kehalalan vaksin, diikuti
dengan khawatir terhadap efek samping vaksin masing-masing 14.4 dan 13.7.
Artinya masyarakat yang memiliki kekhawatiran yang tinggi terhadap kehalalan
maupun efek samping vaksin lebih berisiko untuk tidak divaksin.
Teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock, menyatakan bahwa
hambatan yang dirasakan merupakan suatu potensi konsekuensi negatif yang
mungkin timbul ketika mengambil tindakan tertentu, termasuk tutunan fisik,
psikologis, dan keuangan. HBM menyatakan bahwa segala sesuatu yang
menghambat akan memperlambat individu dalam perubahan perilaku tertentu, baik
dari segi jarak, biaya, atau hambatan lain (Rosenstock, 1974).
Vaksinasi adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling
hemat biaya dalam wabah penyakit menular jika dibuat dapat diakses dan diterima
oleh masyarakat (Lahariya, 2016). Banyak negara telah menyetujui beberapa vaksin
penyakit virus corona (COVID-19) dan saat ini mengadopsi strategi vaksinasi
nasional untuk melindungi orang dari infeksi COVID-19. Namun, vaksin COVID-
19 yang menjanjikan ini mungkin tidak dapat diakses, diterima, dan terjangkau oleh
masyarakat, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena
berbagai hambatan seperti kurangnya sumber daya yang memadai, masalah
keamanan, dan munculnya gerakan anti-vaksin (Burki, 2020).
Penelitian (Lin et al., 2020) melaporkan hal yang sama dengan penelitian ini,
yaitu tingginya tingkat persepsi hambatan diantara masyarakat yang menolak
vaksin. Menurut penelitian Lin di China, khawatir tentang efikasi vaksin memiliki
nilai OR tertinggi diantara yang lainnya yaitu 1.65. Hambatan yang dirasakan
terhadap imunisasi COVID-19 yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu
kekhawatiran tentang efek samping dan kemanjuran vaksin, juga telah dilaporkan
dalam penelitian lain terkait pengenalan vaksin baru . Hambatan yang teridentifikasi
dalam penelitian ini, yaitu kekhawatiran tentang kemanjuran dan efek samping
vaksin, menekankan bahwa meskipun penelitian vaksin COVID-19 perlu dipercepat,
vaksin baru tidak boleh melewati standar keamanan dan kemanjuran yang telah
ditetapkan sebelum tersedia bagi masyarakat umum. China sendiri telah mengalami
berbagai peristiwa negatif terkait dengan malpraktik vaksin dan skandal yang
Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis Penerimaan Vaksinasi COVID-19
di Indonesia
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3717
mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik pada vaksin (Han et al., 2019), yang
mungkin juga terlibat dalam penelitian Lin karena sebagian besar melaporkan
kekhawatiran mengenai kemungkinan vaksin COVID-19 yang palsu (Lin et al.,
2020). Hal tersebut juga ditemui di Indonesia sebagaimana ada pemberitaan 3 orang
yang meninggal seusai vaksin AstraZeneca, hal ini dapat menimbulkan
kekhawatiran yang serupa pada masyarakat di Indonesia seperti masyarakat di China
(Kompas, 2020).
E. Pemicu Untuk Bergerak
Pemicu untuk bergerak dalam penelitian ini digambarkan dengan 2 kategori
yaitu informasi yang memadai dan sudah banyaknya masyarakat yang divaksin di
muka umum. Informasi yang memadai secara statistif dinilai signifikan artinya
informasi yang memadai tentang vaksin ada hubungan dengan penerimaan
vaksinasi. Nilai OR yang didapatkan adalah 8 yang artinya masyarakat yang merasa
informasi mengenai vaksin COVID-19 memiliki peluang 8 kali lebih besar untuk
divaksin dibandingkan dengan mereka yang merasa informasi belum memadai.
Vaksinasi adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling
sukses dan landasan untuk pencegahan penyakit menular (Andre et al., 2008).
Terlepas dari kemajuan vaksin, penerimaan publik yang berkelanjutan diperlukan
untuk mempertahankan kekebalan kelompok, mencegah wabah penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin, dan memastikan adopsi vaksin baru (Callender, 2016).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut keraguan terhadap vaksin
sebagai salah satu dari sepuluh ancaman utama terhadap kesehatan global pada
tahun 2019 (World Health Organization, 2019). Keraguan vaksin, yang
didefinisikan sebagai keengganan tingkat pasien untuk menerima vaksin, dapat
dipicu oleh persepsi atau pandangan yang dipegang tentang vaksinasi. Di antara
hambatan vaksinasi universal, informasi yang salah mengenai manfaat, komposisi
obat, dan efek samping vaksinasi (Tustin et al., 2018).
Di era digital, pasien memiliki akses informasi kesehatan dari berbagai sumber
termasuk internet dan berbagai platform media sosial. Ketika platform media sosial
mendapatkan popularitas yang meningkat dan mendunia, ada kekhawatiran pada
sektor kesehatan masyarakat yang berkembang mengenai dampak konten anti-
vaksinasi pada penolakan vaksin. Hal tersebut semakin mengancam penyerapan
vaksin yang muncul, seperti upaya berkelanjutan untuk mengembangkan vaksin
yang efektif melawan COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa di masa yang akan
datang kita harus fokus pada pengembangan dan analisis strategi yang efektif untuk
mendorong penyerapan vaksin dan mempromosikan literasi kesehatan yang
evidence-based (Puri, Coomes, Haghbayan, & Gunaratne, 2020).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, dapat disimpulkan penerimaan
vaksin COVID-19 di Indonesia yang diukur menggunakan pendekatan teori Health
Belief Model adalah sebesar 93% masyarakat Indonesia menyatakan akan melakukan
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi
3718 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
vaksinasi COVID-19. Hambatan dalam hal ini kekhawatiran akan efek samping vaksin
memiliki pengaruh terbesar terhadap penerimaan vaksinasi COVID-19. Persepsi
manfaat juga memiliki pengaruh besar terhadap penerimaan vaksin COVID-19 yaitu
merasa vaksin mengurangi kemungkinan infeksi/komplikasi dan mengurangi rasa
khawatir. Persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan
dan pemicu untuk bergerak memiliki hubungan dengan penerimaan vaksin COVID-19.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini agar cakupan vaksinasi
meningkat untuk pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
adalah untuk lebih menggencarkan sosialisasi informasi terkait efek samping yang tidak
berbahaya dan manfaat yang didapatkan apabila melakukan vaksinasi.
Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis Penerimaan Vaksinasi COVID-19
di Indonesia
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3719
BIBLIOGRAFI
Andre, Francis E., Booy, Robert, Bock, Hans L., Clemens, John, Datta, Sibnarayan K.,
John, Thekkekara J., Lee, Bee W., Lolekha, S., Peltola, Heikki, & Ruff, T. A.
(2008). Vaccination greatly reduces disease, disability, death and inequity
worldwide. Bulletin of the World Health Organization, 86, 140146. Google
Scholar
Badan Pusat Statistik. (2021). Berita Resmi Statistik. Bps.Go.Id, (13). Google Scholar
Bakhtari Aqdam, F., Nuri Zadeh, R., & Sahebi, L. (2012). Effect of education based on
Health Belief Model on Believe promotion and screening behaviours of breast
cancer among women referred to Tabriz health centers. Medl J Tabriz Uni Medl
Sci, 33(2012), 2531. Google Scholar
Burki, Talha. (2020). The online anti-vaccine movement in the age of COVID-19. The
Lancet Digital Health, 2(10), e504e505. Google Scholar
Butter, Sarah, McGlinchey, Emily, Berry, Emma, & Armour, Cherie. (2021).
Psychological, social, and situational factors associated with COVID‐19
vaccination intentions: A study of UK key workers and non‐key workers. British
Journal of Health Psychology. Google Scholar
Callender, David. (2016). Vaccine hesitancy: more than a movement. Human Vaccines
& Immunotherapeutics, 12(9), 24642468. Google Scholar
COVID-19, S. T. (2020). Beranda covid19.go.id. Retrieved from covid19.go.id.
Retrieved from https://covid19.go.id/. Google Scholar
Dashraath, Pradip, Wong, Jing Lin Jeslyn, Lim, Mei Xian Karen, Lim, Li Min, Li,
Sarah, Biswas, Arijit, Choolani, Mahesh, Mattar, Citra, & Su, Lin Lin. (2020).
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic and pregnancy. American
Journal of Obstetrics and Gynecology, 222(6), 521531. Google Scholar
Fitriani, Yulia, Mudigdo, Ambar, & Andriani, Rita Benya. (2018). Health belief model
on the determinants of human papilloma virus vaccination in women of
reproductive age in Surakarta, Central Java. Journal of Health Promotion and
Behavior, 3(1), 1626. Google Scholar
Han, Bingfeng, Wang, Shuai, Wan, Yongmei, Liu, Jiang, Zhao, Tianshuo, Cui, Jiahao,
Zhuang, Hui, & Cui, Fuqiang. (2019). Has the public lost confidence in vaccines
because of a vaccine scandal in China. Vaccine, 37(36), 52705275. Google
Scholar
Hlatshwako, Takhona G., Shah, Sonam J., Kosana, Priya, Adebayo, Emmanuel,
Hendriks, Jacqueline, Larsson, Elin C., Hensel, Devon J., Erausquin, Jennifer
Toller, Marks, Michael, & Michielsen, Kristien. (2021). Online health survey
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi
3720 Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021
research during COVID-19. The Lancet Digital Health, 3(2), e76e77. Google
Scholar
Kompas. (2020). Trio Meninggal Usai Divaksin AstraZeneca.
Kwok, Kin On, Li, Kin Kit, Wei, Wan In, Tang, Arthur, Wong, Samuel Yeung Shan, &
Lee, Shui Shan. (2021). Influenza vaccine uptake, COVID-19 vaccination intention
and vaccine hesitancy among nurses: A survey. International Journal of Nursing
Studies, 114, 103854. Google Scholar
Lahariya, Chandrakant. (2016). Vaccine epidemiology: A review. Journal of Family
Medicine and Primary Care, 5(1), 7. Google Scholar
Le, T. Thanh, Andreadakis, Zacharias, Kumar, Arun, Román, R. Gómez, Tollefsen,
Stig, Saville, Melanie, & Mayhew, Stephen. (2020). The COVID-19 vaccine
development landscape. Nat Rev Drug Discov, 19(5), 305306. Google Scholar
Lin, Yulan, Hu, Zhijian, Zhao, Qinjian, Alias, Haridah, Danaee, Mahmoud, & Wong,
Li Ping. (2020). Understanding COVID-19 vaccine demand and hesitancy: A
nationwide online survey in China. PLoS Neglected Tropical Diseases, 14(12),
e0008961. Google Scholar
Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Google Scholar
Nan, Xiaoli, Madden, Kelly, Richards, Adam, Holt, Cheryl, Wang, Min Qi, & Tracy,
Kate. (2016). Message framing, perceived susceptibility, and intentions to
vaccinate children against HPV among African American parents. Health
Communication, 31(7), 798805. Google Scholar
Pang, Junxiong, Wang, Min Xian, Ang, Ian Yi Han, Tan, Sharon Hui Xuan, Lewis,
Ruth Frances, Chen, Jacinta I. Pei, Gutierrez, Ramona A., Gwee, Sylvia Xiao Wei,
Chua, Pearleen Ee Yong, & Yang, Qian. (2020). Potential rapid diagnostics,
vaccine and therapeutics for 2019 novel coronavirus (2019-nCoV): a systematic
review. Journal of Clinical Medicine, 9(3), 623. Google Scholar
Puri, Neha, Coomes, Eric A., Haghbayan, Hourmazd, & Gunaratne, Keith. (2020).
Social media and vaccine hesitancy: new updates for the era of COVID-19 and
globalized infectious diseases. Human Vaccines & Immunotherapeutics, 16(11),
25862593. Google Scholar
Rosenstock, Irwin M. (1974). Historical origins of the health belief model. Health
Education Monographs, 2(4), 328335. Google Scholar
Ruiz, Jeanette B., & Bell, Robert A. (2021). Predictors of intention to vaccinate against
COVID-19: Results of a nationwide survey. Vaccine, 39(7), 10801086. Google
Scholar
Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis Penerimaan Vaksinasi COVID-19
di Indonesia
Syntax Literate, Vol. 6, No. 8, Agustus 2021 3721
Setiati, Siti, & Azwar, Muhammad Khifzhon. (2020). COVID-19 and Indonesia. Acta
Medica Indonesiana, 52(1), 8489. Google Scholar
Tustin, Jordan Lee, Crowcroft, Natasha Sarah, Gesink, Dionne, Johnson, Ian, Keelan,
Jennifer, & Lachapelle, Barbara. (2018). User-driven comments on a Facebook
advertisement recruiting Canadian parents in a study on immunization: content
analysis. JMIR Public Health and Surveillance, 4(3), e10090. Google Scholar
Wong, Li Ping, Alias, Haridah, Wong, Pooi Fong, Lee, Hai Yen, & AbuBakar, Sazaly.
(2020). The use of the health belief model to assess predictors of intent to receive
the COVID-19 vaccine and willingness to pay. Human Vaccines &
Immunotherapeutics, 16(9), 22042214. Google Scholar
World Health Organization. (2019). Top ten threats to global health in 2019. Google
Scholar
Copyright holder:
Anggraeni Puspasari, Anhari Achadi (2021)
First publication right:
Journal Syntax Literate
This article is licensed under: